NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Anak Majikan

Bab 1

Namaku adalah Soraya , Aku hanya seorang pembantu di rumah pak Yusman. Tapi hari itu tiba tiba saja aku di panggil olehnya dan aku heran karena bukan hanya aku saja melainkan putra nya yang bernama Yusra,

"Duduklah Raya, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengan kamu"

"Sesuatu tentang apa ya pak? " akupun duduk di lantai tapi pak Yusman menyuruh untuk duduk di sofa dan aku menurutinya saja.

Pak Yusman terlihat menghela nafas panjang sebelum dia memulai pembicaraan.

"Saya ingin kalian berdua menikah! "

"Apa! "

"Apa"

Kami terkejut dengan ucapan yang keluar dari pak Yusman. Kenapa? Kenapa pak Yusman tiba-tiba ingin menikahkan aku dengan anaknya? aku bertanya tanya dalam hati.

"Maksud papa apa si? Ngapain papa nyuruh aku nikah sama dia pa! Aku tidak mau! "  Yusra langsung emosi.

"Dengarkan papa dulu Yusra, ini demi kebaikanmu " belum sempat berlanjut tapi Yusra memotong ucapan pak Yusman.

"Kebaikan apa yang papa maksud?  Dengan menikahkan aku dengan pembantu papa bilang kebaikan?! " Yusra tak habis pikir dengan sang papa.

"Raya apa kamu mau menikah dengan anak saya" pak Yusman tidak pedulikan ucapan Yusra barusan malah dia beralih tanya.

"Pah! " Yusra kembali suara dia sangat jengkel pada papanya karena tak menggubris ucapannya tadi.

"Nanti kita bicarakan berdua. Saat ini papa sedang menunggu jawaban Raya, bagaiamana Raya apa kamu mau? "

Aku tidak berani menjawab aku takut mengambil keputusan yang salah. Aku coba beranikan menatap pak Yusman dan mas Yusra bergantian dengan mimik wajah berbeda, Jika pak Yusman menampilkan wajah tenang berbeda lagi dengan mas Yusra yang menatap penuh amarah.

"Pak, boleh kasih saya waktu? saya ingin memikirkan dulu keputusan apa yang akan saya berikan. Lagi pula apa alasan bapak ingin menikahi saya dengan mas Yusra? " tanyaku penasaran.

"Tidak ada alasan apapun Raya. Saya memang ingin  melamar kamu untuk putra saya karena menurut saya kamu wanita yang tepat untuk Yusra" jawabnya masih dengan nada tenang.

"Tapi aku tidak mau pah! "  Yusra tetap kekeh menolak.

"Soraya sebaiknya kamu pergi ke kamarmu. Karena saya rasa cukup saat ini dan juga nanti malam kamu harus memberikan jawaban kepada saya Raya dan jangan membuat saya kecewa"

Soraya mengangguk dan bangkit dari duduknya ini adalah pilihan sulit, Kenapa pak Yusman memilih nya untuk di jadikan menantu apakah tidak ada wanita lain di luar sana?

"Yusra ikut papa ke kamar" setelah mengatakan itu pak Yusman bangkit menuju kamar dan di ikuti oleh Yusra meski masih dengan perasaan dongkol.

"Papa apa apaan sih! Kenapa menjodohkan aku dengan Raya? Kenapa tidak dengan gadis lain saja, apa papa tidak malu punya menantu pembantu?! " hardik Yusra yang masih di kuasai emosi.

"Papa tidak akan pernah malu Yus. Lagi pula Soraya wanita yang baik dia sangat rajin dia juga tulus merawat papa, wanita sederhana dan juga lugu. "

"Kalau begitu nikahi saja oleh papa! " kesabaran Yusra sudah di ambang batas sampai emosi nya meluap luap.

Pak Yusman justru malah terkekeh melihat reaksi Yusra yang berlebihan.

Lalu pak Yusman membuka laci dan mengambil surat surat penting. Dia memberikan semua itu kepada Yusra dan membuahkan tanda tangan di depan Yusra sendiri dan itu adalah surat harta yang di miliki keluarga Pak Yusman.

"Keputusan ada di tangan kamu Yus. Terserah kamu mau atau tidak, ini janji papa! Dan jika kamu bersedia sekarang semua ini milik kamu, karena sejak dulu kamu menginginkan ini kan. Papa hanya minta satu keinginan yang mungkin ringan bagi Papa tapi sulit dan berat bagi kamu, yaitu kamu mau bersedia menikah dengan Soraya, dia wanita pilihan Papa dan sejak pertama kali bertemu dengan dia Papa merasa dia memang perempuan yang baik dan tulus. " kata Pak Yusman.

Yusra terlihat bimbang dengan keputusan yang harus dia ambil, Haruskah dia meng iya kan atau kah menolak?Karena memang dia sangat ingin harta warisan itu jatuh ke tangannya . Untuk sekarang dia iya kan saja dulu permintaan sang Papa urusan dengan Soraya biar belakangan saja pikirnya.

"Baiklah pah, aku akan bersedia. Tapi jangan salahkan aku kalau aku tidak akan pernah cinta sama dia dan menganggap nya istriku! "  ujar Yusra menggebu.

"Cinta bisa datang dengan seiring berjalannya waktu. Yus, cinta juga akan hadir di antara kalian suatu saat karena cinta dan benci beda tipis. "

"Aku tidak perduli, toh papa hanya menyuruh aku menikahinya saja kan. Tanpa atau dengan cinta yang aku beri. "

"Baiklah, bagi Papa itu tidak masalah, asalkan kamu mau menikah dengan Soraya, maka semua ini akan menjadi milikmu dan sudah berganti atas namamu. " kata Pak Yusman sembari menepuk bahu Yusra dan tersenyum .

...

...

Malam harinya di ruang makan. Terlihat Soraya sedang menyiapkan makan malam tak lama pak Yusman dan Yusra datang  mereka duduk dan pak Yusman menyuruh Soraya untuk duduk juga,  Soraya mau tidak mau harus menurut karena mau menolak pun tidak akan bisa.

"Ayo Raya kita makan. Setelah ini kita bahas pembicaraan yang tadi siang " ajak pak Yusman.

Raya hanya bisa mengangguk dan ikut makan. Semuanya makan dengan tenang tidak ada kata kata yang keluar dan mereka sangat menikmati makan malam yang terasa berbeda ini.

"Raya kita bicarakan di sini saja ya"

"Iya Pak" jawabnya menunduk.

"Apa keputusan kamu? " tanya pak Yusman .

"S-saya... " belum sempat menjawab Yusra memotong ucapan nya.

"Terima saja Raya. Aku juga tidak keberatan, aku sudah setuju dengan keputusan papa yang ingin melamar kamu untukku"  Soraya menatap Yusra dengan wajah yang sangat terkejut. Bagaiamana bisa? Soalnya tadi siang jelas sekali  Yusra menolak keras perjodohan ini tapi sekarang, apa ini? Kenapa dia malah setuju dan menyuruh untuk menerima lamarannya.

"Ta-tapi.. " lagi lagi laki laki berbeda generasi yang ada di hadapan Raya memotong kalimat Raya.

"Yusra sudah setuju Raya. Dan besok kalian akan menikah di masjid deket komplek rumah kita, jangan khawatir saya sudah urus semuanya! " jelas pak Yusman, tentu hal itu membuat Raya terkesiap karena dia belum memberikan jawaban iya atau tidak.

"Sudah tidak ada yang mau di obrolkan lagi kan, pah? Aku mau pergi dulu ke luar"  ujar Yusra yang hanya di balas anggukan oleh Yusman.

"Saya mau ke kamar dan kamu bereskanlah semua ini setelah itu istirahat karena besok kamu harus bangun pagi untuk di rias" kata pak Yusman dan segera bangkit ke kamar.

Sementara Raya. Dia masih bingung dengan semua ini, Kenapa pak Yusman ingin sekali Raya menikah dengan Yusra? Apakah mereka tidak akan malu nantinya bermenantukan seorang pembantu seperti Soraya?

Akhirnya Soraya bangkit dia memebereskan piring lalu mencuci nya dan setelah itu dia masuk kamar dengan segala pikiran yang berkecamuk di hatinya.

Pagi sudah tiba dan kini Raya sudah di rias dia sangat cantik anggun dan manis. Mengenkan kebaya putih dengan penutup kepala yang juga putih sempat Yusra terpana dengan kecantikan Raya namun dia buru buru sadar dan mengalihkan segala atensinya ke sekeliling.

Hari ini Yusra dan  Raya resmi menjadi pasangan suami istri dan mereka juga sudah menandatangani surat nikah. Sekarang sudah tidak ada status pembantu di rumah Yusman untuk Soraya yang ada status nya Menantu tapi bagi Yusra dia tetap pembantu!.

Di kamar kini pasangan pengantin sedang duduk di tepi ranjang. Raya sebenarnya gugup dan malu dia juga merasa tidak enak dengan Yusra karena menikahinya secara terpaksa.

Bab 2

Mulai malam ini aku dan mas Yusra tidur satu kamar dan untuk pertama kalinya dalam hidup aku tidur satu kamar dengan seorang pria yang tak lain adalah suamiku sendiri. Namun baru saja aku hendak naik ke atas kasur tapi suara mas Yusra menahanku dengan ucapannya.

"Kamu mau apa?! " tanyanya ketus.

"M-mau tidur mas" aku menjawab dengan gugup.

"Tidur di sofa sana, tidak sudi sekali tidur dengan mu" masih dengan bernada ketus mas Yusra menyuruhku tidur di sofa,

"I-iya mas"  aku langsung berjalan ke atas sofa dan ku lihat mas Yusra bangkit dari duduknya kemudian memberikan aku bantal dan selimut. Meski begitu ini lebih baik bagiku.

"Besok kita akan pindah rumah. Kita akan tinggal di rumah ku"

"Iya mas" jawabku sekenanya.

"Ingat ya Raya! Meski kita sudah menikah bagiku kamu hanya seorang pembantu! "  hatiku sakit sekali rasanya entah sudah berapa kalinya mas Yusra bicara seperti itu padaku, aku tahu pasti dia masih tidak bisa menerima ini tapi kenapa dia tidak menolak saja dari awal kenapa dia malah menyetujui nya.

"Iya mas Raya ngerti"  jawabku dengan pelan.

"Bagus kalo kamu ngerti dan jangan pernah kamu berharap aku akan cinta sama kamu ya. Selamanya kamu cuma istri di atas kertas! Aku tidak mau jika nanti teman temanku kerumah dan kau perkenalkan dirimu sebagai istri di hadapan mereka. "

"Maksud mas Yusra apa? Kenapa menyebut istri di atas kertas? Bukanya pernikahan kita ini sah di mata hukum dan agama"  aku tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi.

"Mimpi kamu! Ini kamu baca ini dan tandatangani ini" mas Yusra melemparkan sebuah kertas yang isinya jika aku menikah dengan dia hanya karena anak dan jika aku hamil lalu melahirkan aku harus pergi dari rumah dan tidak boleh membawa anakku nanti.

"Mas.. " lirih ku aku tidak bisa berkata apa apa jujur ini sangat menyakitkan bagiku kenapa mas Yusra mempermainkan pernikahan? Apakah dia tidak tahu jika pernikahan ini sakral dan sudah di saksikan oleh Allah dan para malaikat tapi kenapa mas Yusra begini. Aku hanya bisa terisak ketika aku membaca isi di dalam kertas itu.

"Aku tidak butuh tangismu Raya! Cepat tanda tangan ini dan ingat! Jangan sekalipun kamu beri tahu papa karena dia tidak tahu apa apa soal ini"  mas Yusra menatap ku penuh marah dengan mata yang tajam dan mau tak mau aku tandatangani kertas itu dengan tangan bergetas serta air mataku yang terus mengalir.

"Mas. Kenapa kamu setuju menikahi ku jika begini akhirnya? Lebih baik kita akhiri saja pernikahan ini aku tidak ingin seperti ini mas, ok jika kamu tidak menganggap ku sebagai istri mu tapi tidak bisakah batalkan saja surat ini" mohon ku.

"Tidak bisa! " bentak mas Yusra dan merebut kertas itu dan dia menyimpannya kemudian keluar dari kamar. Entahlah dia mau kemana malam begini aku ingin mencegahnya namun aku terjingkat kaget ketika mas Yusra membanting pintu.

Brakk!!

"Astagfirullah" aku mengelus dada dan membaringkan tubuh di sofa, entah takdir apa yang sedang menimpa ku belum sehari aku jadi istri tapi sudah banyak sekali air mata yang ku tumpah kan. Sepertinya hari hari yang akan ku jalani tidak akan berjalan dengan baik seperti yang ku bayangkan aku berharap aku bisa kuat dan tegar menghadapi sikap mas Yusra.

Entah ini sudah jam berapa aku membuka mata dari tidurku dan rasanya seluruh tubuhku remuk akibat tidur di atas sofa dan aku sangat terkejut ketika mas Yusra mencibir ku.

"Istri macam apa kamu heh! Jam segini baru bangun. Jangan mentang-mentang kamu sudah menikah denganku kamu jadi bermalas-malasan ya! " bentaknya aku kaget aku langsung duduk tegak dan menunduk ketika kena marah mas Yusra.

"Maaf mas. Raya kesiangan, Raya akan mandi dan menyiapkan sarapan" jawabku.

"Tidak perlu. Sebaiknya kamu mandi dan siap siap karena kita akan pindah! Kamu ini apa tidak dengar semalam aku berkata seperti itu hah! Dasar pemalas!"

Brak!!!

Lagi dan lagi mas Yusra marah marah dan berakhir membanting pintu yang membuat aku takut dan kaget. Aku berjalan menuju kamar mandi aku mandi tergesa gesa karena aku tidak mau kena omel mas Yusra.

"Lelet banget sih kamu! Lihat ini sudah jam berapa? Dasar pembantu! "

"Mas maaf ini aku udah cepet kok" jawabku menunduk.

"Halah banyak alasan, cepat kemas barangmu. Papa sudah menunggu di luar"

Aku membawa tas ransel ku yang isinya tak seberapa itu. Dan bertemu dengan pak Yusman yang kini sudah menjadi papa mertuaku, dia tersenyum menatapku dan mengelus kepalaku saat aku pamit padanya.

"Hati hati ya kalian. Sering sering main ke sini ya tengokin papa"  kata pak Yusman dia selalu tersenyum hangat. Dan rasanya aku tak tega meninggalkan dia begitu saja.

"Pah kami pamit ya" ujar mas Yusra dan juga aku. Usai bersalaman kami naik ke mobil dan meninggalkan pak Yusman seorang diri sembari melambai tangan pada kami.

Aku menghela nafas. Karena rasanya sesak sekali apa lagi ketika melihat wajah tegas mas Yusra aku sangat takut.

"Mas, kenapa kita tidak tinggal dengan papa saja? Aku takut penyakit papa kambuh sewaktu waktu" kataku memulai pembicaraan.

"Jangan besar kepala kamu! Ingat aku tidak menganggap kamu istri ku dan jangan so akrab denganku! "  mas Yusra mengardikku dengan ketusnya.

"Jika papa sakit tinggal bawa berobat, jangan so perhatian dengan keluargaku termasuk aku. Jadilah pembantu yang semestinya pembantu jangan berlagak jadi seorang istri dan menantu! "

Sabar Raya sabar. Orang sabar di sayang Tuhan dan aku hanya bisa menghela nafas tanganku meremas baju dengan kuat guna melampiaskan nyeri yang ada di ulu atiku karena perkataan mas Yusra.  Setelah empat puluh lima menit akhirnya aku dan mas Yusra sampai di kediaman mas Yusra dan di sana kami di sambut hangat oleh bik Isah. Aku dan bi Isah berpelukan karena sudah lama kami tak bertemu dia juga mengucapkan selamat atas pernikahan ku dengan mas Yusra.

Aku mengikuti kemana langkah mas Yusra di dalam rumah itu. Tapi langkah ku terhenti karena ucapan kasarnya itu,

"Mau kemana kamu? " katanya dengan alis terangkat.

"Mau ke kamar mas" jawabku takut.

"Cih! Jangan mimpi kamu! Kamu tidur di kamar tamu jangan harap ingin tidur di kamar ku, paham! " jawabnya.

"Tapi kenapa mas? Kita sudah menikah kenapa harus pisah kamar? Aku istri kamu"  ku beranikan diri berkata seperti itu.

"Istri di atas kertas jika kamu lupa! " kata mas Yusra dengan telujuk tepat di wajahku. Lagi air mataku turun.

***Hay. Selow update ya, karena aku sedang merevisi ulang ceritaku yang pertama dengan perubahan alur jadi.......

Selamat membaca dan jangan lupa berkomentar. Boleh kasih saran dan kritik asal jangan pedas pedas ya. Karena yang pedas cukup ketoprak yang karetnya dua ✌***

Bab 3

Malam harinya ku lihat mas Yusra akan pergi. Aku coba beranikan diri untuk bertanya dan aku juga tidak melihat dia makan malam tadi.

"Mas mau kemana? " tanyaku.

"Bukan urusan kamu aku mau kemana. Aku ingatkan sama kamu ya, jangan pernah ikut campur dengan diriku kamu cuma pembantu! Ingat. "

"Ya. Aku tau, tapi! Raya lihat mas belum ada makan malam, setidak nya mas makan dulu karena sejak pagi mas tidak kelihatan makan apapun. " aku bersih kukuh bertanya  meski sempat ku lihat wajah mas Yusra sudah merah padam.

"Bukan urusan kamu, Raya! aku mau makan atau tidak itu bukan urusan kamu ngerti! " jawabnya melangkah pergi. Tapi sebelum sampai ambang pintu dia berhenti dan berbalik badan menghadapku.

"Kapan masa subur mu.? "

"Hah? " aku terperangah dengan pertanyaan nya.

"Jawab yang benar Raya, bukan itu yang ingin aku dengar."  keliatan sekali mas Yusra sangat geram.

"Eum, maaf mas. Bahkan ini hari pertama aku menstruasi. " jawabku malu sembari menunduk apakah mas Yusra ingin  meminta hak nya?

"Sampai berapa lama. " tanya lagi.

"Seminggu mas. " jawabku, sungguh aku malu sekali di tanyai hal seperti ini.

"Baiklah. Jika sudah selesai kamu beritahu aku, kita akan melakukannya saat masa subur mu. "  kemudian dia pergi begitu saja setelah berkata hal tabu yang membuat pipiku memerah.

Apakah sudah seharusnya aku melayaninya? Tapi dia saja sama sekali tidak mau melihat ku sebagai istri yang ada hanya selalu melihat ku sebagai pembantunya,

Lebih baik aku kembali ke kamar dan tidur. Biarkan saja mas Yusra dengan kehidupan nya, toh dia sendiri yang bilang tidak ingin aku ganggu dan ku campuri usrusanya.

Ke esokan  harinya. Mas Yusra sudah rapi sepertinya hendak berangkat kerja aku tidak tahu semalam dia pulang jam berapa.

"Mas sarapan dulu, Raya sudah masak makanan  kesukaan mas Yusra. " sapaku.

"Hmm." hanya itu saja responnya.

"Mas, Raya siapkan bekal ya? Untuk makan siang di kantor. " aku berusaha mencairkan suasana di pagi hari yang dingin ini.

"Hmm" lagi dia hanya merespon ku seperti itu, sabar sabar.

Bekal sudah siap dan sudah ku berikan pada mas Yusra dia menerima dengan  wajah datar tidak ada kata 'terimakasih' dari mulutnya . Meskipun dia tak menganggap aku sebagai istri nya tapi aku harus berusaha bersikap jika aku memang istri nya dan ketika hendak keluar aku mengulurkan tangan ingin salim dia hanya menatapku datar.

"Salim mas" jelasku dengan senyum semanis mungkin.

"Minggir! " dia tidak menyambut tanganku yang sedang bergantung di udara. Yang ada dia malah menabrak bahuku kemudian melangkah pergi.

Sakit banget rasanya.  Ingin sekali aku menangis dan minta untuk di cerai saja jika begini jadinya, kesalahan apa yang pernah aku buat di masa lalu sampai sampai punya suami seperti itu.

Hari sudah menjelang malam  namun sudah pukul tujuh mas Yusra belum juga pulang aku khawatir karena ini pertama kalinya aku menunggu kepulangan suamiku.  Aku terus mondar mandir seperti setrikaan sampai bi Isah berulang kali menenangkan ku.

"Mba Raya tenang, mas Yusra pasti pulang kok. Sebaiknya mba makan saja lebih dulu nanti kalo mas Yusra sudah pulang di hangatkan lagi saja makanannya."

"Aku khawatir bi, memang mas Yusra kalo pulang suka malam ya? " tanyaku penuh nada khawatir.

"Kalo menurut bibi ini untuk yang pertama kalinya sih, Mbak. Biasanya mas Yusra pulang tepat waktu. " ujarnya yang semakin membuat aku tambah cemas.

Tak lama suara deru mobil terdengar di pekarangan rumah dan sontak hal itu membuat aku bangkit dari duduk dan lari menyambut mas Yusra. Hal pertama yang ku lihat dari wajah mas Yusra adalah wajah penuh amarah aku jadi bimbang untuk menyapanya karena nampak sekali jika mas Yusra sedang kesal.

"Mas, baru pu.. " kata kataku terhenti saat dia menatapku dengan tajam aku langsung menunduk dan mengikuti langkah kakinya. Ku dengar dia beberapa kali menghela nafas berat sepertinya mas Yusra sedang ada masalah.

"Mas Yusra, Raya siapkan air hangat ya. Seperti nya mas Yusra lelah! Mas tunggu di sofa ya Raya mau siapkan air untuk... " kata kataku terpotong karena bentakan mas Yusra.

"Aku sudah bilang! Jangan coba coba menarik perhatian ku, Raya! Aku tidak butuh perhatian dari kamu. Kenapa kamu selalu membuat aku kesal! Kamu sangat menyebalkan " ujarnya dan pergi meninggalkan ku yang terpaku karena lagi lagi dia membentakku.

Lemas tubuhku kakiku rasanya bagai jelly yang tidak bertulang. Luruh tubuhku ke lantai dengan air mata yang turun begitu saja dari pipiku, apa aku salah perhatian kepada suami sendiri? Kenapa mas Yusra selalu bersikap kasar dan membentak aku?.

"Astagfirullah, Raya. Bangun kenapa kamu duduk di lantai? " bi Isah membantuku untuk berdiri dan aku langsung memeluknya menangis se jadinya di pelukan wanita paruh baya ini.

"Bi.. Kenapa mas Yusra selalu kasar sama Raya? Kenapa mas Yusra tidak menganggap Raya sebagai istri nya, apakah menikah dengan seorang pembantu adalah aib? Kenapa mas Yusra tega sama Raya! " raung ku.  bi Isah mengusap punggung ku seolah sedang menyalurkan kekuatan untukku.

"Sabar Raya. Mungkin mas Yusra butuh waktu untuk menerima kamu, karena yang bibi tahu mas Yusra sudah memiliki kekasih makanya dia bersikap begini sama kamu, mungkin sulit baginya menerima semua ini apa lagi ini atas permintaan pak Yusman, tolong kamu untuk bersabar dan terus berdoa agar mas Yusra di bukakan pintu hatinya untuk menerima kamu dan melihat kamu sebagai istri nya bukan lagi sebagai pembantu"

Aku terkejut saat bi Isah mengatakan jika mas Yusra sebelum menikahi ku dia memiliki kekasih. Tapi yang lebih membuat aku tak habis pikir kenapa saat itu mas Yusra tidak mengatakan kepada pak Yusman jika dia sudah memiliki kekasih dan hanya diam saja malah dia menerima perjodohan ini?.

Aku bangkit dan melangkah menuju kamar mas Yusra yang berada di atas. Bibi berusaha menghentikan aku namun aku tak peduli aku ingin semua ini berakhir sekarang juga!.

"Mas... Mas Yusra! Buka pintunya mas! " aku berteriak dari luar dan menggedor pintu kamarnya. Masa bodo jika dia mau memarahiku lagi aku tak perduli.

Cek lek

"Sakit jiwa kamu ya! Dasar tidak punya sopan santun! " hardik mas Yusra. Ah sudah ku duga pasti dia akan menghardik ku dengan kata kasar nya.

"Aku tak peduli mas! Terserah kamu mau mengatai aku sakit jiwa atau apapun, aku udah kadung sakit hati sama sikap kamu mas, aku ke sini ingin kita akhiri semua ini! " ujarku menggebu-gebu sampai dadaku turu  naik saking emosi nya.

"Akhiri apa yang kamu maksud, Raya? " katanya sembari menyilangkan kedua tangannya di dada benar benar tengil sekali rasanya ingin ku cakar mukanya yang sok ganteng itu.

"Ayo kita cerai! " ajakku masih dengan nada emosi.

"Cih! Kamu yakin bicara seperti itu, kalau yakin datanglah kerumah mertua kamu" jawabnya kemudian menutup pintu dengan keras sampai membuatku terjangkit.

Bukan ini reaksi yang aku mau bukan pula jawaban yang seperti ini yang aku harapkan. Aku bicara di balik pintu yang mungkin saja di dengar oleh mas Yusra.

"Mas. Kata bi Isah kamu punya kekasih sebelum nikahin aku kan? Kenapa mas tidak menikah saja dengan kekasih kamu dan kita bercerai mas! " teriakku.

Pintu terbuka kembali dan dia berkata.

"Sinting kamu! "

Brak!!

Sabar...

...****************...

Selow update ya, soalnya masih ngerevisi novel yang satunya dengan perubahan alur juga, mohon maaf ya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!