Simon Mignolet Kent
Huffhhhh....
Hela Nafas nan berat dari Bibir merah muda sang tuan muda terdengar di dalam ruangan serba hitam nan klasik itu.
"Tuan muda, silahkan mengganti pakaian anda, acaranya akan segera dimulai,"
Pria berparas tampan dan mempesona yang sedang duduk di atas kursi roda melirik ke belakang, seraya mengangguk perlahan sambil memutar kursi rodanya dengan remote pengontrol.
"Apa perlu bantuan saya tuan?" Tanya asisten pria itu.
Dia hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar ucapan sang asisten yang sudah berpakaian rapi untuk acara pernikahan pria itu.
Simon Mignolet Kent, pria lumpuh dan tunawicara yang diejek semua orang sebagai pria tampan tak berguna karena kecacatan yang dia alami setelah mendapatkan kecelakaan tragis saat sedang liburan bersama tunangan yang akan dia nikahi hari ini.
Pria tampan berwajah dingin dan datar yang dulu dipuja semua orang tetapi kini malah dijauhi karena dia lumpuh dan tidak bisa bicara.
Kecelakaan naas yang menimpanya dan tunangannya, Cintia Raymond, putri tertua dari grup Raymond yang dijodohkan padanya membuatnya kehilangan segalanya.
Hubungan mereka memang dekat, terlihat seperti pasangan kekasih pada umumnya karena keduanya sudah dijodohkan sejak mereka duduk di bangku kuliah di universitas yang sama.
Pernikahan ini sebenarnya tidak lebih dari sekedar pernikahan bisnis, tetapi kedua calon pengantin saling menerima satu sama lain sehingga hubungan mereka bertahan sampai sekarang, sudah 6 tahun keduanya berpacaran.
Tetapi ada rahasia besar di balik pernikahan ini, dan ada kejutan yang mengerikan yang akan diterima oleh Simon di acara sakral sekali seumur hidup yang akan dia hadapi.
Simon mengganti pakaiannya di dalam kamar. Mengunci kamar dan melakukannya sendirian tanpa ada yang membantu.
Entah bagaimana dia akan melakukan hal itu dengan tangannya sendiri.
Dokter mengatakan kalau keadaannya akan berlangsung lama, terapi tidak akan menyembuhkannya, bahkan dia tidak bisa berbicara dengan benar seperti sedia kala.
Kediaman keluarga Raymond sudah dipenuhi dengan tamu undangan yang datang dari berbagai kalangan.
Undangan dari pihak keluarga Simon cukup sedikit sedang dari keluarga Raymond begitu banyak dan memenuhi halaman.
Dia hanya punya seorang Kakek, beliau yang menjodohkan Simon dengan Cintia, satu bulan sebelum pernikahan sang kakek telah meninggal dunia sehingga Simon sebatang kara di dunia ini.
Kedua orangtuanya telah meninggal saat usianya masih 17 tahun, mereka meninggal karena kecelakaan besar yang disebabkan oleh pria itu sendiri.
Persiapan yang dibuat sudah sangat matang, bunyi alunan musik yang indah dan merdu terdengar di seluruh halaman utama di mana pesta itu akan dilaksanakan.
Seluruh pelayan berjalan ke sana kemari merapikan meja dan menyediakan hidangan.
Cuaca sangat cerah hari ini seindah tata ruangan untuk acara pernikahan besar yang akan dilaksanakan antara dua keluarga besar tersohor di negeri itu.
Keluarga Kent, nama keluarga pihak Ayah Simon dan keluarga Raymond yang dikenal publik sebagai dua perusahaan Mega yang berkarya dalam dua bidang bisnis yang berbeda.
Grup kent yang dipimpin oleh kakek Simon adalah perusahaan besar yang didirikan oleh kakek dan nenek Simon dan diturunkan padanya setelah kedua orangtuanya meninggal.
Bergerak dalam bidang fashion menjadikannya sebagai salah satu perusahaan Fashion ternama .
Grup Raymond, sebuah perusahaan yang bergerak dalam dunia periklanan dan beberapa iklan sukses mereka membawa nama mereka melambung tinggi di negara itu.
Cukup diakui dan dicari oleh orang-orang.
Jika keduanya bergabung, maka akan menjadi sebuah ledakan besar dalam industri periklanan juga dunia Fashion.
Pernikahan Simon dan Cintia akan menjadi jembatan kesuksesan bagi kedua grup ini.
“Tuan muda, biar saya bantu,”
Pria tinggi berparas tampan dengan mata Mongoloid dan kulit putih bersih yang telah menunggu Simon keluar langsung menyambut pria itu untuk membawanya ke halaman utama.
Simon mengambil tablet digital sebagai alat komunikasi dengan pen sebagai alat menulis nya.
Dia menulis sesuatu di sana sebagai sarana komunikasinya.
“ Apa Cintia sudah bersiap? Aku tidak melihatnya sejak kemarin,” tanya Simon melalui tulisan itu.
“ Sudah tuan, setidaknya itu pesan yang disampaikan pihak keluarga, mereka semua sudah siap,” jelas Hendry.
Simon menulis sesuatu lagi setelah mendengar jawaban Hendry, salah satu orang yang bisa dia percayai.
Teman sekaligus asisten bagi Simon dan kini jadi satu-satunya keluarga bagi Simon.
“ Idiot..” ucap Simon melalui tulisannya lau menghapusnya dengan cepat.
Hendry terkejut, apa maksud tuannya dengan semua ini?
Kenapa Hendry malah dikatai bodoh oleh pria itu?
“ Tuan saya tidak mengerti dengan apa yang ada maksud, apa yang saya ucapkan salah? “ tanya Hendry heran.
Simon tak lagi membalas, dia hanya memasang wajah datar lalu ikut dengan Hendry menuju halaman utama tanpa mempedulikan tatapan merendahkan dari pihak keluarga Raymond bahkan dari keluarganya sendiri terhadap dirinya yang lumpuh dan tak bisa bicara.
Hanya bisa berkomunikasi dengan menggunakan papan tulis dan mencoret coret semuanya di sana seperti orang bodoh.
“ Kasihan ya, masih muda dan tampan, coba kalau dia tidak lumpuh, aku pasti mau dekat dengannya,”
“ishhh seandainya dia tak lumpuh kau juga tidak akan dilirik olehnya, dasar pelayan tidak tahu diri,” ejek yang lain.
Para pelayan keluarga Raymond berbisik-bisik mengenai kondisi cacat yang dialami oleh Simon.
Banyak yang mencibir pria itu karena menurut pengakuan Cintia, Simonlah yang merayunya sampai mereka bisa sedekat itu.
“ Sekarang kurasa nona muda akan menyesal menikah dengan pria lumpuh dan bisu seperti dia. Ck.... ck... ck.. padahal dia muda dan tampan, kasihan sekali,”
“ ahh aku lebih kasihan pada nona itu, dia ada tapi seolah tidak dianggap. Padahal dia juga anak tuan Raymond,” ujar yang lain sambil menunjuk seorang gadis berambut ikal sepanjang pinggang sedang memakai pakaian pelayan dan membersihkan seluruh area itu dengan tangannya sendiri.
Laura Khiel Raymond, gadis tidak beruntung yang lahir dari seorang perempuan malam, wanita selingkuhan tuan Raymond yang telah meninggal saat melahirkan gadis itu.
Sudah jadi rahasia umum kalau tuan Raymond pecinta wanita, tetapi Laura tak pernah dibiarkan keluar dari rumah Raymond.
Ibu tirinya menggunakan dia sebagai pelayan gratis untuk membersihkan seluruh rumah dan menyekolahkannya di sekolah paling murah berbeda dengan Cintia putrinya yang sekolah di tempat tempat terkenal.
Sekalipun hidupnya susah dan tidak diakui sebagai anggota keluarga Raymond, Laura tetap melakukan pekerjaannya dengan baik.
Setidaknya dia punya rumah untuk pulang, itulah yang ada dalam pikiran Laura.
“ hei kalian mau bicara terus atau mau melanjutkan pekerjaan kalian hah? Cepat kerjakan dengan benar, jangan merumpi di sini,” hardik kepala Pelayan wanita yang kini berdiri di belakang mereka .
“ Ehh ibu... maaf bu kami pergi..” ucap mereka yang langsung kocar kacir kesana kemari saat melihat kepala pelayan di sana.
Wanita yang kerap di sapa Bibi Yuni itu menatap sinis ke arah gadis pendiam yang sedang menyusun kursi.
“ cihh dasar anak haram, merusak pemandanganku saja!” umpatnya sambil berjalan ke arah Laura.
Dia mendekati Laura dan menarik tangan gadis itu dengan kasar sampai dia terhuyung.
“ Hei kau anak haram, cepat ambil piring dan tata di atas meja!" ucap Bibi Yuni dengan nada sarkas.
Laura diam, dia mengangguk lalu pergi dari sana tanpa menatap Bibi Yuni sedikitpun, namun kata-kata berikutnya berhasil membuat tubuh Bibi Yuni menegang.
“ Jangan berani sentuh aku, kau tidak berhak menyebutku dengan panggilan itu Bi Yuni, aku tahu rahasiamu dengan tuan Raymond, “ bisiknya sebelum dia benar-benar pergi dari sana.
Glekkk...
"Si...sial!!"
Tanpa dia ketahui, Tuan Simon menatapnya dari seberang ruangan dengan tatapan kosong.
" Cepat jalan Hendry!!" tulisnya di atas benda pipih itu setelah Laura pergi.
.
.
.
like, vote dan komen
Laura Khiel Raymond, seorang gadis berwajah cantik natural. Usianya 25 tahun, berbeda 1 tahun dengan kakak tiri beda ibunya, Cintia Raymond dan 3 tahun dengan kakak laki-laki Nathan Raymond.
Hidup ketiga bersaudara ini sangat bertolak belakang.
Lebih tepatnya, nasib buruk bagi Laura karena lahir di tengah keluarga angkuh itu.
Jika Cintia dan kakak laki-lakinya yang sudah menikah dan tinggal jauh di Auckland hidup dalam gelimang harta dan penuh kasih sayang dari kedua orangtuanya maka berbanding terbalik dengan Laura.
Gadis berambut ikal itu hidup melarat bak burung yang dikurung di dalam kandang emas. Kehidupannya tidak seindah apa yang orang pikirkan sebagai anak dari tuan Besar Raymond Xanders.
Laura hidup dalam tekanan mental dan bahkan terkadang mendapatkan kekerasan fisik dari dari keluarganya.
Dia tidak dibiarkan berkeliaran dengan bebas, pergaulannya dibatasi dan hanya disekolahkan sampai jenjang SMA, itu pun di sekolah terburuk dan paling murah.
Padahal, Raymond grup salah satu perusahaan besar yang tersohor di negeri itu adalah perusahaan dengan pendapatan yang sangat besar.
Lini bisnis mereka merambah ke mana-mana tetapi sepertinya uang dan aset yang sangat banyak itu tidak mampu menyokong kehidupan gadis cantik tetapi bernasib malang ini.
Hidupnya penuh penderitaan, tetapi dia tidak berhenti berjuang dan berubah jadi sosok yang kuat tanpa sepengetahuan mereka.
Sosok gadis yang terlihat polos dan lugu itu nyatanya memiliki jiwa sang raja hutan di dalam dirinya, hanya saja dia banyak diam karena masalah tekanan mental dan kehilangan percaya diri.
Entah apa tujuannya tetap bertahan di rumah itu, padahal mudah saja baginya untuk melarikan diri mengingat kemampuan bela dirinya sangat baik.
Menguasai banyak bidang dan bahasa karena belajar diam-diam dengan bantuan tukang kebun di rumah Raymond.
Acara pernikahan Akbar antara grup Raymond dengan Kent Corporation akan dilaksanakan 2 jam lagi.
Semua orang bersiap dan menyediakan segala kebutuhan untuk berlangsungnya acara besar itu.
Para tamu undangan telah tiba di sana, mereka duduk di meja yang telah di sediakan sesuai dengan nomor tamu mereka.
Rumah utama keluarga Raymond, tempat yang selalu dibersihkan oleh Laura terlihat sangat ramai.
" Huffttt akan sulit membereskan ini semua setelah acara berakhir!"Laura mendengus kesal.
Dia menatap halaman yang sangat ramai, acara sengaja dilakukan di luar ruangan sesuai keinginan dan konsep yang telah dirancang Cintia dan Simon sejak bertunangan.
"Non jangan bengong atuh, nanti kesambet hehhehe..." Suara Pak Mandu terdengar di telinga Laura.
" Ehhh Pak Mandu ihh, saya terkejut atuh, si bapak ada ada wae..." balas Laura seraya menepuk lengan Pak Mandi sambil terkekeh mendengar candaan pria berusia 60 tahun itu, sudah tua dan renta dan merupakan pelayan setia keluarga Raymond, dia tahu segala sesuatu yang terjadi di sana.
Pak Mandu, tubuhnya yang dulu tinggi tegap dan kekar kini mulai menyusut seiring usia bertambah.
Tetapi jangan salah, dia adalah guru pencak silat Laura.
"Sedang apa Nona? nanti disembur naga hijau berlumut lagi tau rasa kamu!" ujar Pak Mandu seraya menepuk pucuk kepala gadis itu sambil menatapnya seperti sedang menatap putri kandungnya sendiri.
Pak Mandu perjaka tua yang mengabdi di keluarga itu. Bahkan tuan Raymond dan Nyonya Raymond saja tidak berani mengusik pria itu, tanpa dia mereka tidak bisa mengatur rumah besar itu.
"Pffthhh, ssthhh nanti kedengaran, Pak Mandu Laura ke sana dulu ya, banyak kerjaan," ujar gadis itu sambil tertawa manis.
Pak Mandu mengangguk sambil tersenyum lembut.
Kedua netranya menatap gadis itu dengan tatapan hangat.
" Semoga Nona bisa hidup bahagia," batin pria itu sambil berjalan dengan sembunyi tangan di belakang.
Kedua netranya menatap Tuan Simon yang tampak mengamati Laura dari Seberang halaman.
Posisinya jauh, tapi pak Mandu tau kalau tuan Simon si pria lumpuh itu sedang mengawasi nona mudanya.
Pak Mandu tersenyum lembut seraya mengangguk," indahnya masa muda..." gumam pria itu.
Sementara itu Laura melanjutkan pekerjaannya sebagai salah satu pelayan di acara itu.
Dengan lihai dan cepat dia mengangkat semua barang sembari melatih kekuatannya seperti yang diajarkan sang guru padanya.
tiba-tiba...
"Anak haram, cepat kau bersihkan panggung, anak ingusan sialan itu bermain terlalu banyak di sana, panggungnya jadi kotor!!" Suara melengking sang Nyonya Raymond berhasil menusuk telinga Laura.
Ini yang disebut dengan sakit tapi tak berdarah. Belum lagi sebutannya yang sarkas untuk Laura.
"Baik nyonya," jawab gadis itu sambil membungkuk hormat, salam yang harus dia lakukan setiap hari.
Nyonya Raymond, perempuan pemilik nama Tiara Mangkubumi. Wajahnya cukup muda untuk usianya yang sudah menginjak 50 tahun, menikah muda dengan tuan Raymond dan berhasil menjadi nyonya rumah itu.
Dia menatap sinis ke arah Laura," Anak sialan, huh...." Ketusnya sambil pergi dari sana.
Laura sendiri berjalan dengan cepat sembari membawa sapu dan sekop.
Dengan langkah gesit, gadis itu membersihkan sampah jajanan dari anak-anak para tamu yang mulai berdatangan, yang benar saja apa sekuriti tidak mengawasi? untuk apa ada banyak pengawal di tempat itu!?
Laura menatap tempat itu, dia cukup takjub dengan hasil pekerjaan tangan Wedding Organizer yang mengatur semuanya dengan detail dan tepat, pasti biayanya sangat besar.
..."Kita putus, aku akan menikah dengan gadis yang lebih layak, maaf Laura kau hanya hiburan semata untukku, kau miskin dan anak haram, siapa yang mau jadi suamimu, kau memalukan!"...
Seketika kata-kata kasar dan hinaan yang keluar dari bibir mantan kekasihnya terngiang di kepala gadis itu.
Satu bulan yang lalu Laura putus dengan kekasih yang dia kencani selama 1 tahun.
Setidaknya pria itu pernah mengisi hatinya yang kosong. Dia adalah anak pengusaha yang tak kalah terkenal, saat berkunjung ke rumah Raymond pria itu tertarik dengan Laura sehingga meminta ijin pada Tuan Raymond untuk berpacaran dengannya.
Melihat latar belakang pria itu, tuan Raymond dan istrinya tentu langsung setuju apalagi diiming-imingi dengan nilai investasi saham yang cukup menggiurkan.
Lagi-lagi untuk bisnis mereka mengorbankan Laura.
Laura dan pria itu awalnya berhubungan baik tetapi lama-kelamaan hubungan mereka renggang karena banyak tuntutan dari sang pria.
Mereka putus atas keinginan pria itu, Laura juga sudah jengah, dia kira cinta yang dia terima tau-taunya pria itu hanya menjadikannya mainan.
"Sial, aku pernah menaruh hati padanya, dia menyakiti ku dengan kata-katanya itu, bahkan pria yang kucintai pun mengkhianati ku dan mempermainkan ku, ahhh hidup yang kejam!" gumamnya sembari membawa alat kebersihan itu dari sana.
Laura berjalan dengan cepat, menghindari tatapan sinis dari orang-orang yang mengenalnya.
"Nona Cintia menghilang!!!"
Deghhh...
Saat tiba di ruangan utama langkah kaki gadis itu terhenti ketika mendengar ucapan Bibi Yuni si kepala pelayan menyebalkan, masih muda dan dandanannya selalu nyentrik.
Laura menatap mereka dengan tatapan terkejut, Cintia hilang!?? yang benar saja?
"Hah... dia pasi kabur!!! cihh... dasar manusia manusia sampah, terserahlah bukan urusanku juga!!" batin Laura sambil melanjutkan langkahnya hingga suara bariton tuan Raymond membuatnya terdiam.
" Laura, kemari kau!"
"Apa lagi ini!??"
.
.
.
like, vote dan komen 🤗
Laura berjalan mendekati tuan Raymond.
Pria bertubuh besar dengan tatapan mengintimidasi yang membuat lawan bicaranya merasa sesak dengan perawakannya yang besar.
Perasaannya tidak enak.
Di sisi lain keluarga yang sedang berkumpul itu, tampaklah Tuan Simon. Pria lumpuh dan bisu yang hanya duduk dan memasang wajah datar diantara semua keluarga.
Beberapa menit lalu, Bibi Yuni mengunjungi kamar Cintia untuk mengecek keadaan gadis itu.
Tetapi betapa terkejutnya dia saat melihat Cintia tak lagi di dalam kamar gantinya.
..."Pa, Ma Cintia tidak mau menikah dengan pria lumpuh dan bisu, apa kata orang nanti kalau sampai Cintia menikah dengan dia? Cintia tidak mau, Cintia hanya ingin menikah dengan pria yang Cintia cintai!" ...
Begitulah isi pesan menohok yang dia tulis di cermin dengan listrik merah menyala dalam ruangan ganti.
Tuan Raymond dan seluruh keluarga terlihat panik dan kebingungan dengan kejadian yang sangat tiba-tiba ini.
"Ya Ampun sekarang bagaimana? Ma cepat hubungi Cintia, dasar anak bodoh itu kenapa dia melakukan ini di saat acara akan dimulai!!??" kesal tuan Raymond sambil berkancah pinggang.
Dia melirik Simon yang tak memberi tanggapan apa pun, hanya diam di sana sambil menatap kosong dengan Hendry yang setia menemaninya.
" Cihh sejujurnya jika bukan karena hartanya aku juga tidak sudi menikahkan putriku Cintia ada pria cacat ini!" batin pria itu seraya menatap sinis ke arah Simon.
"Tuan muda Simon, maaf untuk masalah ini, kami akan segera menemukan Cintia tuan," ucap tuan Raymond yang masih menghormati Simon karena mendiang kakeknya.
Dia pewaris satu-satunya grup Kent, tentu saja Tuan Raymond dan keluarganya harus pintar mencari muka di hadapan Simon sekalipun mereka tidak lagi menyukai pria lumpuh itu.
Simon tak menggubris.
"Cihh dasar pria lumpuh dan bisu tidak berguna, setelah menikah dengan putriku kau akan kubunuh, maka semua harta Kent grup akan jadi milikku hahahhaha....." batinnya tertawa.
" Pa, Cintia sama sekali tidak bisa dihubungi!!!" ucap nyonya Tiara dengan wajah panik.
" Sial!!" umpat tuan Raymond padahal hatinya bergembira ria.
Matanya menatap tajam ke arah Laura yang sejak tadi sudah berdiri di sana sambil menunduk menunggu gilirannya diajak bicara.
Plakkk...
Sebuah tamparan telak mendarat di wajah gadis itu.
Semua orang terdiam. Wajah Laura sampai memar karena luapan emosi tuan Raymond. Bahkan keluarga dari pihak Simon terbelalak melihat apa yang baru saja tuan Raymond lakukan pada gadis itu.
" Tuan, apa anda tidak terlalu kasar!? dia juga putri anda bukan!??" Suara bariton sepupu Simon terdengar menusuk telinga mereka.
Pria yang sejak tadi hanya diam dan memperhatikan di belakang Simon akhirnya angkat bicara. Dia dan beberapa temannya yang lain yang akan menjadi pendamping pria pengantin laki-laki.
Semuanya terkejut dengan perbuatan tuan Raymond.
"Ahh hahaha... maaf semuanya, aku hanya terbawa emosi, dia ini memang pembawa sial, maaf ya maaf, aku menyuruhnya menjaga pintu pengantin wanita tapi dia berkeliaran tidak jelas sampai Cintia hilang entah ke mana!" ujar Tuan Raymond mencari pembenaran untuk dirinya.
" Tu... tuan.. Anda tidak pernah menyuruh saya seperti itu, Saya...
"Sssthhh diamlah kalau kau masih ingin tinggal di tempat ini, anak haram sialan!!" Nyonya Tiara langsung mencubit perut Laura sampai membiru.
" Akhh.... lepaskan, saya tidak tau apa-apa!" ucap Laura melawan.
" Semua kejadian buruk ini terjadi karena kau, dasar pembawa sial!" umpat tuan Raymond yang tangannya sudah mengudara hendak memukul Laura.
Tiba-tiba...
" Semuanya, tuan Simon ingin berbicara!" Suara Hendry menengahi perdebatan orang-orang itu.
Mereka terdiam.
Padahal Simon tak bisa bicara, tetapi saat ada perintah semua orang seolah membisu karena tatapan dingin pria lumpuh itu.
Laura menunduk sambil mengusap wajah dan pinggangnya bergantian, rasanya sesak karena tidak bisa langsung melawan mereka.
" Bagaimana ini, aku harus menemukan jalan terbaik agar aku bisa keluar dari sini! " batinnya.
Simon mengeluarkan Tabletnya dan menulis sesuatu di sana.
Setelah selesai menulis dia menunjukkannya pada semua orang.
" Sesuai dengan wasiat mendiang kakek, aku dan anak dari keluarga Raymond harus menikah bukan? Karena Cintia menghilang maka acara terhambat, aku tidak ingin berlama-lama, lagi pula aku sadar posisiku sebagai pria lumpuh, mana ada perempuan normal yang mau menikah denganku!" ucapnya lalu kembali menulis lagi.
"Wahh sadar juga si lumpuh hina ini, heh dia sama hinanya dengan anak haram sialan ini, akan baik kalau mereka saja yang menikah!" batin nyonya Tiara.
Simon menunjukkan tabletnya lagi.
" Aku akan menikah dengan putri lain dari keluarga ini, gadis itu juga anak tuan Raymond bukan? biar dia mengganti posisi Cintia, dan aku ingin acaranya dibuat private!" jelas Simon lagi.
" Hah!?? Yeshh aku setuju!!!" Nyonya Tiara bersorak kegirangan.
Hal ini malah membuat Simon, Hendry, sepupu dan rekan-rekannya yang lain terdiam dan menatap datar pada wanita itu.
" Ma... apa apaan sih!?? jangan terlalu terlihat!!!" bisik tuan Raymond.
" ehh.. ma..maaf, saya hanya bahagia tuan Simon, ternyata tuan tidak membatalkan pernikahan ini, kalau begitu kami akan cepat, saya akan merias Laura dengan cantik!!"
" Ehh tunggu dulu nyonya, apa maksud nya!???" Laura tidak bergerak sama sekali dia menatap mereka dengan wajah bingung lalu membaca tulisan Simon.
Laura terdiam apalagi saat kedua matanya bertatapan dengan Simon.
"Menikah denganku!?? hah!? yang benar saja!?" protes Laura tak percaya.
" Bisa tidak kau bersikap baik Laura? atau aku akan mengusik pak Mandu!!!" ancam Nyonya Tiara yang tau kedekatan Laura dengan Pak Mandu.
" Apa anda menolak Nona?" kali ini Hendry ikut andil.
Laura mendengus kesal, dia tahu dia tidak bisa melawan, taruhannya banyak di sini.
" Tapi yang benar saja tuan Simon? coba lihat aku? apa matamu tidak salah? kau tahu aku siapa kan? Anda tau kan posisi saya? bagaimana bisa saya menikah dengan...
Plakkk...
Sekali lagi tangan dari tuan Raymond mendarat di wajah Laura," Dasar perempuan tidak tahu diri!" bentak pria itu.
" Masih syukur ada yang mau menikah denganmu, kau adalah aib keluarga, Ada tawaran begini seharusnya kau tidak menolak dasar sialan!!!" kesal tuan Raymond yang lagi-lagi ingin menghajar Laura.
Gadis itu tiba-tiba terduduk diam sambil menutup telinganya.
" Ck... dasar Perempuan hina, berdiri kau, jangan bilang kau sakit lagi!" Kali Ini Bibi Yuni pun turut mengejeknya.
" Maaf tuan, kami akan segera mengurus wanita ini, acara akan kita mulai dengan acara private, semua akan selesai dalam 30 menit!" Tuan Raymond langsung mengambil alih sebelum Simon mengubah pikirannya.
"Kemari kau, "
Mereka semua memperlakukan Laura bagaikan sampah. Disiksa dan dipukuli, gadis itu hanya diam dan bertahan.
Alasan di balik semuanya itu adalah keselamatan Pak Mandu yang sudah tua dan renta juga misteri tentang kelahirannya yang selalu ditutup-tutupi oleh tuan Raymond.
Simon, Hendry dan rekan-rekannya menatap dingin ke arah keluarga Raymond.
"Simon, apa kau harus menikahi putri mereka? kau lihat betapa kacau keluarga ini!" ucap salah satu temannya.
" Diamlah dan jangan ikut campur, aku tahu apa yang kulakukan Sadrakh!" balas Simon dengan tulisannya.
.
.
.
like, vote dan komen 🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!