NovelToon NovelToon

Demi Sibuah Hati

Awal perkenalan

Dia pendiam terkesan tertutup tidak lain karena dia tipe yang tidak mudah bercerita. Namun jauh dalam hati ia menjerit aku ingin seperti mereka bahagia,tertawa,memiliki apa yang seharusnya di miliki. Namun dirinya cuma gadis dari keluarga miskin.

Temannya yang sesama bermain bahkan yang sama sekolah ada yang menikah bekerja atau melanjutkan kuliah. Sementara dia sejak tamat sekolah seperti kehilangan arah tujuan. Sudah di coba mencari pekerjaan namun tidak mencukupi untuk biaya sendiri.

ibunya yang bekerja sebagai pedagang keliling kadang dagangannya tidak laku. Menambah beban hidupnya.

Dia ingin menjerit sekuat kuatnya, aku ingin seperti mereka hidup normal dan bisa melakukan apa saja, memiliki fasilitas apa saja, namun itu hanya angan angan belaka.

Tapi itu cuma mimpi yang tak mungkin terjadi. Siapa yang peduli gadis miskin yang punya wajah biasa biasa saja. Siapa yang mahu dengan keluarga yang tidak punya nama terpandang.

Begitu ingin sekali mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Kuat tekatnya untuk pergi jauh mengubah nasib .

Aini adalah gadis pendiam terkesan kuper tetapi pintar. Dalam pelajaran sekolah dia selalu dapat pertengahan tidak terlalu pintar atau bodoh. Karena dia berasal dari keluarga miskin dia tidak memiliki gaya apa pun selain gaya cupu. Di akhir sekolah menengah atas Aini mencoba mengadu nasib ke negara orang di sana dia bertemu belahan jiwa yang sekarang menjadi ayah anak anaknya.

Pertemuan mereka terbilang singkat bahkan tidak ada pacaran namun mereka ikhlas menjalani hidup bersama dalam berumah tangga beda adat beda negara.

********

Singkat cerita

"Sayang kenapa tak jawab telpon? Bagaimana saya tau kamu baik baik saja?"

"Iya maaf tadi saya pergi kedokter, dan ternyata saya suda telat datang bulan!Apa yang harus saya lakukan? Sekarang kamu jauh dan saya jauh?"

"Sudah kita terima saja, ini rezki, kita yang buat kita bertanggung jawab kamu jaga diri baik baik setiap bulan saya akan kirim biaya untuk kamu oke! kabari selalu keadaan mu."

"Makasih sayang hati saya senang setelah saya mendengar ucapan mu tadi saya ingat kamu akan menyuruh membuang dan kamu akan melupakan hubungan kita."

"Kenapa kamu berpikir begitu? "saya bukan laki laki brengsek seperti kebanyakan orang orang, yang di sini main perempuan. Cuma saya mikir apa kamu sanggup mengatasi sendiri bagaimana pendapat orang tua mu apa kamu sanggup?"

"Ini hubungan kita, kita jalani suka sama suka dan saya tau resikonya saya tetap mempertahankan anak ini sampai besar. Dan saya tau kamu laki laki yang bertanggung jawab sekalipun kamu juga miskin kita sama sama miskin cuma yang lebih berat karena kita beda negara."

Tak terasa tangisan Aini sesak dada bercerita dengan ayah dari anak nya calon penerus suaminya belahan jiwa nya.

"Sayang kenapa kamu menangis saya kan masih hidup saya belum mati," ucap suaminya menenangkan hatinya yang di liputi kesedihan, membayangkan nasibnya ke depan.

"Iya saya tau kamu masih hidup tetapi saya juga tau resiko ke depan yang akan saya akan alami."

Semakin sesak dada wanita muda itu membayangkan nasib kedepan yang akan dia alami. Tak terasa kehamilannya semakin besar omogan kiri kanan mulai berdesis dan Aini tetap tak bisa bicara apa pun karena rencana janji itu juga butuh biaya sementara segala usaha dan cara suda dilakukan namun semua hanya semakin memperumit keadaan sedangkan keluarga hanya menyudutkan Aini. Tanpa memberi jalan keluar.

3 tahun kemudian.

📞"Sayang, kenapa belum ada kejelasan kapan kamu datang? Anak kita mau sekolah, umurnya sudah semakin besar, kalau kamu tidak datang ke negara saya, kamu panggillah saya ke negara kamu. Saya tidak bisa hidup begini terus, atau kalau tidak? kita berpisah saja."

Aini mengeluarkan kekesalannya selama, ini karena blum juga ada tanda tanda, kapan suaminya datang? Sementara keluarga besarnya selalu menanyakan.

📞"Sayang kamu sabarlah beberapa hari lagi, saya akan panggil Kamu dan anak kita," ucap suami Aini.

📞"Tapi ini sudah sangat lama, kamu pun tau saya sudah bertengkar hebat dengan keluarga saya, karena saya tetap ngotot mengatakan kamu bertanggung jawab, sekarang yang diinginkan keluarga saya kapan kamu datang ?"

Hari ini kembali keluarganya bertanya tentang suaminya. Namun jawaban tetap sama seperti kemaren kemaren.

"Mana suami Kamu? Kapan mahu datang?"

"Ibu, dia ingin datang! Tetapi masih belum sempat."

"Kalau niat ada, Kenapa tak sempat?"

"Ibu, kenapa dia tidak ingin datang ke sini? Dia pasti ingin sekali datang, cuma masalahnya dia belum bisa untuk saat ini"

"Ah..alasan saja, kalau niat ada, sesibuk apa pun pasti disempatkan."

"Ibu cuma ingin dia datang, kan? Dan saya sendiri tidak tau, kapan dia datang? Kalau saya cuma jadi beban untuk ibu ok saya akan keluar dari rumah ini, dan tidak akan membebani ibu lagi."

Yah semakin bingung Aini. Dari pada terus bertengkar. Sementara suaminya belum juga pasti kapan datang.

Setelah bertengkar terus bertengkar dengan keluarga Aini keluar dari rumah orang tuanya. Dia pergi ngontrak bersama anaknya dan dia memberi warning kalau dalam setahun suaminya tidak juga mengurus semua kepergiannya ke negara suami maka Aini putuskan berpisah sepihak.

📞"Sayang saya sudah keluar dari rumah ibu saya. Karena kamu tidak datang juga."

📞"Sayang, kamu sabar yah."

📞"Saya tidak bisa terus begini, kalau kamu masih ingin kita bersama, usaha kanlah bawa saya pergi kalau tidak terpaksa saya melupakan mu," ancam Aini.

📞"Sayang, kamu percayalah sama saya, saya akan usahakan bawa kamu dan anak kita, kamu sabarlah menunggu sedikit lagi uang terkumpul dan saya langsung kirim, dan cepat buat visa untuk kamu dan Anak kita.

📞"Saya bagi kamu waktu dalam satu tahun kalau dalam satu tahun kamu tidak jemput maka terpaksa saya berpisah dengan mu."

Tetapi di lain pihak suaminya memohon mohon jangan lakukan itu karena kita punya anak katanya. Dan dia tidak akan bisa melupakan Aini wanita yang sudah menghadiahkan keturunan untuknya dan lebih lebih anak mereka laki laki.

📞"Sayang apa kabar?"

📞"Baik kamu bagai mana?"

📞"Baik juga, anak kita bagaimana keadaannya?"

📞"Sehat, namun dia degil kali."

📞"Tak apa nama nya anak anak di tambah dia laki laki mesti dia nakal bandel."

📞"Sayang ibu saya nyuruh pulang semalam dia telpon."

📞"Trus kamu apa bilang?"

📞"Apa lagi saya jawab saya pergi dari rumah karena kamu tak datang juga kalau saya pulang kembali nanti bertengkar lagi buat apa."

📞"Dengar baik baik saya sudah bulat tekad saya harus pergi kalau kamu tidak urus saya akan tinggal kan kamu dan kamu tidak akan pernah lagi melihat anak mu untuk selamanya."

📞"Jangan bicara begitu, saya tidak akan bisa melupakan kamu, apa lagi kita sudah punya anak."

📞"Tapi saya tidak bisa berlama lama lagi paham."

*********

Setelah terakhir kali bicara sampai dua bulan kemudian belum juga ada tanda tanda kapan pastinya mau pergi. Aini mencoba menenangkan hati menghibur dirinya dan tetap meyakinkan dirinya kalau semua akan baik baik saja. Dan suaminya pasti menunaikan janjinya tepat waktu.

Walaupun dia sendiri sebenarnya ragu dan bimbang. Tapi apa daya kalau bukan demi anaknya dia tidak akan seperti ini. Apa lagi anaknya lebih banyak darah bapaknya di banding ibunya.

Di tatapnya buah hatinya yang sedang bermain di tambah anaknya semakin keras wataqnya dan dia yang belum berpengalaman memiliki anak di tambah nasibnya, menikah dengan orang luar komplit sudah derita hidupnya, semua di hadapinya seorang diri.

Namun jauh di lubuk hatinya ada secercah harapan untuk dia dan anaknya karena suaminya masih ingin bersama Aini.

Tidak ada keinginan berpisah dengannya begitu pula dengan Aini, bukan bangga punya suami orang luar. Suaminya orang biasa saja. Memang dari negara luar tapi suaminya sederhana saja pekerja keras dan yang pasti tidak suka main perempuan. Dan tidak merokok itu poin yang terpenting kriteria suami bagi Aini.

Di kampungnya bahkan di kota kota banyak cerita bahkan terang terangan perselingkuhan terjadi. Dulu sebelum niat pergi kerja ke luar negri dia sangat berharap ada laki laki yang mahu melamarnya. Namun siapa yang mahu dengan gadis miskin tampang ala kadar.

Oh ya bohong kalau nggak ada. Ada tetapi justru lelaki yang tidak berpendidikan dan pemain perempuan.

Jadi bila sekarang Aini bernasib seperti saat ini Aini masih yakin kalau pilihan ikut suaminya adalah pilihan yang bijak demi mengubah nasib yang selalu di rendahkan orang.

Suaminya masih sayang dia dan tidak mahu kehilangan anaknya. Bahkan dia memohon mohon agar Aini bersabar lagi.

Suaminya akan segera menjemputnya. Kalaupun kadang seperti mimpi rasa tidak percaya. Namun cuma ini yang sekarang yang bisa di lakukannya. Semoga pilihannya ini tidak akan di sesalinya kelak. Sekalipun dia harus meninggalkan keluarga dan tanah air. Sekarang keluarganya anak dan suami bukan orang tua atau saudara saudarinya. Setelah menikah wanita harus ikut suami.

Di dalam sujud Aini selalu memohon untuk di mantapkan hatinya semoga ini pilihan yang tepat. Demi anaknya. Sekalipun dia menghadapi kesulitan asalkan anaknya hidup normal. Ada orang tua.

📞"Sayang kamu urus semua dokument saya kirim uang untuk kamu dan anak kita ok"

Tiba tiba suami Aini mengirim sms singkat beserta uang. Antara percaya dengan tidak Aini tetap melakukannya. Sekalipun ibu Aini memohon mohon untuk membatalkan saja niat Aini. Tetapi Aini lebih memilih untuk pergi di samping tidak mahu membebankan keluarga sendiri dan mencoba menempuh kehidupan baru di negara suaminya.

********

Itu kejadian 10 tahun yang lalu. Dimana Aini terpaksa datang ke negara suaminya. Kalau dari segi kehidupan normal Alhamdulillah tidak ada yang kurang anak anak sekolah suami sejak menetap di negaranya hidup biasa saja.

Sederhana hidup normal rumah tangga yang banyak di impikan bahkan tidak semua orang merasakannya. Namun Aini merasakannya. Yang jadi biang kerok justru ipar dan wanita dari pihak suami yang kerjanya suka ikut campur.

Aduhhhh pokoknya nggak berguna. Dan itu pun malah mereka bangga. Malah menjadikan ke biasaan itu sebagai adat. Iya tidak semua keluarga sih tapi yang kerjanya mahu numpang enak itu yang bikin rumah tangga jadi bertengkar bukan karena suami kurang uang tetapi karena tuntutan adat kebiasaan orang orang di negara suami.

Yang biasanya abang tertua selalu di bebani adat sementara yang muda di anak emaskan. Terlebih kalau ngomongin jehez biasanya wanita menikah bawa isi rumah ke rumah lakinya. Nah ini yang selalu jadi tameng mereka kepada Aini. Sudahlah untuk makan dan biaya sekolah anak saja kurang eh....malah numpang makan ipar mertua bagaimana mahu tahan yah bertengkar. Itupun mereka tidak malu selalu numpang makan minum. Bukan sehari malah berbulan bulan juga pernah. Apa nggak bikin susah hidup Aini.

"Apa yang kamu bawa kesini emang kamu bawa sesuatu?"

Wuih...panas bertengkar di jawab Aini.

"Aku bukan orang bodoh sudah kutinggalkan negaraku ngapain aku bawa barang barang, kalau kalian mahu barang barang seharusnya kalian juga datang ke negara saya emang kalian punya duit?"

Begitu selalu alasannya jehez. Jehez pun bukan jaminan mereka baik. Padahal sejujurnya justru adat itu lah yang membuat hidup mereka tertekan. Bahkan saling menikam dari belakang. Pernah suatu kali iparnya melahirkan.

Tinggal di rumah Aini padahal dia kan ada keluarga lakinya trus ngapain kesini ya itu tadi, adat tadi kalau yang manis manis di telan sendiri nah kalau yang pahit pahit di kasih ke orang. Nah keluarga mertuanya juga nggak mahu di susahin ama dia makanya dia milih numpang di rumah Aini.

Dan mereka tau abangnya suami Aini pasti akan selalu siap di mintai tolong. Eh giliran Aini yang melahirkan mereka datang tapi bukan nolong malah menggolong makan tidur dan biayanya semua suami Aini mereka nggak bantuin kerja ngurus anak anak Aini.

"Hei kalian mikir pakai otak dikit napa aku sakit susah anak anak ku lapar kaliankan nggak ngasih apa apa? Trus kenapa kalian nyusahin aku dan suami. Suami juga punya tanggungan kalau suami berduit nggak masalah eh ini malah bukan nolongin nyusahin."

"Ini kan negara kami suka suka kamilah kau yang harus ikuti adat sini?"

"Hei bukan adat jadi masalah sifat numpang gratis itu yang masalah, kalian ini semua orang nggak berduit miskin orang tua kalian, mbok yah kalian itu nyadar diri berusaha ini bukan nya malah nyusahin. kalau abang kalian berduit aku nggak masalah ini abang mu sendiri untuk anak bini nggak cukup malah numpangin orang yang nyata nyata kalian sudah berkeluarga apa nggak malu? Iya bener ini negara kalian bukan negara saya kalau negara saya numpang hidup gratis bikin malu itu kalau kalian malah bangga."

Capek ngomongin mereka tapi lucunya mereka muka tembok semua nggak punya malu yang ada malah semakin bangga. Ini yah di negara ini anak perempuan begitu lahir orang tuanya malah sudah mulai nabung nanti kawin anaknya harus bawa barang barang. Yah seperti ipar ipar ini.

Namun mereka tetap bersikukuh adat itu harus dijalani melanggar bisa bahaya di kucilkan.

negri antah berantah yah begitulah kiasan yang tepat menggambarkan negara ini

Aini tidak habis pikir begitu pertama kali sampai menginjakkan kaki di sini memang sudah terasa betapa kehidupan di depan sudah mulai terbaca geliatnya.

Namun bukan Aini namanya wanita Indonesia yang tidak mandiri. Semua di lakukan sendiri. Berbeda dengan ipar iparnya sudahlah pada menikah punya keluarga sendiri tapi segala urusan termasuk urusan yang seharusnya tanggung jawab laki masing masing malah di tumpahkan ke suami Aini.

Bukan iri dengan mereka namanya mereka punya keluarga kandung di sini tetapi mereka seperti orang yang nggak punya prikemanusiaan nah bener tuh dasar negara kita patut kita bangga loh. Mencakup segala aspek.

Tapi karena cuma mikirin perut masing masing dan uang berputar dengan pola old mind itu yang justru negara kita di nina bobokan. Yang seharus jadi kekuatan. Yah nggak beda sih dengan negara keduanya sekarang.

Di sini kan mereka banggakan adat tetapi justru adat itu yang buat mereka nggak maju maju bagi yang sudah berpikiran maju mana mahu mereka terkungkung oleh adat. Bahkan ada istilah setinggi apa pun pangkat jabatan bila sudah masuk rumah maka akan tunduk kepada adat.

Begini ada beberapa hal yang lucu sekaligus menjijikkan. Namanya abang kalaupun sudah bertanggung jawab kepada adek adeknya. Dan adek adeknya sudah pada menikah tetap bertanggung jawab. Kalau ini mah adat parasit. Enak di yang kecil pahit di yang besar. Malah mereka bangga loh.

*******

Di suatu hari

"Aini ada duit?" tanya iparnya.

"Buat apa kamu minta duit saya?" jawab Aini.

"Saya mahu beli ini."

"lah trus kenapa pakai uang saya?"

"Itu kan bukan duit kamu, duit abang saya juga saya pun ada hak di situ."

"Eh dengar yah memang duit abang mu tetapi saya istrinya dan saya jauh lebih berhak di banding kamu."

"Awas kau nanti kulaporin ama abang ku."

"Emang ada kerjaan mu yang lain? Selain tukang ngadu? Laporin aja," edan gerutu Aini mhu beli sesuatupun juga minta uang yang sudah di jatahin suaminya.

Ternyata benar iparnya ngadu dan ternyata suaminya justru menyalahkan Aini. Kesal nggak tuh sikap ipar yang nggak punya malu.

"Kenapa kamu tidak kasihkan uang yang dia minta?" tanya suami Aini.

"Maksud kamu apa?" jawab Aini.

"Kan saya tanya tadi saudari saya minta uang kenapa kamu tak bagi?"

"Dengar baik baik, uang ini sudah kamu bagi untuk keperluan saya, trus kenapa saya harus kasih ke dia? Emang dia mau kalau duit yang sudah jadi haknya dikasih ke orang termasuk saya?" Aini tak habis pikir begitu kolot pemikiran mereka. Padahal kalau keadaan di balikkan mereka juga nggak mahu.

Ternyata itu adalah permainan saudari suaminya supaya kedepannnya suami Aini jangan ngasih uang ke istrinya. Ih sangat menjijikkan. Sikap ipar ini lebih menjijikkan dari perempuan yang minta sama pacarnya.

Tak tik kotor beralasan adat berkali kali di buat. Bukan satu kali dua kali iparnya begitu. Pernah suatu kali iparnya mhu minjam sepatu Aini padahal suami iparnya kalau membeli kan sepatu bukan 1 pasang sekali beli 2 pasang eh...tetapi melihat punya Aini di minta juga.

Aini tidak mau minjam kan. Yah marah Aini itu pun dia nggak malu suami Aini juga lebih membela saudarinya padahal ini istrinya.

Nah itu lah negri antah berantah. Sebutan yang tepat menggambarkan keadaan di sini.

Disini peralatan jaman dulu sampai sudah jaman sekarang masih di gunakan sebagian orang. Karena memang seperti strika arang itu alternatif di samping lampu sering mati.

Dipasar pasar yang jualan nggak ada wanita bahkan penjual pakaian dalam wanita pun laki laki hahaha geli juga.

*******

Kembali ke ipar

"Bagaimana rasanya sekarang suamimu nggak ngasih uang lagi, kan?" ledek iparnya senyum puas.

"Oh, jadi itu permainan kamu yah, ok kamu boleh tertawa puas saya bukan wanita pengemis tak tau diri itu adat kalian yang suka nadah sekalipun sudah punya laki, trus laki mu dapat gratislah nggak bermodal."

"Dasar perempuan asing nggak sopan," jawab ipar nya.

"Apa nggak salah ucapan mu kamu yang orang asing di sini, ini rumah saya saya nyonya rumah ini, maka nya kau banggakanlah adat mu itu."

"Lihat aja nanti rumah ini akan jadi milik ku," senyum iparnya sinis menatap Aini.

Ingin rasanya di robeknya mulut iparnya tadi, tetapi buat apa? Dia nggak perlu repot repot. Buat susah yang ada malah dia yang di salahkan.

******

"Sayang minta duit saya mahu beli sesuatu," di perhatikannya suaminya acuh nggak acuh.

Nggak di jawab juga oleh suaminya. Trus Aini diam saja. Padahal dia butuh sekali. Namun sudah hampir 10 tahun di sini bisa di katakan suaminya tidak pernah mengajak dia beli sesuatu untuk keperluannya.

"Ini kenapa pahit?"

"Gula habis."

"Kenapa tidak beli?"

"Mana saya ada duit bukan urusan saya?" jawab Aini .

"Kau bising saja duit duit."

"Kau ini kenapa yang kau kasih itu cuma makan saja keperluanku yang lain kau tidak penuhi, sementara kalau saudari mu minta sekalipun dia tidak butuh kau tak segan segan ngasih."

"Itu bukan urusan mu, dia saudariku dan jangan sekali kali kau larang aku untuk menolong dia."

Preeet edaaaaaaan emang gila. Ini yang membuat ipar ipar sini berkuasa karena tanggung jawab suami sebagai saudara laki laki di salah artikan.

Wouiiiiiii bukan Aini namanya wanita Indonesia yang nggak berani. Sudah negara di tinggalkan eh sampai di sini justru biang kerok ipaaaaaaaaarrrr peaaaaaaakkkk.

*******

Awasss kau yah gumam Aini kau ingat aku nggak bisa membeli kebutuhanku sendiri tanpa uang kau kasih.

Nanti akan aku buktikan kalau aku bisa beli kebutuhan ku sendiri dengan uang ku sendiri.

Di lain tempat.

"Kok kamu gitu sih."

"Iya mbak aku lihat sendiri."

"Mungkin kamu salah paham."

"Gimana mau salah paham di tampar di depan semua orang."

"Ah sudahlah nggak usah di omongin lagi doakan saja semoga dia baik baik saja."

Yah itu nasib teman sesama wni di tempat lain oleh suaminya malah tak segan segan mukul istri di depan orang. Bahkan keluarga suaminya juga jahat sama dirinya. Kayaknya memang adat orang sini begitu tempramem kalau menyangkut ibunya, saudarinya, di jamin mereka marah besar, tapi kalau orang lain mana peduli sekalipun istri atau menantu.

Pernah suatu ketika dia sakit anaknya sakit perempuan itu ngadu ke Aini tetapi apa daya Aini juga nggak bisa apa apa. Cuma bisa menguatkan hatinya tetap sabar demi si buah hati.

Tiba tiba telpon berdering Aini segera menjawab.

"Mbak apa kabar."

"Baik kamu gimana?" tanya Aini sekalipun dia tau temannya itu baru saja mengalami kdrt dia nggak mahu nanya.

"Saya baru saja nidurin anakku, mbak bisa nolong aku?" pinta teman nya.

"Apa itu?"

"Mbak semalamkan aku habis di pukulin lagi ,gara gara aku ketahuan menerima pemberian dari teman, yah ada berupa uang dan pakaian, jadi ipar ku iri, aku minta tolong mbak bilang ke ipar ku kalau itu semua duit aku yang dulu mbak pinjam, mbak kan lancar ngomong urdu jadi mereka bisa paham kalau aku kan kagak mbak."

Termenung Aini mendengar curhatan temannya ternyata temannya jauh lebih menderita di banding dirinya. Memang sih iparnya jahat tetapi suaminya nggak sampai mukul.

"Mbak," ucap temannya mengagetkan Aini.

"Ya iya," Aini tersadar.

"Maaf mbak kalau merepot kan."

"Yah sudah nanti saya rekording kamu kasih nomor ipar mu."

"Makasih mbak semoga urusan mbak juga di permudah amiin."

"Yah sama sama mungkin cuma itu yang bisa kulakuin untuk menolong kamu, nanti akan ku bilang kalau dulu saya berutang uang kepada mu tapi dulu sudah lama yah begitulah kira kira dan sekarang saya membalasnya."

"Iya nggak apa apa, mbak maksud saya cuma mahu mereka nggak nganggap aku minta minta mempermalukan keluarga istilahnya aku sekarang siapapun yang ngasih aku terima tetapi justru karena balas budi."

"Iya nggak apa apa yang penting kamu hati hati di sana yah nanti duit kamu yang pegang ok."

"Iya mbak aku juga belajar jahit dikit dikit belajar bikin rezai jahitnya yah lumayan ini popo suami ada kok baik banget ke aku dia ngajarin aku yang penting kamu harus sabar katanya."

"Yah Alhamdulillah masih ada yang baik keluarga suami mu kamu pandai pandailah di sana."

"Iya mbak makasih sudah mahu mendengar keluh kesah ku."

"Sama sama jangan sungkan kalau mahu curhat silahkan mungkin aku nggak bisa bantu pkai uang tetapi meringankan beban di hati mu."

Cuma itu yang bisa dilakukan untuk menolong dia. Karena bagaimana pun Aini sendiri juga susah.

kembali ke ipar

"Aini kamu asik nelpon aja buat ini."

"Hei aku bukan pembantu mu yang bisa kau suruh suruh."

"Berani kali kau sama aku."

"Ngapain aku harus takut, kau berani karena kau ada keluarga di sini kalau kau nggak punya keluarga saya percaya kau pun takut, bukti nya kau di keluarga laki mu juga di perlakukan tidak baik wajarkan karena kau juga sama."

"Kau iri dengan saya makanya kau bicara begitu."

"Hahahaha, Aini tertawa terpingkal pingkal di bilang iri, hei dengar sini memang kau bli baju setiap bulan makan enak enak tetapi lihat nasib mu sekarang kau malah menjadi pengasuh pembantu anak anak madu mu, ini yang kau bilang iri."

Saking kesalnya iparnya dia menggerutu terus. Tapi bukan Aini namanya kalau nggak menjawab.

Kebanyakan wni di sini kan nangis doang kalau diinjak. Nah Aini dulu juga nggak jawab tapi setelah ngerti ucapan mereka yang ada malah mereka semakin kepanasan.

Yah wajar lah kita sendiri paling teman itu cuma ngetawain kalau kita curhat. Namun Aini nggak mahu begitu kalau ada teman curhat yah di dengar nasehatin tabah kuat.

Cuma itu yang bisa di lakukan ke sesama senasib di negri antah berantah ini.

Di pertemuan

"Mbak gimana kabarnya temen yang itu hari."

"Siapa maksud kamu."

"Itu yang di pukulin suaminya."

"Oh..nggak tau aku."

Tiba tiba orang yang digosipkan datang bersama suami dan anak anaknya. Teman teman yang tadi gosipin terkesima melihat pasangan itu mereka seperti pasangan harmonis bukan di buat buat tapi kenyataan.

"Apa kabar semua," sapanya yah dia teman yang sering curhat sama Aini sejak Aini ngomong ke iparnya tentang bantuan itu suaminya banyak berubah.

"bbaik," ada ragu gugup di raut muka teman yang disapanya.

"Yuk hidangan sudah disediakan yok makan."

Cerita suka cita pertemanan sesama wni yang senasib di pakistan. Yah memang Aini jarang kumpul kumpul karena rumah nya jauh. Mereka yang sering kumpul rumahnya dekat dekat.

Kringggggg......kringggg...

Sudah berkali kali hp Aini berdering tetapi Aini sibuk ngurusin anak anak nya.

Lalu hp suami Aini yang berbunyi. Aini ingat itu bukan untuknya. Karena dia jarang menjawab telpon dari hp suami nya.

📞"Halo, yah saya sendiri, ini siapa yah?"

📞"Oh saya temannya Aini saya telpon dia ber kali kali nggak ada jawaban."

📞"oh sebentar dia tadi sibuk jadi nggak sempat karena ngurusin anak anak."

📞"ok nanti suruh balas sms saya makasih."

📞"oh baik lah."

"Sayang kamu lihat hp dulu tadi teman mu sms kamu tidak lihat," suami Aini ngasih tau.

"Aku masih sibuk nih, nanti lah."

"Sebentar aja lihat."

"Baik lah."

Aini membaca sms dari teman nya. Inti nya kenapa suda lama nggak ngasih kabar. Dan sirrrrrrr darah Aini terkejut begitu melihat kalau temannya ngirim duit ke Aini jumlahnya cukuplah untuk beli keperluan Aini. Dan Aini sangat bershukur ternyata ada juga teman yang masih peduli dengan nya. Padahal teman nya itu sudah lama tidak sms.

Aini ada temen dulu minta tolong sama Aini untuk berkenalan dengan orang pakistan karena Aini bisa bahasanya jadi Aini mak comblang sekaligus wakil bagi temennya. Yah ternyata mereka akhirnya menikah.

Padahal Aini terang terangan mengatakan lebih baik kalau mahu dengannya jangan mahu tinggal di pakistan hehehe ternyata si pakman itu sudah ke paling cinta dan jujur teman Aini mahu mutusin eh ternyata si cowok malah nekat ke Indonesia. Nekat itu cowok datang.

Sebagai ungkapan terima kasih teman Aini ngirim uang untuk Aini. Padahal Aini nggak meminta balasan jasa. Tapi ini kan rezki dan dia butuh.

Cuma bingung gimana ngambilnya. Akhirnya Aini pakai account suaminya.

"Sayang temen aku ngirim uang ke aku minta account kamu, tapi nanti kamu langsung kasih ke aku uangnya," ucap Aini.

"Siapa teman mu?"

"Tadi yang sms kamu?"

"Uang apa?"

"lah uang aku lah."

"Ok nanti ku kasih langsung."

Aini sudah lama merencana kan bagaimana supaya punya uang sendiri dan bisa memenuhi kebutuhan sendiri. bukan tidak bershukur dengan gaji lakinya tetapi gaji suaminya cuma pas pasan.

Belum lagi urusan dokument ijin tinggalnya uang dari mana mahu nggak mahu dia tetap berusaha juga.

Memang susah sih tetapi Allah maha pemberi siapa yang bisa menerka nasib masa depan seseorang tidak ada yang tau. Semangat terus pantang mundur. Jauh dalam hati Aini bersukur.

Kalian hina aku karena aku orang asing

Aini baru saja selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Eh tiba tiba caci suaminya memanggil dia apa lagi, ya di suruh kerja. Itu yang bikin Aini sebel padahal mereka bersebelahan rumah dan istri cacu suaminya nggak ada anak kecil yang merepotin tapi ya kebiasaaan orang sini suka memperbudak orang dan kalau sudah di tolong ngucapin terimakasih juga tidak.

Awal awal sih Aini nurut karena memang suaminya juga yang nyuruh harus bantu kalau mereka minta tolong. Ini mah bukan minta tolong dia sengaja memanfaatkan rumah dia pekerjaan dia lakukan sendirilah emang dia mahu bantu bantu orang kagak.

"Aini sini, caci memanggilnya tapi dia pura pura tak mendengar."

Wajar saja akhirnya perempuan istri cacu suaminya itu uring uringan. Dia menjelek jelekkan Aini pada suaminya . Bahkan selalu menyalahkan Aini apa pun itu.

Sifat caci ini, Aini sudah paham tetapi lagi lagi suami Aini malah menganggap itu wajar. Katanya nolong orang itu pahala.

Gila bener kalau soal pahala Aini juga tau nyusahin orang gangguin orang itu dosa. Yah ini kan adat orang sini nggak mahu di salahkan apa lagi itu menyangkut wanita wanitanya.

Ini yang buat muak. Padahal mereka kerja nya bersolek aja paling jahit baju setiap bulan itu pun saling pamer. Nah si Aini memang nggak punya malah mereka ngetawain kalau Aini pakai baju itu itu saja.

Yang lebih nyebelin bila Aini di beliin oleh suami nya eh...sudah berbaris ipar ipar minta jatah.

Kadang di pikir pikir di sini musuhnya yang godain laki bukan wanita lain ipar biang kerok edan nggak tu. Kalau di mana mana justru wanita luar teman kerja janda janda atau gadis gadis nakal eh kalau di sini saudari suami.

Boro boro suaminya beliin baju untuk makan sehari hari aja susah. Makanya suami Aini bukan pelit karena dia juga nggak punya gaji lebih. Suaminya lebih mementingkan pendidikan anak anak.

Nah ipar iparnya mereka malah nggak menyekolahkan anak anak mereka . Kalau sekolah pun di sekolah negri gratis. Tapi kalau soal fanshion wah mereka nggak tanggung tanggung. Untuk beli pernak pernik mereka boros semua karena lebih mementingkan fanshion di banding pendidikan anak mereka.

Berbeda dengan suami Aini memang kalau dari segi ini Aini setuju karena anak anak mendapat pendidikan yang layak. Jadi nggak terkungkung adat. Cuma yang bikin kesel mereka menjadikan adat tameng. Contoh ada perkawinan nah suami Aini yang ngatur sana sini semua termasuk keuangan kalau dulu semua tinggal goyang goyang kaki karena full biaya dari suami Aini. Eh sekarang suami Aini malah di anggap tidak layak oleh mereka. Karena ya duit tadi apa yang suami Aini kasih nggak ada.

"Sayang, aku mahu jual kalung mu." Tiba tiba Aini terkejut mendengar ucapan suaminya.

"Buat apa?" tanya Aini.

"Adek ku kan kawin aku nggak ada duit."

"Trus kenapa harus kalungku yang di jual kalau memang nggak ada duit tinggal bilang ke mereka kamu nggak ada duit."

"Kenapa kamu nggak paham juga ini adat kami di sini aku sebagai abang bertanggung jawab."

"Aku tidak menghalangi tanggung jawab mu, tapi coba kamu pikir apa mungkin kalung satu satunya milikku cuma itu yang ku pakai setelah kita ber tahun tahun menikah kamu tega menjualnya demi pernikahan adek mu, adat apaan ini?"

"Kalau kamu tidak mahu ya sudah jangan marah marah."

"Bukan aku mau marah kau yang seharusnya sadar, kalau kalung ini di jual untuk keperluan anak atau kamu aku masih bisa terima, apa kurang bantuan mu selama ini pada adek adek mu, apa mereka nggak ada otak apa untuk kerja apa mereka nggak mikir kalau kamu juga punya keluarga?"

"Yah mereka nggak salah ini adat kami."

"Dengar baik baik yah, aku nggak ada masalah dengan adat kalian yang jadi masalah, kalau hak aku dan anak ku kau pergunakan untuk adek adek mu maka aku pasti bertengkar."

"Kenapa kau jadi marah marah?"

"Aku yang heran sama kamu sudah tau kamu aku muak dengan adat kau orang tetapi masih kau banggakan di depan aku."

kesellllllll yah gimana nggak kesel sudah dari dulu sering di bantuin sewaktu suaminya kerja di luar negri bahkan dulu Aini pun nggak hidup berlebihan semua di rampas adek adek suami eh sekarang malah suaminya yang sengaja bikin Aini kesel dengan alasan adat.

Woiii adat itu kalau kalian kaya silah kan. Ini mah kagak, makan mahu enak tapi nggak mahu kerja. Mahunya gratis tanpa harus banting tulang. Malah semakin bangga adat.

Ngertinya aku kalian begitu karena aku orang asing tetapi sesama pakistan kalian nggak berani gila bener kalian semua.

"Aini kamu nggak beli baju baru?"

tanya ipar Aini.

"kagak."

"kenapa?"

"Lah kamu ingat kalau aku di beliin baju apa mungkin nggak ku pakai, memang kolot kali otak kalian melihat aku pakai baju lama kalian tanya tanya, kalian sudah tau kalau abang kalian nggak beliin."

"Minta lah sama keluarga kamu, kalau suami kamu nggak beliin."

"Apaaaaaaa???? ,hahahahaha", Aini tertawa kencang sampai orang orang pada melihat saking keselnya Aini ngomong. "Hei kamu dungu apa goblok sih kalau suami aku nggak ngasih, artinya dia nggak ada duit dan buat apa aku minta keluargaku, nyusahin keluargaku, aku bukan orang sini kalau laki kalian nggak ngasih malah kalian nyusahin keluarga sendiri, sayang sini kamu dulu ini saudari mu ini memang nggak ada otak kau nggak ngasih aku malah banyak banyak tanya seharusnya dia malu bertanya begitu eh malah sebaliknya semakin bangga dia karena dia memakai baju baru aku baju lama."

Semua yang hadir di situ semua masih saudara karena tuan rumah cuma ngundang keluarga terdekat saja. Nah karena percakapan Aini dan iparnya sempat jadi tontonan suami iparnya memarahinya.

Ya iyalah ngapain juga malu, suami sendiri yang nggak beliin baju baru, eh malah iparnya seneng melihat dirinya pakai baju lama dengan maksut menghina.

Setelah selesai acara adat beserta ***** bengeknya. Tibalah saatnya untuk pulang.

Sekarang bukan iparnya lagi yang ber ulah justru istri dari ipar laki di sebut derani.

"Kamu bawa apa waktu kamu datang"? tanyanya.

"Apa maksud pertanyaan kamu, jelas jelas ngomong?" tanya Aini balik dengan ketus.

"Nih lihat orang tuaku ngasih ini semua."

"Oh ...aku paham, jadi kamu bangga karena kamu bawa barang rongsokan buat apa aku nyusahin orang tua ku bawa barang barang."

"Adat sini memang harus bawa barang barang," timpal yang lain.

"Makan tu adat kalian."

"Hei ada apa ni ribut ribut." Tiba tiba ada anti datang.

"Ini Anti mereka selalu menghina saya dengan alasan adat, dan mereka sengaja jelek jelekkan saya , saya jawablah buat apa saya bawa barang rongsokan kesini keluarga saya tinggalkan apa perlu saya nyusahin keluarga saya."

"Kenapa kalian tidak hormat sedikit pun kepada dia, seharusnya kalian malu bicara begitu sama dia, bela anti tadi atas sikap derani dan iparnya tadi."

"Ah nggak apa apa kok Anti mereka kan orang sini adatnya yang dibanggakan."

"Bukan begitu saya juga orang sini, tetapi sikap seperti itu nggak bisa di benar kan," jawab anti lagi.

"Yah itu bagi orang yang masih waras kalau mereka ini nggak waras."

Di bilangin begitu sama Aini ipar dalam bahasa sini nand saudari suami istri dari ipar cowok derani muka mereka langsung cemberut.

Dewer saudara suami bininya derani. Nand saudari suaminya nandoi. Jadi posisi Aini di sebut jatrani suami jat oleh si derani.

sejak menikah dewernya semakin bertingkah derani sama nandnya Aini. Tapi Aini nggak ambil pusing. Mereka sering datang dan bikin gara gara. Setelah itu Aini kena sialnya.

Memang Aini bukan tipe sabar gimana mau sabar selalu di tuntut adat sedangkan yang lain malah di anak mamakan si Aini di anak tirikan.

Nggak masalah mereka nggak bantu apa pun termasuk nggak ngasih apa pun ke anak anak Aini. Tetapi mbok yah jangan mengganggu rumah tangga Aini. Malah suami Aini marahin Aini kalau bilangin kenapa mereka sering datang.

Waktu itu mereka datang lagi memang kebiasaan bertamu tanpa malu. Tanpa minta ijin datang pergi sesuka hati. Dan harus di layani. Siapa yang tahan. Dengan sikap egois berlindung di balik adat.

"Sayang kok mereka sering datang kesini? Apa mereka nggak punya kerjaan?"

"Inikan hak mereka juga."

Itu jawaban suami Aini. Sudah di jawab Aini kalau hak mereka kenapa saya kamu suruh di sini suruh mereka di sini menetap dan saya pergi. Eh lagi lagi alasan adat yang di bilangin suaminya.

Suami Aini cuma bilang kamu sabar lah nanti anak anak kita besar kamu juga yang senang. Coba kamu perhatikan hidup kita apa kurang kita hidup normal.

Bukan masalah sabar atau benci dengan mereka mereka itu orang orang yang nggak berpendidikan dan terbelakang dalam artian mereka kolot semua. Mahunya enak terus. Iya nggak masalah kalau suami Aini kaya. Ini boro boro untuk anaknya aja mereka makan kurang kurang jarang beli baju karena mereka mikir anak anak sekolah.

Nah sementara yang lain nggak begitu mereka lebih royal ke fanshion dari pada pendidikan anak anaknya. Nah adat tadi sebagai alasan kuat.

Siapa yang tahan mereka nggak bantuin malah nyusahin kalau mereka nggak mahu bantu mbok yah mikir jangan nyusahin. Eh ini malah kagak sudah nggak bantuin numpang berbuat sesukanya trus kalau Aini ngomong tinggal nyalahin Aini.

*******

Kriiiiiiingggggggggg.........

"Halo."

"Mbak sedang apa?"

"Lagi melamun terus buyar dengar hp bunyi."

"Kok melamun kenapa?"

"Ah biasa."

"Cerita dong biar aku jadi pendengar."

"Nggak usah malah bikin mumet kalau di ceritain."

"Oh kalau gitu oke deh boleh aku yang cerita?"

"Silah kan."

"Mbak begini, itu hari kan aku minta tolong sama mbak tentang bantuan dari temen aku, nah sempat ipar ku ngambil bantuan itu dia mahu nguasain dia bohong ke suami aku, jadi waktu aku di pukul depan orang aku bilang lihat saja nanti, ini terakhir kamu pukul saya, dan saya pastikan kamu akan malu besar. Ini uang saya yang saya pinjamkan dulu ama temen saya, sekarang saya minta apa salah saya? Kamu juga nggak mencukupi kebutuhan saya, nah mbak suami saya masih nggak percayakan saya kasih nomor ipar ke mbak kebetulan suami ada di rumah ipar juga, jadi ipar ku bilang ini nomor siapa? Aku tau mereka kaget dengar rekording mbak tapi cepet cepet di ambil ama ipar ku hpnya ku dorong ipar ku terjatuh kena kepalanya jadi semua kaget, dan aku bilang kalian dengar ini baik baik nah setelah mereka dengar semua akhirnya mereka malu sendiri dan suami aku jadi sadar, tau nggak mbak aku bilang ke suami kamu tampar aku gara gara dia adek mu lalu ku tampar berkali kali adeknya itu didepan semua."

"Wahhhhhhhhh hebaaaaattt plok plok," kenapa nggak dari dulu seharus nya kamu dari dulu begitu.

"Iya mbak aku ngerti tapi akukan nggak paham bahasa mereka jadi aku susah mahu jawab."

"Kan aku suda bilang kamu pelajari bahasa."

"Sekarang aku mulai belajar lagi kayak sekolah bahasanya."

"Iya nggak apa apa kamu pelajari trus pratek."

"Makasih ya mbak atas bantuan nya, sangat berarti bagi aku dan anak ku, aku selalu berdoa mbak juga selalu di permudah urusan nya amiin."

"Amiin, ya udah di sana semangat terus yah pokoknya kamu fokus ke anak dan suami aja."

"Iya mbak, mbak jarang koment di group wni, aku juga malas aku cerita nya pamer pameran aja, saling sindir dan nggak peduli teman kalau susah, itu hari aku minta pendapat malah di ketawain, di sindir sindir. Begitu amat temen temen di group, nggak punya perasaan."

"Memang, aku juga malas hehe, di group rempong itu cuma songong songongan pamer pamerin malas aku."

"Iya bener yah aku lebih suka telpon gini nanya kabar."

"Oh ya pamit dulu yah aku mhu kerja lagi nih."

"Ok mbak terimakasih banyak yah."

"Jangan berterimaķasih pada ku ber shukurlah pada yang maha pengasih."

Yah begitu la Aini memang dia nggak setenar teman teman di group rempong tapi Aini kalau ada teman butuh curhat dukungan pendapat dia selalu mencoba membantu.

Membantu bukan hanya dengan uang kadang menjadi pendengar yang baik pun seseorang merasa di hargai. Dari pada di kasih uang trus merendahkan orang, yang di tolong mending nggak usah ngasih sekalian.

Masih ada harapan di mata Aini hidup di manapun tetap sama namanya orang menikah nggak mesti bahagia terus itu yang di pahami betul oleh Aini.

Sekalipun Aini hidup sulit dalam himpitan ekonomi. Tetapi bila melihat anak anak sekolah dengan baik tumbuh besar Aini nggak pernah mengeluhkan susahnya di sini. Justru membuat dia yakin akan masa depan anak anak.

Lebih baik anak anak tumbuh besar dalam didikan orang tua kandung itu yang diingatnya. Kasihan mereka bila harus senasib dengan bapaknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!