...Note : Berhubung authornya tidak bisa bahasa korea maka percakapan yang seharusnya menggunakan bahasa korea akan author tulis dalam bahasa indonesia. Pura-pura saja mereka berbicara dalam bahasa korea ya readers 😁. Harap maklum yah....
...***...
Pagi ini di hari pertama bulan Juni, matahari bersinar cukup terik. Cuaca di sini tidak berbeda jauh dengan di Indonesia ternyata. Ah mungkin karena sedang musim panas sekarang.
Sudah lama aku tidak kembali ke negara tempat kelahiranku, Korea Selatan. Kupikir aku akan selamanya berada di Indonesia karena aku merasa sudah mencintai negara asal eomma ku itu. Dan pada akhirnya aku kembali ke sini demi menghindari Jessica, wanita yang masih kucintai yang saat ini sudah menjadi kakak iparku. Pengecut memang, tapi bagiku ini lebih baik daripada aku terus-terusan di sampingnya. Aku takut perasaanku akan semakin besar jika terus berada di sekitarnya sedangkan dia sekarang sudah menjadi istri dari hyungku, Jonathan Kim.
" Aidan Kim? Kamu jadi ikut appa ke kantor?"
Appa tiba-tiba saja menghampiriku yang sedang menikmati pagi di teras belakang.
" Ah ya appa, jadi dong. Aidan udah sekeren ini emangnya engga kelihatan apa?"
" Hahaha. Ya sudah ayo!"
Akhirnya aku mengikuti appa bergegas masuk ke dalam mobil dan segera menuju kantor Star Food.
Di depan pintu masuk Lobby gedung, security membukakan pintu mobil dan kami pun segera keluar kemudian berjalan masuk ke dalam gedung. Kulihat Appa berjalan dengan sangat berwibawa, jadi bukankah seharusnya aku mengikuti cara appa? Aku melangkahkan kaki dengan penuh kewibawaan ke dalam kantor Star food.
Beberapa karyawan terutama karyawan wanita terlihat memandangiku. Ah ternyata aku di sini juga jadi pusat perhatian. Aku berjalan mendekati appa dan membisikkan sesuatu.
" Appa, Aidan ke toilet sebentar." Pamitku yang kemudian melipir pergi setelah appa mengijinkan.
Sesampainya di toilet, aku berdiri di depan cermin sambil menghembuskan napas lega.
" Huh? Engga di Indo engga di Korea gue engga nyaman banget jadi pusat perhatian kaya gini. Mereka kenapa sih...."
Belum selesai kata-kataku, ada seseorang yang keluar dari bilik kamar mandi kemudian berteriak.
" Aaaaaaaa.... Nuguseyo? (* Siapa kamu?)" Teriaknya sambil mundur ke belakang.
" Ah Kamcagiya." Aku terkejut melihat seorang wanita yang baru saja berteriak itu.
Hah? Wanita?
Note : Dari sini seharusnya percakapan menggunakan bahasa korea yah. Anggap saja seperti itu. 😁
" Hei... Kamu kenapa ada di toilet pria?" Tanyaku padanya.
" Toilet pria? Kamu engga lihat tulisan di depan apa?" Ujarnya kemudian berjalan melewatiku dan membuka pintu depan.
" Lihat pakai mata!" Ujarnya dengan bahasa yang cukup kasar sambil menunjukkan ikon wanita yang tertempel di pintu.
" Iya maaf saya yang salah. Tapi bahasanya engga perlu kasar kaya gitu lah." Jawabku menegurnya.
" Sorry." Ucapnya minta maaf namun terdengar ketus.
" Terus kamu engga berniat mau keluar dari sini? Atau jangan-jangan kamu berniat ngintip di toilet wanita dengan alasan salah masuk toilet?" Sambungnya yang membuatku kesal.
" Tolong yah jaga kata-katamu nona. Saya memang salah masuk toilet tapi saya bukan pria mesum seperti yang kamu tuduhkan."
" Kalau begitu silakan keluar atau saya akan kembali teriak supaya security yang menarik paksa kamu keluar."
" Iya iya." Ucapku yang kemudian berjalan melewatinya dengan kesal.
" Galak banget sih." Ucapku saat berada persis di depannya. Dia tidak menjawabku hanya menatapku dengan pandangan sinis.
Aku langsung pergi ke ruangan appa setelah bertengkar kecil dengan wanita jutek tadi di toilet.
Dalam perjalanan semua mata terlihat mengamatiku, aku langsung menyapa hormat pada mereka yang langsung di balas dengan senyum dan anggukan hormat pula dari mereka. Aku mempercepat langkah sambil menundukkan kepala. Jujur saja meski sudah pernah merasakan menjadi terkenal saat di Indonesia, tapi aku memang pada dasarnya tidak suka menjadi pusat perhatian. Aku selalu canggung dalam situasi seperti ini. Beruntung Ahn biseo menghampiriku dan menyelamatkanku dari situasi canggung ini.
" Aidan-ssi?"
" Eoh Ahn Biseo nim (*sekretaris Ahn). Appa di mana?"
" Kim Sajangnim di ruangannya. Mari ikuti saya!" Ujarnya kemudian berjalan di depanku dan akupun mengikutinya.
Sampailah kami di ruangan appa dan Ahn biseo membukakan pintu.
" Sajangnim? Putra anda sudah ada di sini."
Ahn biseo memberitahukan kedatanganku kemudian menyuruhku untuk masuk.
Akupun masuk ke dalam ruangan appa yang sudah sangat lama aku tidak lagi memasukinya. Mungkin sudah lima tahun, ah mungkin malah lebih. Jika pun aku sedang ke Korea, aku tidak pernah datang ke kantor appa. Gedung ini bahkan terasa sangat asing untukku.
" Aidan duduklah sebelah Cinta!" Ucap appa menunjuk tempat kosong di sofa seberang beliau. Ada seorang wanita yang sedang duduk di situ.
Wanita itu berdiri kemudian menoleh kepadaku. Aku terkejut melihatnya.
" Kamu?"
" Pria mesum di toilet?" Ucapnya.
" Hah? Pria mesum di toilet?" Tanya appa setelah mendengar panggilannya untukku.
" Aaa.. Maaf sajangnim, pria itu salah masuk toilet tadi, entahlah bertujuan untuk apa, semoga saja bukan seorang pria mesum." Ucapnya pada appa.
" Hei kamu sembarangan sekali. Saya kan udah bilang saya bukan pria mesum yah." Jawabku sengit.
" Tapi dia putra saya Cinta. Orang yang saya ceritakan tadi." Jawab appa.
Wanita itu terkejut, melongo kemudian menutup mulutnya dan segera meminta maaf pada appa.
" Haaahhh? Ups... Maafkan saya sajangnim." Ucapnya sambil membungkuk pada appa.
" Kamu juga harusnya minta maaf sama saya." Ucapku kemudian berjalan mendekatinya.
" Ah iya maaf tuan muda." Ujarnya kemudian membungkuk juga kepadaku.
" Aidan. Nama saya Aidan bukan tuan muda."
" Ah nee. Maafkan saya Aidan-ssi." Ulangnya.
" Jadi kalian udah kenal yah sedikit?" Tanya appa dalam bahasa indonesia.
Note : Selanjutnya percakapan akan dalam bahasa Indonesia ya, semoga pembaca tidak pusing dengan note dari Author. 😁
" Ne, sajangnim. Tadi tidak sengaja bertemu di toilet." Ujarnya.
" Dia bisa bahasa Indo appa?" Tanyaku pada appa.
" Iya. Dia satu-satunya staff yang asli Indonesia. Selebihnya ada sih tapi mereka di tempat produksi bukan di kantor." Balas appa.
" Ne, annyeonghaseyo. Cinta imnida." Ucapnya memperkenalkan diri padaku.
" Nama loe cinta?" Tanyaku dengan bahasa lebih akrab.
" Ne."
" Umur loe?"
" 28." Jawabnya singkat namun tegas.
" Aaa.. Donggapiya (*seumuran). Ga usah terlalu formal. Panggil gue Aidan aja."
" Ne." Jawabnya lagi dengan tegas.
" Engga usah kaku gitu sih."
Dia menunjukkan senyum tipis dan kaku nya.
" Ah sudah sudah. Duduk duduk!" Ucap appa memotong ketegangan Cinta.
" Jadi gini Aidan, karena Cinta adalah satu-satunya WNI di kantor ini jadi appa suruh dia jadi mentor kamu. Dan melihat basicmu itu appa rasa kamu cocok memulai pekerjaan di bidang humas bersama dengan Cinta. Cinta ini salah satu karyawan terbaik appa loh. Jadi Cinta? Saya minta tolong bantuannya untuk anak saya mempelajari apa saja yang harus dia kerjakan di perusahaan ini."
" Ne sajangnim. Saya akan mengajarinya dengan baik."
" Kenapa Aidan ngerasa agak takut ya appa sama dia." Ucapku pada appa sambil menunjuk Cinta.
" Emang kenapa?" Tanya appa padaku dan Cinta pun menoleh tak terima kepadaku.
Aku tersenyum padanya. Memang sepertinya firasatku kurang enak dengan wanita ini.
" Ah sudahlah lupakan." Jawabku asal.
Dan terhitung mulai hari Cinta dan aku akan menjalani hari-hari bersama. Dalam pekerjaan loh ya, bukan dalam percintaan. Dan semoga saja firasat kurang enakku padanya tidak berarti serius.
...___ bersambung ___...
...Gimana perkenalannya? Seru engga ya kira-kira hari-hari Aidan dan Cinta ke depannya?...
...Jangan lupa untuk selalu vote yah biar Authornya makin semangat....
...Dan untuk pembaca yang baru baca " Bukan Cinta Impian ", Author saranin untuk baca " Menikah dengan Idola " juga ya, karena Aidan adalah tokoh sekuel dari Aidan Kim di cerita " Menikah dengan Idola "...
...Happy reading yaaaa 😊...
Aku mengikuti Cinta masuk ke ruangan humas. Seperti biasa dalam perjalanan, aku menjadi pusat perhatian lagi. Entahlah mereka melihatku karena apa. Apakah karena aku tampan? Hahaha. Aku memang tampan sih, atau mungkin mereka melihatku karena mereka tahu aku anak appa yang merupakan pemilik perusahaan? Ah entahlah untuk apa juga aku peduli. Tapi... Jujur saja aku peduli karena aku merasa kurang nyaman di perhatikan seperti ini.
Cinta berhenti mendadak di depanku dan aku hampir saja menabraknya. Aku menoleh menatapnya melihat apa yang akan dilakukannya dengan berhenti tiba-tiba di tengah perjalanan.
...Note : Pembicaraan dengan karyawan lain akan dalam bahasa korea, tapi jika berdua saja antara Cinta dengan Aidan, mereka akan menggunakan bahasa Indonesia. Semoga penjelasan Author tidak membuat bingung kalian. Selanjutnya Author tidak akan kasih note lagi ya. ...
" Rekan-rekan semua, saya minta perhatiannya."
Tiba-tiba Cinta meminta perhatian dari seluruh karyawan di lantai ini.
" Orang yang ada di samping saya ini adalah putra dari Kim Sajangnim namanya Aidan Kim. "
Ku dengar semua berbisik-bisik setelah sebelumnya menyapaku dengan hormat.
" Aidan-ssi ini akan bergabung dalam tim humas jadi tolong untuk tidak membuatnya menjadi kurang nyaman di kantor. Kurangi bergosip mengenai dia." Ujar Cinta yang membuatku tiba-tiba saja merasa takjub padanya.
Aku memandanginya seksama. Kesanku padanya agak berubah, dia bisa di bilang "SAVAGE GIRL". Perkataannya telak membungkam semua orang.
" Aidan-ssi?" Panggilnya yang membuatku kemudian tersadar.
" Ah ya?"
" Silakan jika ingin memperkenalkan diri!" Ujarnya.
" Ah.. Annyeonghasimnika. Aidan Kim imnida. Apeuro jal butak deurimnida (*mohon bantuan untuk ke depannya)."
Setelah memperkenalkan diri selanjutnya aku mengikutinya lagi turun ke bawah menuju ruangan humas.
Dia membuka ruangan tersendiri.
" Ini ruangan gue. Gue bukan kepala tim tapi posisi gue langsung di bawahnya. Kalau timjangnim engga ada, semua tim humas bisa langsung laporan sama gue dan ruangan timjangnim ada di seberang ruangan ini." Ujarnya.
" Terus kira-kira kerjaan gue ngapain?" Tanyaku.
" Selain musik loe bisa ngapain aja?"
" Mmm.. Gue bisa photography, editing foto, video, FYI suara gue juga bagus hehe." Ucapku memulai candaan agar suasana lebih hidup.
Tapi kenyataannya wanita di depanku ini hanya menganggukkan kepala tanpa menanggapi candaanku.
" Dih dingin banget kaya kulkas." Gumamku pelan hampir tidak terdengar.
" Loe bilang apa?" Ujarnya sambil mengotak atik komputernya.
" Engga." Jawabku kemudian berjalan ke arah sofa dan menghempaskan pantatku di sana.
Kulihat Cinta mulai sibuk mengangkat telepon yang masuk. Entah apa yang di bicarakannya, aku hanya mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut ruangan ini dan sesekali memperhatiakn ekspresi wanita itu.
" Loe mau ikut gue engga?" Tanyanya setelah menutup telepon.
" Kemana? Gue baru juga duduk." Jawabku.
" Ketemu BTS." Jawabnya santai.
" Hah? BTS? Bangtan sonyeondan?" Tanyaku terkejut.
" Hemmm."
" Serius loe?" Tanyaku sekali lagi mencoba meyakinkan.
" Kalau loe engga mau ikut, gue jalan sendiri." Ujarnya mengambil tas kemudian meninggalkanku.
" Eh Cinta tunggu!" Ujarku kemudian berlari mengikutinya.
Ada yang salah tidak menurut kalian? Eh Cinta tunggu! Sumpah yah manggil dia cinta berasa aku ini pacarnya. Semacam panggil " sayang " dalam bahasa indonesia atau " Chagiya " dalam bahasa korea.
Aku mempercepat langkah membuntutinya. Dia pendek tapi jalannya cukup cepat sampai aku yang tinggi pun kadang setengah berlari menyusul langkahnya.
" Loe bisa bawa mobil?" Tanyanya.
" Bisa."
" Punya SIM?"
" Ada."
Cinta langsung melemparkan kunci mobilnya padaku. Waaah daebak cewe ini benar-benar berbeda dari cewe pada umumnya.
Kami masuk ke dalam mobil dan Cinta langsung menyetel navigasi ke tujuan.
" Ikutin aja arahnya. Kalau bisa pakai kecepatan tinggi. Gue pengen tidur sebentar."
Gila tidak si Cinta ini? Aku di suruh nyetir sementara dia tidur? Wah mesti di kerjain kayanya.
Sengaja aku membawa mobil agak ugal-ugalan. Ku bawa mobil dengan cepat kemudian mendadak mengerem. Begitu seterusnya ku ulangi sampai akhirnya kepala Cinta terhantuk ke pintu mobil.
" Aww. Loe bisa nyetir engga sih? Loe mau nyelakain gue?" Omelnya yang membuatku menoleh ke jalanan dengan mengulum senyum.
" Emangnya kenapa? Gue nyetir baik-baik gini kok." Jawabku dengan berusaha menahan tawa. Siapa suruh tidur setelah memberi perintah seenaknya.
" Udah, berhenti di depan! Biar gue aja yang nyetir." Ujarnya.
" Udah engga usah. Sebagai junior yang baik biar gue aja yang nyetir. Silakan di lanjut tidurnya seonbaenim." Jawabku sedikit menyindirnya.
Cinta akhirnya tidak jadi tidur setelah kukerjai. Mungkin mood tidurnya hilang seketika hahaha.
Aku melihatnya sekilas kemudian menahan senyum. Kurasa dia sedang menahan kantuk dengan sekuat tenaga.
" Sorry nih bisa engga gue engga manggil loe cinta?"
Dia langsung menoleh padaku.
" Emang kenapa?" Tanyanya.
" Ya... Ya.... Loe tahu lah gue lama di indo, cinta itu kan artinya.. yaa.. gitu." Jawabku yang hampir tidak bisa menjawab sebenarnya.
" Di sini bukan di Indo." Jawabnya singkat.
" Iya sih tapi gue kan..."
" Kalau engga suka panggil nama gue mendingan loe panggil gue seonbae aja." Potongnya.
Benar-benar yah ini cewe savage banget, aku sampai tidak bisa menjawabnya lagi.
" Belok kanan langsung masuk gedungnya yah? Jangan sampai kelewatan karena muternya bakal jauh!" Perintahnya tegas.
" Ne, CINTA." Jawabku menekankan namanya agar dia paham rasa tidak nyamannya memanggil nama 'cinta' dengan sesama orang Indonesia.
Sepertinya yang ku maksudkan tadi mengena sedikit ke hatinya, ku lihat wajahnya sedikit kurang nyaman saat kutekankan namanya tadi.
Cinta langsung membuka pintu mobil begitu aku berhasil memarkirkan mobil di basement gedung. Dia buru-buru berlari meninggalkanku yang bahkan belum keluar dari mobil.
" ****, ini cewe terlalu gesit apa emang gue yang lambat yah?"
Buru-buru aku menyusulnya sambil berlari, beruntung dia masih berdiri di depan lift. Coba kalau dia sudah meninggalkanku entah kemana? Mau cari kemana coba aku? Bahkan nomor ponselnya saja aku belum tahu.
" Loe buru-buru banget sih sampai engga inget ada anak baru yang belum tahu apa-apa di tinggalin gitu aja di mobil. Kalau gue nyasar gimana?" Omelku padanya.
Dia hanya melirikku sekilas kemudian memindahkan pandangan ke nomor lift yang menunjukkan angka 10.
" Ya elah gue di cuekin. Dasar cewe kulkas." Makiku pelan sambil membuang muka darinya.
Cinta langsung masuk begitu pintu lift terbuka dan bahkan aku belum menyadarinya karena asyik memperhatikan sekitar.
" Aidan-ssi? Loe mau ikut masuk engga?"
" Eh?" Begitu tersadar aku langsung masuk ke dalam lift.
Saat pintu lift sudah tertutup aku tidak berniat mengajaknya bicara lagi. Ngobrol dengan Cinta rasanya seperti ngobrol sama batu. Tidak ada sensasinya kecuali rasa emosi karena semua obrolanku tidak ada respon sama sekali.
" Kalau mau jadi tim humas apalagi langsung di bawah gue, loe harus jadi orang yang cekatan dan cepat tanggap. Loe engga di ijinin jadi orang lelet dan...."
" Hei hei hei gue engga lelet yah. Standar cepat orang tuh lain-lain. Kalau loe tadi termasuk kategori buru-buru bukan cepat tanggap." Potongku menimpali perkataannya yang kurasa agak menyinggungku.
" Loe tahu BTS artis yang sebesar apa kan? Star food udah beberapa bulan ini mencoba menghubungi manager BTS tapi kita engga pernah dapet kesempatan. Jadi sekalinya kami dapet slot jadwal BTS bukankah sudah seharusnya kita buru-buru?" Ucapnya lebih kepada pembelaan diri.
" Ne, SEONBAENIM." Jawabku agak menekan karena sudah malas ngobrol dengannya.
Aku heran, semua cewe yang ada di sekitarku selama ini selalu suka merespon apapun yang ku bicarakan dengan antusias. Bahkan kadang mereka mencari perhatianku. Tapi kenapa Cinta ini lain dari cewe kebanyakan? Dia cenderung tidak ada ekspresi, apalagi dia selalu ketus saat berbicara denganku, bukan hanya ketus tapi lebih kepada ngajak ribut sih bahkan sejak pertemuan pertama di kamar mandi tadi pagi.
Sebenarnya selain Cinta, Jessica adalah orang yang selalu ribut denganku saat bertemu, juga sama ketusnya tapi bedanya Jessica masih ada ekspresi dan memang dia wajarnya seperti itu menanggapi kejahilanku padanya. Tapi Cinta? Aku bahkan tidak jahil padanya tapi dia tetap memasang wajah juteknya padaku. Ah bukan padaku, pada semua orang sepertinya. Dan yang membuatku heran kenapa wajah yang tanpa ekspresi seperti ini bisa jadi staff humas? Bahkan appa bilang salah satu karyawan terbaik perusahaan. Ckckckck.
Ngomong-ngomong tentang Jessica, aku mulai merindukannya lagi. Ah aku bahkan seharusnya sudah tidak memanggilnya dengan Jessica tetapi noona.
Aku memejamkan mata sejenak mengontrol perasaanku yang mulai merindukan istri Jona hyung. Tak lama aku memegangi pelipis kemudian menyugar rambutku.
" Loe engga mau keluar?"
Suara Cinta mengejutkanku. Kemudian aku mengikutinya tanpa bicara apa-apa lagi.
" Loe harus perhatiin setiap apapun tindakan gue selama meeting sama BTS dan managernya. Catet di otak loe karena ini adalah pelajaran penting." Ucapnya tegas.
" Ne." Jawabku singkat.
" Dan tolong loe harus konsentrasi, singkirin apapun permasalahan loe hari ini dan fokus dengan orang yang berbicara dengan kita. Mengerti?"
Aku sempat memandanginya sejenak saat dia mengatakan untuk menyingkirkan permasalahan apapun. Kurasa dia memperhatikanku di lift tadi yang tiba-tiba tidak fokus karena memikirkan noona.
" Ne, seonbae." Jawabku tegas.
Akhirnya kami berdua menemui BTS untuk membicarakan kontrak iklan dengan Star Food. Dan melihat cara kerja Cinta yang terlihat sangat profesional, aku bahkan seperti tidak mengenalinya. Dia sangat berbeda. Benar-benar berbeda. Bahkan membuatku berpikir apakah Cinta yang kulihat sedang bekerja ini adalah Cinta yang sama dengan Cinta mentorku? Cinta yang beberapa menit tadi terlihat seperti kulkas berjalan? Cinta yang dingin tanpa ekspresi dan diam seperti batu?
Ah sepertinya aku tahu kenapa Cinta di akui appa sebagai salah satu karyawan terbaik perusahaan? Dia memang bisa menempatkan dirinya sebagai seorang humas profesional. Seketika aku melihat diri Cinta yang lain hari ini. Setelah Cinta si " SAVAGE GIRL", sekarang muncul Cinta si " PROFESIONAL GIRL ". Ah lama-lama aku malah jadi pemerhatinya.
...___ bersambung ___...
...Gimana? Masih semangat ngikutin ceritanya? Yuk follow authornya. Jangan lupa komentar yaa. Terima kasih 😊...
Aku menunggu Cinta di dalam mobil di parkiran basement. Katanya dia ingin ke toilet sebentar. Kulihat tadi Cinta tersenyum saat keluar dari ruang rapat. Entah ini karena berhasil teken kontrak iklan dengan BTS atau ada sebab lain. Mungkinkah dia seorang army? Ah untuk apa juga aku memikirkan cewe kulkas itu.
Saat tengah menunggu Cinta, tiba-tiba saja ponselku berdering. Ada panggilan video dari Jessica. Ragu-ragu aku untuk mengangkatnya tapi akhirnya tetap kuputuskan juga menerima panggilan itu karena beberapa hari kemarin aku selalu melewatkan panggilannya, ada saja alasan yang ku buat karena sejujurnya aku memang menghindari berhubungan lagi dengan wanita yang sudah resmi menjadi noonaku ini.
Kutekan tombol hijau kemudian muncullah Jessica di layar.
" HEI AIDAN? "
Baru saja tersambung, Jessica sudah membentakku. Aku tahu dia pasti kesal karena aku tidak pernah merespon panggilannya ataupun Jona hyung.
Aku langsung menarik senyumku sealami mungkin.
" Annyeong noona?"
" Jangan senyum-senyum gitu loe, gue marah sama loe nih. Kenapa loe engga pernah respon panggilan gue sama Kim? Jangan beralasan sibuk." Omelnya dengan wajah yang menggemaskan. Ah aku jadi mulai merindukannya lagi.
" Jangan ngomel-ngomel mulu noona nanti cepet tua. Gue emang sibuk karena baru gabung di perusahaan appa. Kenapa emangnya? Noona udah kangen sama gue?" Jawabku senatural mungkin. Aku tidak ingin Jessica tahu bahwa aku cukup kesulitan melupakannya.
" Yak. Loe nih. Bukan gue doang yang kangen sama loe, noh dia juga kangen." Ucapnya sambil menunjukkan Jona hyung yang baru saja keluar dari kamar mandi.
" Sayang kamu apa-apaan sih nunjukkin aku yang setengah bugil gini?" Protes Jona hyung yang cukup jelas terdengar olehku.
" Ya ampun maaf sayang. Ini Aidan akhirnya angkat telepon kita."
" Aidan?" Katanya.
" Eoh hyung jal jinae? (*apa kabar?)" Ucapku menyapa Jona hyung.
" Yak Aidan? Loe ngehindarin gue yah sampai engga mau angkat telepon? Noh noona loe sampai nangis saking pengen banget denger suara loe." Ucap Jona hyung.
Ada dua rasa yang kurasakan setelah mendengar pernyataan Jona hyung. Di satu sisi aku senang mendengar Jessica dan Jona hyung terlihat bahagia tapi di sisi lain aku merasa sedih saat mendengar Jessica menangis karena merindukan suaraku. Aku tahu rindunya hanya sebatas kepada adik bukan sepertiku yang merindukannya sebagai laki-laki yang merindukan kekasihnya yg sudah tidak bisa di gapainya lagi. Tapi boleh kan kalau aku senang mendengar Jessica juga merindukanku?
" Ah hyung kenapa ngomong gitu? Engga kok gue engga ngehindar, gue emang beneran sibuk. Ini aja gue baru abis ketemu sama BTS buat kontrak iklan."
" BTS? Bangtan Sonyeondan?" Tanya Jessica antusias.
" Iya."
" Yang bener?"
" Bener noona."
" Dan gue juga sibuk nyari gebetan baru hahahaha." Candaku.
" Ah bohong loe Aidan."
" Eh serius."
Tiba-tiba Cinta masuk ke dalam mobil dan aku terkejut.
" Ah kamcagiya (*ah kaget )"
" Loe kenapa kaget?" Tanya Cinta padaku.
" Jelas lah gue kaget, loe tiba-tiba masuk gitu." Jawabku.
" Eh dia gebetannya?" Tanya Jessica di ujung telepon sana.
Tiba-tiba aku teringat bahwa aku sedang VC dengan Jessica. Aku langsung menutupi ponsel dengan wajahku dari Cinta.
" Bukan, bukan, dia seonbae gue noona." Ujarku setengah berbisik.
" Ah yang bener?" Goda Jessica.
" Loe ngapain sih ngumpet- ngumpet gitu Aidan?" Tanya Cinta padaku.
Kenapa aku saat ini merasa seperti sedang di tanyai pacar karena menelpon selingkuhan diam-diam? Ah analogi apa sih ini?
Aku langsung saja menutup teleponku dengan Jessica.
" Ya udah noona, gue sekarang sibuk banget, nanti lagi ya telponnya. Bye."
Aku langsung menutup panggilan video Jessica tanpa menunggu lagi jawaban darinya.
" Loe lagi vc sama pacar?" Tanya Cinta padaku begitu aku menutup telepon.
" Bukan. Dia kakak ipar gue." Jawabku jujur.
Dan seperti biasa, Cinta tidak merespon lagi perkataanku.
" Kita balik ke kantor." Perintahnya.
" Bukannya sebentar lagi jam pulang kantor? Loe mau langsung gue anter pulang aja?"
Dia langsung menoleh cepat padaku.
" Sorry gue bukan tipikal karyawan yang nyolong-nyolong waktu pulang." Ucapnya yang secara tidak langsung menyindir ucapanku barusan.
" Woaaa daebak. Pantesan appa gue bilang loe karyawan teladan." Sindirku secara halus.
" Dan loe sebagai orang yang langsung gue mentorin, jangan pernah berpikir untuk pulang lebih cepet dari mentor loe ini." Sambungnya.
" Whoahh.." Aku membuang napas kasar sambil geleng-geleng kepala. Sepertinya hari-hariku ke depannya akan sulit di bawah pelatihan Cinta.
...***...
Sesampainya di kantor hampir seluruh karyawan menyambut kedatangan kami berdua dengan bertepuk tangan.
" Waaaahhh Cinta-ssi daebak. Big applause for you."
Beberapa di antara mereka bahkan melempari kami dengan potongan-potongan kertas. Dan Cinta tersenyum sambil membungkukkan badan ke arah mereka.
" Aidan-ssi kamu juga hebat." Beberapa karyawan perempuan juga turut mengacungi jempolnya padaku.
Aku bingung dan langsung menyejajari langkah Cinta. Aku pun bertanya padanya menggunakan bahasa Indonesia.
" Mereka ngapain?"
" Say thank's karena kita berhasil teken kontrak sama BTS. " Jawabnya datar.
Kenapa yah dia cenderung dingin padaku tapi bisa tersenyum pada orang lain? Ya meski juga terbilang jarang sih. Ah apa sih aku sok-sokan paling mengenalnya padahal kenalnya 24 jam saja belum.
Aku mengikuti Cinta kembali ke ruangannya. Memang sementara ini dan untuk beberapa hari ke depan aku akan terlihat seperti asisten pribadi Cinta karena aku memang belum paham dengan apa yang akan ku lakukan di Star Food ini. Dan semoga saja si Cinta ini tidak banyak membuatku kesal.
" Gue mau pesen kopi ke bawah, loe mau sekalian engga?" Tanya Cinta padaku begitu kami sampai di ruangannya. Dia bahkan belum duduk tapi sudah mau beranjak lagi. Sepertinya anak ini adalah orang yang tidak bisa diam.
" Boleh. " Jawabku.
" Americano? Espresso? Capucino?" Tanyanya memberi pilihan.
" Caramel machiato." Jawabku.
Cinta hanya menganggukkan kepalanya kemudian ngeloyor pergi. Aku mengamati pergerakannya sampai dia menghilang di balik pintu.
Tak berapa lama, aku kembali mengeluarkan ponselku. Kulihat ada beberapa chat dari Jessica.
* YA AIDAN? Bisa-bisanya loe langsung tutup vc gue gitu aja?
* Itu tadi gebetan baru loe ya? Bukan pacar atau istri orang kan?
Aku tak sadar langsung menarik senyumku membaca pesan Jessica yang ke dua.
" Ah Jessica jinjja." Gumamku yang kemudian melanjutkan membaca pesan yang masih belum terbuka.
Tidak tanggung-tanggung memang noona ku yang satu ini. 15 pesan masuk hanya karena aku menutup telepon tanpa persetujuannya. Semuanya berisi omelan dan pertanyaan-pertanyaan kepo.
* Aidan? Jawab lah. Loe beneran sibuk atau gimana?
* Loe tadi bilang abis ketemu BTS kan? Cerita dong sama noona loe ini. Gue juga kan suka sama BTS.
* Hei, loe bukan ngehindar dari gue sama Kim kan?
" Sejujurnya iya, gue menghindar dari kalian karena gue cukup kesulitan ngelupain loe Jess. Tapi gue bahagia ngeliat kalian juga bahagia."
Pesan kelimanya ku jawab secara langsung, bukan mengiriminya balasan chat.
" Loe ngomong sama siapa Aidan?" Tiba-tiba Cinta masuk dengan membawa dua gelas kopi di tangannya.
" Ah kamcagiya." Aku terkejut sampai mengangkat kedua kakiku ke atas sofa.
" Loe tuh setan atau apa sih? Suara langkah loe engga pernah kedengeran tahu-tahu loe udah nongol aja depan muka gue." Omelku padanya.
Cinta dengan santainya memberikanku satu gelas kopi kemudian duduk manis di sebelahku.
" Engga usah lebay." Katanya datar kemudian menyeruput kopinya.
Aku langsung menoleh padanya sambil melongo kemudian menghela napas kasar.
" Woahh jajeungna jinjja. (*menyebalkan sekali)."
" Sebenernya bukan gue yang kaya setan tapi loe yang selalu engga fokus sama keadaan sekitar." Katanya tanpa menoleh ke arahku.
" Loe lagi ada masalah?" Tanyanya yang kemudian meneguk lagi kopi di tangannya.
Dari sekian jam aku bersama Cinta seharian ini, pertanyaan care seperti yang barusan di tanyakannya adalah yang pertama kalinya. Ku pikir dia tidak suka membicarakan selain masalah pekerjaan.
" Loe boleh cerita sama gue kalau loe mau." Sambungnya.
Cinta menoleh kepadaku sejenak, menatap mataku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan. Jujur saja tatapannya barusan sedikit membuatku tidak nyaman.
" Tapi loe jangan berpikir kalau gue selalu bisa loe curhatin. Gue cuma engga suka partner kerja gue engga bisa fokus sama pekerjaan." Ujarnya kemudian berdiri dan berjalan menuju ke kursi kerjanya.
Seketika aku mencebik mendengar kalimat Cinta yang terakhir.
" Gue juga bukan tipikal orang yang curhatan sama orang baru." Jawabku sengit.
Jujur saja aku tadi sempat terpesona dengan kepeduliannya padaku, tapi seketika keterpanaanku menguap begitu saja mendengar alasan di balik pertanyaan care nya padaku tadi.
" Oh oke kalau gitu." Jawabnya sambil mengetik-ngetik sesuatu di keyboard komputernya.
Aku mencebik padanya kemudian menyeruput kopiku yang kurasa sudah mulai dingin.
" Oh iya. Loe bilang loe bisa editing kan?" Tanyanya padaku.
" Eoh. Wae?"
" Loe bisa buatin beberapa contoh desain untuk cover cemilan terbaru yang akan kita pakai buat collab sama BTS?"
" Bisa gue coba."
" Ok. Buat setidaknya tiga desain untuk hari besok, bisa?"
" Jadi ini tugas pertama gue di Star Food? "
Cinta menganggukkan kepalanya.
" Oke. Gue bisa minta desain awalnya dulu buat cari inspirasi?" Tanyaku.
" Nanti gue kirim ke email loe. Oh iya save nomor gue nih. Nanti kirimin alamat email loe ke gue." Ujarnya memberikan kartu namanya padaku.
Aku langsung melaksanakan perintahnya.
" Udah gue kirim desain awalnya. Gue cuma mau kasih tahu kalau tim gue jarang bikin kesalahan, jadi loe harus bisa melakukan semua tugas dengan sempurna termasuk mengirimkan hasil kerja loe sesuai jadwal yang udah loe sanggupin." Ujarnya.
" Ne. Cinta seonbaenim. Gue akan kasih hasilnya besok sebelum jam makan siang." Jawabku mengerti.
" Ini udah jam pulang, loe bisa pulang duluan." Ujarnya.
" Emang loe engga pulang?" Tanyaku.
" Gue masih harus kasih laporan kerjaan hari ini."
" Kalau gitu gue tunggu, loe kan bilang sebagai junior loe, gue di larang pulang duluan sebelum seniornya pulang."
" Engga perlu."
" Tapi kalau gue mau nunggu gimana?" Tanyaku tak mau kalah.
" Terserah loe aja lah." Jawabnya yang kemudian langsung berkonsentrasi pada pekerjaanya.
Sebenarnya aku bisa saja pulang tapi karena aku belum punya teman di korea, aku pasti hanya akan terdampar di kamarku sendirian. Dan aku trauma sendirian, karena aku pasti akan kembali memikirkan Jessica. Apalagi hari ini aku melihat wajah dan mendengar suaranya. Ah aku bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika aku pulang nanti. Bukankah lebih baik di sini bersama Cinta? Meskipun menyebalkan setidaknya aku ada teman yang membuatku bisa mengontrol untuk tidak memikirkan Jessica lagi.
Aku langsung membuka laptopku dan mulai saja mengerjakan tugas pertamaku untuk Star Food.
Tak terasa satu jam sudah berlalu, aku hampir menyelesaikan satu desain. Aku masih berkonsentrasi penuh mengerjakannya sambil sesekali menyeruput caramel machiato ku yang sudah tinggal setengah.
Aku memang tipikal orang yang jika sedang mengerjakan sesuatu akan fokus pada yang ku kerjakan saja, bahkan sering tidak memperhatikan sekitar. Dan tanpa ku sadari, aku terkejut saat tiba-tiba saja Cinta sudah duduk di sebelahku memperhatikan apa yang sedang ku kerjakan.
" Ah kamcak nollajana." Pekikku terkejut karena keberadaan Cinta yang tiba-tiba ini.
" Loe kenapa sih suka banget bikin gue kaget. Kalau gue jantungan gimana?" Omelku pada Cinta.
Cinta hanya melihatku dengan tatapan datar.
" Loe nya aja yang kagetan tapi nyalahin orang. Coba loe tanya Kim Sajangnim, loe waktu bayi di gebrak engga?" Ucapnya tanpa ada rasa bersalah.
" Apaan? Di gebrak?"
Dia menganggukkan kepala kecil kemudian berdiri tanpa memberikan penjelasan apapun padaku yang sudah terlihat kebingungan.
" Loe masih mau di sini atau gimana? Gue udah mau pulang." Ucapnya kemudian bersiap pergi.
" Tunggu Cinta." Ucapku yang tidak di hiraukannya. Cinta langsung saja pergi meninggalkanku.
" Ah dasar cewe kejam, gue udah nungguin dia malah dia ninggalin gue." Omelku sendiri karena Cinta sudah menghilang di balik pintu.
Saat aku sedang merapikan pekerjaanku tiba-tiba pintu kembali terbuka.
" Desain loe lumayan keren." Ucap Cinta kemudian pergi lagi.
Aku bingung dengan kelakuannya tapi tak lama aku menarik senyum salah tingkah karena pujiannya yang tiba -tiba itu.
...___ bersambung__...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!