Rey, Terpaksa harus hidup nelangsa di usianya yang masih umur 12 tahun, Tahun ini ia lulus sekolah dasar, dan harus menerima perceraian orang tuanya.
Karena keegoisan mereka Reyhan dan Diana harus ikut sang Ibu, Karena sang ayah yang tak menginginkan mereka.
"Kalian lihatlah ... bahkan Ayah kalian tidak menginginkan kalian, Ibu harus bagaimana merawat kalian, !''
Itulah kata yang Ibunya katakan setiap saat pada Reyhan, sedangkan Diana, Ia tak tahu apapun tentang apa yang Ibunya katakan, Ia masih berusia 3 tahun lebih bahkan bicaranya pun belum lancar.
Sudah Empat bulan Perceraian itu terjadi, Setiap saat Ibunya selalu mengeluh dan marah-marah, Karena sudah tak memiliki apapun untuk di makan.
"Kamu sebagai anak laki-laki, seharusnya bisa membantu Ibu cari uang, Tapi kau malah enak-enakan makan tidur," ucap marah sang Ibu
"Lalu apa yang harus Rey lakukan, Bu. Rey juga harus menjaga Diana, Setiap hari ibu pergi entah kemana, Rey sudah cuci piring, cuci baju Ibu dan juga membersihkan rumah, " ucap Rey yang kini sudah mulai bersuara, Bukan karena apa Rey melawan perkataan ibunya, ia sudah tidak tahan karena setiap hari Diana kelaparan karena tak ada sesuatu yang tersedia ,sedangkan sang ibu selalu pergi ke luar rumah mulai dari pagi hingga malam.
"Kau mulai berani melawan Ibu, Iya... !"bentak sang Ibu yang di sertai dengan pukulan di tubuh Rey bertubi-tubi.
Rey hanya diam, Ia tidak mampu melawan sang ibu.
"Ampun Bu, sakit... " rengek Rey saat Ibu nya masih belum berhenti memukul nya.
"Bu, Jangan pukul abang," suara Diana mampu menghentikan tangan Ibunya.
"Kau lagi, Kau adalah biang masalah, kau pembawa sial, Kalian hanya bisa menyusahkan saja, Aaa... " teriak Ibunya Reihan yang bernama Rani.
"Abang, Diana lapar, Diana mau makan, " ucap Diana
"Sabar ya dek, Abang akan cari makanan dulu, adek tunggu disini dulu ya, Abang akan segera kembali, " ucap Rey seraya mengusap kepala adiknya.
Anak kecil itu hanya menganggukkan kepala nya. Rey yang tak tega melihat adiknya, langsung keluar rumah mencari sesuatu yang bisa ia kasihkan ke adiknya.
"Adek harus tetap berada di kamar, jangan keluar sebelum abang datang, " pesan itu kini selalu teringat oleh Diana yang masih kecil.
...****************...
Malam ini Reyhan merasakan dingin karena langit baru saja berhenti hujan. Saat itu Reyhan melihat tong sampah yang ada di depan sebuah warung makan, ia melihat sebungkus nasi lumayan banyak, Namun ... sudah tercampur dengan lauk. Reyhan mengambil bungkusan itu dan menciumnya, memastikan jika nasi itu belum basi.
"Diana pasti senang," gumam Reyhan seraya tersenyum mengambil nasi itu lalu memasukkan kedalam plastik yang ia bawa.
Menemukan sisa nasi saja sudah membuat Reyhan bahagia, Ia tak mengharap kan apapun dari Ibunya, yang ia harapkan hanyalah kasih sayangnya buat Diana, Dia masih kecil... Diana masih berusia tiga tahun, Bukankah anak seusia dia seharus nya masih lengket dengan sang Ibu.
'Apa salah kami, Ibu... Ayah, Kenapa kalian tega melakukan ini pada kami, Padahal ... kehadiran kami adalah keinginan kalian, Kami ... tidak meminta untuk di lahirkan, Jika kami hanya akan menjadi beban buat kalian, Kami hanya butuh kasih sayang, Lalu dimana salah kami, ' bathin Reyhan seraya terus melangkah kan kakinya.
Hingga tanpa ia sadari, Ia pun sampai di depan rumah kecilnya, Betapa terkejut nya saat Reyhan melihat Diana duduk di teras sendiri, menahan dingin dengan memeluk tubuh nya.
''Dek, kenapa di luar? Abang sudah mengatakan, kalau adek tunggu di dalam saja,'' ucap Reyhan
"Di dalam ada teman Ibu, dia bawa makanan, Dedek minta gak boleh, dedek di suruh keluar sama Ibu, " ucap Diana, perkataan nya tidak jelas, Tapi bisa di pahami oleh Reyhan.
Reyhan lalu melihat ke arah sepeda motor yang terparkir di depan rumahnya.
'Kenapa Ibu tega, Apa salahnya berbagi dengan Diana' bathin Reyhan seraya merangkul tubuh adiknya.
''Diana jangan sedih ya, Abang sudah bawa makanan untuk Diana, ayo masuk! kita makan bareng, '' ajak Reyhan menahan air mata yang hendak lepas melihat wajah adiknya.
Diana tersenyum menatap abangnya, Saat Reyhan dan Diana masuk, mereka mendengar suara tawa Ibunya dan teman lelakinya tertawa, Di sana juga terdengar tawa anak kecil.
''Wah, Luna pinter sekali, Ibu bangga, '' suara Ibunya memuji anak kecil yang bernama Luna, Reyhan bisa melihat tawa Ibunya, Yang mana kamar itu tidak tertutup sepenuhnya, mungkin karena Diana yang keluar dan tidak rapat menutup nya.
'Ibu tega, Ibu membahagiakan anak orang lain tapi, menelantarkan anak kandungnya sendiri' bathin Reyhan yang terus menatap pada arah kamar Ibunya.
''Abang, ayo! Diana sudah sangat lapar, '' ucap Diana yang menyadarkan Reyhan.
''Ah, iya ... maaf, Ayo sayang, '' Reyhan lalu mengambil piring dan sebotol air putih, lalu di bawa kedalam kamarnya. Sengaja pintu kamar nya Reyhan kunci, agar Diana tidak mendengar suara tawa ketiga manusia yang tidak memiliki perasaan itu.
''Dek, Ini ikannya sudah tercampur, tadi abang terjatuh, jadi ... tidak apa-apa ya, kalau nasinya kayak begini,?'' ucap Reyhan
''Enak, Nasinya enak bang, '' ucap anak itu menikmati suapan demi suapan dari abangnya.
''Abang tidak makan, ?'' tanya Diana
''Nanti, Kalau Diana sudah makan, abang akan makan, ayo ... makan yang banyak, '' ucap Reyhan yang terus menyuapi sang adik.
Melihat adiknya yang lahap memakan nasi sisa, hati Reyhan sangatlan sakit, sedangkan sang Ibu makan nasi enak bersama kekasih dan calon anak barunya. Tidak bisakah mereka berbagi meski hanya sedikit.
...****************...
''Kapan mas akan menikahi ku, Bukankah mas sudah berjanji akan menikahi ku secepatnya?'' tanya Rani
Sejenak lelaki itu terdiam, Ia menatap kekasihnya itu.
''Rani ... aku akan menikahi mu, Tapi aku tak bisa mencukupi biaya kedua anakmu, kebutuhan putriku saja sudah banyak, di tambah kamu, Jika kau harus membawa kedua anakmu, aku gak sanggup, '' ucap lelaki itu yang bernama Rival
''Aku akan meninggalkan mereka demi kamu, Mas'' ucapan yang begitu mudah namun sangat menyakitkan bagi Reyhan itupun lolos dari bibir Rani.
''Benarkah? Jika begitu ... kita akan segera n menikah sayang, Tapi ingat! sayangi Luna, Dia permata bagiku, '' ucap sang lelaki yang di balas anggukan dan senyuman yang merekah di bibir Rani.
Meninggalkan anak kandung demi anak orang lain, Apakah itu adalah keegoisan seorang manusia. Apakah ada seorang ibu seperti Rani? meninggalkan anak kandung, menelantarkan anak kandung demi anak kekasihnya.
''Aku benci kamu, Ibu'' gumam Reyhan seraya meninggalkan depan kamar ibunya dan kembali ke kamar nya, memeluk Diana yang sudah terlelap tidur.
Pagi telah tiba, Rani sudah cantik dengan riasan nya, sedangkan Anak-anak seperti seorang pengemis jalanan.
''Ibu, Diana ikut'' Diana memegang tangan Ibunya, dengan mata yang berbinar, Diana menatap Ibunya.
''Rey, bawa adikmu masuk, Jika mas Rival datag dan melihat adikmu yang dekil ini, Dia pasti akan gagal membawa Ibu ke rumahnya,!" teriak sang ibu
"Ibu, Diana mau ikut Ibu, apa salahnya dia iku, Bu. Bukan kah Diana anak Ibu," ucap Reyhan, namun ia masih tetap mengambil adiknya itu, menggendong nya dengan kerepotan.
"Kau tahu tidak dengan ucapanmu itu, Siapa yang menginginkan anak dekil seperti kalian, Setelah ibu berhasil menikahi Om Rival, Kalian tinggal lah dengan Ayah kalian, jangan seenaknya saja, udah buat anak tapi gak mau susah, Ibu capek urus kalian, Ibu capek cari biaya kalian, " ucap Rani dengan marah. Sakit... itu yang Reyhan rasakan, Ia tak minta untuk di lahirkan, Jika hanya menjadi beban.
"Pergilah Ibu, kami juga sudah tak menginginkan Ibu, Reyhan bersumpah akan membuat Diana menjadi wanita tercantik, dan Reyhan berjanji akan. membuat kalian menyesal, " ucap Reyhan. dengan menahan marah, Namun... malah di tertawakan oleh sang Ibu.
"Ber-angan jangan terlalu tinggi, Kau ini... hahahahah'' tawa Ibunya seraya meninggal kan Reyhan dan Diana menuju kearah Rival yang sudah datang bersama Putrinya Luna.
''Hai, Mama... Mama Rani cantik sekali,'' puji Luna, anak Rival yang berusia 10 Tahun dia sudah besar, Tapi Diana... ia masih kecil, tapi Ibu tanpa berfikir mengatakan akan meninggalkan kami.
Reyhan meneteskan air mata kala melihat kebahagiaan Ibu dan kekasihnya.
Diana menatap Reyhan seraya berkata
''Apakah Ibu tak sayang Diana lagi, Bang?'' tanya anak polos itu Reyhan hanya menggeleng kan. kepala nya mencium kening adiknya.
''Diana mau gak tinggal hanya berdua dengan abang, Kita akan bahagia tanpa di marahi Ibu lagi, Kita bisa bermain sepuasnya, abang akan menyayangi Diana, tidak ada lagi pukulan dari ibu untuk kita, Diana mau tidak?'' tanya Reyhan menatap adiknya
''Apakah kita akan kerumah Ayah,?'' tanya Diana dengan bahagia
''Apakah Diana merindukan Ayah,?''tanya Reyhan
Anak kecil itu langsung menganggukkan yg mau kepalanya, dengan bibir tersenyum dan mata berbinar. Perjalanan dari rumahnya ke rumah sang ayah memang tak begitu jauh, Karena Rani dan Romi sang Ayah Reyhan memang Kawasan tapi beda gang.
Dengan menggandeng tangan Diana, Reyhan membawa Diana ke rumah sang ayah, dengan sesekali Reyhan menggendong adiknya.
''Bang, Diana capek, '' ucap Diana seraya duduk di pinggir jalan, Bersamaan dengan itu Diana melihat sang Ayah.
"Bang, Ayah" ucap Diana seraya menunjuk ke arah Ayahnya yang sedang boncengan dengan gadis cantik.
"Ayah ...!'' teriak Diana yang mana membuat sang Ayah menoleh dan berhenti sejenak tepat 5 langkah dari tempat Diana duduk, dengan semangat dan rindu, Diana bangun dan mendekati sang Ayah, Sedangkan Reyhan hang sudah tahu tatapan tak suka Ayah langsung mengejar Diana.
''Ayah, Ayah mau kemana, Diana ikut'' ucap Diana seraya memegang baju Ayahnya.
''Siapa dia Mas, ?'' tanya gadis cantik itu.
''Bukan siapa-siapa, Hei ... bawa adikmu pergi, bikini bajuku kotor saja, '' ucapan sang Ayah. pada Reyhan, membuat pegangan tangan Diana terlepas, Mungkin Diana mengerti dengan apa yang Ayahnya katakan.
''Abang,'' ucap Diana menatap Abangnya dengan mata uang yang sudah berkaca
''Ayah, untuk saat ini, hanya saat ini kami memanggil mu Ayah, tidak untuk hari berikutnya, berbahagialah kalian dengan pasangan kalian, menelantarkan anak yang masih membutuhkan kalian, tapi dengarkan sumpah anak lelakimu ini, Ayah. Aku Reyhan bersumpah akan membuat kalian menyesal karena telah menelantarkan kami, dan akan ku buat kalian mengemis pada kami untuk di akui sebagai orang tua, Tapi Ayah ... kami, tak akan pernah mengakui kalian, bahkan jika kalian bersujud pun aku tak akan pernah mengakui Ayah ataupun Ibu sebagai orang tua kami, Diana ... ayo dek, kita pergi.... kehadiran kita sudah tidak di ingin kan lagi, Mari kita cari kebahagiaan kita sendiri, tanpa mereka yang tak punya hati, Kita buat mereka menyesal, dek'' ucap Reyhan seraya menggendong Diana, pergi meninggalkan sang Ayah yang masih menatapnya tak percaya, Apalagi sang Ayah melihat memar di tangan Reyhan dan Diana.
''Mas, kau baik-baik saja kan, ?'' tegur wanita yang juga mematung dari tadi.
''Eh iya, Ayo ...'' ucap Ayahnya Reyhan yang bernama Romi
Sepanjang perjalanan, Romi selalu terngiang dengan sumpah yang Reyhan katakan, apalagi mengingat sorot mata Reyhan yang penuh dengan kebencian. Reyhan ... Putra kebanggaan nya, hanya saja ... gadis pujaannya ini tidak menginginkan anak kecil saat mereka akan menikah nanti, Ia tidak mau momen bahagia nya di rusak oleh hal-hal yang tak di inginkan.
Kembali ke rumahnya dengan hati yang semakin sakit, Reyhan mengambil celengan yang sudah lama ia kumpul kan, dan hanya ada uang 100 ribu dan itu pecahan dari uang seribuan dan uang liam ratusan perak.
'Dengan uang segini, aku tak mungkin akan pergi dari rumah ini, ' bathin Reyhan, lalu ia ingat kalau Ibunya tidak ada di rumahnya, Ia pun masuk kedalam rumah Ibunya , Mencari sesuatu yang bisa ia bawa.
Semua isi lemari sudah ia gledah. Ia menemukan tumpukan uang, Lalu Reyhan menghitungnya.
'Ibu punya uang segini, tapi gak mau kasih kami makan, Ibu ... aku ambil uangnya ya, Sebagai gantinya, aku dan Diana akan pergi dari hidup ibu, selamanya,' bathin Reyhan lalu memasukkan uang itu kedalam celana nya, Uang yang ada 10 lembar uang merah semua itu sudah cukup untuk Reyhan pergi membawa sang adik.
Rethan akan bekerja setelah ini, Tapi entah bekerja sebagai apa dan dimana, Reyhan belum tahu arah. Namun ... Reyhan sudah menulis surat untuk Ibunya.
Reyhan pun mengemasi pakaian adiknya serta memnaea sedikit mainan yang di sukai Diana.
''Kita. pergi ya sayang, Nanti kita cari makanan yang enak, Diana mau beli apa?'' tanya Reyhan seraya menggendong tas ransel nya.
''Mmmm ... Diana mau ayam goreng seperti Upin dan Ipin, '' ucap Diana dengan bahagia
''Ya, nanti kita beli ya, sekarang kita pergi sebelum Ibu datang, '' ucap Reyhan seraya membawa Diana, Ia membawa gerobak yang ada di samping rumah nya, untuk Diana naiki, Ia tak mungkin membiarkan adiknya berjalan kaki menyusuri jalan yang akan entah kemana, ia juga membawa terpal kecil agar adiknya tidak kehujanan, Semuanya sudah Reyhan siapkan.
Malam telah tiba, Rani sudah pulang dengan calon suami dan anak tirinya.
''Kau bahagia sayang?'' tanya Rani pada anak tirinya
''Bahagia dong Ma, Luna sangat bahagia karena punya Mama yang cantik, Iya kan, Pa ...?'' tanya Luna pada Papanya
''Tentu dong sayang, Ran ... kami langsung pulang ya, Kasihan Luna sudah lelah, '' ucap Rival pada Rani
''Baiklah, Mas. Hati-hati ya, Luna ... selamat malam sayang, semoga mimpi indah, '' ucap Rani seraya melambaikan tangannya pada Rival dan Luna
Saat Rani menapaki kakinya di lantai rumahnya, Biasa nya akan ada suara Diana yang menyambutnya dan memanggilnya. Namun beda dengan malam ini. Bayangan Diana pun tak ia lihat.
''Tumben anak itu gak muncul, mungkin otaknya sedang waras kali ya... ah capeknya, Mandi lalu tidur,' gumam Rani tanpa melihat kamar anak-anaknya. Bahkan Rani menganggap ketidak adaan Diana seperti kewarasan.
Malam kian makin menyelimuti langit. Kedua anak itu masih berjalan menyusuri jalan. Reyhan ingat, Tadi ia bilang kalau ingin membelikan ayan crispy untuk Diana. Kebetulan ada penjual ayam Chicken di pinggir jalan, meskipun bukan dari KFC, tapi Reyhan yakin, jika rasanya sama enaknya.
Melihat Rani yang susah tertidur, membuat Reyhan tak tega membangun kannya.
''Pak, beli chicken ayamnya dua, '' ucap Reyhan seraya mengulurkan uang sepuluh ribu. Kebetulan tulisan di gerobak nya satu potong 5000 rupiah.
''Ini nak, kau mau kemana malam-makm begini, Bapak lihat juga kau bawa adikmu, ?' tanya penjual chicken
''Entahlah Pak, Kami juga belum tahu, Terimakasih ya Pak, '' ucap Reyhan tersenyum
Saat Reyhan hendak mendorong gerobaknya tiba-tiba ia di hentikan oleh penjual Chiken.
''Kau pasti tidak punya nasi, Ini bapak ada nasi, bawalah Nak. Dan ini ada uang... bapak tak bisa membantumu, bapak hanya bisa membantumu dengan ini, '' ugak Pak Tua penjual Chiken.
''Terimakasih Pak , saya akan mengingat kebaikan bapak seumur hidupku, " ucap Reyhan berterimakasih pada penjual Chiken.
Reyhan. kembali mendorong gerobaknya setakah meletakkan nasi dan Chiken nya di gerobaknya. Ia bahagia... di tengah-tengah berada diantara Ayah dan Ibu yang tak menginginkan mereka, masih ada yang baik pada mereka.
'Diana, abang janji... akan menjadi kan kau wanita cantik dunia dan akhirat, Abang janji dek, ' bathin Rethan dengan penuh keyakinan, bahwa suatu saat ia akan menjadi sukses dan bisa mewujudkan segala sumpah nya. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Diana terbangun dari tidurnya karena perut nya jangan terasa perih.
''Abang... '' panggil Diana yang melihat abangnya duduk di dekat gerobaknya.
''Dek, kamu dah bangun, udah lapar ya... tunggu ini kakak punya makanan lezat untukmu, '' ucap Reyhan seraya menggendong adiknya untuk turun dari gerobaknya. Lalu mendudukkan Diana di depan toko tempat mereka istirahat.
Reyhan mengambil nasi dan Chiken ayam nya, beruntung nya di tempat ith tidak ada preman yang jahat, seperti di film-film.
''Wah, Abang benaran beliin Diana Ayam crispy? " tanya Diana dengan bicara nya yang masih belum jelas, namun ... sangat di mengerti oleh Reyhan.
''Tentu dong, mulai saat ini... abang akan berusaha mewujudkan apapun yang Diana inginkan, tapi dengan syarat... Diana harus bahagia bersama abang, '' ucap Reyhan seraya mengusap wajah adiknya yang sesedikit kotor.
''Diana bahagia bersama abang,'' ucap Diana
Reyhan pun menyuapi adiknya dengan lahap, kebetulan nasi yang bapak itu berikan lumayan banyak, Masih bisa di makan sampai besok. Sedangkan ayam uang masih sisa 1 tidak Reyhan makan, ia hanya makan tepung dari ayam itu.
Ia bahagia melihat adiknya bahagia.
''Abang, bintang nya sangat banyak ya bang, ?'' tanya Diana
''Berarti malam ini tidak akan hujan dek, Adek gak ngantuk?'' tanya Reyhan seraya mengusap karena ngantuk.
Diana menggeleng kan Kepala nya.
''Abang ngantuk ya... ?'' tanya Diana
''Sini tidur di pangkuan abang,'' Ucap Reyhan seraya memangku adiknya .
Hingga kini langit pun mulai terang, Reyhan uang sudah terbangun dengan posisi masih memangku adiknya kini membangun kan adiknya itu, dan mengajaknya pergi.
''Bang, kita akan tinggal dimana?'' tanya Diana
''Kita akan cari rumah kontrakan yang murah ya dek, setelah itu, Abang akan kerja entah pekerjaan apa yang akan abang dapat di usia abang yang masih segini, Tapi... Diana jangan cemas, abang kan hebat, '' ucap Reyhan seraya tersenyum pada Diana.
...----------------...
''Reyhan... bangun kau! enak banget hidupmu ya, udah susah malah enak-enakan tidur jam segini, Tuh baju ibu dah menumpuk, cepat kau cuci, nanti malam mau ibu pakai, !" teriak Rani hanb masin belum menyadari jika kedua anak nya sudah pergi.
''Reyhan... !'' teriak Rani hingga tanpa sabar membuka pintu kamar anaknya.
"Kosong, kemana mereka sepagi ini, ?" tanya Rani. pada diri sendiri. Saat Rani ingin pergi, selembar kertas seakan mau jatuh menyita perhatian Rani.
Dengan langkah dan perasaan yang tak nyaman, Rani mengambil kertas itu.
Deg
Jantung Rani berpacu dengan sangat cepat kala ia melihat tulisan sang anak.
Ibu, Mungkin saat Ibu menemukan kertas ini, Rey dan Diana sudah tidak ada. Maafkan Rey dan Diana, Jika menjadi beban buat Ibu. Kami sayang ibu, karena itulah kami pergi. Kami lihat... ibu bahagia bersama kekasih dan anak baru ibu.
Bu, kami anak ibu, tapi Ibu tak menganggap kami ada, Mulai hari ini kami janji tidak akan mengganggu Ibu, Dan ini berlaku untuk selamanya ibu. Anggap saja kami sudah mati, begitupun sebaliknya.
Kemaren kami juga bertemu dengan Ayah, Ayah juga sama seperti ibu, sibuk dengan kekasihnya hingga tega menelantarkan kami anak kandung nya.
Ibu, Kami tidak pernah meminta untuk di lahir kan, Kalian yang menginginkan kami. Semoga Ibu dan Ayah bisa bahagia tanpa adanya kami.
Oh iya Ibu, Maafkan Reyhan... Reyhan mengambil uang ibu, anggap saja... itu nafkah
ibu buat kami, Suatu saat... Reyhan akan ganti, jika kita masih di beri kesempatan untuk bertemu.
Salam Reyhan dan Diana.
Tentu Rani sangat terkejut, tapi bukan karena kepergian Reyhan dan Diana, melainkan uang nya raib. Uang yang selama ini ia kumpulkan demi bisa membeli tas mahal, kini harus hilang.
"Ah... Reyhan! Kenapa harus mengambil uang ibu, Kau bisa kan minta uang sama bapakmu, Pokoknya Mas Romi harus mengganti uangku, " ucap kesal Rani seraya mengepal kertas itu. Lalu ia pergi kerumah mantan suaminya untuk minta ganti uang yang di bawa oleh Reyhan dan Diana.
Tanpa menunggu Rani mengendarai sepeda motor buntut nya menuju kerumah mantan suaminya. Tentu lebih cepat dari Reyhan yang kemaren.
"Romi, keluar kau... ! " teriak Rani dari luar seraya mengedor pintu rumah suami nya. Rumah yang pernah ia tempati selama 13 tahun lamanya.
"Rom, jangan pura-pura gak dengar kamu, ayo keluar! anakmu bawa kabur uangku, aku tidak mau tahu, kau harus ganti uangku... ! " sudah pasti suara Rani terdengar oleh para tetangga yang lewat untuk sekedar beli sayur.
"Ada apalagi dengan mereka, Rani meskipun dah cerai masih saja cari keributan dengan Romi, " cibir para tetangga.
"Iya, mana tahan suaminya kalau wanitanya keras kayak gitu, " cibir mereka lagi.
"Ho'o mana kuat suami nya, "
"Eh, kalian kalau kagak tahu masalah nya jangan asal b*cot ya,! " ucap Rani dengan mendelik kearah ibu-obu yang bergosip.
Ceklek
Pintu itupun terbuka, menampilkan wajah cantik seseorang dari balik pintu.
"Anda cari siapa? sepagi ini udah teriak-teriak di depan rumah orang, " ucap sengit wanita cantik itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!