NovelToon NovelToon

Eleanor Hasrat Sang Penguasa

Bab 1 - Tampan dan Licik

"El, coba baca ini," ucap Priska seraya mengarahkan buku yang sedang dia pegang pada sang sahabat, Eleanor.

Gadis cantik bermata biru itu pun menatap pada apa yang ditunjukkan oleh Priska, tangan kirinya menyelipkan anak rambut ke belakang telinga dan mulai membaca.

Sebuah buku tentang legenda kuno, saat ini mereka memang berada di perpustakaan kota.

Gumiho adalah sebutan untuk siluman rubah ekor sembilan, tiap Gumiho selalu bermimpi untuk jadi manusia, karena jika itu terwujud maka manusia itu akan jadi penguasa bumi.

"Ku rasa jodoh mu adalah siluman Gumiho, saat dia berhasil jadi manusia maka akan jadi pria paling berkuasa di dunia ini," ucap Priska dengan antusias.

Sementara Eleanor langsung tertawa, lalu buru-buru menutup mulutnya sendiri agar tidak menimbulkan suara berisik.

"Jangan gila kamu Pris, mana ada siluman Gumiho di jaman sekarang. Kota New Kingston sudah modern, itu hanya legenda kuno."

"Kalau bukan siluman Gumiho jadi jodoh mu siapa? seorang pria yang bisa mengalahkan ayah dan adik laki-laki mu. Hiii mereka berdua adalah pasangan yang paling ditakuti di dunia bisnis."

Eleanor tertawa lagi, padahal ayah dan adiknya tidak seseram yang orang kenal, daddy Erzan dan Aston hanya sangat menyayangi dia dan melakukan apapun untuk melindungi. Termasuk selalu memerintahkan 2 pengawal untuk menjaganya dimana pun.

Bahkan saat ini dua pengawal itu pun sedang menatap ke arah mereka dari meja lain.

Karena penjaga itu pula tidak ada satu pun pria yang berani mendekati Eleanor, hingga kini gadis itu berusia 21 tahun.

4 bulan kedepan dia akan menjalani liburan semester.

"Sudahlah, lebih baik sekarang kita pulang. Mempersiapkan diri untuk kepergian besok.

"Yas!! kamu benar, aku juga sudah tidak sabar," balas Priska kegirangan.

Besok Eleanor, Priska dan teman 1 kelasnya akan memulai liburan mereka dengan mendaki gunung Arimba. Gunung paling tinggi dan paling suci di kota ini.

Mempersiapkan banyak hal, Eleanor pergi menggunakan 1 tas ransel.

Hari bergulir.

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. 30 mahasiswa telah berdiri di depan pintu masuk ke hutan Arimba. Seorang pemandu dari desa terdekat sudah siap mendampingi.

"Ingat pesan ini baik-baik, jangan terpisah lebih dari 3 meter, tetap jaga jarak diantara kalian satu sama lain,"

"Jangan sembarangan mengambil tanaman ataupun menyakiti hewan, karena ini adalah hutan lindung, hewan dan tumbuhan semuanya dalam perlindungan negara,"

"Bulan ini adalah bulan Mei, bulan dimana gerhana matahari akan selalu muncul di hutan Arimba , para leluhur hutan akan selalu muncul tiap gerhana matahari datang, jadi tetap jaga sikap kalian, jaga diri, hutan akan jadi sangat gelap, namun di kegelapan itulah kalian akan banyak menemukan keindahan, suara burung bernyanyi, gemerlap kunang-kunang, dan jika beruntung kalian pun akan bertemu dengan Unicorn, kuda ajaib, satu-satunya yang terlihat terang dalam hutan yang gelap."

"Kita hanya akan menginap 1 malam di puncak gunung, jadi persiapkan fisik kalian agar tetap kuat untuk naik dan turun dari gunung ini,"

"Siap!"

"Siap Pak!" jawab semua mahasiswa dengan kompak.

Sebelum benar-benar melanjutkan langkah, mereka semua memanjatkan doa dalam hikmat, semua menunduk meminta perlindungan dari tuhan.

Dan setelahnya satu per satu mahasiswa pun masuk ke dalam hutan itu sesuai barisan.

Eleanor tidak sadar, saat kakinya baru saja menginjak hutan itu dia sudah diincar oleh seekor siluman rubah ekor 9.

Gumiho tampan dan licik itu menatap penuh minat, mencium aroma darah suci dari angin yang berhembus, melewati tengkuk gadis cantik itu.

Dia berada di atas pohon paling tinggi dan mengawasi.

"Hem, cantik sekali," gumam Arthur. Wanita berdarah suci itulah yang telah dia tunggu selama beratus-ratus tahun.

Bab 2 - Seperti Malaikat Cantik

Rombongan yang diberi nama Royal Grup itu memulai perjalanan mereka dari jam 8 pagi.

Cuaca pagi itu sangat cerah, hawa dingin pegunungan hutan Arimba pun mulai dirasakan oleh semua orang.

Di awal perjalanan mereka tentu saja semuanya terasa indah dan menyenangkan. Sepanjang pemandangan hanya ada pohon-pohon besar, sesekali pun mereka bertemu dengan monyet yang bergantungan di atas sana. Semua orang masih dalam keadaan yang fit.

Tidak ada satupun yang memegang ponsel selama perjalanan mereka. Jalan yang awalnya lurus lalu berangsur naik, kadang turun ketika ada jurang kecil. Jalan setapak ini sudah dibuat oleh warga desa setempat untuk menuju puncak.

"Ini sangat menyenangkan," ucap Priska antusias, sesekali dia membenahi posisi tas ranselnya.

Eleanor tersenyum, gadis cantik bermata biru dan rambut panjang berwarna coklat itu tidak sadar, ketika dia tersenyum burung-burung di atas sana pun berkicauan. Para burung takjub dengan kecantikan yang dimiliki oleh gadis itu.

"Sepertinya perjalanan kita akan lancar," ucap sang pemandu-pak Thomas, bisa dikatakan dia adalah juru pintu untuk masuk ke dalam hutan ini. Dari hembusan angin dan tingkah para hewan di sini menunjukkan firasat baik.

Dia cantik sekali.

Apakah dia gadis berdarah suci?

Wajahnya terlihat bersinar.

Grep!! tiba-tiba Arthur hinggap di pohon para burung itu. Hampir saja para burung itu kembali terbang, namun urung saat melihat yang datang adalah siluman rubah.

"Kalian benar, dia adalah gadis ku," ucap Arthur, ekor sembilannya bergelombang dengan indah.

Arthur terus tersenyum dengan hasrat menatap gadis itu.

Apa dia berdarah suci? tanya seekor burung.

"Benar, besok ketika gerhana matahari tiba, aku ingin kalian membantuku untuk mendapatkan gadis itu."

Bagaimana caranya?

"Katakan pada ular dan singa untuk menakut-nakuti dia, aku akan datang sebagai penolong."

Para burung tertawa, kicauannya terdengar begitu indah.

"Aku akan membuatnya jatuh di jurang kegelapan dan saat itu hilangkan semua jejaknya di mata semua orang. Hanya akulah yang bisa membuatnya keluar dari hutan ini."

Baiklah Art. Semoga kali ini usaha mu berhasil. Mematahkan kutukan itu dan jadi manusia sepenuhnya.

Wush! para burung kembali terbang, sementara Arthur terus mengawasi dalam kekaguman. Tidak sia-sia baginya telah menunggu hingga beratus-ratus tahun lamanya, jika pada akhirnya gadis berdarah suci itu sesempurna ini. Arthur seperti melihat malaikat cantik yang turun dari langit.

Di bawah sana, Eleanor terus berjalan. 2 jam waktu berlalu dan mulai ada peluh yang membanjiri.

Mereka beristirahat di bawah pohon besar, beberapa orang duduk di tanah dan meluruskan kaki. Tidak menyangka jika perjalanan ini akan sangat melelahkan. Untuk tiba di puncak mereka Butuh Waktu 9 jam perjalanan.

"Kita hanya beristirahat 10 menit, gunakan waktu kalian dengan baik," ucap sang pemandu.

"El, mau minuman ku?" tawar Jason, saat ini Eleanor tidak diikuti oleh dua pengawalnya. Karena itulah Jason berani mendekat. Jason yang berpredikat sebagai pria paling tampan di kampus mereka.

"Maaf Jason, Eleanor dilarang menerima minuman dari siapa pun dan dia sudah bawa minum sendiri." Priska yang menolak, bukan apa-apa, dia sudah diberi mandat oleh daddy Erzan untuk menjaga Nona muda Harold.

"Maaf Jason," tolak Eleanor dengan lembut, senyumnya selalu berhasil membuat orang tida jadi marah.

"Its oke El, jika butuh bantuan apapun Katakan padaku."

Eleanor hanya mengangguk.

Namun interaksi sekecil itu, sudah mampu membuat siluman rubah di atas sana berdecih.

Cih!

Karena meski jarak mereka sangat jauh, Arthur bisa mendengar dengan jelas pembicaraan keduanya.

Bab 3 - Nikmatilah Harimu

Perjalanan masih terus berlanjut untuk Eleanor dan teman-temannya. Baju yang sudah basah dengan keringat. Mulai berbagi air minum satu sama lain. Ada juga yang jalannya mulai menggunakan tongkat kayu.

Di dalam hutan malam jadi semakin cepat datang. Belum sampai di tempat tujuan mereka mulai menyalakan senter di kepala, mulai mengikir jarak diantara semua anggota.

Jam 7 malam mereka baru tiba di tempat peristirahatan.

Ada pondok kecil sebagai tempat pengawasan. Para pria membangun tenda yang cukup besar, cukup untuk menampung semua orang. Para wanita mulai menyalakan api dan mengeluarkan semua makanan.

Kebersamaan ini seolah membayar lunas semua lelah, karena pada akhirnya mereka saling tertawa. Kadang menertawakan hal sepele, aroma keringat masing-masing.

Setelah makan malam, pak Thomas menceritakan sebuah legenda yang terjadi di hutan Arimba, dia duduk di tengah-tengah tenda, sisi kanan di isi oleh para wanita dan sisi kiri pria.

"Tidak banyak yang pernah melihat kuda Unicorn di hutan ini, hanya orang-orang terpilih saja, tapi andai salah satu diantara kalian melihat kuda itu, jangan sekali-kali mengikutinya, karena itu akan membuat kita tersesat di dalam hutan."

Priska memeluk Eleanor erat, cerita dan gelapnya malam ini semakin menambah suasana mencekam. Terlebih hawa dingin ini semakin menusuk ke tulang.

Cukup lama pak Thomas bercerita, hingga waktu menunjukkan jam 10 malam, mereka semua memutuskan untuk tidur. Para Pria bergantian untuk jadi penjaga.

Dan Arthur terus berjaga semalaman. Tidak ingin siluman rubah yang lain mengambil mangsanya.

Art! Haldez menuju kesini! dia pasti mengendus aroma tubuh gadis itu. lapor seekor burung pada Arthur.

Mendengar kalimat itu, Arthur segera melompat ke pohon yang lain, mencari seekor rusa untuk dia ambil darahnya.

Aroma tubuh gadis itu harus dihilangkan dengan aroma menyengat darrah.

tanpa pikir panjang Arthur segera memangsa rusa itu, mengigit lehernya dengan sangat kuat ...

AAKK!!! suara rusa itu menggelegar, hingga membuat semua orang Royal Grup terbangun dan merasa sangat takut.

"Tenanglah, itu hanya suara rusa, dia pasti telah jadi mangsa hewan yang lain!" terang pak Thomas, sebisa mungkin menjaga kondisi agar tetap kondusif. tidak ada ketakutan yang berlebihan dialami oleh semua orang.

"El, aku takut sekali," bisik Priska, pelukannya pada sang sahabat sangat erat.

Dan meski Eleanor merasa takut juga tapi dia tidak ingin Priska jadi cemas. Jadi Eleanor mencoba tegar, menyembunyikan ketakutannya sendiri jauh-jauh di dalam hati.

"Tenanglah Pris, kata pak Thomas itu suara rusa, hal seperti itu sudah biasa terjadi di dalam hutan, selalu ada mangsa dan predator. kita mempelajarinya juga kan?"

"Iya sih, tapi tetap saja aku takut."

"Lebih baik kita tidur lagi. Pak Thomas dan yang lainnya akan menjaga kita."

"Ayo," ajak Priska pula. Kedua gadis itu akhirnya kembali menutup mata. Coba untuk tidur lagi.

Malam yang mencekam akhirnya pun telah lewat.

Haldez juga kehilangan aroma tubuh darrah suci itu.

Arthur masih setia berada di atas pohon dan memperhatikan. Dia akan memanggil gerhana matahari siang nanti, dan saat itu gadis itu akan jatuh dalam jeratnya.

"Nikmatilah dulu hari mu cantik, setelah ini hidup mu hanya akan jadi milikku."

Pagi itu kabut nampak jelas, langit yang cerah, matahari mulai mengintip di sekitar jam 7 pagi. Mereka masih punya waktu 2 jam untuk mengelilingi hutan sebelum turun.

Pak Thomas hanya mengizinkan semua orang pergi dengan jarak 50 meter. Semua orang berkelana dengan jam dan jarak.

Sangat menakjubkan! hanya 2 kata itu yang menggambarkan ini semua.

Ketika pak Thomas meniup peluitnya, maka semua orang pun kembali ke titik kumpul.

Saling mengabsen dan semuanya lengkap. Makan dan membereskan semua tenda hingga memakan waktu 1 jam.

"Sekarang kita turun," ucap pak Thomas, saat itu waktu menunjukkan jam 10 pagi.

"Siap Pak!" jawab semua orang kompak.

Perjalanan kembali di mulai, karena jalurnya turun kini jadi terasa lebih mudah.

1 jam.

2 jam.

Istirahat sebentar.

3 jam.

4 jam.

Ketika waktu sudah menunjukkan jam 2 siang, tiba-tiba langit berangsur berubah jadi gelap. Angin pun berhembus lebih kencang dari sebelumnya.

"El," lirih Priska. Kali ini Eleanor pun memeluk Priska dengan takut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!