Langit biru yang memayungi negri khatulistiwa tidak selamanya berarti cerah dan berseri.
Awan mendung tengah menyelimuti penerbangan bumi pertiwi, sebuah pesawat sipil komersil berjenis boeing dinyatakan hilang kontak dari radar. Pesawat itu mengangkut sekitar 191 penumpang bersama 11 kru pesawat termasuk pilot, co pilot dan pramugari. Pesawat dengan rute ibukota-Mana ado itu jatuh dan tenggelam di perairan tengah nusantara.
"Mamaahhhhhhh!"
"Papahhhh!!!!"
Seorang gadis cantik bersurai panjang menangis meraung-raung, badannya merosot ke lantai keramik marmer demi mendapati kabar mengejutkan kedua orangtuanya yang turut menjadi korban kecelakaan pesawat itu.
Mendadak bandara penuh oleh keluarga korban dan awak media. Duka mendalam hinggap dalam dada, meninggalkan lubang yang menganga. Mereka kehilangan anak, suami, istri, orangtua, saudara, kerabat, kekasih dalam tragedi kecelakaan itu.
Derap langkah berlari para prajurit terdengar lebih nyaring dari biasanya di sebuah pangkalan laut. Seorang perwira muda dengan tanda kehormatan yang berjejer di lorengnya tergabung dalam elite komando pasukan tentara negri.
"Posisi jatuh disini, kita luaskan pencarian sekitar sini. Sementara komando intai amfibi menyisir sebelah utara perairan Maj3ne!" titah seorang kapten.
Warna kulit yang mulai berubah jadi sedikit kecoklatan adalah bukti nyata jika ia bersungguh-sungguh dalam menjalani pelatihan dan tugas, ia melirik jam khusus anti air miliknya, pakaian selam sudah terpasang rapi di badan tegapnya.
"Ray, saya dengar abang kau naik pangkat tahun ini?" tanya seorang rekan senior.
"Iya bang," jawabnya setengah berteriak diantara kencangnya suara kapal bermotor dan deru angin laut.
"Wah! Kapan kau menyusul?!" Ray hanya bisa nyengir lebar.
"Jangan lah bang. Letnan satu saja saya sudah jadi idola, apalagi kalau naik pangkat!" kekehnya selalu narsis.
"Si@lan kau!" tawa mereka. Tapi memang benar adanya jika perwira muda ini terkenal playboy, siapa prajurit kesatuan cantik yang belum pernah ia pacari, bahkan jika dibandingkan dengan tanda kehormatannya, deretan mantan Rayyan lebih banyak, entah itu sesama kalangan prajurit ataupun bukan. Lain Al Fath lain Rayyan, jika sang kakak terkenal dengan nama mata garuda yang melegenda ia terkenal dengan prajurit flamboyan meski prestasi segudangnya pun tak dapat dianggap main-main.
Ray dan detasemen memasang alat bantu pernafasan, diantara gemuruh angin laut dan ombak yang setinggi-tinggi pohon kelapa. Para prajurit tak gentar bertaruh nyawa demi tugas kemanusiaan. Tak ada yang lebih penting diatas tugas negara, selama detak jantung masih berdegup dan helaan nafas masih memenuhi rongga hidung tak ada rintangan yang tak dapat diatasi, ***Tan Hana Wighna Tan Sirna***. Selamanya kedaulatan harga mati.
Byurrrr!!!!
...⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️⚜️...
8 Tahun kemudian
Puluhan chat menyerbu ponsel Rayyan, rencananya teman-teman alumni semasa sekolah menengah atas ingin mengadakan reuni dan janji temu yang kebetulan bertepatan dengan acara ulang tahun salah satu teman sekelasnya dulu di sebuah cafe yang ada di ibukota.
"Abang, liat aku dong! Ini cocok engga?" tanya gadis berambut pendek potongan bob menunjukkan pengaplikasian sample bedak foundation di permukaan kulit wajahnya.
"Cocok, kamu cantik, makin glowing kaya rembulan!" jawab Rayyan, prajurit perempuan itu merona hanya dengan kata-kata mirip rembulan, padahal jika ditelisik rembulan memiliki permukaan yang tak rata dan cenderung banyak cekungan di wajahnya. Dasar penggombal remahan gorengan!
"Abang ih, fokus terus sama hape!" ketusnya, diantara gagahnya seragam loreng kebangaan yang keduanya pakai ada hati manusia normal yang ingin bermanja-manja ria saat di luar jam dinas.
"Iya sayang, *cantek, boh hate abang*..." comotnya di dagu sang wanita manis, dialah Letda Nindia bersama kekasihnya Kapten Marinir Teuku Al-Rayyan.
Setelah dirasa cocok, Nindia membayar sepaket make-up yang saat ini sedang melejit pamornya dengan wajah brand ambassador seorang model ternama asal negri yang sudah menjajal karirnya sampai di level internasional.
🌟 Paris, pukul 1 siang waktu setempat.
Seorang gadis berusia 23 tahun berpose dengan anggun sedikit angkuh di depan kamera, sepertinya gaya apapun yang ia lakukan akan selalu bagus di mata kamera dan dunia. Aura bintang seakan diberikan Tuhan untuknya sejak Eirene pertama brojol ke dunia. What means the brojol, thor? Brojol is brosot, dilahirkan, baru landing dari perut ibu, ngono to!😄
Beberapa lensa kamera membidik setiap gerakannya diantara busana minim nan sexynya, hanya gaun malam ketat sebatas pa ha menampakkan sisa lekukan tubuh, tulang selang ka, bahu yang terkespos. Meski tanpa perhiasan yang menempel, aura kecantikannya justru semakin terpancar kuat. Sepertinya dewi Aphrodite dan dewi Hathor menurunkan auranya cuma-cuma hanya untuk Lovely, dialah Eirene Michaela Larasati, atau biasa disebut dengan nama panggung Eirene '*Lovely*' rasanya wajar agensi menyematkan nama panggung Lovely untuknya karena memang wajahnya dapat menyihir setiap mata yang memandang untuk mencintainya.
Eirene menghela nafasnya seolah mengeluarkan beban kelelahan meski tak semua. Jadwalnya begitu padat saking padatnya bolu kukus yang sampe mekar-mekar aja kalah padat.
Ia duduk di kursi miliknya bernuansakan pink, permintaan khususnya di setiap project yang menyewa jasanya. Semuanya mesti serba pink, bahkan kalo bisa muka agensinya pun dicat pink biar Eirene suka.
Honey memberikan segelas air putih untuk artis kesayangannya, "jadwal selanjutnya kemana honey?" segelas air mineral pure dengan kadar oksigen dan mineral tanah yang tinggi ia teguk sampai tandas. Harus selalu air mineral pure tak boleh yang lain apalagi cuma air galon isi ulang--katanya sih takut alergi plus kejang-kejang! Syombong sekaleeehhhh 😒 maklum lah artis papan atas iye kannn--bebas!!
"Lusa kita terbang ke Nusantara babyyy, buat dapatkan piala citra di salah satu ajang award, lanjut capcuss kontrak kerja selama 1 tahun untuk produk make up Mustika Putri sama parfum de'Avenue disana," terang pria berusia 27 tahun ini, loh min?! Ku kira honey itu cewek, jawabannya adalah bukan! Honey adalah laki-laki rasa strawberry😄
Terlihat gadis 23 tahun itu menghela nafasnya teramat lelah. Sejenak ia ingin berteriak melepaskan semua beban yang membelenggu di pundak, memang inilah resiko yang harus Eirene hadapi.
Honey mengusap-usap pundak tela njang Eirene, "I know baby--kamu sudah lelah, sudah ku kosongkan jadwalmu setelah urusan dari nusantara. Kamu bisa liburan kemanapun kamu mau!" ia menaik turunkan alisnya seolah memberikan penawaran untuk artisnya yang sudah teramat lelah dengan beban dunia. Honey dan lovely bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan, keduanya berjuang dari sejak lovely pertama kali menapaki karir saat berusia 14 tahun hingga sekarang, ditambah nasib keduanya yang sama-sama yatim piatu sekarang.
"Hm, thanks honey! Kamu emang paling ngerti aku setelah uang," angguk Eirene membuat Honey tertawa kencang, memang sekamvrett itu artisnya.
"Oh ya om Louwis menunggumu di cafe sejak tadi! Temui dulu, biar dia nggak marah! Bisa-bisa satu studio dia hancurkan kalo kamu ngga keluar," ucapnya meringis, satu lagi beban yang teramat memilukan, tragis memang. Dari sekian ratus artis papan atas tak ada yang benar-benar murni hasil jerih payah dan prestasinya. Persaingan dunia modeling sangatlah kejam dan keras, maka wajar jika seorang publik figure selalu membutuhkan sokongan dari beberapa sosok yang kuat dalam bisnis termasuk Eirene.
"Ck,--" ia berdecak, terkadang Eirene ingin pergi dari dunianya yang terlalu kejam jika tak mengingat perjuangannya untuk sampai di titik ini. Sejak smp ia harus mencari dan menafkahi dirinya sendiri.
"Oke! Kita temui aki-aki gatel! Kali aja abis ini sejumlah saham turun buat gue!" serunya, mau tak mau Eirene beranjak untuk menyapa om Louwis, seorang presdir perusahaan parfum ternama dunia berumur 45 tahun dengan status duda-nya. Berkali-kali ia meminang Eirene, berulang kali juga gadis ini menolaknya secara halus. Jika bukan karena uang dan koneksinya yang membuat Eirene mendapatkan banyak job kelas kakap, ia tak mau menemui om-om genit satu itu.
"Cusss!" angguk Honey tertawa kecil dan melompat kecil berada di samping si gadis angkuh ini, berjalan begitu berlenggak-lenggok beriramakan detak stilleto setinggi 8 cm.
Melihat batang hidung si om-om presdir yang makin tua makin menjadi, membuat Eirene semakin membulatkan tekadnya untuk masuk kuliah dan ambil jurusan kimia industri, kali aja nemu racun yang pas buat nge-racun si om yang ngga tau umur ini. Untung saja aki-aki satu ini bos parfum, jadi Eirene tak harus menjepit hidungnya dengan jepitan jemuran karena bau minyak urut.
Dari kejauhan saja lelaki ini sudah tersenyum hangat untuk lovely, sehangat ee' ayam, "Hello my dear!" sapanya bangkit dan merapikan jasnya gagah, ia berusaha untuk cipika-cipiki menghirup aroma daun muda. Namun dengan sigap Eirene menghindar terkesan menjauhkan dirinya seraya menepis-nepis di bagian pundak seolah membersihkan diri dari najis *mugholadoh*, dengan senyuman sepalsu beras imitasi Eirene membalas, "hello sir!"
"Oh come on lovely, don't call me sir! Just call me baby or something else--" ujarnya mencebik.
"Udah tuir juga bebs, pengen dipanggil baby--baby pigi gitu maksudnya?!" bisik honey pada Eirene.
Eirene memanglah butuh support Louwis, tapi tak sampai membuatnya menjual diri.
"Sorry babe," dalam hati Eirene sudah membasuh lidahnya dengan tanah. Eirene duduk di sebrangnya, rasanya pengen gumoh manggil aki-aki pake panggilan sayang.
"Timpuk gue honey---potong lidah gueeee, huwekkk!" gumamnya mengaduh menderita, honey mengulum bibirnya tak kuasa menahan tawa.
.
.
Note :
\* Mugholadoh : najis berat, seperti air liur guguk dan pigi.
Hay-hay guys!!! Welcome di zona no julid-julid! Ketemu lagi sama abang Rayyan si prajurit angkatan marinir bareng anaknya mimin si model gesrek yang akan mengguncang dunia perkacang ijoan. WARNING !!! Jangan pernah disamakan atau dibanding-bandingkan dengan kenyataan, instansi dan lembaga tertentu. Karena ini hanya terjadi di dunia halu mimin Sin saja. Cerita ini murni kehaluan mimin tidak untuk menyudutkan dan mencolek pihak manapun. Jika ada kesamaan tempat, latar, penokohan, dan konflik yang terjadi dalam cerita ini hanya suatu kebetulan saja. Happy reading.
Attention please! Angkat senjata dan angkat daster para readers karena anak minus akhlak mimin datang !💃💃💃
Ranjang Eirene berguncang seperti terkena gempa saat Honey bergerak merangkak ke atasnya, semahal apapun ranjangnya tetap saja tak dapat menahan guncangan yang dihasilkan badan gendut honey, mau itu terbuat dari cotton pilihan, bulu angsa, bulu domba, bulu kuduk, bulu idung ataupun bulu-bulu lainnya sekalipun.
"Baby! Wake up bebs, ayo bangun lovely!!!!" tubuh lovely diguncang keras bak guncangan prahara rumah tangga oleh honey.
Geliat kecil mengusik selimut pink baby, tangannya terulur membuka penutup mata selembut belaian suami orang dan menyingkapkannya ke atas jidat, sehingga matanya kini dapat membuka sedikit lebar tak hanya mengintip manja.
Pemandangan pertama yang ditangkap netranya adalah wajah kotak n'jeblag sang manager yang mengedip manja namun berkacak pinggang bak emaknya si entong.
"Semalam pulang jam berapa?!" omelnya galak, leher berjakun honey ditumbuhi bulu-bulu tipis berasa pengen cukur pake mesin babad rumput. Gayanya saja sudah macam Cinderella kejebur aspal dengan baju kemeja slim fit warna merah delima namun kancingnya dibuka 2 menampakkan hutan belantara yang sedikit lebat, entah apa yang tumbuh disana.
"Jam 2 pagi, honey!" parau khas orang bangun tidur. "Dada lu cukuran sana, berasa liat raja dangdut nusantara tau ngga! Pengen jambak!" Gadis itu mengucek matanya yang lengket karena maskara dan belek kini bersekongkol.
"Hoammm!" ia menguap membuat honey menutup hidungnya kala mencium aroma kerak neraka.
"Minum lagi?" tanya honey menginterogasi.
"Yap! Just little bit, nyicciiiippp doang," bisiknya merapatkan jari telunjuk dan jempolnya di depan honey seraya menyipitkan mata.
"Berapa kali honey bilang Eyiii, jangan minum-minuman lagi sekalipun hanya rum atau cocktail, ampyunn deh!" omelnya menggelegar, petir aja kalah saing dengan suara honey.
"Oke! Cuma sekali ini aja, I'm promise!" ia menunjukkan kedua jarinya di udara lalu berdiri dan menyingkirkan selimutnya begitu saja tanpa mau merapikannya, "this is love city honeyyyy! Ngga lengkap kalo ngga merasakan kehangatan cocktail," teriaknya seperti pejuang cinta lalu turun dari ranjang menuju dapur. Meskipun tak sebersih hati bawang putih, dari angle manapun gadis ini tetap cantik dan wangi.
"Dasar model gila!" dengus Honey terkekeh.
"Tapi dia artisnya gue!" gumam honey tersenyum hangat melihat ke arah hilangnya lovely seraya meraih selimut lovely untuk ia rapikan. Nasib upik abu ya gini, dimana si cantik tapi bar-bar bangun dia kebagian beresin bekasan iler.
Ia membungkuk membuka pintu kulkas dan meraih botol lalu meneguk isinya begitu saja tanpa dipindahkan terlebih dahulu ke gelas.
"Jam 2 kita berangkat! Cepetan mandi," titah honey merapikan kamar Eirene, mirip emak-emak kalo lagi ngomelin anaknya.
Dalam kondisinya yang masih mengatur kesadaran, Eirene melihat jam di dinding dan mengangguk, "Siap mamihhh!"
Seperti biasa, tangan putih nan mulus itu meraih satu butir pil obat tidur. Ritual Eirene jika akan melakukan penerbangan adalah minum obat tidur, agar saat berada dalam pesawat ia tertidur pulas tanpa tau keadaan. Yap! Eirene trauma dengan segala jenis penerbangan.
Tubuh ramping dan semampai itu ambruk di lengan managernya, "guys!" tepukan tangan singkat honey mendatangkan sejumlah tim management untuk mengangkat Eirene ke atas kursi roda. Tubuh gadis cantik itu didorong Honey di dalam balutan baju dinginnya menuju pesawat.
Sayup-sayup terdengar honey yang sedang berbicara dengan orang lain, Eirene mengerjapkan mata indahnya. Rupanya mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Dilihatnya pemandangan di luar jendela mobil kerlap-kerlip lampu jalanan namun ia tau ini bukan Paris, terlihat dari gerobak-gerobak martabak dan saung pecel lele, mana ada tukang pecel lele di Paris.
Eirene tersenyum getir, akhirnya ia kembali ke tanah kelahirannya, dimana ia lahir dan tumbuh sebagai gadis manis lalu pergi merantau ke negri mode demi mengadu nasib. Ada hati yang terpukul saat ia kembali ke tanah air, mengingat masa-masa indah bersama kedua orangtuanya yang bahkan sampai sekarang saja ia tak tau dimana jasad keduanya. Mungkin sudah hilang dimakan ikan dan menyatu dengan lautan nusantara menjadi terumbu karang atau bahan fosil minyak bumi. Tapi hidup haruslah tetap berjalan, ia harus terus menyambung hidupnya sampai angin berhenti membawa dirinya untuk berlabuh di satu dermaga.
Mereka sudah sampai di apartment mewah kalangan jetset ibukota, koper-koper diturunkan dari mobil membawa serta si model di arah paling depan. Semalam apapun ia sampai, tak urung kedatangannya tetap terendus awak media yang menunggunya sejak tadi pagi. Terang saja apapun kabar tentang Eirene sudah dapat dipastikan akan menjadi good dan hot news.
Banner, spanduk, iklan cetak dan online tersebar sejak sebulan lalu dipenuhi dengan wajah Eirene. Para kaum hawa kini bersorak gembira bahkan berbondong-bondong ter'lovely-lovely.
Paras cantiknya memenuhi sederet iklan di tanah air, produk make up dengan brand ambassador seorang lovely begitu laris terjual.
...⚜️ MODEL GO INTERNASIONAL EIRENE LOVELY DIJADWALKAN TIBA NANTI MALAM DI TANAH AIR ⚜️...
Eirene meneliti setiap inci apartment yang sudah disulap menjadi rumah barbie atas permintaannya.
"*Not bad*!" ia menaikkan kacamata dan bergidik angkuh, lalu melemparkan badannya yang lelah ke atas ranjang.
"Honeyyy! Minum Lovely mana?!" teriaknya pada sang manager, terbiasa dilayani oleh sang manager dan beberapa asisten rumah membuat Eirene sedikit manja.
"Nih!" segelas air mineral dingin tersaji di depannya.
"Pure?"
"Hoohhhhh!" jawab Honey.
Jepretan lensa kamera mengabadikan setiap senyuman dan interaksi Eirene di setiap sesi wawancara brand ambassador make up. Dari atas sampai bawah aroma surgawi begitu terpancar.
.
.
Seruan namanya yang dielu-elukan menjadi musik yang membumi malam ini. Di Balai S4rbini sosok ini begitu mencuri perhatian, saat namanya disebutkan dihadapan seluruh negri sorot lampu mengarah pada gadis 23 tahun yang menjadi kiblat anak muda negri, khususnya kaum hawa.
Eirene Lovely!!!!!
Jejak stilleto tinggi berhak 15 cm dengan tali mengikat di sepanjang kaki indah nan mulus bak porselen peninggalan atlantis bernilai milyaran rupiah menjejak lantai panggung tanah air.
Gaya angkuh nan anggunnya selalu jadi gaya andalan lovely, definisi sempurna di mata manusia.
"Eirene!!!!"
"Lovely we love you!!!"
Senyuman manis khas Lovely menjadi pembuka ucapan terimakasihnya.
Gadis itu memegang penghargaan berkilau di tangannya, "thanks God, Allah subhanahuwata'ala. Buat manager aku, tante honey-- tim management dan agensi. Untuk lovely fan base, dan Nusantara!" teriaknya mengangkat tinggi-tinggi pialanya. Belahan gaun malam sebatas pa ha mengekspos kulitnya yang mulus nan putih saat berjalan turun dari panggung layaknya berjalan di atas catwalk.
Perhelatan award semalam begitu meriah, ditambah lagi kedatangan lovely seolah menjadi ajang reuni para model yang rata-rata adalah senior Eirene.
"Hay sayang, ikut kita-kita malam ini yuk!" ajak salah satu model senior ternama dengan gaya rambut pendek di cat warna pirang.
"Ayolah lovely! Kapan lagi kita kumpul-kumpul bareng sesama model, bertukar pikiran dan berbagi pengalaman!" ajak mereka setengah memaksa.
"Honey, boleh ya! Reuni honey--ngga enak kalo nolak ajakan tuan rumah, senior pula!" bujuknya pada honey, setidaknya kumpul bareng begini menjadi pelepas penat untuknya setelah lelah bekerja di depan kamera.
Honey meringis, jika biasanya ia akan menolak mentah-mentah tapi kali ini melihat wajah teman lama sekaligus senior lovely mulut honey mengijinkan meski hatinya begitu berat membiarkan lovely untuk ikut, ia tau lovely cukup kuat minum untuk usianya. Honey mengakui di balik wajah menggemaskan lovely, terkadang anak itu mengalami stress atas beban pekerjaannya. Di kala anak remaja usia lovely bersekolah, menikmati masa muda dan disayang keluarga, lovely malah harus banting tulang untuk dirinya sendiri, berlenggok di atas catwalk dan berpose di depan kamera, menjadi siapa yang bukan dirinya hingga pelariannya pada hal-hal yang menjurus ke arah negatif, percayalah semua itu tak mudah untuk dijalani.
"*Baby, are you sure*?" tanya honey, pasalnya ia tak mungkin ikut karena ada sesuatu yang harus honey urus saat ini.
"Yakin! Kamu tenang aja, aku baik-baik aja sama kak Wendi!" tepuknya pada salah satu teman lama sesama model. Drngan berat hati honey mengiyakan.
"Kalau kamu jam 2 belum pulang, gua geret ke apartement!" ancam Honey, Lovely tertawa, "oke bunda!"
Beberapa mobil mewah meluncur menuju club and bar elit di kawasan ibukota.
Bersamaan dengan itu di sebuah cafe ternama Rayyan masih tertawa tergelak, mengenang masa-masa SMA-nya yang ternyata bersekolah di ibukota karena ikut tinggal dengan tante Meta.
"Wah! Gagah lu Ray, ngga nyangka udah jadi kapten angkatan marinir. Asmara--asmara gimana nih?!"
"Pasti lah udah punya dong! Kerjaan oke--muka juga oke!"
Rayyan hanya mengulas senyuman saat ditanya perihal jodoh, miris memang karena sejujurnya di usia yang sudah sangat matang ini, ia belum terpikirkan untuk melangkah ke arah yang lebih serius dengan salah satu perempuan yang pernah ada di hidupnya termasuk Nindia, ahhh! Mengenai Nindia, kenapa ia merasa semakin tak cocok saja. Rasanya dari sekian mantan-mantan kekasihnya belum ada yang bisa menggerakan hati Rayyan untuk segera membujuk umi, padahal abangnya saja sudah menikah.
.
.
.
.
Jarum jam sudah menunjuk ke angka 1 dini hari, namun malam malah semakin gila dan bergelora. Berkali-kali Honey menghubungi lovely namun suara gempita tempat Eirene berada mengalahkan dering ponselnya.
Gair4h muda-- gai r4h yang menjadi-jadi, merasa kuat Eirene sampai lupa berapa banyak yang ia minum, ia berjanji setelah ini tak ada lagi alkohol she's promise. Kepalanya kleyengan, lain tanah air lain Paris, beda musim, beda iklim. Jika Paris memang membutuhkan kehangatan karena cuacanya yang dingin lalu ibukota---
Lovely benar-benar sudah tak bisa membedakan yang mana teman yang mana orang lain. Mendadak ia pun tertawa-tawa sendiri layaknya orang dengan kadar kewarasan segaris. Jangankan untuk berjalan, berdiri saja kesulitan macam anak bayi yang baru belajar ngesot.
"Wah, ini anak minum berapa banyak sih?! Sampai teler gini," tanya Soraya diantara cahaya remang-remang ia meneliti Eirene.
"Eirene, aduhhh berat banget. Mabok berat nih anak, kayanya kalo di Paris ngga sampai gini deh!" Wendi terpaksa membantunya untuk tetap terduduk karena badan Eirene yang selalu jatuh tak tau arah. Eirene malah tertawa-tawa seolah hidup adalah lelucon paling lucu di dunia.
"Parah! Telfon honey!" pinta Aleysia, ketiganya membawa Eirene keluar dari club malam demi menghirup udara segar. Baru saja akan keluar tiba-tiba saja club malam itu dikejutkan dengan razia dadakan membuat semua pengunjung kalang kabut agar bisa menyelamatkan diri termasuk para model ini.
"Razia!"
"Woy Razia ! Shittt, ngga boleh sampai kena, ntar muka gue ada di akun gosip!" ketiganya dengan kepayahan mencari dimana mobilnya diantara gelap malam dan kinerja otak yang tergerus oleh minuman alkohol. Sementara Eirene yang sudah tak kuasa lagi untuk bangkit, malah didudukkan begitu saja oleh Wendi yang panik di dekat pos satpam.
Ternyata Kawasan ruko-ruko yang mendapatkan julukan gangnam-nya tanah air ini sedang diadakan razia rutin setiap malam minggu-nya. Bukan hanya club malam itu saja melainkan cafe samping tempat Rayyan berada pun tak luput dari razia.
Wanita, Pria, manusia setengah jadi ikut panik berlarian dibuatnya.
"Maaf kapten, atas ketidaknyamanannya!" hormat salah satu aparat berseragam hitam-hitam dari klan aparat coklat.
Rayyan memasukkan kartu saktinya ke dalam dompet dan mengangguk, "tidak apa. Saya tau kalian hanya menjalankan tugas. Lanjutkan saja. Saya pun hendak pulang ke markas sudah terlalu malam!" angguk singkat Rayyan keluar dari cafe setelah pamit pada teman-temannya.
Ia sudah memakai helm namun matanya menyipit saat netranya tertumbuk pada sesosok perempuan yang malah asik tertidur di pinggiran toko macam tuna wisma, jika dilihat-lihat ia bukanlah gelandangan, mana ada gelandangan bajunya rapi dan bersih. Dihampirinya Eirene yang tengah tergeletak tak berdaya.
"Mbak?!" sapa Rayyan. Eirene menoleh lemah saat Rayyan memanggilnya, tapi kemudian ia menertawakan Rayyan seolah Rayyan adalah badut teletubbies yang sedang menggodanya.
"Ha-ha-ha, aduhhh muka loe astaga! Kaya si Otoy!!! Pengen pipis gue liatnya!" ucap Eirene sambil tertawa-tawa memegang perutnya, Rayyan hanya bisa memaki dalam hati, "kamvrretttt muka ganteng dibilang kaya otoy, diketawain pula!"
Ia bahkan sampai tergelak ke belakang dan meneteskan air mata membuat Rayyan menggelengkan kepalanya, "wah tepar ini! Ck--ck bahaya neng--neng!"
"Aduhhh--aduhhh loe lucu ya Allah astaga! Muka loe kok bisa benyek-benyek gitu!" tawanya.
"Miris!" decak Rayyan malah berjongkok di depan Eirene, meneliti setiap wajah Eirene yang nampak tak asing baginya.
"Kamu," tunjuk Rayyan.
"Ha-ha-ha! Iya!!! Gue Galgadot!!! Gue keluarga besarnya mas daviddd, david beckhammm!" racaunya.
"Kamu mabuk berapa banyak astaga!"
"Kenapa? Gue cantik?! Oh tentu!" Eirene mengangguk, "karena gue Eirene lovely," raut wajahnya berubah jadi sendu. Rayyan mengangguk setuju, ia kenal sekarang dengan gadis ini, ialah Eirene Micahela Larasati.
"Cewek segudang prestasi tapi---tapi masa kecil gua ngga bahagia!!!" tetiba ia meraih jaket Rayyan untuk bangkit, dengan tumpuan kaki di stilleto yang bergetar kaki-kaki indahnya mencoba menjejak tanah.
"Dek Eirene, mari saya antar pulang!" tawarnya bangkit.
"Kiss me baby," pintanya menatap Rayyan dan memonyonk kan bibirnya, membuat Rayyan menaikkan alisnya menghalau gadis ini. Ia memang pemuda brenk s3k yang jika disuguhi gadis cantik tak akan menolak, tapi ia bukan pe cun dang yang main sikat wanita disaat ia lemah dan tak berdaya.
"Maaf," ia mengernyit.
"Daripada gue harus sama aki-aki tukang parfum, mendingan gue sama anak muda---pffttttt ha-ha-ha! Bijak banget ya so suci!" racaunya lagi tertawa.
"Dimana rumahmu, atau apartement mu lovely?" tanya nya, sebagai seorang lelaki Rayyan tak bisa membiarkan ia sendirian di dunia yang kejam ini.
"Dihatimuuuuu!" jawab Eirene.
Gubrakkkk!
Tubuh Eirene merosot di atas tanah dan duduk di bawah kaki Rayyan.
"Huweekkkk!"
"Ah njiiisss banget nih cewek!" seru Rayyan saat Eirene memuntahi celana, jaket dan sepatunya. Isian perutnya ia keluarkan hingga membuat celana dan sepatu Rayyan penuh oleh menu makan malam Eirene. Melihat Eirene yang masih kesulitan mengeluarkan isi perutnya membuat jiwa kemanusiaan Rayyan terketuk, ia menyeret Eirene ke pinggiran dekat parit dan memijit tengkuk gadis cantik itu.
"Sayang banget masa muda kamu kalo cuma dipake mabok gini. Apa arti segudang prestasimu kalo perilaku kamu minus gini," setelah semuanya Eirene muntahkan gadis itu kehilangan kesadarannya.
"Euhhh nyusahin banget nih artis! Baru nemu gue artis nyusahin begini!" awalnya Rayyan memiliki niat untuk menepikan Eirene dan menitipkannya pada satpam club. Tapi sejurus kemudian, ia menghela nafasnya, "kenapa gue harus sebaik ini sih?!" gumamnya jumawa, ye namanya juga manusia pasti terlahir punya hati nurani. Untung kalau Eirene ia titipkan pada orang yang baik, nah kalau yang dititipin malah punya niat jahat? Kek mana tuh, kejahatan itu timbul bukan karena ada niat saja tapi karena ada kesempatan juga, liat cewek beningnya mirip air gunung, mulusnya bak porselen china, dan cantiknya ngelebihin bidadari tak bersayap siapa yang tak tergiur.
Jadilah Rayyan menggendong Eirene menuju motornya, dan membawa Eirene menuju penginapan terdekat, mengingat kondisi dompet yang tipis menjelang akhir bulan. Makan saja sudah diatur-atur dengan menu murah meriah porsi anak kucing.
Rayyan sedikit kesusahan membawa manusia satu ini yang bagai seonggok daging tak bernyawa, mana berat pula!
"Nih cewek keberatan dosa kayanya!" gumamnya.
Di tengah malam nyeret-nyeret anak gadis orang, bukanlah mimpi indahnya untuk mendapatkan jodoh. Untung saja ia prajurit, yang terbiasa berada di situasi sulit, sesulit apapun ia pasti menemukan jalan keluar meski tak perlu memanggil peta dan pintu doraemon apalagi si jinny.
Penginapan cukup murah, tapi bagi Rayyan ini adalah uang makannya 2 hari ke depan.
"Kamar 06!"
Ia merebahkan tubuh Eirene di kasur busa nomor 2, sama seperti kasur miliknya di asrama. Kasur busa melantai ala-ala anak rantau.
Benar kata orang, berdua saja bersama lawan jenis dalam satu ruangan dengan pengaruh minuman luknut membuat otaknya geser ke arah jurang kesesatan. Gadis ini meskipun sudah muntah tetap saja wangi taman bunga musim semi.
Rayyan membuka sepatunya, membawa ke kamar mandi dan membasuhnya, begitupun celana jeans dan jaket, untung saja ia berada di dalam kamar mandi, jadi lovely tak dapat melihat aset kebangaannya.
Rayyan tak sadar jika tindakan menolongnya kali ini dapat menjadi awal prahara yang mengubah jalan hidupnya ke depan.
Ibukota memang tak sedingin Paris, memang dasar penginapan murah, hanya ada kipas angin itupun jauh dari jangkauan tangan Eirene.
Gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah, "panas banget astaga!" gumamnya dengan mata yang masih terpejam.
"Ngga kuat!" keluhnya, tanpa sadar membuka satu persatu helaian pakaian yang ia pakai menyisakkan kacamata ber-renda dan segitiga hot.
"Honey, AC nyalain dong!" pintanya.
.
.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!