NovelToon NovelToon

Yus Untuk Luna

YUS BERTEMU LAGI

Luna masih teringat bahagia kejadian beberapa bulan lalu. Triis sangat romantis membuat ia sebagai ratu dengan perhatiannya.

Tapi ia teringat akan dimana hal

Triis tak menyentuhnya lebih, padahal ia telah sah resmi bukan status bohongan lagi. Bahkan sejak malam itu telah merobek robekan hatinya, akan perkataan Triis. Karena perjanjian itu dan saling berjanji untuk berpisah karena hal lebih penting.

Beberapa pekan Luna kabur, di bantu oleh mertuanya bahkan mensuport dengan hal yang tak mudah bagi Luna. Hingga ia pergi ke daerah terpencil, mengurungkan diri di rumah almarhum sang bibi, hanya sepekan ia pamit dari pondok pesantren milik orangtuanya Yus! hal itu karena Luna tak punya arah, ia menenangkan diri sebelum pergi ke singapore untuk melanjutkan sekolahnya dan karir naskah filmnya.

Bahkan kini Luna sudah menggugat Triis, karena kesepakatan hatinya yang tak sanggup di madu. Bukan tanpa alasan, Luna merasa mengalah untuk kebaikan Sean, wanita yang ingin memiliki suami perkasanya seutuhnya. Luna merasa setelah ini, ia ingin fokus kembali kuliah dan melanjutkan bisnis sekaligus merawat kedua anak anaknya dengan baik.

Beruntungnya, Luna tak sepi kali ini ia mempunyai teman satu kampus, dan teman kantor di Efilm yang selalu menghiburnya.

'Mas. Sampai kapan pikiranku selalu ada ukiran namamu. Kamu benar benar membuat aku ini .. Apa hanya aku yang memikirkanmu?' benak Luna. Rasa cintanya dalam namun tertancap belati.

"Eeikh. Yeiy kenapa sih dari tadi melamun aja. Habis kenapa sih, cerita dong Na?" tanya Rein pada Luna.

Tak lama Kean dan Misel ikut hadir. Tapi Rein masih memicik sebal dan memiringkan tubuhnya seolah tak mau melihat kearah Misel dan Kean.

"Ga usah tampak ancur kaya gitu Rein. Muka udah jelek abis malah ditambah." ujar Luna, kala di bangku taman rumahnya, yang melamun terkejut kedatangan mereka.

"Habis kalian ke supermarket ga bilang bilang. Giliran buat nasigoreng aku yang buat." sebal Rein pada kedua teman sejolinya itu.

Luna pun tersadar ia mengajak tiga temannya itu kearah dapur. Lalu meminta Misel menghubungi Farah dan Feni agar kediamannya ramai saat ini.

"Serius nih. Beneran hubungi Farah sama Feni ya?" tanya lagi Misel.

"Iya Mis. Lagian nasi goreng sebanyak ini siapa yang mau makan. Kamu ga kira kira sih bikinnya. Kan bisa mubajir nanti."

"Sabar ya Luna. Rein emang selalu masak buat orang Se - Rt. Jadi mohon maklumi." pinta Misel.

Sehingga aksi mereka pun tertawa lucu menjadi tertawa renyah di dapur. Luna ikut membantu membuat minuman segar dan hari itu cukup untuk Luna tersenyum tanpa memikirkan mantan suaminya yang akan bercerai kedua kali.

Esok Harinya.

Keesokan harinya di kantor. Acara pemilihan film dan Artis serta kompetitor untuk acara hollywood. Telah hadir di beberapa orang penting dan berpengaruh kala itu.

Luna, Farah dan Feni serta tiga pria belok telah hadir. Mereka berada satu atap di gedung yang sama. Aula besar megah untuk menampung seluruh banyak orang pemerintahan yang hadir kala itu.

Dengan setelan kebaya gold dan abu abu kebesarannya. Luna di balut baju kebesaran dengan tatanan rambut yang berbeda. Misel dan Kean terlihat hadir di ikuti Rein yang menyaksikan laga Luna, dalam bakatnya.

"Gue yakin. Hati yang patah akan booming kali ini, secara lo liat kan tuh. Artis nya beken beken semua." ucap Kean.

"Yups betul banget." tambah Miselnia menyemangati Luna, beberapa tahun sering bersama di universitas yang sama. Dan satu kantor yang saat itu Luna Humble.

"Ada apa dengan kamu Luna, menatap wanita yang satu ini. Kamu cari siapa Luna?" tanya Omesh menatap Luna yang mencari seseorang, ketika bediri menghadap panggung acara. Tapi Luna memilih diam tak menghiraukan.

"Eheeeum. Luna sadarlah." ucap Omesh Berusaha agar Luna fokus pada acara pentingnya.

"Kak jangan goda deh. Beneran dia bakal datang kan. Ga lagi urus meeting yang kakak suruh lagi kan?" tanya Luna meyakinkan.

Pasalnya Omesh dan panitia membuat aturan untuk orang terpenting yang hadir. Sementara Luna tau jika Triis akan hadir sebagi supir, sementara Luna tak mempunyai akses untuk Triis ikut menatap acaranya.

"Mmm .. ada apa. Kamu rindu ya Na. Habis dari ini mau langsung kemana?"

"Apaan sih. Ka Omesh gajelas deh, udah Luna ga jadi minta bantuan lagi!"

"Kok ngambek sih karyawan emas kakak ini nih." senyum Omesh merangkul Luna yang di minta untuk menjadi teman.

"Turunkah tangan kamu kak. Jangan macam macam!" titah Luna.

Pasalnya di tempat kantor banyak mata yang menatap karena Omesh sangat terlalu menempel padanya. Sudah hampir satu jam Acara di mulai di gedung Aula tersebut.

Luna menatap ponsel dan menghubungi seseorang. Tapi belum ada jawaban hingga membuatnya cemas. Padahal pesan singkat sudah berlalu namun tak bisa menghubungi kembali.

"Yeeeuh. Gue bilang apa Na. Mantan laki lo tuh pasti nemuin si doi, Elo sih gitu aja susah amat ninggalin. Nyeseel nanti lo Na?" tanya Feni.

"Gue ga yakin. Lagian dia tetap masih laki gue, secara sidang pengadilan di hambat oleh Triis. Triis pasti dasarnya ga kaya gitu deh. Lagian kedua anak gue mau datang, dan kata mama Maya, Triis akan hadir." bela Luna yang tak ingin nama suaminya jelek, karena Luna merasa tidak pantas menjelekkan demi kedua anaknya.

Feni hanya memicik sebal. Ia tak percaya dan masih menggoda Luna kala itu, agar terbakar cemburu. Lalu tak lama nama Luna di panggil ke atas panggung. Tak berselang lama di ikuti oleh Farah dan Feni.

"Luna Arfonso Albari. Silahkan memberi pesan motivasi."

"Terimakasih pak, saya Luna Arfonso Albari, yang menulis sebuah karya Hasrat Cinta untuk suamiku." ujarnya, membuat sorak panggung hadir dengan tepuk tangan.

"Dan satu lagi selamat atas kerjasama projectmu diterima."

Luna pun tersenyum haru. Ia tak menyangka jika karyanya akan diterima. Sehingga Luna mengucap rasa syukur kala itu.

"Terimakasih atas bimbingannya pak." balas Luna pada Tuan Albert.

Setelah semua teman Luna ikut menerima. Salah satu Insinyur tuan pemilik acara, mengambil ahli mic dan memberikan penghargaan pada seluruh yang telah lulus uji dalam bakat naskah hollywood. Ia juga menyambut dengan berbicara salah satu dosen lama, dan donatur terbaik setiap tahun di kantornya tersebut.

"Kita sambut. Yus Alvaro Abidin! Dia adalah salah satu rekan project terbaik dan berprestasi yang mengharumkan anak saham EFILM kita, sekaligus keluarga ternama salah satu donatur terbesar di kampus kepemilikan yang kita punya di university. Juga ia adalah seorang pemilik yayasan pondok ternama di kota M. Kita sangat bangga tentunya. Saya persilahkan untuk menyambut dan memeriahkan acara!" ucap Tuan Albert.

'Apa. Ustad Yus muda ada di sini. Jadi dia juga salah satu pemilik cafe tebing dan semua ini ..?' pikir Luna terdiam.

Tidak sangka, tragedi pengumpatan Luna di pesantren itu. Membuat dirinya kembali lagi, rasanya Luna malu tak punya muka, ketika Yus pernah membelanya, dari kejaran Triis yang melabrak tak ingin di cerai. Hingga saat ini pengadilan Alot, karena kekuatan Triis.

'Yus Abidin, apakah dia Yus Muda, si Pria Surgawi. Oh! andai aku dulu tidak ke rumah almarhum bibi, mungkin aku tidak semalu ini jika bertemu dia kembali.?' batin Luna, menggebu.

TBC.

PRIA TANPA CELA

"Hah. Serius tuh, gue ga salah dengerkan pak soto bin sotoy manggil nama itu. Itu beneran nama pria alim yang pernah kita temui di cafe tebing kan?" bisik Kean pada Misel.

"Diem lo. Gw juga syok nih, ternyata orang yang kita bully adalah eeeng.. iiiing... eeeungg ..." Misel memutar kepala dan meliuk mata sehingga Rein memukulnya.

"Diem napa. Pala lu ngehalangin gua!"

Dan perdebatan Tiga teman Luna, yang gajelas itu membuat tamu lain menatap untuk mereka diam.

"Sssst ... heeeh kalian berisik!" seseorang menunjuk jari. Kremi pun terdiam menunduk.

Para klien dan tamu melirik ketika seorang pria berpakaian batik dan berjalan dengan gaya cool, gagah dengan satu tangan membawa bucket di satu tangannya. Farah dan Feni hanya mengatur nafas berat, pasalnya ia tak percaya sosok pria alim yang notabane teman kecil Luna. Luna pun hanya tercengang tak berkata, mengapa ia baru tau jika ustad muda Yus memiliki bidang yang jauh darinya, bahkan ia masih malu akan kejadian dirinya pernah di sembunyikan.

"Ustad muda Yus. Benar andai aku tak jatuh hati pada suamiku. Mungkin aku akan memilih pria rupawan yang seimbang dunia dan akhirat. Tapi memiliki suami seperti Triis saja aku sudah banyak makan hati. Apalagi bermimpi menjadi seseorang yang penting di hati ustad muda Yus." lirih Luna.

Namun Luna menyadarkan perkataan nya itu. Ustad muda Yus adalah pria sejuta kaum hawa yang menginginkan menjadi pendampingnya. Tapi tidak dengan Luna.

Satu sisi Omesh terlihat kesal. Ia menatap dengan wajah serius untuk membuat siasat.

Tak jauh Triis yang hadir pun menyambut seluruh tamu setelah ustad muda memberikan wejangan kepada semua yang hadir dan terakhir memberikan ucapan selamat pada Luna. Seluruh tamu menepuk tangan akan meriahnya acara itu.

Hingga acara berakhir pun. Moment indah diabadikan oleh tiga teman Luna. Setelah selesai Luna pamit pada Triis.

Luna menghindar karena kala itu Triis ingin menghampiri. Tetapi Sean telah mendekat. Sehingga ia membelok arah langkah untuk ke toilet. Sementara Misel bersama Farah membicarakan hal penting. Feni tak jauh duduk di sofa menatap kamera hasil rekaman yang luar biasa ia abadikan.

 

"Eekh. Lo dan elo tau gak, Mas Harrypotter ga pake kacamata selera wajah gue banget. Tapi pas tadi ada Ustad muda ya ampuuun kalah cetar ciiin. Elo tau kegantengan paripurna itu sih level sepuluh. Asal lo tau ya. Dulu pas nyokap gue mo lahiran gue tag tuh biar muka dan gaya kekar body okenya kaya itu. Tapi ..." tutur Rein. Ia membuat wajah sedih.

"Nahas wajah lo mirip uwa di ragunan kan?"balas Kean.

"Gitu amat sih. Gini gini juga gue di cetak asli bukan pake adonan tepung. Heuuukh kesel deh eeeiy!" lirih Rein.

"Elo udah tag. Sayangya pas lo lahir ketiban adonan semen, kagak pakem. Salah tempat nyokap lo lahirin elo Rein." ketus Misel.

Perdebatan enggak banget membuat mereka bertiga tak saling mengalah. Tiba saja seseorang menepuk jentik jari menyadarkan kewajah ke tiga pria jadi jadian itu, mencari Luna.

"Kalian liat Luna gak?" tanya Triis.

Terlihat Triis menatap ponsel. Ia menerima pesan dan terlihat penting dari raut wajahnya.

"Emang tadi Luna pergi kemana?" tanya Misel.

"Toilet lagi dia, cuma tadi dia liat pesan ampe muram gitu sih wajahnya." timpal Kean.

"Lah. Ke toilet napa nyarinya ke kita, emang kita ****** apa?" bisik Rein. Terdengar oleh Triis.

"Gue dah coba cari. Tapi kata orang disana ga ada, Gue kira Luna sama lo pade. Mending kalian cari wanita gue. Klo ga ketemu berkas kalian gue tolak, inget rahasia kalau lo kerja sama gue untu kirim laporan kegiatan Luna. Jagain dia sampe gue selesai urusan!" jelas Triis, datang bagai ancaman.

Triis pun meninggalkan dan menghubungi seseorang. Tak lama tiga pria teman Luna, menatap sebal dan saling melirik pasrah.

"Eeiy. Mas Casanova yang naik level beneran. Teganya ngancem kita deh." lirih Kean.

Mereka pun langsung berpencar mencari keberadaan Luna.

Namun seorang wanita berlari melangkah memeluk punggung Triis yang sedang sibuk menerima ponsel. Hal itu membuat mata Kremi sakit karena wanita bernama Sean itu benar benar membuat mereka ingin meninju.

"Coba klo dia cowo. Udah gue bogem demi Luna tau gak." ketus Misel.

"Emang lo berani Mis?" tanya Rein.

"Tergantung kondisi juga sih. Udah deh, yuuk kita cari Luna. Liat Feni sama Farah di sono. Kali aja Luna ada nyelip di sampingnya!"

"Iyes. Jadi Luna beruntung kenapa juga sih dia ga terima pisah aja. Dari pada dia sakit hati terus. Ada omesh artis hollywood, ada ustad muda beuuh jauh dari kelakuan Triis pastinya. Iye gak?" Lirik Rein.

"Gak semudah itu juga kali cacing cawuu." balas Misel yang meraup wajah Rein.

"Cieuuuh. Tangan lo bau cumi nyuuks. Parah lo mah Mis." Rein berlari menjauh dari Misel. Sementara Misel hanya terkekeh tawa kala itu.

Triis terkesiap dan diam memegang erat tangan itu, tapi ia tertegun ketika di hadapannya, Triis melihat Luna yang menatapnya dengan wajah sendu. Namun ia sadar dipeluk oleh Sean dari balik punggung.

'Maafin Mas Luna. Mas harus menyakitimu terang terangan.' batin Triis menatap Luna.

"Seperti inikah caramu mencintaiku Mas. Jelas terlihat kamu tidak bahagia bersama Sean. Tapi mengapa kamu tak jujur padaku. Apa kamu tidak percaya jika aku menerima darah dagingmu bersama Sean. Tinggalkan dia Mas, apa karena aku tak bisa memberikanmu keturunan lagi setelah sikembar. Kamu sengaja memintaku untuk meninggalkan kisah kita?" benak Luna membalikan punggung. Ia mengusap air mata yang tiba saja jatuh. Lalu ia kembali masuk ke toilet wanita. Ia jongkok dan menangis tersedu sedu tak tahan.

Sementara Farah dan Feni mengejar Luna kala itu. Ia berusaha menenangkan hati teman baiknya itu, meski ia menyukai Triis akan mantan suami dari Luna yang rumit. Tapi melihat apa yang terjadi ia sangat ilfill dan tak bisa membayangkan jadi Luna.

Tuuk! Tuuk.

"Lun. Lunaaa." teriak Farah.

"Buka pintunya Na. Ada kita disamping kamu, kamu ga sendirian kok." tambah Feni.

Luna menatap bilih pintu. Ia mengambil tissue dan menyudahi aksi tangisnya. Ketika membuka pintu. Luna langsung memeluk Farah yang ia kenal sangat baik.

"Huhuuuuu. Farah, lo tau gak obat penghilang rasa sakit. Obat amnesia, gue butuh itu saat ini!" Pinta Luna membuat Farah terkejut saling menatap pada Feni.

"Udaaah Na. Please gue ngerti apa yang lo rasain. Kita pulang ya!"

"Iya Luna. Tenangin diri kamu, kita break ke cafe tebing ya. Itukan tempat paling nyaman untuk saat ini." tutur Feni.

Tak lama seorang pemuda membuat mereka terdiam melangkah. Saat Luna ingin masuk kedalam mobil. Seseorang menyangga dan memberhentikan langkah mereka.

"Assalamualaikum. Ukhti, boleh saya meminta izin bicara dengan Luna?" Luna, Farah dan Feni menatap pemuda itu.

Luna pun menatap pria surgawi, yang seolah datang tidak seharusnya kala kedua anak anaknya tadi melihat pentas, dan apalagi jika Triis serta mama Mertua yang ikut hadir melihatnya kini, di berbeda tempat.

TBC.

DIAM DIAM MELIHAT

Beberapa saat, terlihat dengan jelas suara pria memanggil. Sekilas Feni melirik bicara membuat Luna dan Farah memicik bibir geli.

"Fen. Udah kita merapat ke tiga cowok lemes. Jangan goda Luna, ada tamu surgawi doi."

"Tapi Far. Lo harus tau, pria itu bener bener..."

"Iye. Gue tau, mangkanya gue harus ngehindarin elo dari dia. Supaya dia ga gatel gatel deket lo Feni!" bisik Farah.

Feni pun merundung kala itu. Pasalnya ia kesal karena dianggap kuman oleh Farah. Padahal ia masih ingin berlama lama melihat ustad muda tadi.

"Gue ngiri ama lo Luna. Kalau gue jadi elo, gue tanda tangani deh berkas Triis. Pisah sama Pria eropa, nyangkut sama Pria jiran. Beuuh Luna Luna nasibmu soal pria ga diragukan. Tapi kisahmu yang perlu di ragukan. Heheee." cetus Feni membuat Farah tepuk jidat.

Tak Lama Feni terdiam ketika Farah menoel sikut tangannya. Karena saat itu Triis dan Sean istri kedua dari suami Luna berada tepat dibelakangnya. Sehingga mereka cengar cengir pergi pamit begitu saja meninggalkan Luna, yang saling bertatapan dengan Yus Muda. Setelah teman Luna pergi, Luna duduk di taman, dan Ustad Yus Muda pun, dia berdiri tak jauh dari Luna yang duduk menunduk.

"Luna apa kabar?"

"Baik. Tapi saya jadi canggung, apa yang harus saya jawab ketika di tempat ramai. Tidakah ustad muda Yus malu berbicara pada wanita seperti saya. Saya takut mempermalukan nama ustad karena mengobrol seperti ini."

"Panggil nama saja. Ini bukan pondok Luna, aku mengenal kamu sejak kecil. Bisa kita bicara di dalam mobil?"

"Mobil. Tapi itu berlebihan Ustad muda Yus. Eeekhm Kak, aduh maksud saya Yus muda."

"Didalam ada ukhti dan akhwan. Tidak berduaan. Saya hanya ingin menyampaikan wasiat perihal kotak yang harus kamu tau."

"Jika aku ga mau. Bagaimana?"

"Itu hak Luna. Tapi jika saya tak melihatnya akan menyesal. Karena saya baru tau dari Ummi itu dari Ibumu Luna."

Luna menatap tajam. Bibirnya seolah beku, sudah lama ia merindukan tulisan ibunda. Sejak lama ia tinggal bersama sang ayah. Ia menjemput ibunya dari kota jauh. Selalu lewat tulisan adalah obat rindu Luna. Tapi tak menyangka kecelakaan di perjalanan membuat ibu Luna sakit dan tewas setelah di larikan ke rumah sakit.

"Ka Yus. Aku akan ikut." lirih Luna mengekor kedalam mobil putih.

Sementara Farah dan Feni tak jauh. Mereka menunggu hingga setengah jam lebih. Tak lama pesan pada mereka, untuk tak menunggunya. Jika Luna akan pulang ke malang saat ini.

"Yaah. Luna baru louncing aja udah sibuk. Gimana bentar lagi bakal acara shot?" tanya Feni pada Farah menatap Luna pamit. Alhasil mereka pulang tanpa Luna.

Triis dari jarak jauh, ia hanya merenggut wajah. Meski ia mengangguk tapi hatinya masih terkunci nama Luna. Bahkan gelora semangat bersama Sean tak semanis bersama Luna. Ia masih memikirkan Luna yang masuk ke mobil Yus anak pemilik tertua di pondok malang. Perceraiannya pun sudah akan selesai, jika Triis benar benar melepas Luna karena ia tak mau Luna semakin sakit hati bersamanya.

Beberapa jam Luna telah sampai dirumah. Ia pulang dan mengucapkan terimakasih pada Ka Yus. Luna bergegas masuk dengan sebuah kotak yang ingin baca dan ia lihat.

"Saya pamit dulu Luna! bacalah surat itu, semoga harimu semakin baik dan indah. Jangan lupa mendoakan mendiang orangtua, sesungguhnya mereka pasti senang melihat mu selalu tersenyum."

Luna hanya diam membeku, tak sangka dirinya akan dekat dengan pria surgawi. Keterlibatan mereka bukan hanya project, melainkan masa lalu yang baru disadari oleh keluarganya dulu.

***

Berbeda di satu tempat. Sean masih meminta Triis untuk bejanji.

"Mas. Aku gak mau. Kamu jangan pergi mencari istrimu yang akan jadi mantan ya Tetaplah bersamaku Mas!"

Sean melingkarkan kedua tangannya di pinggang Triis yang sedang melangkah.

Hal itu membuat semua mata tertuju padanya. Ia mencoba melepas, tapi genggaman Sean benar benar membuat ia bingung dan sulit karena tangannya terlalu keras dan sesak. Jika saja dia pria mungkin sudah ia perlakukan kasar dengan melepasnya.

"Cukup Sean. Menjauhlah, aku hanya pergi sebentar ke toko cake sweet."

"Baiklah. Mas hati hati ya."

Triis mendeheum Ya. Sean merasa sedih. Ia melepas eratan kedua tangannya yang melingkar kala itu. Ia meluapkan emosinya didalam hati, ia akan membuat perhitungan pada Luna untuk terus menjauh dari suaminya.

"Luna. Aku ga akan biarkan kamu bahagia bersama Triis, aku pasti membuat kalian menjauh semakin jauh." Ancamnya.

Esok Harinya :

Di sebuah kantor E'Film.

"Yeiiy. Ngapain sih di sini? Tau gak, si mas mu itu nyariin dari ujung toilet kantin sampe ujung toilet rumahmu. Tembus lagi?" tanya Rein.

"Lo kenapa Luna. Apa si mbak itu buat kamu nangis lagi ya?" tambah Misel. Gaya mengangkat kolor yang sedikit kedodoran dan menepuk kancing kemeja karena baru saja kejatuhan eeuk burung.

"Jorok lo Mis. Pake di cium lagi tuh kotoran, cuci tangan sana Eeeikh. Jorjiii banget, udah muka buluk kelakuan jorji lagi!" lirih Rein.

"Udah kalian bertiga jangan debat aja. Aku gak kenapa napa kok. Tadi lagi melamun aja, syok kalau kemarin sebenarnya ..?" Luna terdiam menatap tiga temannya ketika ia melihat seseorang.

"Hahaha. Kalian aku prank, aku tipu kalian. Soryy Ya!" Hal itu membuat Luna di kejar oleh Misel karena membuat lelucon.

Triis tak jauh menatap Luna. Lalu mengatakan Kekhawatirannya. Triis pasalnya menceraikan Luna, tapi hatinya selalu diam diam melihat Luna di kantornya, karena bayang kerinduan yang dibatasi dinding. Melihat Luna yang mengejar karier, selalu tersenyum membuat Triis terharu.

"Kemana saja tadi kamu Luna?"

'Harus kamu tau. Aku disini sama tak berubah. Maafin mas Luna.' gumam Triis, dibalik jendela.

Tak lama aksi Triis yang bersuara terdengar oleh Farah dan Feni, yang kala itu melintas di ruangan belakang, seolah ingin menghampiri Luna.

"Yeeeeilah. Pake Say - Yank Segala. Bala bala deh. Kagak liat apa kita ngejedog di sini dari tadi." ketus Farah.

"HooooH. Berasa gue tokek nempel di dinding liatin sejoli kungkung curhat mesra gitu. Yang satu habis nangis, yang satu tiba aja ngoceh sendiri. Kagak sekalian mereka berdua langsung menyapa. Jangan diem diem aja." tambah Feni.

Triis menyadari teman Luna memperhatikannya, ia langsung pergi. Ia masuk dan berlalu kedalam mobil meninggalkan di mana Luna tak sadar. Sementara Farah dan Feni dibuat kebingungan.

"Luna. Sekarang kita meeting. Tuan Albert ngabarin nih, katanya kamu di suruh menandatangani ke pemuda Yus abidin. Terus kamu pergi bareng Omesh artis hollywood yang berpura pura manager EFILM." teriak Feni, sengaja membuat mantan suami Triis terdengar kalau bisa.

"Sasst. Feni jangan keras keras. Malu kalau orang denger!"

Farah dan Feni semakin terkeukeuh tawa melihat ekspresi Luna yang takut. Bimbang bercampur sedih.

"Ok, aku ambil tas dulu ya!"

TBC.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!