NovelToon NovelToon

Ketika Cinta Mulai Di Pertanyakan

Pengantin Pengganti

Suasana di rumah saat ini benar-benar sangatkah kacau balau! Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja Fatimah menghilang dari rumahnya. Padahal acara pernikahan hanya tinggal setengah jam lagi.

Umy dan Abinya sudah panik, ketika melihat tamu-tamu beserta keluarga mempelai pria yang semuanya sudah datang dan siap untuk melaksanakan ijab kabul.

Akan tetapi, Fatimah sebagai mempelai perempuan, yang akan menikah, dicari sejak tadi tapi tidak juga nampak batang hidungnya.

"Bagaimana ini Abi? Fatimah tidak ada! Umi sudah mencarinya kemana-mana, tapi tidak ketemu! Bagaimana ini, Aby? Sementara pernikahan setengah jam lagi sudah mau dimulai." ucap Umy dengan panik.

Tiba-tiba saja Abi menatap Hilya dengan lekat. Matanya nampak berkaca-kaca. Pelan-pelan mata tuanya mulai berderai air mata di matanya yang teduh.

"Hilya, saat ini harapan Abi hanya ada padamu, Nduk! Tolong jangan kamu membuat keluarga kita malu dan mengecewakan keluarga Kyai Rasyid!" ucap Abi sambil menatap Hilya dengan tajam.

"Maksud Abi apa? Hilya tidak ngerti!" Tanya Hilya kepada Ayahnya yang saat ini menggengam tangannya dengan sangat kuat.

"Hilya, tolong gantikanlah kakakmu untuk menikah dengan Zaki! Saat ini, hanya kamu yang bisa menolong keluarga kita, Hilya. Selamatkan kami dari rasa malu dan juga aib besar yang tidak akan bisa terselamatkan kalau sampai pernikahan ini gagal!" ucap Ayah Hilya dengan berderai air mata.

"Bagaimana mungkin, Hilya bisa menikah dengan laki-laki yang bahkan Hilya tidak pernah tahu?" ucap Hilya seakan tidak percaya dengan apa yang saat ini dipinta oleh ayahnya, terkesan egois baginya.

"Zaki itu anaknya Kyai Rasyid tempat kamu mondok. Bagaimana kamu tidak pernah tahu dia?" tanya Ayahnya Hilya seakan tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh anaknya saat ini.

"Hilya tidak bohong Abi! Hilya memang tidak tahu tentang Mas Zaki! Karena memang kami tidak pernah bertemu sebelumnya!" ucap Hilya sambil menatap tajam kepada ayahnya.

"Cepat Hilya! Kamu cepat ganti kebaya untuk ijab kabul. Sudah tidak ada waktu untuk berdebat, Nduk! Lihatlah, penghulu sudah datang!" ibunya Hilya kemudian langsung menarik tangan putrinya untuk masuk ke dalam kamar Fatimah.

Hilya benar-benar syok dan bingung saat ini. Hilya tidak mengerti harus melakukan apa.

Tetapi untuk menolak keinginan ayahnya pun, rasanya tidak mungkin.

Karena Hilya tahu, Ayahnya memiliki riwayat sakit jantung. Kesehatan ayahnya di sini menjadi taruhannya.

Akhirnya dengan berat hati, Hilya pun membiarkan dirinya untuk dirias oleh make up artis yang di panggil ibunya untuk merias pengantin perempuan.

Hilya menggunakan pakaian yang seharusnya digunakan oleh kakaknya, Fatimah.

Hilya yang masih berusia 20 tahun, harus siap menjadi seorang istri dari Zaki Al Bukhari. Seorang laki-laki yang bahkan tidak pernah dia temui. Bahkan sekalipun dalam hidupnya sebelum pernikahan ini.

Tampak Ayah Hilya sekarang mendekati keluarga Kyai Rasyid. Tampak ayahnya Hilya sedang merundingkan perihal pergantian mempelai perempuan.

Mereka tampak menggeleng-gelengkan kepala, tetapi kemudian mereka setuju dengan apa yang disampaikan oleh Ayahnya Hilya. Karena mereka pun tidak ingin menanggung rasa malu apabila pernikahan dibatalkan begitu saja.

"Maafkan saya Pak Kyai! Putri saya yang pertama, Fatimah. Yang harusnya menikah hari ini dia telah kabur dari rumah Pak Kyai." ucap Pak Toni dengan suara sedih.

"Apa? Bagaimana bisa?" tampak Kiai Rasyid terkejut dengan berita yang di bawa oleh calon besannya tersebut.

"Saya menyiapkan Putri kedua saya Hilya untuk menggantikan posisi Fatimah dalam pernikahan ini!" ucap Pak Toni memberikan solusi untuk masalah mereka saat ini.

"Tetapi bagaimana bisa? Calon istriku berganti begitu saja?" tampak Zaki protes.

Walaupun sebenarnya di dalam hatinya, dia merasa sangat bahagia sekali. Karena itu artinya pernikahannya dengan perempuan yang tidak dia kenal akan gagal secara otomatis. Hati Zaki sudah merasa sangat senang sekali.

"Baiklah Pak Toni! Saya setuju dengan usul anda untuk menikahkan Hilya bersama Putra kami Zaki!" kebetulan Kyai Rasyid memang mengenal sosok Hilya yang menjadi santri di pondoknya.

Dia sudah tahu bahwa Hilya adalah seorang gadis muslimah dan juga seorang Calon Hafizah yang taat akan agama.

Akhirnya dengan segala keterpaksaan yang ada. Baik dari mempelai wanita maupun mempelai pria.

Pernikahan itu pun terjadi begitu saja. Tanpa ada perasaan apapun diantara kedua calon pengantin tersebut.

"Saya terima nikah dan kawinnya Auriza Hilyatul Aulia binti Toni angkasa, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan juga emas seberat 50 gram dan uang sebesar Rp50.000.000 dibayar tunai!" ucap Zaki dengan satu tarikan nafas dan akhirnya pernikahan itu pun dinyatakan sah oleh penghulu yang menikahkan mereka berdua.

Sementara itu, Hilya yang kini berada di dalam kamar pengantin kakaknya. Hilya sedang menangis tersedu-sedu.

Dia sedih, ketika mendengarkan secara sayup-sayup ijab kabul yang diucapkan oleh Zaki, Putra dari Kyainya di tempat dia mondok saat ini, selama hampir tiga tahun lamanya.

Kebetulan, Hilya mondok sambil kuliah. Jadi dia bukan hanya pandai dalam ilmu agama, dia juga seorang Hafizah. Hilya juga adalah seorang calon dokter yang pintar.

Karena sampai sekarang, Hilya masih aktif sebagai seorang mahasiswa di Fakultas kedokteran di sebuah universitas ternama di Indramayu.

Akan tetapi, sekarang semua impiannya telah hilang musnah seketika. Hanya gara-gara Fatimah, kakaknya yang melarikan diri di hari pernikahannya.

Sekarang Hilyalah yang menjadi pengganti sang kakak. Untuk menikah dengan seorang laki-laki yang asing di matanya.

Zaki Al Buchori adalah putra ketiga dari Kyai Rasyid yang memiliki pondok pesantren di Indramayu. Beliau adalah sahabat ayahnya ketika mondok dahulu di Jawa Timur.

Reader sayang bisa membaca kisah hidup Kiai Rasyid dan qonita istrinya sewaktu muda di novel saya yang berjudul:

..."Assalamualaikum ustadz ku"...

Karena novel ini adalah lanjutan dari novel itu. Akan tetapi khusus membicarakan tentang Zaki dan Hilya, istrinya.

Zaki baru saja pulang dari Mesir. Setelah dia menyelesaikan kuliahnya di sana, selama hampir 6 tahun meninggalkan Indonesia.

Karena ayahnya yang sudah tua. Oleh karena itu, Zaki dijodohkan oleh ayahnya dengan Fatimah. Putri dari sahabatnya.

Akan tetapi Fatimah tidak berturus terang pada kedua orang tuanya, bahwa dia menolak rencana perjodohan tersebut.

Sehingga tanpa rasa curiga, kedua orang tuanya kemudian mempersiapkan pernikahan mereka berdua.

Siapa yang mengira, kalau ternyata Fatimah malahan melarikan diri, ketika hari pernikahan sudah di depan mata.

Sekarang, di sinilah Hilya dan Zaki berakhir. Mereka berdua kini terjebak di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh kedua orang tua Hilya.

"Kau jangan berharap akan aku sentuh!" tiba-tiba saja Zaki memecah Kesunyian di antara mereka berdua.

"Walaupun aku, istrimu yang sah secara hukum negara maupun hukum agama. Akan tetapi, aku pun tidak sudi untuk kau sentuh! Kau tidak usah khawatir!" ucap Hilya sambil meninggalkan suaminya seorang diri.

Zaki tampak terkesiap mendengarkan apa yang dikatakan oleh Hilya.

Zaki mengerutkan keningnya. Harga dirinya merasa terinjak. Ketika dirinya bahkan tidak diinginkan oleh perempuan yang dia tolak mentah-mentah.

"Kau pikir kau itu siapa, huh? Sungguh berani sekali kau menolak seorang Zaki Al Buchori?!" Kemudian dengan ganas Zaki langsung mendekati Hilya yang sudah bersiap meninggalkan kamar pengantin.

Tiba-tiba saja, Zaki menarik tangan Hilya untuk kembali masuk ke dalam kamar mereka berdua. Zaki lalu mencium bibir Hilya yang saat itu tidak siap dengan serangan sang suami yang tiba-tiba dan ganas.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dukung terus author dengan like, komentar positif, favorite, vote dan gift semampu kalian, Biar Author bisa menang di lomba "You are writer Season 8" . Terimakasih reader sayang. Banyak love buat kalian 😘 😘.

Malam Pertama

Zaki yang merasa tersinggung mendengarkan apa yang dikatakan oleh Hilya, istrinya! Tanpa berpikir panjang dia langsung menyerang istrinya tersebut dengan ciuman ganas yang membuat Hilya sampai lemas.

Itu adalah ciuman pertama bagi mereka berdua selama hidup mereka.

Hilya langsung memukul dada Zaki, ketika dia berhasil melepaskan diri dari Zaki, pria yang baru tadi siang resmi menjadi suaminya.

"Dasar Gus mesum!" teriak Hilya dengan kesal, kemudian dia meninggalkan suaminya sendiri di dalam kamar pengantin mereka.

Hilya pergi ke kamarnya sendiri dan Hilya membiarkan suaminya itu untuk tidur di kamar pengantin milik kakaknya.

Suasana di rumah itu sudah sepi. Karena semua orang sudah lelah setelah seharian mempersiapkan pesta pernikahan antara Hilya dan Zaki.

Jadi, tidak ada yang tahu kalau saat ini Hilya tidur di kamarnya sendiri. Dan Zaki tidur di kamar pengantin mereka yang berada di kamarnya Fatimah.

"Dasar Gus Mesum! Berani sekali dia mencuri ciuman pertamaku!" ucap Hilya dengan sangat kesal ketika mengingat kembali kejadian tadi. Semalaman Hilya tidak bisa tidur sama sekali.

visualisasi Auriza Hilyatul Aulia

Visualisasi Zaki Al Buchori.

Sementara itu, Zaki yang saat ini tidur di kamar pengantin mereka dia pun mengalami hal yang sama. Tidak bisa tidur!

Zaki kembali mengingat apa yang tadi terjadi di antara dirinya dan istrinya, Hilya.

"Ah, kenapa aku bodoh sekali! Dia pasti saat ini sedang berpikir bahwa aku menyukai dia!" ucap Zaki kesal pada dirinya sendiri.

Zaki semalaman itu terus saja, merutuki kebodohannya sendiri yang sudah berbuat ceroboh. Dengan mencium bibir Hilya.

Akhirnya karena kelelahan, Zakipun tidur di kamar Itu. Zaki tidak peduli sama sekali. Apakah istrinya akan kembali ke kamar pengantin mereka atau tidak.

Malam pertama yang kelabu untuk mereka berdua. Zaki dan Hilya. Pasangan pengantin baru yang menikah karena keadaan dan keterpaksaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, Fatimah, kakaknya Hilya yang melarikan diri dari pernikahan. Sekarang dia sedang berada di Jogjakarta.

Fatimah yang mendapatkan tawaran pekerjaan di sana dan sekarang dia memulai kehidupan barunya di Jogjakarta.

Tanpa memikirkan nasib keluarganya yang saat ini sedang kebingungan mengenai rencana pernikahannya bersama Zaki.

Yang akhirnya mengorbankan Hilya untuk menjadi penggantinya dalam acara pernikahan yang harusnya menjadi acara pernikahannya bersama Zaki.

"Sekarang, apa yang terjadi dengan rencana pernikahan konyol itu ya? Apakah dibatalkan begitu saja?" tiba saja Fatimah ingat dengan rencana pernikahan itu.

Sejak tadi siang, Fatimah sibuk memikirkan untuk mendapatkan tempat tinggal baru di kota yang saat ini dia datangi untuk melarikan diri dari keluarganya.

"Maafkan Abi dan Umi kalau Fatimah menjadi anak yang tidak berbakti dengan melarikan diri seperti ini!" Fatimah bermonolog dengan dirinya sendiri.

Setelah Fatimah menemukan kontrakan baru yang cocok untuk dirinya, untuk tempat dia tinggal selama berada di Yogyakarta.

Fatimah pun langsung membeli beberapa barang-barang yang kira-kira dia butuhkan Selamat tinggal di kontrakan itu.

Fatimah sangat bahagia sekali karena dia mendapatkan pekerjaan impiannya yaitu menjadi seorang dosen di sebuah perguruan tinggi ternama di kota itu.

Mulai besok Fatimah sudah mulai bekerja. Jadi sekarang dia langsung beristirahat agar besok bisa bangun pagi-pagi dan berangkat ke kampus dengan keadaan fresh.

Fatimah tidur dengan nyenyak karena dia tidak memiliki pikiran apapun, maupun perasaan apapun. Terhadap rencana pernikahannya bersama dengan Zaki.

Visualisasi Fatimah Azzahra

Pria asing yang tidak pernah dia temui selama hidupnya, namun tiba-tiba berubah status menjadi calon suaminya.

Pada saat acara lamaran itu, Zaki memang masih berada di Mesir dan belum kembali ke Indonesia. Jadi Fatimah dan Zaki tidak memiliki kesempatan untuk bertatap muka secara langsung.

Jadi, Fatimah dan Zaki memang tidak mengetahui satu sama lain. Bahkan mereka tidak pernah melihat foto dari calon pasangan mereka masing-masing.

Hal itu memang sengaja dilakukan oleh kedua orang tua mereka. Dalam rangka ingin memberikan kejutan kepada calon pengantin baru tersebut.

Kalau saja Fatimah tidak melarikan diri, dia pasti akan jatuh cinta kepada Zaki pada pandangan pertama.

Ketampanan Zaki yang paripurna dan luar biasa. Selalu berhasil menghipnotis para wanita cantik di Timur Tengah.

Apabila Zaki sedang menyampaikan pidato maupun materi dalam sebuah acara maupun seminar-seminar yang dia hadiri.

Zaki yang berotak cemerlang dan pintar selalu menjadi primadona para wanita yang dia temui. Zaki selalu menjaga pesan dari kedua orang tuanya untuk tidak pernah berpacaran dalam hidupnya.

"Berpacaran itu hukumnya haram dalam Islam dan Abi harap kamu bisa menerapkan itu dalam kehidupan kamu!" kata-kata itu selalu terngiang di telinga Zaki apabila dia sedang tertarik dengan seorang perempuan.

Kata-kata itulah yang selalu menjadi cambuk bagi Zaki untuk menjaga marwahnya sebagai seorang laki-laki.

Sehingga pada gadis-gadis cantik itu harus menelan kekecewaan karena cintanya ditolak.

Keesokan paginya, Fatimah pun kemudian bersiap-siap. Untuk berangkat ke kampus dan melaksanakan tugasnya untuk pertama kali menjadi seorang dosen. Di kampus yang sudah sangat lama dia impikan untuk bisa bekerja di sana.

"Semangat Fatimah! Kau pasti bisa! Kau adalah perempuan yang hebat! Kau pasti mampu untuk menjalankan peranmu sebagai seorang dosen!" Fatimah terus mensugesti dirinya sendiri. Agar dia kuat dan mampu dalam menjalankan tugasnya dalam pekerjaan barunya sebagai seorang dosen.

Usia Fatimah saat ini adalah 25 tahun, baru menyelesaikan pendidikan S2 nya di Australia. Fatimah langsung mendapatkan panggilan untuk bekerja di kampus sebagai seorang dosen.

Otak cemerlang Fatimah memang selalu menghasilkan banyak prestasi selama dia kuliah di Australia.

Jadi tidak heran, kalau begitu dia lulus, Fatimah langsung mendapatkan tawaran untuk bekerja di kampus itu.

Fatimah sengaja memang tidak berniat memberitahukan kabar tentang dirinya yang mendapatkan tawaran pekerjaan dari kampus tersebut kepada kedua orang tuanya.

Karena Fatimah memang berniat untuk merahasiakan keberadaannya saat ini dari keluarganya. Sejak awal acara lamaran tersebut, Fatimah memang berniat ingin melarikan diri dari rencana pernikahannya.

Fatimah saat ini sedang melangkahkan kakinya menuju kelas, yang akan menjadi hari pertamanya bekerja menjadi seorang dosen.

"Selamat pagi semuanya! Perkenalkan nama saya Fatimah Azzahra! Saya akan menjadi dosen di kelas ini. Dalam mata kuliah Management bisnis." Fatimah mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

"Mulai hari ini, saya berharap kita bisa bekerja sama. Agar kita bisa mengciftakan kondisi perkuliahan yang kondusif. Sehingga kita bisa belajar bersama-sama dengan tenang!" ucap Fatimah memberikan pidato pertamanya sebagai seorang dosen di kelas itu.

Kecantikan Fatimah yang paripurna dan luar biasa. Sehingga menjadikan heboh para mahasiswa laki-laki yang berada di kelas itu.

Bukannya menjadi situasi yang kondusif, malah terjadi keributan di sana. Karena para mahasiswa laki-laki, mereka ribut meminta nomor telepon Fatimah.

Fatimah sampai geleng-geleng kepalanya, melihat kelakuan para mahasiswa, mereka semua membuatnya frustasi Fatimah di hari pertama kali dia bekerja sebagai seorang Dosen di kampus itu.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dukung terus author dengan like, komentar positif, favorite, vote dan gift semampu kalian, Biar Author bisa menang di lomba "You are writer Season 8" . Terimakasih reader sayang. Banyak love buat kalian 😘 😘.

Istri?

Pagi itu, ibunya Hilya bersiap-siap sedang membuat sarapan untuk keluarganya.

Seperti biasa aktivitas hariannya setelah membuat sarapan adalah membereskan kamar seisi penghuni rumahnya.

Setelah membereskan kamarnya sendiri,ibunya Hilya kemudian berniat untuk membereskan kamar Hilya, putri keduanya.

Yang dia pikir ditinggalkan oleh putrinya, karena putrinya saat ini sedang melakukan malam pertama dengan suaminya. Di kamar Fatimah yang sudah dirias sebagai kamar pengantin bagi mereka berdua.

Secara perlahan, ibunya Hilya mulai membuka pintu kamar dan dia sangat terkejut ketika mendapatkan Hilya ternyata sedang asyik tertidur di atas ranjangnya sendiri.

Ibunya Hilya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian Dia mendekati putrinya yang masih terlelap dalam tidurnya.

"Dia bahkan masih menggunakan gaun pengantinnya!" gumam ibunya Hilya sambil menatap tajam kepada putrinya.

"Hilya, bangun sayang!" dengan suara pelan, ibunya Hilya berusaha untuk membangunkan putrinya. Yang tampak kelelahan setelah kemarin melaksanakan acara pernikahan seharian suntuk, secara meriah.

"Hilya! Bangun, Nak! Ini sudah siang. Apa kau tidak mau salat subuh dulu?" ucap ibunya Hilya sambil mengguncangkan tubuh putrinya yang masih juga tidak mau bergeming dalam tidurnya yang masih terlelap.

"Ada apa, Umi? Kenapa pagi-pagi kok sudah ribut?" tiba-tiba ayahnya Hilya sudah berada di kamar itu putrinya juga.

Sama seperti ketika ibunya pertama kali melihat Hilya di kamar itu. Ayahnya pun sama terkejutnya dengan sang istri.

"Kenapa dia tidur di sini, Umy? Kenapa dia meninggalkan suaminya sendiri di kamar pengantinnya?" tanya suaminya seperti tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini.

"Umy tidak tahu Abi! Tadi pertama masuk ke kamar ini, Hilya sudah ada di sini. Umy sudah bangunkan dari tadi, tapi nggak mau bangun!" ucap istrinya memberikan penjelasan kepada suaminya yang tampak marah.

Suaminya merasa kesal dengan Hilya yang seenaknya saja meninggalkan suaminya di kamar pengantin.

Lalu dengan langkah lebar ayahnya Hilya membangunkan putrinya yang masih belum bergeming juga.

Aduh, bagaimana ini? Tampaknya aku akan kena masalah. Kenapa juga, tadi aku lupa untuk cepat bangun dan tidak kembali ke kamarnya Kak Fatimah? Jadikan Aby dan Umy tidak mengetahui kalau aku tidur di sini dasar Hilya bodoh!

"Abi tahu kalau kau tidak tidur! Ayo kau cepat bangun atau Abi akan banjurmu dengan 1 ember air!" ancam Ayahnya Hilya sambil berkacak pinggang di hadapan putrinya.

Beliau sudah naik pitam. Karena melihat Hilya yang sejak tadi terus saja berakting pura-pura tidur. Dia tahu, pasti putrinya itu ketakutan akan dimarahi olehnya bersama istrinya.

Kemudian secara perlahan, Hilya mulai menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku. Semalamaan dia tidur dengan gaun pengantin yang masih melekat di badannya. Hilya bangun dan membuka matanya secara perlahan-lahan.

Hilya memicingkan matanya. Dia berusaha untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke kelopak matanya yang terasa silau.

"Kenapa Abi dan Umi pagi-pagi sudah ada di kamarku?" tanya Hilya seperti orang yang tidak merasa melakukan kesalahan.

"Seharusnya Aby yang bertanya, kenapa kau bisa tidur di sini?" Abi ayahnya geram sambil menatap tajam kepada Hilya.

Hilya duduk dan menyandarkan kepalanya di dashbord ranjangnya. Dia diam sejenak tampak sedang memikirkan sesuatu.

"Lah, ini kan kamarnya Hilya. Jadi wajar kan kalau saya tidur di sini? Emangnya ada masalah apa?" tanya Hilya dengan wajah polosnya seakan dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Ayahnya Hilya kemudian mendekati putrinya. Dia mengambil kursi yang ada di hadapan meja rias yang ada di kamar putrinya lalu duduk dengan tenang.

Tampak beliau sedang menahan kemarahan yang bergejolak di hatinya. Tetapi dia terus berusaha untuk menyabarkan dirinya sendiri.

Ayahnya Hilya menarik nafas dalam-dalam kemudian dia menatap putrinya dengan lekat.

"Kamu dengarkan Aby, Nak! Kamu sekarang sudah berstatus menjadi seorang istri. Maka tugasmu adalah melayani suamimu dan memuliakannya!" ucap ayahnya Hilya sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya lurus menatap putrinya yang sedang kebingungan.

"Istri?" Hilya mengulang satu kata itu.

Dengan wajah polosnya dia menatap kedua orang tuanya. Seketika dia mengingat berbagai prosesi acara pernikahan kemarin. Yang dia jalani selama semalam suntuk.

Hilya kemudian menepuk keningnya sendiri. Tanda dia sudah mulai mengingat apa yang dikatakan oleh ayahnya.

"Bodoh!" makinya terhadap diri sendiri.

"Sudah jangan berdebat lagi! Ini sudah siang. Hilya, cepat kamu pergi ke kamar pengantin kamu. Lalu kau bangunkan suamimu untuk salat subuh bersama denganmu juga. Lalu ajaklah suamimu untuk sarapan bersama di meja makan! Umy sama Aby tunggu kalian di sana!" ucap ibunya Hilya memberikan perintah kepada putrinya.

Kemudian ibunya Hilya menarik suaminya untuk keluar dari kamar itu.

HiIya masih bengong di kasurnya masih belum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh ibunya tadi.

"Cepat kau bangunkan suamimu! Nanti kalian bisa terlambat untuk salat subuh!" ibunya Hilya kembali mengingatkan Hilya.

Kemudian dengan langkah malas. Hilyapun pergi menuju ke kamar kakaknya untuk membangunkan laki-laki yang saat ini sudah berstatus menjadi suaminya.

Hilya dengan perlahan membuka pintu kamarnya Fatimah.

Seketika mata Hilya melotot dengan sempurna, ketika melihat ada makhluk Tuhan yang paling indah yang sedang berbaring di ranjang pengantin yang sudah dirias dengan begitu indah.

"Subhanallah! Apakah ini yang dikatakan ketampanan seorang Yusuf? Masya Allah! Dia sungguh sangat luar biasa!" Hilya bergumam kepada dirinya sendiri.

Ketika melihat Zaki yang kini sedang terlelap dengan hanya menggunakan celana pendek saja. Selimutnya tersingkap ke samping.

Hilya masih terpaku di tempatnya. Dia masih bingung mau melakukan apa.

"Hilya! Cepat bangunkan suamimu! Nanti kalian bisa terlambat untuk salat subuh!" kembali terdengar suara bariton ayahnya yang membangunkan Hilya dari lamunan.

Dengan langkah gontai. Hilya kemudian mendekati laki-laki yang tampaknya sedang tertidur lelap itu. Laki-laki yang telah syah berstatus sebagai suaminya.

Jantung Hilya berdebar dengan sangat kencang. Ketika melihat dada suaminya yang bidang, dan putih mulus. Kini terpampang nyata di hadapan matanya.

"Ya Allah! Pria ini telah menodai mata suciku dengan tubuhnya yang begitu seksi dan tampan mempesona!" ucap Hilya dengan matanya yang berbinar menatap keindahan mahluk Tuhan yang kini berbaring dengan begitu damai di kasur pengantin.

"Ya ampun Hilya! Kau sedang apa? Kenapa kau belum juga membangunkan suamimu? Kalian benar-benar akan terlambat untuk salat subuh!" tiba-tiba saja ibunya Hilya sudah berdiri di ambang pintu dan berkacak pinggang di hadapan putrinya.

"Cepat kau bangunkan suamimu!" perintah ibunya sambil menatap tajam kepada Hilya.

Lalu dengan langkah gontai, Hilya pun akhirnya mendekati Zaki yang masih juga terlelap dalam tidurnya.

"Ya ampun! Pria tampan ini, dia tidur udah seperti orang mati saja. Masa dia tidak mendengarkan sejak tadi Ibuku terus berteriak-teriak di kamar ini?" ucap Hilya.

"Bangun, sudah siang, nanti kita terlambat untuk sholat shubuh!" masih belum bergeming juga.

Hilya sampai kebingungan. Memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa membuat pria yang berstatus sebagai suaminya itu. Agar segera bangun dari tidurnya.

Hilya kemudian menyentuh bahu Zaki dengan ujung jarinya. Hilya menggoncangkan tubuh Zaki dengan perlahan, "Bangun!" ucap Hilya.

Alangkah terkejutnya Hilya, ketika tangan kekar itu malah menarik dirinya dan membuat Hilya kini berbaring di sampingnya. Dengan erat Zaki memeluk Hilya.

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, dukung terus author dengan like, komentar positif, favorite, vote dan gift semampu kalian, Biar Author bisa menang di lomba "You are writer Season 8" . Terimakasih reader sayang. Banyak love buat kalian 😘 😘.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!