NovelToon NovelToon

The Hot Boss

Awal Mula

"Kamu yakin pakai baju kaya gini, Mel ?" Tanya Agni yang merupakan teman sekamarnya itu. Agni menggelengkan kepalanya terheran melihat penampilan temannya saat ini.

Melisa menelisik cara berpakaiannya di depan cermin. Kemeja flanel hitam putih, skinny jeans hitam dan sepatu kets putih sepertinya padanan yang sesuai. Melisa sudah merasa cukup puas dengan penampilannya hari ini.

"Kurang apanya ? Kayanya pas deh." Jawab Melisa sembari mengagumi pantulan bayangannya sendiri dalam cermin. Ia merasa sudah tampil maksimal

"Kamu itu mau interview kerja bukan mau pergi nonton," kesal Agni.  Ingin rasanya ia me-make over  Melisa namun sudah tak ada waktu lagi.

"Udah ah, aku telat nih. Lagian kan ini interview buat jadi pengelola toko bukan buat kerja kantoran." Jawab Melisa sambil lalu dan Agni hanya bisa menatap kepergian temannya itu dengan rasa khawatir.

"Good luck, Mel. Aku yakin kamu pasti bisa." Teriak Agni dari balik pintu dan melisa mengacungkan kedua ibu jarinya tanpa menolehkan kepala.

Melisa adalah seorang gadis yang ceria, diusianya yang baru menginjak 22 tahun ini ia sudah mengantongi ijazah strata satu  ekonomi dari universitas terkemuka di kota Bandung.

Setelah pandemi yang melanda, mendapatkan pekerjaan adalah hal yang cukup sulit bagi para pencari kerja dan Melisa merasa sangat beruntung masih bisa mendapatkan sebuah panggilan wawancara.

Orangtuanya pun tak mempermasalahkan jenis pekerjaan yang akan ia dapatkan selama itu halal. Mereka akan mendukung dan juga mendoakan kesuksesan anaknya.

Ini adalah interview pertama bagi Melisa, ia mendapatkan informasi lowongan pekerjaan ini melalui situs yang menginformasikan banyak lowongan pekerjaan di seluruh Indonesia dan beruntung bagi Melisa karena ia mendapatkan kesempatan wawancara di kota yang ia tempati.

Cukup menggunakan kendaraan umum, dan penampilannya pun biasa saja. Memang ini yang ia inginkan. Pekerjaan yang bisa tampil santai walaupun hal yang dikerjakan adalah sesuatu yang serius.

Memakan waktu hampir 20 menit hingga Melisa atau gadis  yang biasa di panggil  Amel ini tiba di salah satu ruko yang berada di pusat kota Bandung.

"The RH Store," gumam Melisa membaca tulisan dengan ukuran besar dan terpampang nyata di bagian atas toko tersebut. 

Dengan langkah mantap Melisa membuka pintu yang terbuat dari kaca tebal dan memasukinya. Ia mengedarkan pandangannya, menelisik isi dari toko pakaian itu dengan seksama.

Semua tertata begitu rapi sesuai dengan kategorinya. Bisa Melisa lihat dari jenis pakaian yang di pajang diperuntukkan untuk remaja dan dewasa muda. 

Ini adalah salah satu toko pakaian yang cukup terkenal di kota Bandung, bahkan Melisa pun salah satu konsumen setianya. Hingga ia lupa tujuan datang ke toko ini adalah untuk melakukan wawancara bukan untuk melihat-lihat seperti yang ia lakukan saat ini.

"Ya ampun gue !" Melisa meraup wajahnya, merutuki dirinya sendiri yang malah tergiur promosi diskon.

Segera saja ia kembali berjalan menuju meja kasir yang di baliknya berdiri seorang laki-laki tampan yang Melisa yakin usianya terpaut beberapa tahun di atasnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya lelaki itu dengan ramahnya. 

Tubuh tinggi tegap, hidung mancung, rahang yang terlihat tegas dihiasi bulu-bulu halus membuat penampilan lelaki yang berdiri di hadapan Melisa ini nyaris sempurna.

"Mbak, ada yang bisa saya bantu ?" Lelaki itu mengulang pertanyaannya karena melisa tak kunjung menjawab. Ia hanya menatap puja lelaki itu dengan bibir yang sedikit terbuka dan hampir saja menjatuhkan air liurnya.

"Eh, maaf. Saya mau bertemu pak Riland  Hanggalata pemilik toko ini. Saya ada janji temu wawancara dengannya hari ini." Jawab Melisa merasa malu karena sedari tadi ia malah memperhatikan lelaki itu dengan seksama.

"Melisa Rianti ?" Tanya lelaki itu lagi.

"I... Iya saya Melisa Rianti." Jawab Melisa terbata.

"Saya Riland, saya udah nungguin kamu dari tadi." Ucapnya seraya menjulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan Melisa pun menyambutnya.

"Ayo duduk di sana," Tunjuk Riland pada 2 buah kursi yang letaknya tak jauh dari tempat ia berdiri.

"Saya kira, kamu orang yang mau berbelanja. Soalnya langsung lihat-lihat baju ketika tadi kamu masuk" Ucap Riland dan itu membuat Melisa  malu.

"Ah iya maaf, saya ini salah satu fans produk toko ini. Jadinya semangat lihat-lihat promo diskon padahal tujuan sebenarnya datang kesini yaitu untuk interview." Jawab Melisa dengan menahan malu.

Riland  tersenyum, ingin merasa marah karena telah di buat menunggu tapi mendengar jawaban Melisa yang begitu polos membuat ia tersenyum geli.

"Silakan duduk," ucap Riland seraya menunjuk sebuah kursi yang ada di hadapannya.

Melisa pun duduk di atas kursi itu, menuruti apa yang Riland perintahkan.

Riland mengeluarkan sebuah amplop coklat dari laci mejanya dan menarik beberapa kertas yang terdapat di dalamnya. Ia membaca kertas itu sebelum mulai berbicara.

"Fresh graduate ya Melisa?" Tanya Riland memulai wawancaranya.

"Iya, dan Bapak cukup panggil saya Amel saja." Jawab Melisa.

"Ini pengalaman kamu yang pertama untuk bekerja ?"

"Iya Pak," jawab Melisa tegas.

"Bisa mengoperasikan komputer ?"

"Saya bisa menggunakan beberapa aplikasi dengan mahir dan juga memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang baik." Jawab Melisa lagi.

"Nilai kamu cukup tinggi, apa gak sayang bekerja sebagai pengelola toko ?" Tanya Riland lagi.

"Saya sangat tertarik dengan pekerjaan ini karena sesuai dengan passion saya." Jawab Melisa tanpa ragu.

"Kamu tahu Mel ? Saya suka gaya kamu. Dari tadi pelamar yang datang mengenakan blazer layaknya pekerja kantoran. Cuma kamu yang datang dengan pakaian kasual seperti ini." Ucap Riland sembari tersenyum.

"Baju yang saya pakai adalah produk toko Bapak loh,"

"Ya saya tahu," ujar Riland tertawa geli.

"Toko ini buka pukul 9 hingga pukul 7 malam. Tapi kamu harus hadir mulai pukul 8 untuk persiapan buka dan pulang pukul 5 sore setelah semua pekerjaan selesai." Jelas Riland

"Loh bukannya toko tutup pukul 7 ?" Tanya Melisa.

"Iya, dari pukul 5 kamu udah bebas tugas. Selebihnya saya yang bertanggung jawab dan pekerja yang lain. Kecuali bila ada kepentingan mendesak seperti datang barang atau cek stok barang mungkin kamu bisa pulang lebih lambat." Jelas Riland.

"Apa Bapak juga akan selalu berada disini ?"

"Iya tentu saja." Jawab Riland terheran.

Sepanjang interview itu berlangsung, Melisa tak bisa mengalihkan pandangannya dari seorang lelaki tampan yan melakukan wawancara padanya.

"Jika kamu diterima. Apa bisa mulai bekerja hari ini ?" tanya Riland, lelaki yang akan menjadi bossnya.

"Mu.. mulai hari ini ? dan Ki..kita akan selalu bersama di toko ini ?" tanya Melisa terbata karena tak percaya.

"Iya, dan tenanglah saya tidak akan berbuat macam-macam sama kamu. Kita akan bekerjasama secara profesional." Jawab Riland sungguh-sungguh.

"Emmm... bukan, bukan seperti itu... saya ingin anda macam-macam dengan saya," batin Melisa  dalam hatinya dengan pikiran yang sudah traveling entah kemana. Sungguh Riland adalah lelaki dewasa yang begitu menarik di matanya.

"Tentu saja saya bersedia jika harus mulai bekerja hari ini," jawab Melisa tanpa rasa ragu.

"Baguslah kalau begitu, selamat bergabung Melisa. Mulai sekarang panggil saya Riland saja jangan bapak, umur saya masih 25 tahun loh jadi berasa tua kalau kamu panggil bapak." Ucap Riland seraya terkekeh geli.

"Baiklah Pak, eh Riland,"  Jawab Melisa.

"jangankan nama, panggil ayank atau imam pun aku mau," lagi-lagi Melisa berkata dalam hatinya.

"Kalau begitu, ayo aku jelasin apa saja yang harus kamu lakukan hari ini," ungkap Riland seraya berdiri dan mengajak Melisa untuk mengikutinya.

Tampilan Riland sebenarnya biasa saja. Celana jeans hitam dengan sobekan di beberapa bagian dan kaos hitam panjang yang ditarik sebatas lengan membuat lelaki itu terlihat tampan paripurna di mata Melisa.

"Ya Tuhan, mudahkan pekerjaan ini... Kuatkan hamba dari godaan lelaki tampan yang berjalan di depan hamba ini," batin Melisa seraya terus memandangi tubuh tinggi tegap yang tengah berjalan di depannya.

To be continued

Maaf, Telat

"Ya Tuhan, mudahkan pekerjaan ini... Kuatkan hamba dari godaan lelaki tampan yang berjalan di depan hamba ini," batin Melisa seraya terus memandangi tubuh tinggi tegap yang tengah berjalan di depannya.

Riland tolehkan kepala melihat Melisa yang berjalan tepat dibelakangnya. "kamu ngomong sama saya ?" Tanya nya karena ia merasa mendengar sesuatu.

"nghh..nggak kok, Pak," jawab Melisa tergagap. "selain ganteng ternyata dia punya kekuatan super," batinnya dalam hati.

"Ohhh, berarti saya yang salah dengar dan please panggil Riland saja karena saya bukan bapakmu," lanjutnya lagi. Sedikit merasa kesal karena Melisa tak juga menurutinya.

"ahh sorry," sahut Melisa sembari tersenyum penuh sesal.

"Its oke, mungkin karena masih baru ya belum terbiasa," lanjut Riland memaklumi dan ia pun kembali fokus pada langkahnya.

"Jangankan Riland, panggil ayank juga aku mau," batin Melisa. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan berusaha mengusir pikirannya sendiri yang mulai tak karuan. Bagaimana mungkin dirinya bisa begitu tertarik pada sang boss padahal baru saja bertemu.

Keduanya berjalan meninggalkan area toko dan memasuki sebuah ruangan yang didalamnya terdapat banyak rak yang berisikan baju bertumpuk-tumpuk masih dengan plastik yang menutupinya. Melisa yakin jika itu adalah gudang penyimpanan.

Setelah itu keduanya menaiki tangga menuju ke lantai 2 yang merupakan suatu ruangan terbuka tanpa ada ruangan lainnya. Di sana terdapat beberapa meja kerja dan Melisa yakin ini adalah tempat yang digunakan sebagai kantor.

"Dan ini meja kerja kamu," tunjuk Riland pada sebuah meja kayu berwarna coklat tua yang di atasnya sudah terdapat beberapa tumpuk berkas dan sebuah kursi beroda di balik meja tersebut.

"Oh ok," jawab Melisa seraya berjalan mendekati meja kerja yang kini menjadi miliknya.

Tepat di seberang meja kerjanya terdapat sebuah meja lainnya dengan ukuran lebih besar. "itu meja siapa ?" Tanya Melisa sembari menunjuk apa yang ia maksud.

Riland tolehkan kepala mengikuti arah telunjuk Melisa. "Oh itu meja kerjaku," jawabnya.

Melisa yang mendengar itu cukup terkejut. "Ya Tuhan, apakah ini jodohku? Sampai kerja pun harus deketan begini ?" Batinnya lagi. Ia senyum-senyum sendiri memikirkannya.

"Tapi tenang aja, sebentar lagi aku mau buat penyekat untuk memisahkan ruang kerja kita. Jadi kamu bisa kerja tanpa merasa diawasi,"

"Gak masalah sih sebenarnya, aku rasa aku bisa kerja dalam satu ruangan sama ba... Eh Riland," sahut Melisa.

"Ok, cool... Bagus kalau begitu," kata Riland menimpali.

"Jadi apa saja yang harus saya kerjakan hari ini ?" Melisa tak ingin membuang waktu untuk berbasa-basi. Ia ingin segera melakukan kewajibannya sebagai pegawai baru.

Riland yang mendengar itu melengkungkan senyumnya, ia senang dengan semangat yang dimiliki Melisa dan merasa menerimanya sebagai karyawan adalah hal yang tepat.

"Mmm tugasmu sebagai pengelola toko yaitu...," Riland pun menjelaskan dengan perlahan agar Melisa dapat mengerti job desk yang harus dikerjakannya.

"Apa kita akan bekerja berdua saja ?" Tanya Melisa setelah Riland menjelaskan apa saja yang harus dilakukannya di hari ini.

"Seharusnya ada 3 orang lagi selain kita, tapi karena pandemi kemarin ada dua orang yang terpaksa berhenti dan kini telah memiliki pekerjaan yang baru. Sedangkan satu lagi sebagai kasir namun hari ini dia gak masuk karena kurang sehat," jelas Riland dan Melisa pun mengangguk paham kenapa laki-laki itu berada di balik meja kasir ketika ia datang.

"Terus kalau kamu di sini, siapa yang jaga di bawah ?" Tanya Melisa.

Pertanyaan Melisa menyadarkan Riland bahwa tak ada siapapun yang menjaga tokonya. "Aahhh shiit !!" Makinya pelan. "Kamu udah ngerti kan harus ngapain ?" Tanya nya.

"Ya, aku udah ngerti," jawab Melisa tanpa ragu.

"Kalau begitu, aku turun ya," ucap Riland sembari berjalan menuju tangga yang akan membawanya kembali ke lantai satu namun ia menghentikan langkahnya sebelum menuruni tangga. "Kamu bisa turun kebawah kalau ada yang mau ditanyakan dan toiletnya di sebelah sana," jelas Riland sambil menunjuk pada sebuah pintu.

"oghey," jawab Melisa seraya mengangkat kedua jempolnya, mengisyaratkan jika ia akan baik-baik saja.

Riland yang melihat itu tersenyum lega dan kali ini benar-benar melangkahkan kakinya menuruni titian tangga satu persatu.

***

"Aarrgghhh," erang Melisa sembari merentangkan tubuhnya yang terasa kaku. Tak  lupa ia pun memukul pundaknya yang terasa pegal.

Jam di dinding menunjukkan pukul 12 siang, sudah 3 jam ia berjibaku dengan pekerjaannya yang baru. Perutnya pun sudah berbunyi meminta untuk segera diisi.

Tepat 3 jam pula Melisa sudah menyelesaikan semua tugas yang Riland berikan tadi. Ia pun memutuskan untuk pergi ke lantai bawah dan menemui bossnya untuk meminta izin makan siang.

Terlihat Riland sedang berbincang dengan seorang  anak remaja yang tengah membayar 2 potong hoodie yang dibelinya.

"Yang promo diskon kapan lagi, Bang ?" Tanya anak laki-laki itu.

"Mmmhhh, mungkin weekend ini. Pantengin terus ya akun Instagram dan Facebook dari toko ini, pasti dikabarin kok," jawab Riland seraya menyerahkan satu paper bag bertuliskan "The RH Store" beserta uang kembalian.

"ok, thanks ya Bang," anak remaja lelaki itu meraih kantong kertas dan uang kembalian yang Riland berikan dan berlalu pergi.

"Mmh, tugas yang kamu berikan udah aku selesaikan," ucap Melisa hingga Riland pun menolehkan kepalanya.

"Benarkah ? Wow itu cepat juga," puji Riland sedikit tak percaya.

"Ternyata masih banyak barang stok lama ya, aku udah rekap semua dan nanti mau cek dengan ketersediaan yang ada sesuai jumlahnya apa nggak," lanjut Melisa.

"Hu'um... Pandemi ini benar-benar membuat penjualan merosot tajam. Ini saja aku baru mau bangkit lagi," sahut Riland menimpali.

Melisa mengangguk paham dan membenarkan.

"Aku mau ngadain sale besar-besaran untuk menghabiskan stok lama. Jual rugi deh kayanya," lanjut Riland lagi dengan wajah sedih yang tak bisa ia tutupi.

Melisa kembali menganggukkan kepalanya untuk menanggapi apa yang bosnya itu ucapkan.

"Kamu mau makan siang ? Duluan aja, kita makan giliran biar toko tetep ada yang jaga. Di pinggiran sini banyak penjual makanan kok,"

"kamu gak makan ?" Tanya Melisa.

"Mau tapi kan toko gak bisa ditinggalin begitu saja," jawab Riland.

"Mau aku belikan ?" Tanya Melisa lagi.

Riland terdiam dan berpikir untuk sesaat hingga ia akhirnya menjawab. "Boleh deh Nasi Padang pake rendang ya, banyakin kuahnya," jawab Riland kemudian sembari memberikan satu lembar uang seratus ribu rupiah pada Melisa.

"Ok," Melisa pun meraih uang berwarna merah itu.

"kamu juga sekalian dari situ aja, aku traktir makan siang sebagai ucapan selamat datang," lanjut Riland dan Melisa pun tersenyum sembari berterimakasih.

***

Disinilah mereka berdua makan siang bersama di ruangan yang gunakan sebagai stok penyimpanan. Larut dalam pembicaraan, Riland pun memutuskan untuk memberikan tanda "closed"  pada pintu tokonya.

Padahal mereka baru saja bertemu dan berkenalan tapi keduanya begitu asik saling berbicara tentang banyak hal.

Karena pekerjaan Melisa di hari itu sudah selesai, selebihnya ia habiskan waktu membantu bossnya di bagian penjualan.

Bisa Melisa lihat dengan jelas bagi setiap konsumen perempuan yang datang ke toko pasti akan menatap berbeda pada bossnya itu dan ia tak bisa menyalahkan mereka karena Riland memang sangatlah sedap untuk dipandang.

Tak hanya karena wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang nyaris sempurna tapi kepribadiannya yang supel juga menambah daya tariknya sebagai seorang laki-laki.

Baru kali ini Melisa bisa merasa begitu kagum pada seorang lelaki yang baru saja dikenalnya.

***

"Aku pulaaaang," ucap Melisa ketika memasuki kostnya yang ia tinggali bersama Agni teman kuliahnya dulu.

"Mel, kamu langsung kerja ?" Tanya Agni begitu antusias dan juga ikut merasakan senang karena temannya itu bisa mendapatkan pekerjaan.

"Iya ! Tak menyangka bukan ? Dan tak hanya itu....," Jawab Melisa menjeda ucapannya.

"Ayoo aku traktir batagor buat merayakannya," Melisa menarik tangan temannya itu untuk ikut dengannya dan berbelanja makanan.

***

"Setiap liat dia pikiran aku traveling kemana-mana," jelas Melisa seraya menyendokkan batagor ke dalam mulutnya. Saat ini ia sedang menceritakan bagaimana hari pertama ia bekerja dan boss barunya yang sangat hot itu.

Agni mendengarkan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "gayamu traveling kaya yang tau aja, pacaran aja kamu belum pernah !"  Sahut Agni sambil tertawa geli.

"Iiisshhh, jangan rusak haluku," sahut Melisa seraya mencebikkan bibirnya kesal. Ia memang tak pernah mempunyai hubungan khusus dengan lelaki manapun. Bukannya tak ada yang mau, bukan juga karena ia tak mau tapi selama ini Melisa sibuk belajar agar nilainya tak turun. Sebagai mahasiswi yang menerima beasiswa ia harus melakukan itu semua.

"Sebaiknya kamu buang jauh-jauh pikiran mu itu, jangan sampai naksir sama boss mu sendiri. Bakalan ribet nantinya," ucap Agni menasehati.

Melisa yang mendengar itu mengangguk paham namun dalam hati ia berkata lain. "Maaf, telat... Aku udah naksir dia dari pertama kali lihat,"

To be continued

Ide Gila

Hari berlalu dengan cepat dan kesibukan yang padat membuat waktu terasa bagai berlari. Hingga hari demi hari terus berganti tanpa disadari.

Melisa pun menikmati pekerjaan yang menurutnya ini adalah sebuah passion,  suatu hal yang dikerjakannya dengan suka cita tanpa beban. Sudah hampir 3 bulan ia bekerja di toko pakaian milik Riland tanpa ada kendala yang berarti.

Rekan kerjanya pun sangat baik hati. Dibandingkan sebagai rekan kerja, Melisa lebih suka menyebut Leah yang bertugas menjadi kasir sebagai bestie. Meskipun belum lama kenal tapi hubungannya dengan Leah sangatlah baik. Perempuan berumur 23 tahun itu sangat ramah dan apa adanya hingga keduanya cepat sekali akrab dan kini menjadi sahabat.

Tak hanya itu yang membuat Melisa betah dalam pekerjaannya. Rasa tertarik yang ia rasakan pada Riland kian membesar dan lama-lama ia merasakan benih-benih cinta tumbuh dengan subur di dalam hatinya dan rasa itu ia simpan sendiri dalam hati.

Eh, tak hanya Melisa sendiri yang tahu tapi  teman sekamarnya Agni pun tahu karena hampir setiap hari Melisa selalu menceritakan tentang lelaki itu dengan penuh semangat.

Cukup menjadi pengagum rahasia dan menyimpan semuanya dalam hati. Itulah yang Melisa lakukan saat ini.

"Hufffttttt," Riland menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya pelan. Saat ini ia dan kedua pegawainya Melisa juga Leah tengah membereskan banyak pakaian sisa sale di akhir pekan yang lalu.

Walaupun telah mengadakan acara diskon besar-besaran, nyatanya penjualannya tak  mencapai target. Setelah pandemi ini memang bisnis distro nya belum lah kembali normal.

Riland mendudukkan dirinya di atas sofa dengan kedua kaki terbuka lebar seolah merasa lelah luar biasa. Leah duduk di lantai sembari terus membereskan tumpukan pakaian yang belum terlipat. Sedangkan Melisa berdiri sembari melihat sang boss dan juga rekan kerjanya yang sedang sibuk. "Bener ya, keuntungan berjualan baju itu melipat," kekehnya meledek Leah yang masih saja sibuk.

Leah menengadahkan kepalanya dan melempar sesuatu pada Melisa tapi gadis itu mengelak sambil tertawa.

Riland pun ikut tersenyum hingga matanya menyipit dan menurut Melisa itu menambah ketampanannya.

"Sepertinya promosi kita kurang gencar atau bagaimana ya ?" Keluh Riland sembari melihat tumpukan baju yang belum berhasil terjual.

Sebenarnya model baju yang Riland jual di tokonya sangatlah kekinian dengan kualitas yang sangat baik pula. Hanya saja bisnis pakaian sepertinya masih menggeliat lesu.

"Sepertinya harus lebih banyak dipromosikan, kita harus membuat iklan dengan menggunakan jasa artis atau siapapun orang yang kini sedang terkenal," ucap Leah menanggapi.

"Hu'um," jawab Riland membenarkan. "Tapi dana yang dibutuhkan untuk membuat iklan dengan orang terkenal itu tidaklah sedikit," keluhnya lagi kemudian.

Melisa amati Riland yang masih terduduk lesu di atas kursi. Wajah lelaki itu begitu tampan tak kalah oleh artis ataupun model. Tubuhnya pun sempurna, dengan tinggi yang mencapai 185cm dan otot kekar tak berlebihan membuat Riland sangat sedap dipandang mata. Tak satu atau dua kali ia membayangkan dapat merebahkan kepalanya di atas dada bidang bossnya itu.

"You are hot," gumam Melisa namun masih bisa terdengar jelas baik oleh Riland maupun Leah hingga kini keduanya sama-sama menolehkan kepala dan menatap Melisa penuh tanda tanya. Bibir lancangnya tak bisa mengontrol kata-kata yang keluar dari dalam mulutnya.

"Siapa yang hot ?" Tanya Leah dan itu membuat pipi Melisa terasah panas seketika.

"Glek," Melisa menelan ludahnya paksa. Tak hanya Leah tapi sepertinya Riland pun sedang menunggu jawaban darinya.

"Mmmhh.... The Hot Boss,"  jawab Melisa dengan spontan. Entah apa yang merasukinya saat ini hingga bibirnya kembali lancang berucap seperti itu. Dalam hatinya ia merutuki kata-kata bodoh yang terlanjur terucap.

Mendengar jawaban Melisa membuat Leah kian kebingungan sedangkan Riland terlihat sedikit terkejut dengan mengerutkan kedua alisnya dan Melisa masih berdiri tegak, masih menjadi pusat perhatian keduanya.

"Ke-kenapa gak Riland sendiri yang menjadi bintang iklannya," lanjut Melisa kemudian. Sebuah ide gila terlintas di kepalanya.

"Aku ?" Tanya Riland terheran.

"Hu'um," jawab Melisa membenarkan.

"Sekarang kan hampir semua orang menggunakan media sosial dan kita bisa memanfaatkan itu semua. Dan yang paling digemari saat ini video-video dengan durasi singkat seperti di Tik Tok atau pun reels Instagram,"

"Maksud kamu joget-joget gak jelas gitu ? No way, aku gak mau,"  potong Riland dan langsung menolak usulan Melisa yang dianggapnya sangat konyol. Ia pun menggerdikkan  bahunya sambil tersenyum geli membayangkan.

Melisa menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan seperti itu," sanggahnya. "Kita bisa bermain peran, aku sebagai pegawai mu yang diam-diam naksir pada boss nya yang sangat ganteng dan modis yaitu kamu. Di setiap video yang kita buat, kita  harus mengenakan semua produk pakaian dari toko ini. Setiap video yang kita rilis harus mengenakan tagar "The Hot Boss"  dan itu tertuju padamu. Anak muda sekarang mudah baper dan video konten seperti ini sedang digemari," jelas Melisa.

Lagi-lagi Melisa merutuki dirinya sendiri karena kata-kata yang tak terkendali keluar dari mulutnya. "Bego banget sih, Mel !!! Dengan begitu Riland bakal tahu Lo suka dia. And its gonna be so akward  ( dan itu akan sangat canggung)."  Batin Melisa dalam hatinya.

"Dan aku bisa jadi sebagai juru kamarenya," sahut Leah menyetujuinya.

Apa yang Leah katakan sontak membuat Melisa melihat ke arahnya. "Bisa juga Leah yang menjadi pegawai itu dan aku yang menjadi juru kameranya," ucap Melisa. Ia tak mau sahabat barunya akan mengetahui perasaan cinta yang sebenarnya Melisa rasakan untuk bossnya itu.

"Gak bisa, nanti cowok aku bisa marah besar dan cemburu. Kalau kamu sama Riland kan sama-sama single jadi gak akan jadi masalah," tolak Leah.

"Aku rasa idenya Melisa bagus juga loh dan patut dicoba. Badan kamu kan bagus Riland, muka kamu juga gak jelek-jelek amat jadi aku rasa  cara ini bisa berhasil," lanjut Melisa sambil tertawa dan Riland melemparnya dengan sebuah baju yang belum dilipat ketika Leah mengatakan sesuatu tentang wajahnya.

"Sialan," maki Riland dan pecahlah tawa Leah karenanya.

Melisa mencebikkan bibirnya kesal, dalam hatinya ia merasa tak rela jika lelaki yang ia taksir itu dikatakan jelek padahal nih menurut Melisa, Riland adalah lelaki paling tampan di dunia nyata dan halunya.

"Konsepnya bagaimana ?" Tanya Riland tampak tertarik kali ini.

"Banyak... Biar nanti aku yang atur," jawab Melisa.

"Hmm, ok baiklah bisa kita coba ." Sahut Riland menyetujui. "The Hot boss," gumamnya pelan. "Mulai sekarang kamu harus latihan naksir aku," ucap Riland seraya melengkungkan senyumnya.

"Glek," Melisa kembali menelan ludahnya paksa. Tak usah latihan pun ia sudah sangat jatuh hati pada bossnya itu.

"Akan aku usahakan," sahut Melisa dengan pipinya yang kini terasa panas.

To be continue

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!