NovelToon NovelToon

Pengantin Yang Tertidur Dalam Gua

Tersesat Di Dalam Gua

Lima Mahasiswa jurusan Sastra itu sedang asyik menikmati cuti kuliahnya dengan mengadakan outbond di dalam Hutan Winongo, hutan yang terkenal dengan sisi mistis dan kleniknya.

Mitos yang beredar mengenai hutan tersebut membuat jiwa kelima anak muda itu seakan tertantang untuk menjajaki pesona hutan tersebut.

"Orang-orang kayaknya terlalu alot deh, liat tuh!, hutan seindah ini katanya berhantu", ujar Keysa sambil menunjuk rindangnya pepohonan di balik kaca mobil.

"Iya tuh, katanya gak ada akses jalan, buktinya ini jalan lebar banget", tambah Jihan sembari melirik Akbar, dari kaca spion mobil atas.

Akbar yang duduk di samping kemudi dan merasa dilirik oleh Jihan hanya tersenyum malu-malu.

"Ahemm.... yang saling lirik-melirik serasa mobil milik berdua, udah jadian aja kalian berdua gak usah pada lirik-lirikan gengsi gitu", seloroh Satya, sang sopir mobil dan disusul tawa riuh dari teman-temannya.

Akbar yang tidak terima langsung melotot lebar ke arah Satya.

"Gini nih kalo gak punya cewek, bawaannya iri, eh.. gue sumpahin ya lo Satya, biar tersesat di hutan sini dan nikah sama wanita penunggu hutan ini!", ujar Akbar lantang tanpa menyaring omongannya.

Ucapan Akbar bagaikan petir di siang bolong. Sehingga membuat Satya nyaris mengerem mobil secara mendadak.

Rio yang duduk di jok paling belakang menghentikan aksi main game online nya ketika mendengar ucapan Akbar yang mengerikan itu.

"Akbar, lu bisa gak sih, kalo ngomong tuh yang sopan! Ini tuh, hutan belantara, kita harus jaga ucapan!", tukas Rio memperingatkan ucapan sahabatnya tersebut.

Akbar hanya bergeming lalu terdiam. Sunggguh, ia hanya bercanda berkata seperti tadi.

Sementara itu, Satya yang kaget dan mengerem mendadak hanya bisa mengumpat perkataan Akbar di dalam hati.

Sahabatnya yang satu ini kalau sudah keceplosan mulutnya sungguh tidak terkontrol sama sekali.

Hening...

Suasana mobil yang mereka tumpangi terasa hening semenjak perkataan Akbar tadi. Para wanita hanya bisa saling melirik. Semua penumpang merasa canggung untuk berbicara satu sama lain.

"Guys..kita parkir di sini saja, kita bisa masuk hutan lewat jalan setapak itu", ujar Satya secara tiba-tiba sambil menunjuk jalan setapak menuju ke dalam hutan yang ada di depan mereka.

Akhirnya mereka semua, turun dari mobil dan masuk ke dalam Hutan Winongo.

...****************...

Memasuki area hutan, mereka disuguhi pemandangan yang sungguh indah. pohon-pohon rindang dengan segala bentuknya yang cantik, ada bunga-bunga hutan juga burung-burung cantik yang beterbangan menambah kesan seperti istana hutan dalam negeri dongeng.

Keysa dan Jihan sibuk berpose di depan pohon akasia rindang. Sedangkan Satya, Akbar dan Rio sibuk memburu burung langka yang beterbangan hanya untuk menjepret gambarnya.

"Gesit banget Burung Jalak Bali ini, gue harus bisa dapet gambar yang sempurna", gumam Satya sambil mengejar Burung Jalak Bali yang Cantik itu.

Sementara Akbar dan Rio memotret Burung Rajawali yang hinggap di pohon mahoni raksasa.

"Astaya Kaysa, ini tuh udah serasa berada di Kebun Raya Bogor taukk!!!", pekik Jihan seraya melihat hasil jepretan di kamera miliknya.

"Sempurna banget, udah kaya hutan istana negeri dongeng", desis Kaysa.

Setelah puas mengambil gambar sang rajawali, Akbar dan Rio bergegas menemui mereka. Apalagi, hari sudah siang, mereka juga sudah lapar.

"Wah...sip banget tadi kita nemu Rajawali estetik! iya nggak Rio?", ujar Akbar sembali menyenggol bahu Rio.

Rio hanya mengangguk dan mengacungkan dua jempol.

"Sebentar, kalian cuma berdua aja nih, Satya mana?", tanya Keysa kepada mereka berdua.

Mereka berdua hanya bisa memandang satu sama lain.

Deg....

"Ahh.. dia tadi ngejar Jalak Bali, nanti juga sampai sini", ujar Akbar.

"Iya sih bener kata Akbar, mending kita nunggu sambil makan dulu, gue udah laper", usul Rio sambil memegangi perutnya.

Akhirnya mereka memutuskan menunggu Satya sambil memakan bekal masing-masing.

...****************...

Satya memotret Jalak Bali yang hinggap di Anggrek Bulan yang menempel di sebuah pohon rindang. Sungguh pemandangan yang sangat memukau. Dengan sekali jepret dan kehati-hatian, Satya berhasil mendapatkan gambar yang begitu estetik. Ia sangat bangga dan berniat hendak memamerkan hasil fotografinya pada teman-teman nya.

Satya berlarian mencari teman-temannya, karena ia sudah terlalu dalam memasuki area hutan.

Namun, ia merasa janggal. Ia merasa hanya berputar-putar dan kembali lagi di tempat itu. Ia merasa jengah, napasnya sudah memburu karena sudah berkali-kali berjalan namun hanya kembali ke tempat itu.

"Sialan! ini kayanya gue tersesat! ini pasti gara-gara omongan Akbar tadi!. Gue harus bisa keluar dari sini sebelum gelap ", gumam Satya sambil mencoba mencari jalan keluar.

Sialnya, ia tidak bisa menemukan jalan keluar. Kakinya sudah merasa kram. Dan akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon rindang yang ada anggrek bulannya tempat dimana sang Jalak Bali hinggap tadi.

Tiba-tiba Kabut pekat menyelimuti pandangannya. Awan mendung dan gelegar petir bergemuruh menandakan akan turun hujan.

Hujan turun dengan derasnya membuat tubuh Satya basah kuyup dan kedinginan. Dan tanpa sadar, ia melihat gua yang berada di balik pohon rindang tersebut.

...****************...

Hari semakin gelap, Keempat muda-mudi tersebut memutuskan untuk membuat tenda sembari menunggu teman mereka yang belum kembali.

Ada sesal di dalam hati mereka, terutama Akbar. Ia merasa ucapannya tadi adalah sebuah do'a. Satya sahabat mereka kini menghilang entah kemana.

"Ini semua karena ucapan Akbar!", ucap Keysa sambil memeluk lututnya dari dalam tenda.

"Mana gue tahu kalau bakal kaya gini Key, gue kelepasan!", ujar Akbar membela diri.

"Sudahlah, kita jangan bertengkar! Sebaiknya kita istirahan dan berdo'a supaya Satya berhasil kembali. Nanti setelah hujan reda, kita buat api unggun agar Satya mengetahui keberadaan kita!", ujar Rio menengahi.

Rio adalah sosok yang paling dewasa di antara mereka. Ia sangat membenci debat dan mengutamakan keputusan bersama. Baginya, sekecil masalah apapun jika di hadapi dengan berdebat hanya akan membuang waktu.

"Tapi mamanya Satya pasti akan bertanya sama gue Ri! kalau sampai kita pulang tidak bareng sama Satya", ujar Keysa dengan terisak.

Rio mengelus pundak Keysa.

"Satya pasti akan kembali, Key. Aku yakin! Satya cowok yang kuat, dia pasti akan menemukan jalannya kembali, percayalah!", lirih Rio meyakinkan sahabatnya.

Tanpa mereka ketahui, Satya sudah masuk ke dalam gua tersebut. Ia berniat ingin berteduh dari lebatnya hujan yang membuatnya menggigil kedinginan.

Gua itu sangat gelap. Ia hanya memakai ponsel pintar nya untuk menerangi bagian dalam gua tersebut. Karena penasaran, ia memasuki gua lebih dalam lagi.

Ia menyalakan senter pada ponselnya. Juntaian stalaktit dan stalakmit pada dinding gua terlihat sangat menakjubkan walaupun gua itu terasa sangat seram.

"Semoga saja tidak ada hantu maupun hewan buas di dalam gua ini", desisnya sembari memegang senter ponselnya.

Pengantin Yang Tertidur

Satya terus menyoroti dinding gua dengan menggunakan flash pada ponselnya. Hingga samar-samar ia mendengar suara gamelan mengalun merdu.

Suara tembang pengantar pengantin, gending kebo giro memenuhi seluruh ruang gua yang gelap dan seram itu.

Neng....neng...neng glung....

"Si....siapa yang mengadakan pernikahan di dalam gua seseram ini?", gumam Satya sembari mengusap tengkuknya yang mulai meremang.

Neng...neng..glung..

Alunan tembang kebo giro semakin lantang terdengar. Seperti ada dan tiada. Ada suaranya, namun tidak ada gamelannya.

"Astaga...apakah ini yang dinamakan setan penunggu gua seperti yang di novel-novel itu?, hiii...jangan sampai gue bertemu makhluk menyeramkan seperti itu!", desis Satya.

Aroma melati dan kembang sedap malam menguar menusuk indra penciuman Satya.

Tiba-tiba sorot flashnya mengarah pada sebuah pemandangan yang begitu memukau, sebuah telaga kecil yang berada di tengah gua ini.

Karena penasaran, akhirnya ia berjalan mendekati telaga itu. Namun, tiba-tiba...

Dug...krincing..krincing..

Kakinya tak sengaja menyandung sesuatu yang empuk. Sontak, ia mengarahkan lampu flash ke bawah dan melihat apa yang ia sandung tadi.

Satya membelalakkan mata tatkala melihat sebuah kaki putih yang memakai galang emas tengah terbaring lunglai di bawah sana.

Ia tampak terkejut dan menyoroti lagi, dan ternyata pemilik kaki putih itu adalah seorang wanita yang tengah tergeletak di dekat telaga ini.

Seorang wanita, memakai baju pengantin khas Jawa lengkap dengan sanggul dan cunduk mentul di kepalanya.

Terlihat ronce melatinya masih segar dan menguarkan bau wangi. Paes dan riasan di wajahnyapun masih sangat utuh. Seperti pengantin yang baru saja di rias.

Namun, gadis itu tertidur dan tidak bergerak sama sekali. Mungkinkah ia mati?.

"Siapa ini? masih hidup atau sudah mati? mengapa ada di dalam gua seseram ini? atau Jangan-jangan ia vampir seperti dalam film-film di tv!", gumam Satya sambil terus memperhatikan gadis itu.

Gadis itu sangat cantik, sangat anggun dengan balutan kebaya bruklat kuno berwarna putih tulang dan kain jarik sidomukti berwarna coklat keemasan.

Perlahan, Satya mencoba mengecek nadi tangannya sambil mulutnya terus berkomat-kamit merapalkan ayat-ayat kursi.

Namun, ketika ia menyentuh tangannya, ia terkejut, karena sang gadis membuka matanya dan berteriak histeris. Seperti ketakutan.

"Si...siapa kamu?!!, dimana suamiku?!! ", tanya gadis itu ketakutan sembari beringsut ke belakang.

"Aku tidak tahu, aku tersesat di sini", jawab Satya tercengang.

"Tidak!! kamu pasti orang suruhan Kang Mas Wisnu!, kamu pasti ingin membunuh kami! katakan, di mana Mas Prabu suamiku?", pekik gadis itu.

Satya menggelengkan kepala. Ia sungguh tak tau apapun tentang masalah gadis itu.

"Saya tidak tau! saya tidak kenal Wisnu ataupun Prabu! saya tersesat di sini!", geram Satya.

Tiba-tiba gadis itu mencabut salah satu cunduk mentulnya yang terselip di sanggulnya dan mengarahkan ujung lancipnya tepat di dada Satya.

"Arghhhhh......Katakan yang sejujurnya atau benda ini akan menembus jantungmu", teriak gadis itu langang dengan napas yang ngos-ngosan.

Satya beringsut mundur takut jika benda itu benar-benar mengenai dadanya.

"Tenanglah, aku bukan dari mereka, coba lihat aku! aku basah kuyup kehujanan dan berlindung di gua ini! aku juga tersesat", lirih satya sambil mengangkat tangan.

Sang gadis hanya bisa memandangi tubuh basah Satya dari atas hingga bawah. Ia mengernyit heran karena melihat setelan baju tebal Satya.

"Lalu...kamu...siapa? mengapa kamu memakai pakaian seperti ini? apa kamu serdadu Belanda?", tanya gadis itu gemetar.

Satya semakin heran dengan pertanyaan gadis itu, di zaman modern yang sudah merdeka ini sang gadis malah bertanya tentang serdadu Belanda.

"Bukan, namaku Satya, aku terpencar dari teman-teman ku lalu kehujanan dan berteduh di gua ini", ujar Satya.

"Kamu sendiri siapa? mengapa bisa berada di gua dengan dandanan seperti ini?", tanya Satya kemudian.

Gadis itu tertunduk lalu menangis tersedu-sedu. Hingga riasan yang ada di wajahnya sedikit luntur karena titikan air matanya.

"Namaku Kencana, aku baru saja menikah tadi pagi. Namun, Kang Mas Wisnu menyerang keluargaku dia menghancurkan pernikahanku. Hiks...hiks...hiks...", tutur gadis yang ternyata bernama Kencana itu dengan sesenggukan.

Satya kebingungan. Begitu rumit masalah gadis ini sampai ia tersedu-sedu seperti ini.

"Sudah Kencana, jangan menangis. Lebih baik kita keluar dari gua ini dan aku akan membantu kamu mencari keluarga kamu", tutur Satya menenangkan Kencana.

"Tapi...aku takut keluar gua, mereka...mereka pasti akan mencelakaiku", tutur Kencana dengan gemetar.

"Kamu aman bersamaku, ayo!", seru Satya sembari mengulurkan tangannya pada Kencana.

Dengan malu-malu, Kencana menyambut uluran tangan Satya dan bangkit berdiri meninggalkan gua ini.

Satya tertegun sejenak. Telapak tangan gadis ini benar-benar putih bersih dan lembut bagai pualam. Tiada gadis selembut dan seputih ini yang pernah ia lihat.

Namun, dalam hati ia masih berdo'a, semoga saja Kencana memang benar-benar manusia bukan kuntilanak atau mak lampir yang menyamar sebagai gadis cantik.

...****************...

Malam sudah mulai merangkak naik dan larut. Keempat muda-mudi yang sedang menunggu Satya itu semakin cemas, karena sahabatnya tak kunjung kembali.

"Bro, kayanya hujan sudah mulai terang. Apa kita berpencar buat nyari Satya ya?", tanya Akbar yang mulai merasa bersalah.

"Gue setuju sama usul Akbar. Gue takut Satya kenapa-kenapa. Kita berangkat bareng harus pulang bareng", ujar Rio menimpali perkataan Akbar.

Malam semakin larut, gelap dan dinginnya malam tak menyurutkan tekad mereka. Jiwa persatuan dan persaudaraan membuat mereka menepiskan rasa takut.

Tiba-tiba terdengar suara yang begitu familiar, yang memanggil mereka. Ya, itu adalah suara Satya yang memanggil mereka.

Satya berjalan mendekati mereka dengan badan yang basah kuyup dan berdampingan dengan gadis pengantin yang ia temukan di dalam gua.

Mereka semua saling pandang satu sama lain ketika mengetahui bahwa Satya tidak datang sendiri.

"Guyss.. akhirnya gue bisa nemuin kalian!" , ujar Satya senang.

"Sat, Satya lo...ini beneran elo?", ujar Akbar dengan terbata karena ia melihat gadis pengantin di samping Satya.

"Iya ini gue men! lo kaya liat setan aja", gurau Satya.

"Satya, kayanya lo di ikutin sama hantu perempuan deh", ujar Jihan dengan gemetar dan bersembunyi di balik tubuh Akbar.

Satya segera sadar ketika teman-temannya berkata tentang hantu. Ternyata mereka mengira Kencana adalah sesosok hantu.

"Oohh... dia...kenalin dia Kencana, gadis yang gue temuin di dalam gua, dia bukan hantu, tuh liat kakinya aja napak tanah", ujar Satya dengan tenang.

Mereka semua memperhatikan Kencana dengan saksama. Memang benar kaki kencana menapak tanah.

Tetapi ini sungguh di luar nalar jika ada seorang wanita berkebaya pengantin menapaki hutan ini sendirian.

Keysa bergidik ngeri, ia takut jika sosok gadis pengantin yang bersama Satya adalah siluman atau makhluk halus penunggu hutan ini.

Sekar Kencana Puspa Ningrum

Gadis yang di sebut Satya bernama Kencana itu hanya menunduk sambil memainkan jari tangannya.

"Ka...kamu beneran manusia kan mbak?", tanya Keysa sambil menelan ludah.

Kencana hanya mengangguk.

" Saya manusia", jawab Kencana.

" Tuh kan, kalian ngeyel udah deh mendingan kita buat api unggun yang cewek masak mi instan, gue laper banget. Kasian Kencana pasti juga laper", ujar Satya sambil membuka jaket yang sudah basah kuyup sejak tadi.

Para cowok membuat api unggun sedangkan kaum cewek berkutat membuat mie instan.

"Han, manurut lo, dia itu manusia apa bukan sih? kok gue serem ya", bisik Keysa kepada Jihan yang sedang mengaduk mie.

Jihan mengamati Kencana yang sedang menghangatkan tubuh di api unggun.

"Dia manusia, kakinya napak tanah. Tapi gue takutnya dia kawanan perampok yang menyamar "

"Mana ada pengantin masuk hutan", tukas Jihan kemudian.

Sajian mie instan dan teh hangat mampu menghangatkan badan mereka yang sempat menggigil antara kedinginan dan ketakutan.

Keysa mendekat ke arah Satya,

"Sat, lo utang penjelasan kepada kami. Asal-usulnya tidak jelas. Bisa jadi ia siluman atau perampok yang menyamar ", bisik Keysa.

"Haih, lo ternyata sama ya Key, kaya temen-temen yang lain. Key, lihat gue!. Apa gue pernah berbohong? lo temen gue dari kecil, harusnya lo percaya sama gue!. Buktinya gue baik-baik aja. Gue kasihan sama dia di dalam gua sendiri makanya gue ajak kesini", tukas Satya geram.

Teman-teman tidak mempercayainya. Bahkan, Akbar dan Rio mendiamkannya.

"Mendingan lo gantiin baju dan hapus riasannya, kasihan dia! besok pagi kita antar dia ke keluarganya", tukas Satya kemudian.

...****************...

Kencana seperti gadis lugu. Ia tak henti-hentinya menunduk dan meminta maaf ketika Keysa dan Jihan mengganti bajunya dengam kaos panjang dan treiningnya.

"Nah, gini kan kamu nggak ribet"

"Tinggal ngehapus riasannya aja, biar wajah kamu bersih", ujar Jihan setelah beberapa kali gagal memakaikan treiningnya pada Kencana.

Kencana, gadis itu bak gadis jaman dulu, karena ia tidak bisa memakai treining. Berkali-kali ia minta maaf karena ia tak biasa memakainya dan menurutnya yang biasa memakai itu adalah laki-laki.

"Kencana, nanti setelah selesai. Kamu harus menjelaskan kepada kami semua siapa kamu sebenarnya?", ujar Keysa pada Kencana sembari membersihkan make up yang menempel pada wajah Kencana.

"Ngapunten mbak ayu, kalau kehadiran saya merepotkan saya pergi saja", tukas Kencana sendu.

(Ngapunten\=maaf)

"Iya, namaku Keysa, bukan Ayu", ketus Keysa.

"Bu..bukan maksudnya mbak ini terlalu cantik", ujar Kencana pelan.

Akhirnya setelah selesai berganti pakaian, mereka keluar tenda dan menemui cowok-cowok di depan api unggun.

"Guys, Kencana sendiri yang akan menceritakan asal-usulnya kepada kita", ujar Keysa.

Semua mata tertuju pada Keysa. Mereka semua duduk bersila menghadap api unggun.

Gadis anggun yang kini telah berganti penampilan tersebut terduduk sendu.

"Namaku, Sekar Kencana Puspa Ningrum. Umurku 20 tahun, aku berasal dari Desa Mayangsari, desa yang bersebelahan dengan hutan ini",

"Kemarin aku menikah.....",

Kencana menceritakan semua kejadian yang ia alami.

Flashback Kencana on,...

Untaian kembang mawar merah dan putih serta kembang sedap malam sudah terhias rapi di atas pelaminan putri tunggal Pak Luran Antasena.

Ya, hari ini tepat di tahun 1947, putri semata wayang mereka akan menikah.

Raden Ayu Sekar Kencana Puspa Ningrum, atau biasa di panggil Raden Kencana akan melangsungkan pernikahan dengan Raden Prabu Lumaksita, anak saudagar terkaya dari desa sebelah.

Saat itu, Raden Ayu Kencana telah memiliki kekasih yang bernama Wisnu, seorang lelaki desa biasa buruh dari Pak Lurah Antasena.

Tentu saja Pak Lurah menentang putri semata wayangnya menikah dengan buruhnya sendiri karena beliau merasa tidak sepadan memiliki menantu seorang buruhnya sendiri.

Dan akhirnya, dijodohkanlah Kencana dengan Prabu Lumaksita.

Karena Kencana adalah gadis yang penurut pada orang tua, ia memilih memutuskan Wisnu dengan baik-baik dan menerima perjodohannya dengan Prabu Lumaksita.

Namun, hal tersebut malah menjadi dendam kesumat bagi Wisnu. Dan di hari bahagianya, Wisnu menyamar sebagai perampok membuat keributan bersama teman-temannya.

Mereka mengobrak-ngabrik pelaminan dan menodongkan senjata tajam kepada tamu undangan.

Semua tamu undangan kocar-kacir karena ketakutan. Lalu, merekapun mengepung Pak Lurah Antasena dan Bu Lurah Serimpi.

Beruntung kedua mempelai berhasil melarikan diri dan masuk ke dalam hutan. Wisnu yang melihat pujaan hatinya melarikan diri bersama laki-laki lain langsung naik pitam dan mengejar mereka sampai ke hutan dengan membawa pedang.

Kencana dan Prabu terkejut tatkala mengetahui bahwa dalang dari perusuhan ini semua adalah Wisnu, sebab Wisnu sempat membuka topengnya dan berkelahi dengan Prabu.

Akhirnya, Wisnu sempat tumbang dan kesempatan itu di gunakan oleh Kencana dan Prabu untuk melarikan diri.

Sampailah mereka di sebuah gua. Tanpa pikir panjang, mereka berdua berlindung di dalam gua.

Kencana merasaa haus dan meminum telaga murni yang berasal dari gua.

Setelah keadaan cukup aman, Prabu berpamitan kepada Kencana untuk melihat keadaan rumah. Namun, Prabu meminta Kencana untuk menunggu di gua itu sebentar.

Kencana sangat khawatir dengan Prabu, dan ia membekali Prabu dengan sebuah cunduk mentul yang ia cabut dari sanggulnya sendiri.

Cunduk mentul yang terbuat dari emas asli dan ujungnya sangat runcing atau bisa di sebut juga dengan tusuk konde.

Ia berharap, Prabu bisa menggunakan cunduk mentul itu sebagai senjata pertahanan diri jikalau ia berhadapan dengan Wisnu.

Namun, Prabu tidak kunjung datang hingga malam tiba. Kencana pun tiba-tiba mengantuk dan tertidur di dalam gua sana.

Flashback kencana off...

...****************...

"Jadi, seperti itu ceritanya. Lalu saya terbangun dan menemui Mas Satya di depan saya. Saya pikir ia komplotan dari Kang Mas Wisnu atau kompeni Belanda, ternyata bukan", tutur Kencana sendu.

Rio yang mendengar cerita Kencana mengerutkan kening. Ia merasa aneh dengan gadis temuan Satya ini. Gayanya sungguh kuno dan ndeso. Apalagi ia selalu berkata tentang kompeni Belanda yang sangat tidak ada di zaman modern 2022 ini. Setahunya, Kompeni Belanda hanya ada di zaman penjajahan dulu, sebelum indonesia merdeka.

"Kencana, maaf, tapi sekarang zaman modern sudah tidak ada lagi Kompeni Belanda. Indonesia sudah merdeka", ujar Rio meyakinkan kencana.

"Iya benar, Indonesia memang sudah merdeka dua tahun yang lalu Mas, tapi Kompeni Belanda masih suka kelayapan di Indonesia", ujar Kencana lembut.

Semua tercengang mendengar ucapan Kencana.

"Bukan dua tahun yang lalu, Kencana. Tapi sudah lama sekali, sudah tujuh puluh tujuh tahun yang lalu!, memang kamu fikir sekarang tahun berapa? kamu jangan bercanda!", tukas Rio semakin kalut dengan penuturan gadis di depannya ini.

"Sekarang tahun 1947 Mas, dan saya lahir di tahun 1927, umur saya 20 tahun. Sepertinya yang salah Kang Mas!", tukas Kencana.

Rio hanya menggeleng-geleng kepala. Sementara kedua gadis itu hanya saling pandang dan tercengang atas penuturan Kencana.

"Tapi sekarang sudah tahun 2022, Mbak, mungkin Mbak nya sedang berhalusinasi karena kejadian yang menimpa mbak", ujsr Jihan dengan hati-hati.

"Tidak! tidak mungkin! ini masih tahun 1947, kemarin pagi aku baru saja menikah dengan suamiku!, aku akan menemuinya, dia sudah ku bekali dengan cunduk mentul milikku! Aku wanita pribumi yang pandai, jadi kalian jangan membodohiku!", geram Kencana dengan sorot mata yang marah. Ia tetap kekeh pada pendiriannya.

"Sudahlah, lebih baik kita istirahat dan tidur di tenda. Kasihan Kencana, mungkin pikirannya masih kalut, ayo besok pagi kita akan mengantarkan kencana kepada keluarganya di desa Mayangsari", tukas Satya menengahi antara sahabatnya dan Kencana.

Akhirnya mereka semua memasuki tenda besar. Para lelaki tidur di sebelah kanan dan para wanita tidur di sebelah kiri, sedangkan di tengah-tengah telah di sekat oleh lima tas ransel milik mereka.

...****************...

Keysa tidak bisa tidur. Ia terus kepikiran akan perkataan Kencana. Berkali-kali ia mencoba memejamkan mata, namun tidak kunjung mengantuk.

Ia melihat Rio keluar dari tenda dan duduk sendiri di depan api unggun. Akhirnya iapun memutuskan keluar tenda dan menyusul Rio.

"Ri..", panggilnya .

"Lo belum tidur, Key?", tanya Rio.

Keysa menggeleng dan ikut duduk di samping Rio.

"Gue masih kepikiran Ri, gue takut dia adalah vampir yang tertidur puluhan tahun seperti di televisi. Kalau benar ia lahir di tahun 1927, berarti ia seharusnya sudah nenek-nenek tua, Bulan gadis muda seperti itu", tukas Keysa sambil menghangatkan tangan di perapian.

"Dia bukan vampir, Key. Tadi gue sudah membakar bawang putih. Dan dia tidak kesakitan. Dan lo lihat sendiri kan? kakinya menapak tanah. Dia bukan hantu. Mungkin dia ada gangguan jiwa, sehingga mentalnya tertekan", jawab Rio.

Keysa membenarkan perkataan Rio.

"Tidurlah Key, kita lihat besok pagi. Kita pulangkan ia kerumah keluarganya", hibur Rio yang tengah melihat kegundahan di hati sahabatnya itu.

"Semoga saja tidak ada masalah ya, Rio", ujarnya kemudian berlalu menuju tenda untuk tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!