NovelToon NovelToon

Kepastian Cinta

01

Seorang gadis baru saja bangun dari tidurnya setelah mendengar bunyi alarm-nya. Dia segera bangun mematikan alarm-nya terlebih dahulu lalu segera berdoa bangun tidur dan mengucap rasa syukur atas nikmat hidup yang sudah diberikan padanya hari ini.

Gadis itu segera beranjak dari ranjangnya dan menuju kamar mandi lalu segera melakukan sholat malam yang biasa dia lakukan. Setelah melakukan sholat malam dia mengaji terlebih dahulu lalu sambil menunggu waktu sholat subuh tiba dia membuka laptopnya meluangkan waktu untuk menulis. Yah, dia selain kesibukannya di dunia kerja dia juga tetap meluangkan waktu untuk mengisi hobinya yaitu menjadi penulis novel online yang alhamdulillah walau sedikit dia di gaji juga dari hobinya itu. Memang pekerjaan yang dilakukan jika itu hobi dan di gaji menjadi sebuah kebahagiaan sendiri walau gajinya sedikit. Akhirnya saat adzan subuh berkumandang dia menyelesaikan dua bab untuk novelnya dan segera menguploadnya di aplikasi.

Gadis itu kembali ke kamar mandi untuk melakukan wudhu kembali dan segera melaksanakan sholat subuh. Setelah sholat subuh dan membaca surah yang biasa dia baca dia segera melepas mukenahnya dan keluar dari kamarnya menuju dapur mininya untuk memasak sarapan sebelum dia berangkat menuju tempat bekerjanya.

Gadis itu memang tinggal sendiri di rukonya. Yah gadis dengan nama lengkap Nayyara Apriliani Al Ayaan yang biasa di sapa Nayya itu adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Dia memiliki dua adik perempuan yang saat ini sedang kuliah. Adik nomor satu atau anak kedua dalam keluarganya yang bernama Rayyana Oktaviani Al Ayaan saat ini sedang menempuh profesi bidan di kampus yang sama dengan kampus Nayya dulu begitu juga dengan si bungsu yang bernama Zayyana Noviani Al Ayaan saat ini juga sedang menempuh kuliah jurusan Farmasi semester 7.

Usia Nayya dengan Rayya terpaut tiga tahun sedangkan Rayya dan si bungsu Zayya terpaut dua tahun saja. Kembali ke Nayya di usianya 27 tahun dia sudah menjadi wanita karir yang sukses. Dia bekerja sebagai perawat di puskesmas yang ada di desanya. Selain itu dia memiliki toko yang menjual barang-barang harian atau bisa di sebut minimarket yang sangat ramai. Selain minimarket dia juga punya usaha percetakan dan dua tahun lalu dia ikut kursus menjahit dan sudah mendirikan usaha butik walau yang dia baru menerima pesanan ringan saja seperti kaos atas gamis sederhana.

Nayya juga memiliki peran dalam desanya dengan mengajukan tempat penjualan pupuk bersubsidi karena memang mayoritas penduduk di desa Nayya tinggal berprofesi sebagai petani jagung hingga setahun lalu dia mengajukan proposal agar di desanya di sediakan tempat untuk penjualan pupuk agar para petani tidak jauh membeli pupuk dan alhamdulillah apa yang dilakukan Nayya itu sangat membantu para petani di desanya. Pelayanan pupuk itu di kelola oleh papanya Nayya yang juga berprofesi sebagai petani jagung. Hal itu jugalah yang mendorong Nayya nekat mengajukan proposal ke pihak pertanian karena mereka akan di kenakan biaya tambahan jika membelinya di kota.

Selain beberapa usaha yang di ketahui oleh orang-orang Nayya memiliki penghasilan tambahan dari menulis yang hanya keluarganya yang tahu bahwa dia juga menulis. Nayya walau dia belum menikah tapi dia memutuskan untuk tinggal sendiri di rukonya. Yah, minimarket Nayya itu terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berada di bawah tanah yang dijadikan sebagai gudang, lantai dua di dasar tanah sebagai minimarket, percetakan juga butik mininya. Dan lantas tiga yaitu rumah tempat Nayya beristirahat dan juga melayani pasien yang datang membutuhkan bantuannya.

Sepertinya sudah cukup perkenalan akan Nayyara atau Nayya selaku tokoh utama dalam cerita ini. Nayya adalah gadis yang super sibuk hingga dia pun memiliki manajemen waktu yang baik agar bisa mengelola semua usahanya dengan baik. Nayya sangat sibuk, harinya di awali dengan pergi ke puskesmas sampai jam dua di sana lalu balik mengawasi usahanya yang lain.

Tok tok tok

Nayya yang saat ini sedang menata sarapan di meja makan mininya segera membukakan pintu, "Mah, pah. Masuk!" Ucap Nayya segera mempersilahkan orang tuanya itu masuk. Memang kedua orang Nayya tinggal di rumah mereka dan akan ke minimarket Nayya jika putrinya itu akan pergi ke puskesmas.

"Kamu masak apa nak? Mama sudah bawakan sarapan untukmu. Ayam bakar." ucap mama Fara.

Nayya segera duduk di meja makan dan melihat makanan yang di bawah orang tuanya itu, "Makan ayam bakar saja nak. Sepertinya dengan nasi goreng juga enak." Ucap Papa Imran.

Nayya pun mengangguk dan segera mengambil daging ayam bakar itu dan memulai sarapannya, "Nak, kapan pupuk tiba?" tanya papa Imran.

"Pah, sebentar bicaranya. Putri kita masih sarapan." ucap mama Fara yang tidak ingin membuat Nayya tersedak.

Nayya tersenyum lalu dia minum air dulu, "Seminggu lagi pah tapi akan Nayya cek lagi." ucap Nayya.

"Jangan terlalu memvonis dirimu bekerja nak. Kau itu sudah sukses. Carilah jodohmu juga. Mereka menjadi minder melihatmu. Papa gak mau kamu nanti sampai tua belum juga punya jodoh. Rayya akan sebentar lagi juga lulus." ucap papa Imran.

"Sudahlah biarkan saja pah. Lagian mama yakin pasti akan ada pria yang akan meminang putri kita dan tidak akan minder. Sudah nak jangan pikirkan ucapan papamu. Mama akan selalu mendukung keputusanmu." ucap Mama Fara.

"Papa juga mendukung keputusanmu nak hanya saja akhir-akhir ini papa mulai khawatir melihatmu yang sepertinya sudah nyaman dengan kesendirianmu. Ini juga salah kami yang selalu melarangmu menjalin hubungan saat masih kuliah." ucap papa Imran.

Nayya segera menggenggam tangan papa dan mamanya itu, "Pah, Mah, semua yang terjadi padaku bukan salah kalian. Emang jodohku saja belum waktunya datang. Aku yakin jika sudah waktunya datang maka dia pasti akan datang apapun dan bagaimanapun caranya. Jangan terlalu risau dengan itu aku masih muda baru juga dua tujuh. Jika memang mama dan papa sudah risau dengan ini maka aku serahkan kepada kalian untuk memilih siapa calon suamiku. Aku akan menerima siapapun pilihan kalian. Aku percaya siapa yang akan kalian pilih maka itulah kepastian cintaku." ucap Nayya tersenyum.

"Perlu kalian tahu mah, pah aku sangat bersyukur kalian mendidikku dengan sangat keras dan melarangku berpacaran karena memang hubungan pacaran juga tidak boleh dilakukan. Aku sangat bersyukur karena dengan larangan dan didikan kalian aku bisa menjadi seperti sekarang ini. Aku menyayangi kalian mah, pah. Tak ada satu pun yang membuatku menyesal atas didikan kalian." lanjut Nayya tersenyum lalu mengecup kedua tangan orang tuanya itu bergantian.

Setelah itu dia segera berdiri dan merapikan bekas sarapannya dan juga menyapu rumahnya itu. Kedua orang tuanya segera turun ke bawah untuk mengawasi pegawai Nayya yang sudah datang. Kedua orang tua Nayya hanya mengawasi saja karena Nayya sudah punya karyawan yang menjaga usahanya itu.

02

Kini Nayya sudah siap dengan pakaian kerjanya untuk pergi ke puskesmas. Dia segera turun dan menyapa teman-teman karyawan yang memang dia rekrut dari orang-orang di desanya itu. Secara tidak langsung dia sudah menciptakan lapangan pekerjaan kepada orang-orang di sana. Nayya menemui orang tuanya yang kini sedang ada di dalam minimarket, "Mah, Rayya dan Zayya baru saja menghubungi Nayya mereka mau di kirimkan uang tapi kemudian berubah pikiran. Mereka akan pulang nanti sore." ucap Nayya yang memang kedua adiknya itu baru saja menghubunginya.

Setelah melakukan pengecekan terhadap tiga usahanya itu dia segera berpamitan kepada kedua orang tuanya karena memang harus pergi ke puskemas, "Mah, pah, Nayya pamit. Mama sama papa baik-baik di sini." pamit Nayya lalu menyalami dan melabuhkan kecupan di pipi kedua orang tuanya itu. Hal itu memang sudah menjadi kebiasaan Nayya yang rutin dia lakukan saat akan berpamitan.

"Kamu juga hati-hati di jalan nak." ucap mama Fara dan papa Imran bersamaan.

Nayya hanya membalasnya dengan tersenyum lalu dia segera mengeluarkan sepeda motornya dan menaikinya. Dia juga tidak lupa berpamitan dengan teman karyawan-karyawan sebelum melajukan sepeda motornya menuju puskesmas.

Sekitar 10 menit dia mengendara dia tiba di puskesmas dan segera menyapa cleaning servis yang sudah mulai bekerja membersihkan puskesmas itu.

Jarak puskesmas dengan ruko Nayya memang tidak jauh kecuali jika dia berangkat dari rumah orang tuanya maka akan memakan waktu dua kali lipat karena jaraknya yang juga lumayan jauh. Nayya segera melakukan daftar hadir dan menuju ruangannya. Dia di tempatkan di tempat pelayanan imunisasi. Tugas Nayya di puskesmas yaitu pelaksanaan posyandu di desa yang menjadi tanggung jawab puskesmas itu bersama dengan rekan-rekannya yang lain. Tidak lama teman-teman seprofesinya juga mulai berdatangan dan kegiatan pelayanan pun di buka.

***

Singkat cerita, kini Nayya sudah kembali dari puskesmas. Dia segera menuju rukonya dan seperti biasanya dia selalu menyapa karyawannya yang memang banyak seumuran dengannya itu tapi mereka sudah menikah bahkan ada yang anaknya sudah dua dan tiga.

Nayya segera menyalami kedua orang tuanya, "Nak, mama sudah memasak tadi. Makanlah!" ucap mama Fara.

Nayya pun mengangguk dan dia segera naik ke lantai tiga di mana rumahnya berada. Dia segera menuju kamar untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya lalu menuju meja makan dan segera makan makanan buatan mamanya itu yang memang menurut lidahnya bahwa masakan mamanya tidak ada tandingannya. Walaupun dia gak lapar tapi jika sang mama yang memasak maka dia pasti akan menghabiskannya seperti saat ini sebenarnya dia sudah makan siang tapi karena mamanya sudah memasak maka dia pun kembali makan. Ada satu hal yang unik dari Nayya yaitu walaupun dia makan banyak atau berkali-kali namun berat badannya tetap sama saja tidak naik maupun turun tetap 48 kg di tingginya 162 cm.

Setelah makan Nayya turun segera menuju kasir minimarketnya karena berhubung banyak pelanggan yang datang, "Ses, ternyata sudah pulang? Kami pikir masih di puskes." Ucap pelanggan menyapa Nayya berhubung juga pelanggannya itu tadi baru dari puskesmas dan bertemu dengannya.

Nayya mengangguk tersenyum lalu segera mendekati mamanya yang kerepotan di bagian kasir. Dia segera mengambil alih kasir dan melayani pembeli. Setelah sekitar satu jam akhirnya pelanggan sudah pada pulang dan minimarket kembali sepi walau tetap ada satu dua orang yang datang.

Nayya karena bisa di hitung minimarket sedang sepi dia segera menuju percetakan tepat di sebelah minimarket. Di sana para karyawannya sedang sibuk dengan orderan undangan dan juga membuat yasinan, "Wah, apa pesanannya sudah selesai?" tanya Nayya basa basi karena dia tahu percetakannya itu laris manis banyak menerima pesanan.

"Selesai bagaimana Ses? Ini sudah banyak orderan dan saat ini kami harus kerja cepat karena undangan ini akan di jemput jam 4 nanti." jawab salah satu karyawannya.

Nayya pun tersenyum lalu dia segera membantu mereka agar cepat menyelesaikan undangan yang akan di jemput itu sambil bercerita. Ada beberapa temannya yang juga menggodanya, "Kapan ses nikahnya masa iya punya perusahaan percetakan hanya cetak undangan orang lain dan undangan pernikahan sendiri gak?" ucap salah satu temannya itu.

Nayya tersenyum, "Doakan saja semoga jodohnya segera datang di kirim sama Allah dari Lauh Mahfuz." jawab Nayya.

"Sebenarnya mau datang jodohnya hanya saja mereka insecure melihat kesuksesanmu Ses." ucap yang lainnya.

"Yah, gak usah insecure dong kan sama-sama manusia. Saya juga masih makan nasi dia juga sama kan. Lalu kenapa harus minder." ucap Nayya.

"Kami akan mengatakannya kepada tetangga kita itu loh yang biasa di gosipkan dengan anda Ses. Walaupun dia punya kekasih lain tapi hanya anda yang direstui oleh orang tuanya." ucap teman Nayya itu.

Nayya tersenyum, "Gak usah. Jika memang berjodoh tanpa di dekatkan pasti akan datang sendiri. Saya sudah terlanjur kecewa." jawab Nayya tertawa.

Setelah menyelesaikan undangan yang akan di jemput itu, Nayya segera kembali ke minimarket dan membuka laptopnya dan mulai lagi menulis karena memang tidak ada yang harus dia layani.

Nayya jika sudah menulis maka dia seolah-olah sudah melebur dengan dunia halunya itu. Dia sudah tidak seperti berada di dunia nyata. Begitulah hobi yang menjadi penghasilan.

***

Tepat setelah ashar kini Nayya sibuk dengan melayani pasien yang datang berobat dari berbagai desa. Memang Nayya membuka praktiknya setelah ashar sampai jam 8 malam. Banyak pasien yang sudah berlangganan dengannya walaupun ada puskesmas tapi mereka hanya mempercayainya saja. Untuk itulah Nayya tetap membuka praktiknya ini demi melayani mereka. Nayya mendapatkan surat izin praktik mandiri di rumah satu tahun lalu dan sejak itu dia membuka praktiknya yang langsung mendapat penerimaan yang baik dari masyarakat di desanya ataupun di desa lain.

Puskemas tempat Nayya bekerja menaungi delapan desa di sekitaran tempat tinggal Nayya itu karena memang tempat tinggal Nayya berada di kawasan terpencil namun sudah terdiri satu kecamatan sendiri sehingga pelayanan untuk masyarakat pun sudah di dekatkan.

"Ses, sudah punya calon suami tidak?" tanya Adiba, salah satu orang yang selalu datang kepadanya untuk konsultasi atau berobat terkait anaknya bahkan keduanya berteman di sosial media.

Nayya tersenyum mendengar pertanyaan yang sama yang selalu Adiba ajukan jika dia datang kesini dan selalu Nayya jawab dengan senyuman, "Mbak Adiba gak bosan yaa menanyakan pertanyaan itu terus. Saya sudah punya calon mbak. Sekarang dia masih di Lauh Mahfuz. Saya yakin dia akan segera datang." jawab Nayya sambil merapikan alat-alat kesehatannya dan juga meresepkan obat untuk pasiennya itu.

"Yah, bagaimana juga Ses gak menjawabnya secara gamblang selalu saja jawabannya seperti itu membuat saya penasaran saja." ucap Adiba.

Nayya tersenyum lalu setelah itu Adiba segera pamit pulang. Adiba berasal dari desa sebelah dan dia selalu datang bareng suaminya.

03

Sepeninggal Adiba dan beberapa pasien yang bergantian untuk dia periksa kini Nayya kembali ke kamarnya untuk membersihkan karena memang semua pasiennya sudah balik.

Sementara Nayya berada di kamarnya di bawah baru saja datang dua saudara Nayya yang baru saja tiba dari kampus mereka. Kedua adik Nayya itu pulang karena mereka besok libur berhubung weekend juga. Begitu tiba Rayya dan Zayya segera masuk ke dalam minimarket menyalami sang mama, “Mah, papa mana?” tanya Rayya yang tidak melihat papanya itu.

“Papa kalian mungkin di sana di toko sebelah. Dia sibuk dengan pupuk yang juga belum tiba hingga saat ini padahal perjanjiannya kemarin seharusnya tiba dan kata kakak kalian mungkin seminggu lagi di antarkan karena pihak pertanian masih memiliki kendala.” Jawab mama Fara.

“Kalau kakak di mana?” kali ini si bungsu Zayya yang bertanya karena dia juga tidak melihat kakak sulungnya itu.

“Kakak kalian? Mungkin di atas sedang membersihkan diri karena pasiennya baru saja pulang.” Jawab mama Fara lagi.

Rayya dan Zayya pun mengangguk lalu keduanya segera berlari ke tangga menuju lantai dua atau rumah Nayya karena lantai pertama yang berada di bawah tanah tidak di anggap sebab itu hanya gudang, “Eeh kalian mau kemana?” tanya mama Fara melihat kedua anaknya itu yang berlari menuju ke lantai atas.

“Tentu saja mau menemui kakak mah. Mau minta uang.” Ucap Rayya di angguki oleh Zayya.

Mama Fara yang mendengar ucapan kedua putrinya itu bingung, “Mau minta uang? Kenapa harus sama kakak kalian? Sama mama saja.” ucap mama Fara.

“Gak mau mah. Kakak sudah janji akan memberikan kami uang. Kami meminta sama kakak bukan mama dan papa. Sudahlah kakak itu pasti akan memberikannya mah dia sudah janji soalnya.” Ucap Rayya lagi. Lalu kedua kakak beradik yang hanya terpaut dua tahun itu segera menuju lantai atas.

Mama Fara pun hanya bisa menghela nafasnya kasar melihat dan mendengar apa yang dilakukan oleh kedua anaknya itu kepada putri sulungnya. Nayya memang sangat memanjakan kedua adiknya. Apapun di turuti hingga keduanya sangat jarang meminta uang pada mama Fara dan papa Imran, kedua adik Nayya itu selalu saja meminta uang kepada Nayya dan Nayya pun selalu memberikannya tanpa penolakan. Setiap dia memiliki uang pasti kedua adiknya selalu di berikan.

Mama Fara dan Papa Imran pun bahkan menjadi bingung dengan kedua anaknya yang lain yang sudah jarang meminta uang pada mereka dan justru setiap pulang meminta uang kepada kakak mereka. Rayya dan Zayya pun sangat menurut kepada kakak sulung mereka itu. Tidak ada satupun perintah atau permintaan Nayya yang di tolak keduanya selalu saja di laksanakan dengan baik. Rayya dan Zayya sangat patuh kepada Nayya dan Nayya pun sangat menyayangi kedua adiknya itu tanpa membedakan. Nayya menjadi sosok kakak yang sangat di hormati oleh kedua adiknya itu. Nayya tegas akan semuanya tapi juga dia sangat lembut dan menyayangi kedua adiknya itu.

Rayya dan Zayya segera menuju kamar Nayya begitu tidak melihat di mana kakaknya berada dan keduanya menduga kakaknya itu pasti ada di kamarnya, “Kakak!” ucap Rayya dan Zayya bersamaan sambil membuka pintu kamar kakaknya itu hingga membuat Nayya yang baru saja keluar dari kamar mandi kaget.

“Astaga dek. Kakak kaget tahu.” Ucap Nayya lalu segera menuju lemarinya mengambil pakaian.

Rayya dan Zayya segera duduk di ranjang kakaknya bahkan keduanya segera berbaring, “Kalian sudah lama tiba?” tanya Nayya yang baru saja selesai mengganti pakaiannya dan kini sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Rayya dan Zayya segera menggeleng bersamaan, “Kami baru saja tiba kak dan langsung kesini setelah menyalami mama lebih dulu.” Ucap Rayya dan Zayya segera bangkit dari ranjang dan menyalami Nayya.

“Mau kakak segera kirim atau mau tunai?” tanya Nayya mengambil ponselnya bermaksud mentransfer uang yang kedua adiknya minta.

“Kak, kau ini walaupun tujuan kami datang dengan cepat ke kamarmu karena uang tapi setidaknya lakukan itu setelah kami lumayan lama tiba karena sejujurnya kami merasa menjadi adik yang jahat yang baru datang tapi sudah langsung minta uang.” Ucap Zayya.

Nayya pun tertawa mendengar hal itu dan dia pun segera meletakkan ponselnya kembali, “Kan kakak gak tahu. Kakak pikir kan kalian sudah sangat membutuhkan uang itu makanya kakak ingin segera memeberikannya.” Ucap Nayya mulai mengeringkan rambutnya menggunakan hair dryer.

Rayya segera mendekati Nayya dan mengambil alih hair dryer di tangan kakaknya dan mulai mengeringkan rambut kakaknya itu, “Kak, aku mau curhat.” Ucap Rayya.

Nayya pun segera menatap adiknya itu dari cermin, “Mau curhat apa?” tanya Nayya.

“Kak Rayya mau curhat ada yang mendekatinya kak seorang polisi dan mengajaknya menikah tapi kan kak Rayya belum lulus makanya dia ragu. Kak Rayya sudah meminta untuk menunggu hingga kak Rayya lulus profesi tapi polisi itu menolak dan mengatakan akan memilih orang lain saja. Selain itu juga kak Rayya memikirkan kakak yang juga belum menikah masa iya dia anak kedua menikah lebih dulu.” Ucap Zayya yang memang sudah mengetahui itu.

Nayya yang mendengar itu tersenyum, “Kenapa harus memikirkan kakak sayang. Jika memang kau sudah ingin menikah maka menikahlah dek. Kakak gak masalah kau langkahi.” Ucap Nayya.

Rayya yang mendengar itu segera memeluk kakaknya dan meletakkan hair dryer, “Gak, aku gak mau kak. Kau adalah kakakku dan aku tidak akan pernah melangkahimu kak. Aku akan menikah setelah lulus nanti dan setelah kau menikah. Jika memang dia memilih orang lain untuk jadi istrinya gak masalah untukku itu berarti dia bukan jodohku tapi aku tidak akan melangkahimu kak. Aku menyayangimu.” Ucap Rayya mengecup tangan kakaknya itu.

Nayya yang mendengar itu terharu dan memeluk adiknya itu, “Doakan yaa jodoh kakak akan segera datang agar kau bisa menikah. Kakak akan berdoa juga semoga kau mendapatkan jodoh yang terbaik.” Ucap Nayya lalu mengecup kening adiknya itu.

“Kakak, aku juga mau di kecup di kening. Masa Cuma kak Rayya sih yang dapat.” Ucap Zayya.

Nayya dan Rayya pun tertawa dan Nayya segera merentangkan tangannya seolah meminta Zayya bergabung. Zayya pun segera mendekat dan memeluk kedua kakaknya itu, “Kak, jangan pernah merasa berat karena kami. Kami akan menunggu sampai kau menemukan jodohmu baru kami akan menerima jodoh kami.” Ucap Rayya yang di angguki oleh Zayya.

Nayya mengangguk, “Kakak menyayangi kalian dan kebahagiaan kalian adalah prioritas kakak. Mama dan papa sudah berjuang keras untuk membuat kakak seperti ini dan kini saatnya kakak membalas budi itu dengan bertanggung jawab untuk kalian.” Ucap Nayya mengecup kening kedua adiknya itu.

“Jangan terlalu memvonis tubuhmu dengan bekerja kak. Kami gak mau kau sakit.” Ucap Rayya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!