NovelToon NovelToon

Pernikahan Yang Tak DiInginkan

Menikahi Janda

Setelah dua kali gagal membina bahtera rumah tangga Desy mencoba peruntungannya menikah dengan Jaya Wijaya seorang perjaka tulen lelaki yang bekerja hanya sebagai buruh pabrik.

Menjalani kehidupan bersama suami barunya tidaklah seindah dengan mantan-mantan suaminya dulu.

Semua kegiatan yang ia lakukan dibatasi oleh sang suami, bukan itu saja Jaya selalu menelepon istrinya sehari tiga kali hanya untuk mengetahui aktifitas kesehariannya.

Biasa hidup bebas kini Desy merasa kehidupannya seperti burung dalam sangkar.

“Kamu lagi dimana, sayang?”  tanya Jaya dalam panggilan telepon.

“Aku lagi belanja sayuran di depan rumah, Mas. Mau dimasakin apa nanti pulang kerja?” tanya Desy.

“Kepala kakap sama sambal goreng kayaknya enak deh!”

“Iya sudah, nanti aku masakin!” ucap Desy mengakhiri percakpan mereka.

Desy segera menyelesaikan perbelanjaannya di Mamang tukang sayur. Ia segera menyiapkan keperluan memasak dan menyiapkan segala macam bumbu yang akan ia olah bersamaan kepala ikan kakap yang sudah ia beli.

“Ini makanan kesukan, Mas Jaya. Jika aku setiap hari masakin yang enak-enak pasti dia makin betah di rumah,” Desy segera berkutat di dapur membuatkan masakan untuk sang suami.

Jam menunjukan pukul empat sore Desy masih tertidur lelap karena seharian ini sangat lelah setelah bersih-bersih rumah dan memasak makanan kesuakaan suaminya itu.

Suara ponsel pun berdering panggilan masuk dari Jaya yang tertera di layar ponselnya.

“Iya, Mas!” ucapnya masih berbaring di ranjang dengan mata masih terpejam.

“Lagi apa sayang? Maaf aku nanti pulangnya agak maleman, soalnya aku di suruh lembur sama atasan,” ucap Jaya.

"Aku baru bangun tidur, Mas. Capek banget seharian beres-beres!"

“Ya sudah kalau begitu lanjutin tidurnya.” ucapnya menutup panggilan telepon bersama sang istri.

Jaya yang sedang bekerja berkilah jika hari ini dia mendapat lembur, padahal ia sudah banyak berbohong kepada istrinya dengan alasan melembur. Hari ini Jaya akan berkencan dengan seorang wanita yang ia pacari kurang lebih lima bulan lamanya.

“Lagi-lagi dia percaya, aku sudah meminta izin kepadanya jika aku sekarang akan lembur lagi!” Jaya tersenyum miring mengingat sang istri selalu menurut apa yang ia katakan.

“Sayang, apa tidak akan apa-apa jika kamu bilang lembur lagi? Bagai mana kalau dia tau tentang hubungan kita?” tanya Nyimas dewantari.

“Tidak akan, Sayang. Lagi pula dia tipe istri penurut dan aku selalu mengawasi dia setiap harinya lewat telepon.”

Senyum mengembang dari bibir Jaya begitu pula Nyimas yang selalu ingin bersama Jaya. Tak ada rasa sungkan atau pun risih mereka selalu memamerkan kemesraan dimanapun mereka berada.

Tak ada satu orang pun yang mengetahui jika Jaya telah menikah dengan seorang janda.

Jaya mendapatkan seorang janda karena semua bermula dari perjodohan kedua orang tuannya yang memiliki hutang budi kepada keluarga Desy.

Sehingga keluarga Jaya menikahkan anak mereka dengan Desy yang saat itu sudah menyandang sebagai janda dua kali.

Jaya dan Nyimas segera pulang karena jam kerja mereka telah selesai, ia mengajak Nyimas berjalan-jalan kesebuah pasar sore yang ada di ujung jalan dekat pabrik mereka bekerja.

Disana mereka membeli beberapa makanan dan setelah selesai mereka segera pulang menuju rumah kontrakan Nyimas.

“Mas, ayo kita makan aku sudah sangat lapar!” pinta Nyimas

Nyimas menghampiri Jaya seraya ingin mengajaknya untuk makan bersama namun Jaya menarik lengan Nyimas dan ambruk sudah tubuh Nyimas terhempas di atas kasur.

“Sudah nanti saja makannya, sekarang aku hanya ingin tiduran denganmu. Entah kenapa aku selalu merasa rindu, sayang!” ucap Jaya membelai rambut panjang Nyimas yang terurai.

Mulut manis Jaya memang selalu membuat Nyimas terhipnotis dan selalu merasa nyaman berada dekat dengannya, bukan hanya berparas tampan dan tinggi atletis saja Jaya adalah lelaki yang sangat romantis.

Nyimas tahu betul hubungan yang mereka lakukan adalah salah namun Nyimas terlanjur nyaman dan sangat mencintai Jaya, apa boleh buat ia sangat menikmati setiap harinya bersama lelaki yang ia cintai.

***

“Bagaimana dengan kepala ikan kakap ini? Sudah capek-capek aku masak untuknya eh ... dia malah lembur lagi!” ucap Desy sedikit kecewa.

Desy segera menyantap makanan yang telah ia masak sendiri dan sebagian ia sisihkan untuk sang suami  jika nanti ia pulang kerja.

Beberapa bulan ini Desy selalu makan sendiri dan tidur sendiri karena Jaya selalu pulang malam setiap hari selama dua bulan terakhir.

Hari-harinya selalu sepi kehidupan yang berbalik seratus delapan puluh derajat kini Desy harus beradaptasi dengan kehidupan yang serba pas-pasan.

Ponsel Desy berdering panggilan masuk dari suaminya. “Sayang, kamu lagi apa?” tanya Jaya siangkat.

“Aku lagi menonton televisi sembari menunggu, Mas. Pulang!” ucapnya sambil melirik kearah jam dinding.

“Hmm! Aku kira kamu sudah tidur, aku pulang seperti biasa jika kamu mengantuk tidurlah duluan jangan tidur larut malam terus, takutnya kamu nanti masuk angin!”

“Tak apa, Mas. Lagi pula sudah tugasku sebagai istri menungu suaminya pulang kerja,”

“Oh iya nanti pulang kerja kamu mau di bawakan apa?” tanya Jaya agar istrinya tak merasa kecewa.

“Rasanya martabak pisang keju enak, Mas. Aku ingin kamu bawakan martabak saja,” pintnanya.

“Baiklah, hanya martabak saja. Ya sudah kalau begitu hati-hati di rumah tunggu aku pulang!”

Berbeda dengan kehidupan Desy yang dulu bersama Andika mantan suaminya, ia selalu dimanja dan di cukupi segala kebutuhannya bahkan mantan suaminya membelikan sebuah rumah dan di tempati oleh mereka berdua.

Karena tragedi pengerebekan di rumah itu Desy harus menjadi janda. Karena ia sadar dan tahu merebut suami orang tidaklah di benarkan tetapi Desy menikmatinya dengan segala kemewahan yang Andika berikan.

Jaya membawakan satu kantung keresek yang berisikan pesanan istrinya itu,  jika bukan karena kasihan mana mau Jaya membelikan makanan untuk istrinya.

“Semoga dengan ini, Desy. Tak akan curiga jika aku melembur terus!”

Jaya segera melajukan sepeda motornya bergegas pulang kerumah dalam perjalanan ia masih membayangkan begitu bahagia bisa bersama Nyimas dan dialah wanita yang mengerti dan memenuhi segala kebutuhan biologis Jaya selama ini.

Sesampainya di rumah Jaya segera masuk kedalam membawa kantung keresek yang ia genggam, Jaya mendapati istrinya itu tertidur di sofa dengan televisi yang masih menyala.

“Ternyata dia sudah tidur, aku kira dia akan menungguku pulang!” Jaya menyimpan pesanan Desy di atas meja dan segera masuk kedalam kamar.

Desy terbangun dari tidurnya karena mencium aroma martabak yang masih hangat menusuk hidungnya. Ia melihat kantung keresek yang berisikan martabak pesanannya tadi.

“Astaga! Aku sampai ketiduran, mas Jaya dari tadi sudah pulang aku harus segera menyiapkan makan malam untuknya.”

Saipul Jadi-jadian

Desy segera bangkit dari sofa dan berjalan menuju dapur menyiapkan makan malam untuk Jaya. Dengan badan yang sangat letih seharian membersihkan rumah Desy megkesampingkan rasa lelahnya hanya untuk berbakti kepada suaminya.

“Mas, kamu kenapa tak membangunkanku? maaf aku tadi ketiduran,” ucapnya melihat Jaya sedang menyantap makanan yang telah Desy sediakan untuknya.

“Aku tak mau menganggu mangkanya aku tak membangunkanmu. Tapi terimakasih kamu sudah memasakan makanan kesukaanku kepala ikan kakap ini sangat lezat,” ucapnya sambil melanjutkan makan malamnya.

Desy sangat senang melihat suaminya menyukai masakan yang ia masak, melayani suami dan pandai masak itu tugas Desy sekarang namun pernikahan yang sudah berjalan satu tahun setengah itu belum juga di karuniai

seorang anak.

Sembari menonton kembali acara berita malam Desy menyantap martabak yang Jaya belikan. “Mas, mau martabak?” tanya Desy seraya membawakannya kehadapan Jaya.

“Tidak, Mas sudah sangat kenyang.”

Desy masih mengunyah sambil menonton acara televisi, ia teringat akan kedua orang tuanya yang sudah lama tak ia kunjungi.

“Mas, aku mau meminta izin. Aku ingin sekali mengunjungi Ambu di kampung, apa kamu akan mengijinkanku?” tanya Desy memelas agar Jaya mengijinkannya.

“Aku akan mengizinkanmu pergi ke rumah Ambu tapi nanti kalo aku libur kerja ya. Sekalian aku juga ingin menemuinya!” ucapnya singkat.

Senyum mengembang di wajah Desy betapa bahagiannya ia bisa mengunjungi orang tuannya yang sudah lama  tak ia kunjungi.

***

Seperti biasa setiap pagi Desy selalu menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya ketika suaminya sedang berada di dalam kamar mandi Desy melihat ponsel Jaya berdering panggilan masuk dari Saipul yang tertera di layar ponselnya.

“Halo, Mas. Nanti sebelum berangkat kamu jemput aku di kontrakan ya!” pinta wanita di ujung sana.

“Sebelumnya terimakasih banyak kadonya aku sangat suka. Lingerie yang kamu hadiahkan untukku akan aku pakai nanti malam pasti kamu menyukainya dan cincin bermata satu ini sangat pas di jari manisku!” ucap wanita itu panjang lebar tanpa tahu siapa yang sedang mendengarkan pembicaraannya.

“Halo, Mas. Kenapa kamu diam saja?”

Desy hanya terdiam mendengarkan si wanita berbicara panajnag lebar bahkan suaminya sendiri menghadiahkan lingerie dan cincin emas bermata satu kepada wanita lain selain dirinya. Bukan berarti ia tak mampu membeli semacam itu namun kenapa ia menghadiahkan untuk wanita lain, apa yang Jaya sembunyikan dari istrinya?

Desy langsung mematikan panggilan telephone dari wanita itu ia langsung membaca pesan masuk dari Saipul yang berisikan pesan yang seharusnya tak ia baca. Desy menitikan air mata yang sudah tak kuasa tertahan di pelupuk matannya ia membaca satu-persatu pesan yang Saipul kirimkan kepada ponsel Jaya.

Hancur seketika melihat isi pesan dari wanita itu foto dimana si wanita memakai lingerie yang berikan Jaya untuknya.

“Mas, apa kamu menyukainya! Aku baru saja selesai mandi segar sekali rasanya,” isi pesan dari Saipul nama dalam kontak ponsel Jaya.

Sungguh lelaki yang tak bisa setia pada satu wanita seorang Desy yang sangat berpengalaman dalam rumah tangga tak mau lagi rumah tangganya hancur gara-gara orang ke tiga.

Belum terbukti jika belum melihatnya dengan mata kepalannya sendiri. Rasa kesal dan kecewa ia pendam sebelum semua ia saksikan secara langsung.

“Lihat saja, Mas. Aku akan buktikan semua apa yang telah kamu perbuat di belakangku selama ini, pantas saja selama ini kamu bilang lembur terus hingga pulang larut malam teryata wanita itu yang selama ini kamu

temui!”

Susah payah ia bangun rasa cinta seketika berubah menjadi rasa benci yang teramat dalam kepada Jaya Wijaya yang telah menjadi suaminya selama satu setengah tahun.

“Apa salahku, Mas. Hingga kamu setega ini di belakangku. Kuranng apa aku mengorbankan semua yang aku sukai dan profesiku sebagai penyanyi aku hentikan hanya ingin menjadi istri yang berbakti kepada suami.”

Hancur sudah rasa cintanya kepada Jaya karena ia telah menghianatinya hingga Jaya berani berselingkuh hingga sejauh itu. Desy menghapus air matanya ketika melihat Jaya telah siap untuk berangkat kerja, Jaya segera menghabiskan kopi yang Desy buatkan dan pamit untuk berangkat kerja.

“Sayang, aku berangkat kerja dulu ya kamu baik-baik di rumah. Ingat kamu jangan suka ikut ngumpul sama tetangga sebelah yang suka gibah itu aku lebih suka istriku berada di rumah,” ucapnya memeluk hangat sang istri dan mengecup pucuk keningnya dengan lembut.

Desy mengantarkan Jaya kedepan rumah hingga suaminya itu berangkat. Tak disangka apa yang suaminya katakan itu ternyata benar. Tetangga sebelahnya memang sedang memperhatikan keluarganya hingga mereka saling berbisaik seperti sedang membicarakan sesuatu.

“Mas, berangkat dulu ya, sayang!”

“Hati-hati, Mas!”

Desy melihat tetangga sebelahnya itu masih memperhatikan dia, tak disangka sekepo itu tetanggaya hingga harus tahu apa yang sering di kerjakan Desy sehari-harinya. Ia segera membalikan badan dan masuk kedalam rumah seketika langkahnya terhenti karena seseorang dari mereka bertanya kepada Desy.

“Hei, Des. Jangan suka dirumah kali-kali kamu harus mengikuti suamimu, Dia itu berangkat kerja apa malah belok ke rumah yang muda, ya ampun aku jadi keceplosan!” ucap salah satu ibu-ibu rempong sebelah rumah Desy.

Desy hanya tersenyum kepada tetangganya itu dan ia segera masuk kedalam seperti apa yang di minta Jaya

suaminya.

“Punya istri kok dikurung terus memangnya dia tak tahu apa jika suaminya itu suka berboncengan dengan wanita lain,” ucap Bu Wati.

“Masa sih Jeng. Kok aku baru tahu kalo suami mbak itu ternyata selingkuh!”

“Eh, kalian tahu ngak dia itu sudah menjanda dua kali gara-gara merebut suami orang. Ya sekarang tau sendiri kan akibatnya yang namanya karma itu berlaku untuk siapa saja!” cicit Bu Wati tak kalah hebohnya.

Ketiga wanita itu senang sekali mengunjingkan Desy karena statusnya yang dulu menyandang sebagai janda dua kali. Desy masih berdiri di balik pintu mendengarkan ocehan tetangga sebelahnya membicarakan tentang dirinya

“Astagfirulloh! Seburuk itukah aku dimata kalian yang tak tahu menahu tentang kehidupanku!”

Ia segera kembali kedalam untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang belum selesai. Desy masih tak menyangka dengan apa yang telah ia dengar tadi, hatinya sakit dan perih menerima kenyataan bahawa suaminya kini memiliki hubungan gelap dengan wanita lain.

“Benar apa yang dikatakan si tukang gibah itu, aku harus keluar demi keutuhan rumah tanggaku, aku tak mau menjadi janda untuk yang ketiga kalinya jika semua itu terjadi apa kata orang nanti? Pasti mereka akan terus mengunjing tentang diriku yang selalu gagal dalam berumah tangga!”

Detektif Ukhti

Suasana hati Desy kini semakin tak karuhan semua pikirannya hanya tertuju pada Saipul nama pada kontak telepone suaminya. Desy bergegas membereskan pekerjaan rumah dan bertekad menjadi detektif dadakan demi menyelidiki perselingkuhan suaminya dengan Saipul.

“Aku harus membuktikan sendiri dengan mata kepalaku seperti apa si Saipul yang dia selalu datangi!”

Mengenakan pakaian seperti ukhti-ukhti bercadar agar penyamarannya tak mencurigakan. Desy sudah siap untuk menjadi detektif ukhti. Tekatnya sudah bulat ia harus mempertahankan rumah tangganya yang masih seumur jagung. Desy ingin sekali memiliki suami yang menerima dia apa adanya dan langgeng sampai maut memisahkannya.

Dalam perjalanan menaiki ojeg online Desy sangat gugup,apa yang akan ia lakukan ketika menangkap basah suaminya sedang berselingkuh dengan si Saipul!

Ia menunggu di dekat penjual makanan, di situ Desy memantau suaminya yang baru saja keluar dari pabrik bersama seorang wanita. Saipul seorang wanita yang sudah menggoda suaminya.

“Kurang ajar tenyata selama dua bulan ini dia selau bilang lembur ini yang dimaksud lembur bersama si Saipul yang kegatelan sama suami orang!” batinya mengerutu sudah tak kuat ingin melabrak si Saipul.

Jaya segera mengantar Nyimas pulang ke kontrakannya seperti biasa semua ritual sepulang kerja Jaya inginkan dari wanita yang sudah ia pacari selama lima bulan terakhir. Rasa cintanya terhadap Nyimas begitu besar karena Nyimas adalah wanita kriteria idaman Jaya.

Desy membuntuti mereka berdua dengan ojeg online, berharap semua masalah akan beres hari ini juga. Namun ia tak bisa mengejar terlampau jauh karena terhalang oleh perlintasan kereta api.

“Sialan, aku jadi kehilangan jejak mereka!” Desy mengumpat kesal karena lagi-lagi dia harus kalah dari si Saipul wanita jadi-jadian itu.

Jaya dan Nyimas baru saja sampai di rumah kontrakannya mereka beristirahat untuk menghilangkan rasa capek mereka.

“Mas, mau aku buatkan kopi?" tanya Nyimas.

“Ngak usah, Sayang. Air putih saja aku lagi ngak ingin ngopi!”

“Mas, kapan kamu akan mempekenalkan aku kepada keluargamu? Aku ingin kita itu sah secara

agama dan terdaftar di catatan sipil?” ucap Nyimas sembari membawa secangkir air putih kehadapan Jaya.

Seketika nafas Jaya sesak mendengar perkataan Nyimas yang ingin dinikahi secara sah dan tak mau sembunyi-sembunyi terus seperti ini.

“Sabar, Sayang. Aku sedang memikirkan bagai mana cara aku bisa menceraikan Desy. Kamu tahu sendiri kan aku selama ini tak mencintai dia, aku menikah karena atas dasar hutang budi terhadap keluarganya!”

Sebenarnya Jaya engan menceraikan Desy pasalnya harta warisan akan jatuh pada Jaya jika Jaya memiliki anak darinya.

“Ya sudah kamu bilang saja jika sama kedua orang tuamu jika, Mas. Sudah tak mencintai dia beres kan!”

“Tak segampang itu sayang, kedua orang tuaku itu akan menyerahkan warisannya kepdaaku jika aku mempunyai anak dari Desy. Tetapi kamu tahu sendiri jika dia selama ini belum saja hamil!” kekeh Jaya.

Nyimas bersemangat mendengar jika warisan aka jatuh kepada Jaya ia berusaha membujuk Jaya untuk segera menikahnnya.

“Warisan?” batinnya.

Jaya mengerutkan keningnya seakan semua tak mungkin jika ia menikah dengan Nyimas pasti ia tak akan mendapatkan warisan sepersen pun dari kedua orang tuannya.

“Ya sudah kalau begitu hamili aku saja, Mas. Supaya kamu mendapatkan warisan dari kedua orangtuamu, gitu aja ko bingung sih aku sangat mencintaimu, Mas. Semua aku lakukan hanya untukmu keperawananku dan semua hatiku sudah aku berikan padamu!” kekeh Nyimas.

Jaya semakin pusing dengan semua apa yang terjadi. Nyimas memang benar dia yang telah mengambil ke gadisan Nyimas lantaran dasar suka sama suka. Tetapi Jaya masih bingung jika menceraikan Desy dan mendapatkan anak dari Nyimas apa dia akan tetap mendapatkan warisan yang orang tuanya janjikan?

***

Setelah pengejaran yang tanpa hasil akhirnya Desy kembali ke rumah agar Jaya tak mencurigainya jika ia pulang nanti tak mendapati istrinya di rumah, setelah ini ia akan menyusun rencana selanjutnya.

“Aku harus bersikap biasa seolah-olah aku tak mengetahui perselingkuhan mereka. Aku harus kuat dan tegar menghadapi ini semua!”

Ponsel Desy berdering ia baru saja masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan bagannya yang penuh dengan asap masakan selama berada di dapur tadi. Di guyur air shower rasanya sangat segar dan rasa peningpun sedikit hilang.

Desy meraih ponselnya di atas ranjang dan mengeceknya benar saja ada beberapa panggilan tak terjawab dari Jaya. Desy segera menelepon Jaya dan mengabarkan bahwa ia baik-baik saja di rumah.

“Assalamuallaikum, Mas. Maaf tadi aku habis mandi,” ucapnya sambil menggosok-gosok rambut dengan handuk kering.

“Oh! Mas, kira kamu kemana. Sebentar lagi, Mas. Pulang ke rumah hari ini tak pulang larut. Kamu mau di bawakan apa nanti, Mas. Pulang?”

“Memangnya aku tak tau jika kamu sedang berduaan dengan si Saipul, hah!” batinya.

“Sayang, kamu mau apa? Kok malah diam saja,” ucap Jaya di ujung sana.

“Aku tidak mau apa-apa, Mas. Aku hanya ingin kita makan malam berdua saja itu sudah lebih dari cukup.”

Jaya merasa terkejut karena perkataan Desy yang begitu menusuk kedalam hati. Pasalnya sudah dua bulan ini ia tak penah makan malam bersama bahkan tidur pun mereka terpisah karena Jaya yang suka meneonton televisi

sebelum tidur hingga ia tidur beralaskan kasur karpet di depan televisi.

“Iya, nanti kita makan malam bersama.” ucap Jaya mengakhiri percakapnya.

Desy tersenyum simpul ketika mendengar perkataan Jaya yang akan menemaninya makan malam. “Semoga kamu cepat sadar, Mas!”

Setelah mandi ia segera berias dan menggunakan pakaian tidur untuk menyambut sang suami pulang bekerja. Tak lama terdengar suara motor terparkir di depan rumah kontrakan mereka. Jaya sangat lesu dan lelah akhir-akhir ini dia selalu memikirkan bagai mana caranya mengatakan yang sebenarnya kepada Desy jika ia lebih mencintai wanita lain.

“Assalamualaikum!”

Jaya masuk kedalam rumah di sambut sang istri yang telah menunggunya sedari tadi. Jaya terkesima matanya membulat sempurna melihat penampilan istrinya lain dari pada biasanya. Sambutan yang Desy buat membuat mata Jaya tak berkedip sedikitpun. Bahkan ia sampai maju menghampiri istrinya itu dan memeluknya dengan tersenyum sumringah.

“Waallaikum’salam, Mas. Sini aku bawakan sepatu dan tasnya.”

Desy segera meraih punggung tangan Jaya dan mengecupnya. Jaya tersadar dari lamunannya dan menatap kembali sang istri dengan penuh semangat.

Jaya seakan terhipnotis oleh penampilan Desy yang begitu memukau, setelah lelah bekerja seharian dan begitu banyak permintaan yang Nyimas Inginkan membuat Jaya tertekan.

“Kamu sangat cantik sekali sayang, aku sampai bersemangat jika kamu berpenampilan seperti itu!”

Desy mencoba menggoda suaminya agar ia tak mudah tergoda lagi dengan si Saipul. “Mas, bersih-bersih dulu sana setelah itu kita makan malam bersama. Nanti setelah itu aku kasih hadiah!”

“Hadiah apa sayang, aku jadi penasaran?”

“Tunggu ya.Mas mandi dulu!” ucap Jaya segera berlari menuju kamar mandi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!