NovelToon NovelToon

The Realm Spiritual

Bab 1. Sebuah Kecelakaan

Cahaya langit turun ke bumi dan jatuh ke sebuah klub malam. Dalam sebuah cerita legenda, cahaya itu adalah mantra dewa langit yang turun untuk menjemput jiwa manusia untuk dibawa ke alam spiritual. Siapapun yang menyentuhnya akan kehilangan jasmaninya dan selamanya tidak akan bisa kembali.

Sebuah mobil bersinar setelah menyerap cahaya itu lalu perlahan memudar. Dipastikan, pemiliknya adalah orang yang akan dijemputnya. Takdir telah memilihnya dan tidak bisa terhindarkan.

"Jangan bergerak!" seru sekelompok pria berseragam polisi bermunculan dari tempat yang tersembunyi.

Mereka menyergap seorang pria yang baru keluar dari klub dalam keadaan setengah mabuk. Kemeja dan jasnya terlihat berantakan dengan bau alkohol yang menyengat. Dia berpikir jika polisi-polisi itu hanyalah ilusi. Pria itu mengabaikannya dan terus melangkah menuju mobilnya.

Dorr!

Sebuah tembakan ke udara membuatnya tersadar jika mereka benar-benar polisi yang nyata. Pria itu berguling di lantai dan bergerak untuk mendekati mobilnya.

Polisi terus menembakinya dengan hati-hati karena banyak sekali mobil mewah yang terparkir di sana. Gaji mereka tidak akan cukup untuk memberi ganti rugi jika sampai membuat kesalahan.

Pria itu akhirnya mencapai mobilnya dengan selamat lalu mengendarainya meninggalkan pelataran parkir. Matanya yang berkabut membuatnya kesulitan untuk melihat jalanan. Alhasil, mobilnya melaju dengan berkelok-kelok dan membahayakan pengguna jalan lain. Beruntung hari sudah malam sehingga jalanan tidak begitu ramai.

Mobil polisi berhasil mengejarnya dan terus mengikutinya di belakang. Mereka tidak ingin kehilangan jejaknya kali ini.

Pria itu adalah Felix Chow, seorang kriminal yang selalu lolos dari tuduhan. Hampir semua kejahatannya tidak meninggalkan jejak. Namun, dalam sebulan ini polisi berhasil mengumpulkan bukti yang cukup kuat untuk menjeratnya.

Di dalam dunia gelap, Felix Chow terkenal akan kebengisannya. Dia tidak segan-segan membunuh siapapun yang menghalangi jalannya. Di usianya yang masih muda dia telah menjadi pimpinan perampok yang sangat disegani, seorang hacker yang handal, dan juga pemilik beberapa bisnis gelap dengan hasil milyaran.

Apa yang dilakukan bukan semata-mata untuk memperkaya dirinya sendiri. Seringkali dia memberikan hasil yang lebih besar kepada anak buahnya dan menyisikan sedikit untuknya.

Felix Chow memiliki trauma masa kecil yang berkembang menjadi dendam ketika dewasa. Kedua orang tuanya meninggal di depan matanya karena tidak mampu membayar hutang. Para penagih hutang membawa mayat mereka entah ke mana. Dia kemudian tinggal di sebuah panti asuhan sebagai yatim piatu.

Kecerdasannya membawa perubahan besar dalam hidupnya. Namun, seiring berjalannya waktu, dia menyalahgunakan kelebihannya dan memilih jalan hitam.

Mobil yang dikendarai oleh Felix Chow terus melaju dalam kegelapan dan membawanya ke sebuah tempat terlarang. Tempat itu merupakan area bekas pertambangan yang jarang dikunjungi. Felix Chow yang sedang mabuk tidak bisa berpikir jernih dan terus melajukan mobilnya di atas jalanan yang rusak.

Polisi yang mengejarnya tidak ingin mengambil resiko, mereka memilih berhenti dan menembakinya dari tempat yang aman. Sebuah peluru melesat menembus ban mobil Felix Chow dan membuatnya kehilangan keseimbangan.

Jalan terjal dan medan yang sulit membuat mobil Felix Chow melaju tak terkendali. Tidak ada harapan lagi baginya untuk selamat ketika mobil itu terjun bebas masuk ke dalam lubang galian sedalam puluhan meter.

Seluruh anggota polisi yang terlibat dalam pengejaran menyaksikan itu semua dan meminta team tambahan untuk melakukan evakuasi. Mereka tidak tahu jika tubuh Felix Chow menghilang bersama jiwanya yang berpindah ke alam lain.

Felix Chow merasakan jika dia jatuh bersama mobilnya ke dalam jurang. Namun, keadaan di sekelilingnya tiba-tiba berubah. Dia tidak merasakan tubuhnya jatuh atau menghantam sesuatu melainkan terus meluncur ke dalam lorong gelap yang tak berujung.

"Aku di mana? Ke mana mobilku? Bukankah sebelum ini aku masuk ke dalam jurang bersama mobilku?" Felix Chow melihat ke sekelilingnya dan melihat cahaya warna warni kemudian putih terang dan gelap lagi.

Keadaan gelap berlangsung sangat lama hingga dia memilih untuk memejamkan matanya.

"Aku berharap ini hanya sebuah mimpi buruk. Aku pasti akan bangun dalam keadaan baik-baik saja esok pagi." Perlahan Felix Chow kehilangan kesadarannya dan tidak bisa merasakan apa-apa lagi.

"Uhukk! Uhukk!" Aroma asap membuat Felix Chow terbatuk, matanya perlahan terbuka dan menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalamnya.

Kepulan asap membuat sekitarnya menjadi gelap. Dia bergerak merayap mencari tempat yang jauh dari api. Hawa panas di sekelilingnya memaksanya mempercepat gerakannya.

"Aku harus segera menjauh sebelum mobilku meledak."

Setelah berada di tempat yang aman Felix Chow merasa aneh dengan tempat di sekelilingnya. Tidak ada jurang, tidak ada mobil dan dia merasa asing dengan tempatnya saat ini.

"Haaa! Mayat?" Setelah matanya benar-benar terbuka, dia terkejut dengan adanya puluhan mayat di sekelilingnya. Dia juga mendapati tubuhnya menjadi sangat kecil.

Tubuhnya seperti remuk dan seluruh organ dalamnya terasa amat nyeri. Felix Chow merasa kebingungan dengan keadaannya. Dalam keterpurukannya dia mencoba untuk bangkit dan mengabaikan rasa sakitnya.

Felix Chow berdiri dengan bertumpu pada potongan balok kayu yang dia dapatkan di sampingnya lalu berjalan sempoyongan. Kini dia bisa melihat dengan jelas tempat di mana dia berada. Meskipun tinggal puing-puing, rumah-rumah itu tidak seperti tempat tinggalnya selama ini. Di sekelilingnya banyak sekali pepohonan besar yang memiliki diameter berkali-kali lipat dari ukuran tubuhnya.

Langit masih sama dan yang dia pijak pun masih tanah. Felix Chow merasa jika saat ini dia sedang berada di alam mimpi. Mimpi buruk yang tidak tahu kapan akan berakhir.

"Arrgghh!" teriaknya. Kepalanya terasa berdenyut, tubuhnya kehilangan keseimbangan lalu limbung dan jatuh ke tanah.

Di dalam pikirannya muncul ingatan tentang siapa pemilik tubuh itu dan apa yang terjadi sebelum dia menempatinya. Memori itu tergambar jelas dalam ingatannya.

"Jadi tubuh ini milik Wu Bai Hu, seorang anak yang mengambil jiwaku. Sulit untuk percaya, tetapi aku yakin jika ini nyata." Felix Chow mengamati tubuh barunya.

Felix Chow berusaha menerima kehidupan barunya. Di tempat itu tidak ada siapapun. Kini dia memiliki naluri yang berbeda dari seorang manusia biasa. Tubuhnya berubah menjadi seekor harimau putih.

Dengan wujud barunya, Felix Chow berjalan menuruni bukit dengan mudah. Dia mendekati telaga untuk minum dan membersihkan luka-lukanya. Tenaganya sedikit pulih setelah meminum air lalu dalam satu tarikan napas wujudnya kembali berubah menjadi manusia biasa.

Nyawanya akan kembali terancam jika ada yang melihatnya hidup. Tinggal dirinya saja yang tersisa dari ras harimau putih di alam spiritual.

"Aku akan membalaskan dendammu, Wu Bai Hu. Mulai hari ini aku bukan lagi Felix Chow melainkan dirimu." Dadanya terlihat naik turun dengan napas yang memenuhi seluruh rongga dadanya.

Percuma melawan takdir, hari kebangkitan ras harimau putih akan di mulai. Di atas langit alam spiritual kilat dan petir muncul saling bersahutan pada cuaca yang cerah. Bagi penghuni alam spiritual, peristiwa ini menjadi pertanda akan kelahiran seorang dewa atau kehadiran jiwa yang akan menjadi penguasa alam itu.

Semua mata mendongak ke atas langit. Penghuni alam spiritual berbondong-bondong pergi ke kuil untuk memberikan persembahan kepada dewa.

Bersambung ...

Bab 2. Giok Biru

Kuil-kuil Dewa yang ada di alam spiritual ramai didatangi oleh berbagai ras yang berdoa. Mereka datang membawa persembahan sesuai dengan kemampuan mereka.

Lonceng yang berbunyi dari kuil-kuil yang ada di seluruh alam spiritual menimbulkan gelombang suara yang terhubung satu sama lain dan menghasilkan sebuah gelombang energi. Energi tersebut terkumpul menjadi satu lalu membumbung ke langit.

Menurut legenda, energi itu akan memantul ke arah tempat kelahiran penguasa baru. Semua orang menghadap ke langit dan menanti pantulan cahaya muncul.

Di Bukit Harimau, sebuah cahaya dari langit meluncur menuju ke tempat sisa pembantaian. Seketika api menjadi padam dan gerimis turun di saat cuaca cerah tanpa awan.

"Apa ini?" Wu Bai Hu berjalan naik ke atas bukit bekas tempat tinggal ras harimau putih.

Setelah hujan mereda muncul bias pelangi yang sangat indah. Sesaat dia terlena dengan keindahan itu lalu pandangan matanya beralih pada sesuatu yang lebih menarik. Cahaya kebiruan memancar di antara puing-puing rumah yang terbakar.

Sebuah pemandangan yang luar biasa muncul di hadapannya. Dia melihat tubuh dan jiwa orang-orang dari ras harimau yang telah meninggal terserap masuk ke dalam giok berwarna biru yang bersinar itu.

"Luar biasa. Apakah giok itu adalah pusaka yang berharga peninggalan suku ini?" Bai Hu mengernyitkan keningnya.

Setelah menyerap seluruh mayat yang ada di sana, cahaya giok biru meredup lalu perlahan hilang. Wu Bai Hu berjalan mendekatinya. Tangannya terdorong untuk mengambilnya meskipun dia tidak ingin.

Giok biru itu kini telah berada di dalam genggaman Wu Bai Hu. Dia melihat giok itu masih bersinar meskipun tidak seterang sebelumnya. 

Wu Bai Hu terpaku melihat giok itu dan terus menatapnya. Tiba-tiba saja, giok biru itu kembali melayang di udara dan bergerak mendekati wajahnya. Dia tampak ketakutan dan bergerak mundur untuk menghindarinya, tetapi giok biru terus mengejarnya.

Wush!

Giok biru melesat cepat seperti angin memasuki kening Wu Bai Hu.

Rasa perih bercampur panas membuat Wu Bai Hu berteriak sangat kencang. Giok biru melesat menembus kulit dan tulang tengkoraknya. Saat itu juga tubuhnya kembali berubah menjadi seekor harimau putih. 

Penerobosan giok biru itu tidak meninggalkan bekas luka. Rasa sakit yang dia rasakan pun telah menghilang. Giok biru itu kini telah menyatu dengan keningnya tepat di tengah kedua matanya.

Di kejauhan terdengar suara banyak orang yang datang ke tempat itu setelah mereka melihat sinar langit yang mengarah ke sana. Wu Bai Hu merubah dirinya menjadi manusia lalu pergi mencari tempat yang aman.

Setelah giok biru itu menyatu dengan tubuhnya, dia merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Tubuhnya terasa ringan dan mampu berlari dengan sangat kencang. Andai dantiannya tidak mengalami kerusakan, maka seluruh kekuatan yang ada di dalam giok biru akan terserap ke dalam tubuhnya.

"Tidak ada yang boleh tahu jika aku masih hidup. Aku adalah satu-satunya ras harimau yang selamat. Aku memang memiliki keberanian, tetapi semua itu tidak akan cukup untuk melawan musuh yang kuat." 

Langkah Bai Hu yang biasa menjadi berkali lipat jauhnya dengan kekuatan giok biru. Setelah berjalan begitu jauh, perutnya merasa sangat lapar.

Insting binatang yang dia miliki menjadikannya menjadi sangat peka terhadap keadaan di sekitarnya. Dia bisa merasakan pergerakan binatang buruan yang akan dijadikannya mangsa.

Seekor unggas hutan sedang bersembunyi dibalik semak-semak. Ada juga seekor kelinci yang melompat pergi untuk menjauh dari arah belakangnya. Wu Bai Hu tersenyum menyeringai. Dengan langkah tak bersuara dia mendekati semak lalu menerkam unggas hutan yang bersembunyi di sana.

"Kena kau!"

Bai Hu mengeluarkan kuku-kukunya yang tajam lalu membersihkan unggas itu dan siap membakarnya. Jiwa manusia Felix Chow menolak untuk memakan binatang itu hidup-hidup seperti yang biasa dilakukan oleh ras harimau.

Di alam spiritual, tidak ada peralatan modern yang bisa digunakan. Untuk membuat perapian, dia harus menggunakan batu untuk memercikkan api di atas ranting-ranting yang kering.

Aroma daging bakar yang lezat memancing kedatangan binatang-binatang lain yang ada di hutan itu. Namun, mereka segera mundur dan menyingkir ketika melihat Wu Bai Hu mengeluarkan auranya.

Ras harimau adalah ras penguasa yang sangat ditakuti. Pembantaian terjadi akibat kelengahan mereka. Musuh yang menyerang dengan tiba-tiba berjumlah sangat banyak dengan kekuatan sihir yang kuat, membuat ras ini terperdaya dan kalah.

'Saat ini aku hanya bisa mengaum dan menakuti binatang lemah ini. Aku ingin suatu saat aumanku bisa menggetarkan seluruh alam ini.' Wu Bai Hu menyemangati dirinya sendiri.

Hidup seorang diri dan menjadi yatim bukanlah hal pertama yang dia alami. Di kehidupan sebelumnya dia telah mengalami kegetiran yang sama. Kini dia memiliki satu tubuh dengan dua ingatan yang memaksa Wu Bai Hu yang masih anak-anak menjadi dewasa.

Setelah makanannya habis, dia kembali melanjutkan perjalanannya menembus lebatnya hutan. Tidak ada manusia di sana dan bisa dipastikan saat ini dia telah aman. Namun, dia tidak ingin bersantai sebelum benar-benar menemukan tempat yang nyaman untuk dia tinggali.

Langkah kakinya membawanya menapaki sebuah gunung berbatu yang menjulang tinggi. Pepohonan yang tumbuh di sana tidak setinggi di hutan yang dia lewati sebelumnya. Di tempat itu juga ditumbuhi oleh tanaman yang tampak terpelihara.

Wu Bai Hu berpikir pasti ada orang yang tinggal di sekitar tempat itu. Untuk memastikannya, dia berkeliling untuk mencari rumah atau  gubuk yang mungkin saja ada.

Hamparan taman bunga dan tumbuhan herbal kembali menyambutnya. Bai Hu terus berkeliling dan melihat-lihat keindahan itu. Langit senja yang berwarna jingga menambah kesan menakjubkan.

Seorang kakek tua berambut putih panjang dengan jenggot yang sama panjang dengan rambutnya sedang duduk bersila di atas sebuah batu. Ini bukan pertama kali baginya melihat orang yang sedang bermeditasi. Namun, sebagai Felix Chow ini pertama kalinya dia melihat seseorang melakukan kultivasi.

Dia begitu heran melihat cahaya energi warna warni berpendar di sekeliling tubuh kakek tua itu dan perlahan terserap ke dalam tubuhnya. Apa yang ada di alam spiritual tidak sama dengan yang ada di dunia manusia. Felix Chow harus mengesampingkan logika dan mempercayai hukum alam yang ada di tempat tinggalnya saat ini.

Beberapa saat dia tertegun melihat kakek tua itu sehingga dia terkejut dan mundur ke belakang ketika tiba-tiba dia menoleh ke arahnya. Wu Bai Hu terus bergerak mundur hingga kakinya membentur sebuah batu. Tubuhnya jatuh terduduk di atas batu membuatnya tidak bisa bergerak lagi.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Anak Muda? Aku baru pertama kali melihatmu, sudah lama tidak ada manusia yang datang kemari." Kakek tua itu merubah posisi duduknya setelah berputar menghadap ke arah Wu Bai Hu.

"Namaku Bai Hu, Kek. Aku sendiri tidak tahu bagaimana aku bisa sampai ke tempat ini." 

Wu Bai Hu mengatakan hal yang sejujurnya.

Kakek tua itu mengamati Wu Bai Hu dengan teliti. Dari ciri fisik yang dia miliki dan aura energi yang memancar dari tubuhnya, dia tahu jika remaja itu merupakan keturunan ras harimau. Namun, dia melihat lingkaran jiwa yang berbeda di atas kepalanya.

'Lingkaran jiwa bocah ini berbeda dengan seluruh makhluk yang ada di alam ini. Pasti dia memiliki latar belakang yang unik.'

Kakek tua itu berjalan mendekati Wu Bai Hu dan memintanya untuk mengulurkan tangannya.

Bersambung ....

Bab 3. Memulai Perjalanan

Wu Bai Hu pun melakukan apa yang diperintahkan oleh kakek tua itu. Dia mengulurkan kedua tangannya ke depan dengan telapak tangan menghadap ke atas.

Pertapa itu mengambil salah satu tangan Wu Bai Hu dan melihat garis tangannya. Wajahnya terlihat sangat serius memperhatikan guratan-guratan yang ada di sana. Setiap orang memiliki garis tangan yang berbeda-beda. Selain ciri khusus yang menandakan dari keturunan ras apa, garis itu juga bisa memperlihatkan jalan hidup pemiliknya.

Ketajaman pikiran pertapa tua dalam membaca garis tangan tidak perlu diragukan lagi. Kemampuan itu tidak datang secara tiba-tiba, dia telah menghabiskan banyak waktu untuk mempelajarinya. Tingginya tingkat kultivasi juga mempengaruhi kepekaan dan ketepatan seseorang dalam memahaminya.

Pertapa itu membaca garis tangan Wu Bai Hu hingga berulang-ulang. Hasilnya tetap sama. Dengan kemampuannya, dia bisa mengetahui jika pria di hadapannya ini bukanlah orang biasa. Namun, pertapa itu mencoba tetap bersikap biasa.

"Anak Muda, kamu memiliki latar belakang yang berbeda dengan kami. Sepertinya kamu berasal dari alam yang berbeda dan akan membawa perubahan besar di alam ini. Aku tidak bermaksud untuk menyinggungmu tetapi aku hanya mengatakan apa yang kulihat," jelas pertapa tua dengan perkataan yang berhati-hati.

Wu Bai Hu terkejut mendengar penjelasan pria tua itu. Mengenai dari mana dia berasal sepertinya memang benar, tetapi ungkapan tentang membawa perubahan besar itu sepertinya tidak mungkin. Tidak terbersit di dalam angannya tentang bagaimana melakukan sesuatu yang lebih besar dari sebuah balas dendam.

"Aku ... aku memang memiliki jiwa pengganti, Kek. Jiwa itu lebih dewasa dari umurku yang sekarang. Untuk membawa perubahan besar rasanya tidak mungkin karena dantianku telah rusak. Entah apakah aku masih bisa berkultivasi lagi setelah ini atau tidak, Kek." Wu Bai Hu terlihat sangat sedih.

Pertapa tua itu mengerti. Dia bisa membaca apa yang ada di dalam pikiran remaja di hadapannya itu. Namun, dia tidak memiliki kemampuan untuk memperbaiki dantian yang rusak.

Wu Bai Hu bertanya kepada kakek tua itu tentang bagaimana cara untuk mengatasi masalahnya. Dunia spiritual ini sangat baru baginya, dia tidak bisa mengatasi masalah di masa mendatang hanya dengan berbekal ingatan dari tubuh Bai Hu. Sebelum Felix Chow datang dan memasuki tubuhnya pun, tingkat kultivasinya masih rendah. Bisa dikatakan jika dia adalah orang yang lemah.

Hal pertama yang harus dilakukan oleh Wu Bai Hu adalah memperbaiki dantiannya yang rusak parah. Kakek tua itu menjelaskan jika dirinya membutuhkan tanaman spiritual untuk memperbaikinya. Di alam spiritual ini banyak sekali tumbuhan spiritual, tetapi butuh perjuangan untuk mendapatkannya.

Ada sebuah tempat yang menjadi surga tanaman spiritual yang bernama Gunung Jinjiang. Kakek pertapa menyarankannya untuk pergi ke sana dan menemui seseorang yang bernama Song Hao Tan. Dia adalah seorang petani tanaman spiritual yang telah tinggal di sana selama puluhan tahun.

Song Hao Tan memiliki ras yang sama dengan pertapa, yaitu ras serigala. Ras serigala dan ras harimau tidak pernah berseteru dan selalu menjalin hubungan baik. Hal itulah yang membuat kakek pertapa itu begitu berempati pada Wu Bai Hu yang hidup sebatang kara.

Untuk malam ini, Wu Bai Hu tinggal di goa bersama kakek pertapa. Darinya, dia tahu tentang tingkatan kultivasi di alam spiritual.

Kultivasi di alam spiritual dibagi menjadi tujuh tingkat, yaitu :

Tingkat penempaan tulang dan pembetukan tubuh bintang 1 sampai 3

Tingkat pendekar perunggu bintang 1 sampai 3

Tingkat pendekar perak bintang 1 sampai 3

Tingkat pendekar emas bintang 1 sampai 3

Tingkat pendekar berlian bintang 1 sampai 3

Tingkat pendekar surgawi bintang 1 sampai 3

Tingkat kaisar puncak bintang 1 dan 2

Kakek pertapa mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada yang mampu mencapai tingkat kaisar puncak. Untuk tingkat pendekar surgawi saja baru segelintir orang yang mampu mencapainya. 

Wu Bai Hu banyak mendapat pengetahuan dari kakek pertapa tentang berbagai hal dalam dunia kultivasi. Meskipun kakek tua itu hanya mampu mencapai tingkat emas bintang 3, tetapi keluasan ilmunya sangat luar biasa. Keadaan tubuhnya tidak mampu menerobos ke tingkat lanjut karena suatu hal yang tidak dijelaskan olehnya.

Mereka baru beristirahat setelah melewati tengah malam dan terbangun pagi-pagi sekali. Kini Wu Bai Hu telah bersiap untuk melanjutkan perjalanannya.

"Bai Hu! Bawa benda ini bersamamu niscaya tidak akan ada yang bisa mengenalimu!" Kakek pertapa memberikan sebuah kalung dengan liontin berupa batu kristal berwarna putih susu.

"Apa ini, Kek? Apakah aku harus memakainya?" tanya Bai Hu sambil memperhatikan kalung itu.

"Itu adalah artefak kristal mata dewa. Orang tidak akan mengenalimu sebagai ras harimau saat kamu memakainya. Aku khawatir keadaan akan sulit jika seseorang mengetahui siapa dirimu sebelum kamu mencapai tujuanmu," jelas pertapa itu.

Wu Bai Hu mengangguk lalu segera memakai kalung itu.

Setelah berpamitan dan memberikan penghormatan, Wu Bai Hu meninggalkan tempat dan melanjutkan perjalanannya. Tujuannya adalah Gunung Jinjiang yang berada cukup jauh dari sana. Menurut petunjuk pertapa tua, dia harus berjalan ke arah barat.

'Perjalananku baru dimulai. Aku tidak boleh menyerah. Di kehidupan sebelumnya aku adalah pria keren yang suka tantangan. Sepertinya kehidupan di alam ini akan lebih menantang.' Wu Bai Hu tersenyum miring dengan sedikit kesombongan di wajahnya.

Tubuhnya saat ini terasa lebih lemah dari tubuh yang dimilikinya di dunia, meskipun sebelumnya dia tidak memiliki kekuatan spiritual apapun. Olah raga rutin dan ilmu beladiri yang dimilikinya membuat fisiknya menjadi kuat, sayangnya Felix Chow senang mengkonsumsi minuman beralkohol yang membuat kondisi fisiknya sering menurun secara tiba-tiba.

Saat terlahir kembali sebagai sosok remaja, Felix Chow ingin menjadi orang yang kuat. Suatu hari nanti dia akan mengembalikan kejayaan ras harimau di alam spiritual. Angan-angannya yang tinggi membuatnya begitu bersemangat menjalani hari.

Langkah Bai Hu begitu ringan menuruni gunung dan terus berjalan menyusuri lebatnya hutan. Pohon-pohon yang tumbuh di sekelilingnya masih terlihat begitu asing. Ada beberapa jenis pohon yang memiliki buah. Sifat manusianya merasa ingin memakan buah itu, terlepas buah itu bisa di makan atau tidak.

'Rasanya memang aneh jika seekor harimau ingin memakan buah, tapi bukankah aku juga masih manusia yang sama. Kulihat pertapa itu juga memakan bunga meskipun dia berasal dari ras serigala.' Wu Bai Hu melompat ke atas pohon dan memanjatnya.

Buah-buahan dengan warna merah cerah itu terlihat ranum. Burung-burung pun terlihat lahap memakan buah yang jatuh ke tanah. Wu Bai Hu meraih buah yang berada di dahan paling rendah.

Beberapa saat dia memandangi buah itu dan meyakinkan dirinya untuk memakan buah yang tidak dikenalnya itu. Warnanya mirip seperti cheri tetapi ukurannya sebesar tomat, saat dicium buah itu tidak memiliki aroma.

Wu Bai Hu memberinya gigitan kecil di bagian ujung.

"Aarggh!" pekiknya merasakan bibirnya seperti terbakar.

Burung-burung yang memakan buah itu terlihat menyemburkan api ketika merasa terancam. Teriakan Bai Hu membuat mereka panik.

Wu Bai Hu berlari meninggalkan tempat itu dan menghindari kejaran burung-burung yang mengeluarkan api. Dia berlari mencari sungai ataupun sumber air yang berada di sekitarnya.

"Pantas saja perasaanku tidak enak. Rupanya buah itu memang tidak layak untuk dimakan." Wu Bai Hu menutup mulutnya dengan satu tangannya agar tidak terlalu kepanasan.

Matanya berbinar senang ketika menemukan sebuah danau. Tanpa pikir panjang dia melompat ke dalam air untuk meredam rasa panas di mulutnya. Dia terus menyelam di kedalaman.

"Apa itu?" Wu Bai Hu melihat sebuah benda yang berkilau di dasar danau.

****

Bersambung ....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!