Happy Reading
Bella memegang dadanya yang terasa sesak ketika melihat pemandangan di hadapannya saat ini. Ingin sekali rasanya dia melabrak dua orang yang sedang bercumbu mesra di hadapannya itu, tapi dia tidak mampu melakukan nya. Kakinya berasa lemas tidak berdaya melihat suami yang baru saja mengucapkan janji suci pernikahan seminggu yang lalu itu tengah bermesraan di tempat umum seperti ini dengan kekasihnya.
Ya, Bella memang tahu bahwa suaminya itu masih memiliki kekasih. Bella juga tahu bahwa sebenarnya Revan masih belum ingin memiliki hubungan yang serius seperti pernikahan. Tetapi karena kedua orang tuanya menjodohkan mereka, mau tidak mau Revan dan Bella harus menyetujuinya.
Bella juga tahu jika kedua orang tua Revan tidak menyukai Viona. Tapi Revan tetap saja tidak bisa melepaskan wanita itu.
"Aku sudah memiliki kekasih, jadi ku harap kamu tidak perlu bertanya lagi apabila aku sedang bersama dengan seorang wanita." Ucap Revan, padahal mereka resmi menjadi suami istri baru beberapa jam yang lalu.
Revan meminta Bella tidak mencampuri urusan pribadinya dan itupun berlaku terhadap Bella yang juga tidak ingin di ganggu kehidupan nya meskipun mereka sudah menjadi suami dan istri.
"Sayang, aku mau beli tas baru, edisi terbatas loh," rengek wanita yang bersama Revan itu.
"Iya sayang, nanti beli, sekarang makan dulu, ini udah malem," suara lembut Revan mendayu di telinga Bella.
Tentu saja Bella bisa mendengar dengan jelas karena saat ini posisi Bella sedang berada di belakang Revan dan kekasihnya.
"Bella, kenapa gak di makan? Apa gak enak makanan nya!" Bella tersentak ketika sahabatnya itu mengajak bicara.
"Eh, enggak kok Jess, aku lagi gak mood makan aja," jawab Bella.
Akhirnya Bella memutuskan untuk pulang lebih cepat karena tidak mau melihat pemandangan yang membuatnya terasa di remas hatinya.
Meskipun Bella tidak mencintai Revan, tapi biar bagaimanapun melihat suaminya sendiri bermesraan dengan wanita lain didepannya itu membuat harga dirinya hancur.
Bella masih ingat sehari setelah pernikahan.
Revan melempar sebuah surat perjanjian ke hadapan Bella, pria itu sudah bertekad hanya akan menjadikan pernikahannya dengan Bella hanya sebuah pernikahan di atas kertas, dan mereka akan bercerai setelah satu tahun.
Bella terkejut melihat apa yang ada di hadapannya itu, setelah membaca detail perjanjian itu akhirnya Bella tahu bahwa Revan memang tidak menyukainya.
"Baiklah Revan," ucap Bella datar.
Gadis itu juga merasa sangat dirugikan dengan pernikahan itu, harus menuruti keinginan orang tuanya dan menikah dengan pria yang tidak menyukainya sama sekali.
Sedangkan Revan juga tidak menyangka bahwa Bella setuju begitu saja dengan apa yang dia lakukan.
"Kalau begitu kita sepakat untuk menandatangani surat perjanjian ini, semuanya sudah tertulis dengan jelas di sini, pertama dilarang mencampuri urusan masing-masing, kedua dilarang baper dengan keadaan, ketiga dilarang memakai perasaan. Tidur di kamar masing-masing, bebas membawa pasangannya untuk ke rumah, pernikahan ini hanya akan terjadi selama setahun dan di mana setelah kontrak perjanjian itu selesai kita harus wajib bercerai," ucap Revan membacakan surat perjanjian itu.
"Oke, aku setuju dengan persyaratan itu, tapi aku juga memiliki persyaratan!" ucap Bella
"Apa?" tanya Revan.
"Aku minta kamu tf ke rekeningku 1 triliun diluar dari nafkah yang seharusnya kamu berikan, deal, aku akan tanda tangan!" tantang Bella, tentu dia tidak akan membuat kekasih gelap Revan bersenang-senang dengan uang suaminya.
Revan tanpa berpikir langsung mengiyakan keinginan Bella.
"Oke, deal!! aku akan langsung tf setelah warisan itu jatuh ke tangan ku!" jawab Revan dingin.
"Oke setuju, di mana aku harus tanda tangan," tanya Bella.
"Di sini, di pojok sini, jadi nanti aku akan memberikan salinan surat perjanjian ini untuk kamu simpan, selama di hadapan orang tua dan keluarga besar kita harus berpura-pura menjadi pasangan yang baik-baik saja," ucap Revan.
"Iya-iya aku juga tahu, ribet banget sih, kalau gak ada acara keluarga mending gak usah pulang ke rumah para orang tua, aku juga males banget harus berakting di hadapan semua orang," ucap Bella ketus. Sebenarnya hatinya masih sedikit sakit, tapi dia tidak akan memperlihatkannya pada Revan.
Kemudian Bella dengan segera menandatangani surat perjanjian itu. Keputusan yang diambil itu memang sudah menjadi kesepakatan antara Bella dan Revan.
Bersambung.
Hai akak2 reader semuanya, semoga suka dengan kisah mereka ya.. jangan lupa hadiahnya 🥰🥰🥰
Happy Reading.
Revan merasakan getaran ponsel yang berada di sakunya, pria itu mengambil ponsel tersebut dan melihat pesan dari istrinya.
'Kapan kamu transfer uangnya?? awas kalau bohong, jangan salahkan aku kalau kekasih mu itu akan di buang oleh keluarga Alfredo!'
Revan mengepalkan kedua tangannya, emosinya sudah mencuat karena pesan dari Bella, ternyata istrinya itu benar-benar wanita yang pemberani.
Ting!
Satu pesan lagi dari Bella.
'Bukankah Ayahmu sudah memberikan warisan itu tiga hari setelah kita menikah, jadi tunggu apalagi, cepat transfer sekarang!'
"Sayang, ada apa?" Revan menoleh menatap Viona terkejut.
"Nggak apa-apa, aku ke kamar mandi dulu ya," Viona mengangguk.
Kemudian Revan segera berjalan ke arah kamar mandi.
Pria itu menelepon asisten pribadinya dan menyuruhnya segera mentransfer uang 1 triliun ke rekening Bella.
'Sudah aku kirim, dasar cewek matre!!'
Revan kesal sendiri dengan ulah Bella yang terkesan ingin segera mendapatkan uang itu, meskipun dia tahu kalau jumlah segitu bukanlah apa-apa dibandingkan dengan warisan dari Ayahnya.
Bella tersenyum melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya, ternyata pria itu sangat takut jika kekasih nya di buang oleh Ayah mertuanya.
"Cih, dasar pengecut!"
Bela tersenyum sinis, memangnya cuma kekasihnya Revan yang bisa bersenang-senang dengan uang suaminya. Dia juga bisa berfoya-foya di atas kesenangan orang lain.
****
Sikap cuek dan dingin selalu diperlihatkan Bella terhadap Revan, bahkan Bella lebih sering tidur di butik karena memang pekerjaan nya yang begitu banyak.
Setelah itu mereka menjalani kehidupan masing-masing tanpa harus saling mengurusi. Revan setiap hari melihat sikap dingin Bella, entah kenapa hatinya merasa tidak terima. Mungkinkah Bella memang tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya.
Hari-hari terus berlanjut, Revan mulai memperhatikan Bella yang sebenarnya sangat cantik itu, sikap Bella yang acuh membuatnya semakin penasaran.
Malam itu Revan mengajak kekasihnya pulang ke rumah. Sebenarnya itu hanyalah ide dia untuk mengetahui bagaimana perasaan Bella terhadapnya. Revan ingin tahu apakah Bella akan marah dan cemburu atau tidak.
"Ayo sayang, kita masuk dulu ke rumah," Revan mengajak sang kekasihnya masuk ke dalam.
"Sayang, aku haus," ucap kekasih Revan dengan manja.
"Aku ambilkan minum dulu ya, kamu duduk di sini dulu," jawab Revan menyuruh kekasihnya duduk di sofa ruang tamu.
Pada saat Revan sedang ke dapur untuk mengambilkan minuman untuk kekasihnya tiba-tiba Bella turun dari lantai atas dan melirik seorang wanita seksi yang sedang menatapnya itu.
"Bella, besok aku akan ke luar Negeri bersama Viona, jadi kamu gak usah nyariin aku," ucap Revan yang datang dari arah dapur.
"Ya terserah kamu, gak pamitan juga gak apa-apa kok, lagian siapa juga yang akan nyariin," jawab Bella ketus.
"Ya siapa tahu nanti Mama dan Papa datang ke sini dan mencari ku, kalau aku gak berpamitan sama kamu, nanti kalau mereka nanya, kamu akan jawab apa?"
"Iya-iya aku paham kok, udah sana minggir, aku mau ke dapur!" seru Bella melewati Revan.
"Dasar gadis bar-bar!" gerutu Revan.
Tapi sebenarnya dalam hati Revan bertanya-tanya, kenapa sikap Bella biasa saja melihat Viona ada di situ.
"Sayang, siapa sih wanita itu?" tanya kekasih Revan yang bernama Viona itu.
"Dia Bella, istri kontrakku, tapi di antara kita tidak ada perasaan apa-apa sayang, yang aku cintai hanya kamu seorang," jawab Revan sedikit keras, agar Bella mendengarnya.
Viona hanya mengangguk karena dia juga sudah tahu tentang pernikahan Revan yang hanyalah pernikahan kontrak.
Namun Viona tidak tahu jika ada syarat 1 triliun itu. Mungkin kalau tahu wanita itu pasti tidak akan terima begitu saja.
"Besok kita jadi ke Amerika 'kan?" tanya Viona.
Revan memang mempunyai keluarga di Amerika, Mama Revan berasal dari Amerika dan Papanya asli orang Indonesia.
Wajah tampannya perpaduan antara Indonesia dan bule Amerika membuat Revan selalu dipuja kaum hawa. Tapi tidak dengan Bella sang istri, sepertinya Bella memang tidak menyukainya sama sekali.
"Iya sayang," Revan duduk di samping Viona dan memberikan jus yang ia ambil tadi.
Akhirnya hari-hari Bella dilalui dengan kesibukannya sebagai desainer, gadis itu sama sekali tidak peduli dengan statusnya yang sudah menjadi seorang istri.
"Kenapa juga harus peduli, Revan aja gak pernah peduli sama kamu kok," gumam Bella saat melihat kepergian suaminya bersama kekasihnya.
Bella hanya menghela napas. Sedangkan Revan merasa tidak suka saat melihat Bella yang sama sekali tidak peduli itu. Seharusnya Bella menampar atau memukulnya, tapi kenyataannya istrinya itu sama sekali tidak peduli.
Bersambung
Happy Reading.
Revan menghampiri Bella yang sedang berada di dapur, pria itu berpura-pura mengambil minum sambil melirik sang istri yang sedang asyik mengoleskan selai kacang ke atas rotinya.
"Eghem!"
Bella hanya melirik Revan sekilas tanpa terganggu dengan kehadirannya, gadis itu memakan rotinya dengan lahap tanpa memperdulikan Revan sekarang tengah menatapnya.
"Hari ini aku mau ke Amerika, sama Viona, mungkin bisa sebulan, dua bulan atau lebih, karena harus mengurusi kantor milik Kakek yang terkena masalah," tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Revan mengatakan hal itu kepada Bella.
"Terserah," jawab Bella sambil mengedikkan bahunya.
Revan hanya bisa menghela nafas, Bella sejak dulu memang sangat dingin, karena itulah pria itu tidak menyukainya.
"Kenapa cuma itu jawabannya?" tanya Revan kesal dengan sikap Bella.
Gadis itu kali ini benar-benar menatap Revan dengan tatapan yang jengah, "terus aku harus jawab apa? jawab kalau kamu harus hati-hati di sana, ataukah 'kenapa kamu harus membawa Viona' seperti itu?"
"Ya, setidaknya seperti itu," Revan meletakkan gelas yang dia bawa.
Kemudian mengambil roti tawar yang ada di depan Bella, Revan menyodorkan roti itu kepada istrinya, "tolong dikasih selai dong, aku lagi males nih!" kali ini Bella benar-benar memutar bola matanya.
Kenapa sikap Revan sekarang jadi seperti ini? bukankah biasanya dia itu selalu cuek dan tidak pernah terpengaruh dengan adanya Bella di rumah ini?
"Kenapa? kamu nggak mau? orang cuma minta diolesin selai doang kok, gitu aja nggak mau!" cibir Revan.
Daripada nanti terjadi keributan akhirnya Bella mengambil roti dari tangan Revan dan mengoleskan selai untuk suaminya.
Revan tersenyum tipis dan bisa dipastikan Bella tidak bisa melihatnya.
Tapi entah kenapa ada rasa yang menghangat di sudut hati pria itu ketika menatap Bella yang sedang mengoles selai dengan teliti, bahkan sampai tidak ada sudut yang tidak terkena selai itu.
'Hah, aku ini kenapa, bukankah seharusnya aku tidak peduli dengan wanita ini!'
Revan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak terus menatap wajah Bella.
****
Revan dan Viona sudah sampai di USA tepatnya di kota Los Angeles, mereka langsung menuju ke apartemen pribadi milik Revan.
Viona merasa sangat antusias sejak dari Jakarta, sedari tadi dia selalu tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya dan juga wajah yang ceria, tentu saja dia merasa sangat bahagia karena memiliki kekasih seperti Revan, pria super kaya dan juga pewaris satu-satunya Alfa group.
Namun berbeda dengan reaksi Revan sejak keberangkatannya dari Jakarta menuju Los Angeles. Pria itu hanya menampilkan wajah yang datar sedatar papan tulis.
Mood-nya juga tidak terlalu bagus, entah kenapa Revan merasa kehilangan semangatnya ketika dia diacuhkan oleh istrinya saat dia akan berpamitan pada Bella.
Revan merasa harga dirinya jatuh, padahal dia sudah mati-matian berusaha mengendalikan dirinya agar tidak emosional di hadapan Bella.
Mengetahui sikap Bella yang masih cuek, seketika mood Revan benar-benar anjlok, meskipun begitu Viona sama sekali tidak menyadari perubahan dari sikap Revan itu.
Yang terpenting adalah semua keinginan Viona akan selalu dituruti oleh Revan tanpa memperdulikan bagaimana perasaan Revan yang saat ini benar-benar sudah terlihat datar dan jelek.
Keduanya sudah sampai ke apartemen dan segera masuk ke dalam, Viona langsung berjalan ke arah kamar di lantai 2 yang memiliki luas paling besar dari kamar-kamar yang ada di apartemen ini.
Ada 4 kamar di apartemen Revan yang memang lumayan besar, tapi kamar pria itu adalah kamar yang paling besar dan berada di lantai 2, yang sekarang sudah di masuki oleh kekasihnya.
Viona terlihat masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, Revan hanya mendudukkan tubuhnya di sofa besar yang ada di kamar itu.
Pria itu memejamkan mata, tiba-tiba sekilas bayangan Bella hadir di pelupuk matanya.
"Ah aku ngantuk capek mau tidur dulu sayang, nanti bangunin aku 2 jam dari sekarang, ya" ucap Viona setelah keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.
Revan tidak menjawab dan hanya menatap kekasihnya itu tanpa minat.
Entah kenapa lama-lama melihat sikap Viona yang seperti itu membuat Revan jengah sendiri.
'benar-benar tidak menarik!'
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!