Disebuah rumah sederhana di perkampungan, tepatnya di sebuah kamar.
Seorang gadis bertubuh gemuk terduduk diatas ranjang nya dalam keadaan menangis
wanita itu menyambar ponsel yang tergeletak disamping nya dan menggulir kontak yang hendak dihubungi nya
"ha... halo kak wid" ucap wanita itu dengan terbata saat panggilan telepon telah terhubung
"halo el gimana mau kan kerjaan nya?" tanya seorang wanita dari seberang sana
"i..Iyah kak El mau" jawabnya mencoba untuk tetap tenang walaupun rasa sesak di dadanya tak kunjung hutang
"Kamu nangis El?" Tanya wanita itu khawatir
"Jadi El besok bisa langsung berangkat kan kak?" Tanya elena, mengalihkan pembicaraan
"Iyah.. besok kakak tunggu di kota, jam 9 kamu usahakan udah sampai yah"
"Oh Iyah kak, kak El bisa minta tolong lagi gak?"
"Bisa dong, emangnya kamu mau minta tolong apa?"
"Gini kak, El mau pinjam uang"
"GK banyak kok, 500 ribu aja untuk bekal El tinggal di sana, soalnya El dari rumah GK bawa duit"
"kamu ada masalah el?"
wanita itu terus bertanya karena masih mendengar sedikit suara is akan dari seberang panggilan
"nanti el ceritain kak" jawab nya lirih
"iyaudah besok kakak kasih uang nya Oke" jawab wanita itu yang paham akan situasi yang tidak memungkinkan untuk bercerita
"iyaudah kak el tutup ya assalamu'alaikum"
"waalaikumsalam"
akhirnya panggilan pun terputus, wanita itu masih memegangi dadanya yang masih terasa sesak.
wanita itu bernama elena gresya. gadis berkulit putih bersih, rambut nya yang panjang sepunggung dengan berwarna hitam kecoklatan, bola mata nya yang berwarna coklat terang hanya saja tubuh nya gemuk.
elena masih sedikit terisak entah kenapa semua orang selalu memandang nya rendah seakan dia manusia paling tidak berguna dibumi ini
saat sedang meratapi nasib yang menimpa nya tiba tiba ponsel nya berdering pertanda pesan masuk.
elena langsung membuka nya dan memilih untuk menelpon langsung orang yang mengirim pesan pada nya
"besok bisa antar aku din?"
"jam setengah 9 kita berangkat dari sini, kan hanya setengah jam perjalanan sampai kota" pinta elena setelah panggilan terhubung
"bisa len, tapi bilang dong ada apa?" tanya wanita di seberang panggilan sana
"aku ceritakan besok ya aku tutup dulu by"
elena membaringkan tubuh nya diatas ranjang berharap hatinya akan sedikit tenang.
hanya saja itu tidak mengurangi sama sekali sakit dihati nya semuanya sudah cukup untuk di pendam dan ditahan.
elena bangkit dan memilih untuk membereskan beberapa pakaian yang hendak dibawa nya ke dalam tas ransel berwarna hitam.
malam ini tidur wanita malang itu di penuhi dengan rasa sakit. sebenarnya bukan hanya malam ini hanya saja kepandaian nya menyembunyikan rasa sakit sehingga orang melihat nya wanita kuat.
Keesokan paginya elena bangun dan langsung berlalu kekamar mandi guna membersihkan tubuh nya.
elena mengerjakan semua pekerjaan rumah nya juga tanpa menyapa seisi rumah yang cukup ramai beberapa hari ini.
setelah selesai elena masuk untuk berganti pakaian karena waktu sudah menunjukkan pukul 8lewat .
elena bersiap dengan menggunakan celana panjang berwarna hitam dipadu dengan kemeja putih garis garis serta hijab nya yang berwarna hitam.
elena sedikit memoles wajah nya dengan make up tipis agar menutupi sembab dibagian mata nya dan tidak lupa pewarna bibir natural yang menambah kecantikan wanita itu.
tok
tok
tok
"el aku sudah siap"
terdengar suara seorang wanita dari luar kamar elena sembari mengetuk pintu kamar elena.
elena langsung menyambar tas nya dan ponsel nya lalu membuka pintu kamarnya
terlihat seorang wanita dengan tubuh kurus tinggi sudah berdiri disana. wanita itu bernama dinda sahabat elena.
"kamu nangis?" tanya dinda khawatir menatap wajah sembab elena
"kita pergi" tanpa menjelaskan apa pun elena menarik dinda keluar dari rumah itu dan mendekati sepeda motor yang terparkir di depan rumah elena
"mau kemana kau?" tanya seorang wanita dengan nada ketus
tanpa menjawab elena memerintahkan dinda agar melakukan sepeda motor nya meninggalkan tempat itu.
"sudah biarkan aja mau kemana emang nya dia ga punya uang" ketus seorang wanita paruh baya.
Selama diperjalanan elena terus menundukkan kepala nya menahan nyeri pada ulu hati nya saat terus mendapat nada ketusan dari banyak orang
"len kau ga mau cerita sama aku?" tanya dinda lirih.
dinda cukup khawatir dengan sahabat nya yang tiba tiba memutuskan untuk pergi dari rumah tanpa menceritakan kejadiannya.
elena terus bungkam membuat dinda kian kalut dengan kondisi sahabat nya tetapi dinda memutuskan untuk berhenti bertanya.
setelah menempuh perjalanan selema setengah jam elena dan dinda pun sampai didepan halte pemberhentian angkutan umum.
elena dan dinda duduk disebuah bangku yang sedikit menjauh dari keramaian.
"len lihat aku" ucap dinda memegang kedua bahu elena dan menghadapkan kearah nya
hati dinda cukup sakit melihat wajah yang setiap hari selalu ceria kini terlihat sendu. mata yang biasanya terlihat berbinar kini memerah karena air mata
"ada apa? kamu mau kemana?" cecar dinda menahan perih diulu hatinya
"aku mau kerja din kak widya sudah memberiku pekerjaan dan dia yang akan menjemput ku" jawab elena menunduk
"kerja apa? sebenarnya ada apa?" dinda terus mencecar elena dengan banyak pertanyaan
"aku udah ga bisa dinda. aku udah ga sanggup setiap hari harus dihina seperti itu."
"mereka mandang aku rendah din. mereka anggap aku hanya seonggok sampah yang harus dijauhin" ucap elena berderai air mata.
Dinda tertunduk. kesabaran wanita di hadapan nya sudah habis kesabaran sahabat nya sudah melampaui batas.
dinda tahu bagaimana elena diperlakukan oleh keluarga nya hanya saja sahabat nya itu begitu pandai menyembunyikan rasa sakit nya.
"jadi kamu mau ninggalin aku?" lirih dinda yang sudah berderai air mata
elena hanya bisa menggeleng. tumbuh bersama sejak kecil membuat mereka seperti saudara kandung apa lagi selisih umur mereka hanya setahun.
"kamu mau lupain aku len?" tanya dinda lagi mencoba menguatkan hatinya untuk melepaskan sahabat nya
"aku ga bakal lupain kamu din hanya saja aku tidak ingin lagi berada disini"
dinda mengangguk paham atas apa yang sahabat nya alami. toh dia harus rela berjauhan dengan sahabat nya demi ketenangan hidup sahabat ny.
saat mereka masih mengobrol beberapa hal sebuah mobil sedang berwarna silver berhenti di depan mereka.
seorang wanita berkulit sedikit gelap turun dari mobil itu dan menghampiri mereka dengan senyum mengembang
"kak widya"
iya wanita itu adalah widya. teman lama elena yang memberikan elena pekerjaan.
"kita berangkat sekarang?" tanya widya mengelus pundak elena
elena menganggukkan kepala nya lalu memandang dinda yang masih menundukkan kepala nya
"aku pergi dulu ya jaga dirimu jangan bodoh perihal cowok lagi ya nanti aku marah" ucap elena dengan senyum kecut
dinda mengangkat wajah nya dan memaksakan senyum nya karena harus melepas sahabat nya
"aku akan selalu mengganggu mu setiap malam dengan curhatan ku" ucap dinda lalu memeluk elena
elena membalas pelukan dinda. rasanya begitu berat pergi jauh dari orang yang sangat mengerti kita
"jika nanti kita bertemu akan ku pukul kau" ucap elena melepas pelukan dinda.
setelah nya elena berpamitan dengan dinda lalu memasukkan tas nya kedalam bagasi mobil sedan itu.
saat semuanya sudah selesai elena masuk kedalam mobil itu dan menyapa seorang wanita paruh baya dan pria paruh baya yang duduk di bangku depan.
.
.
.
staytune ya bestie baru mulai nih jangan lupa dukungan buat author ya
hehe😄
Saat dalam perjalanan elena terus memandang ke arah jalan raya, pandangan nya seakan kosong pikirannya berkelana entah kemana.
saat masih larut dalam lamunan nya tiba tiba ada seseorang yang menyentuh lengan elena hingga membuat lamunan nya buyar.
secara reflek elena menoleh dan melihat seorang wanita paruh baya yang ternyata menyentuh lengan nya sembari menatap nya dengan senyuman.
"Terima ini nak" ucap wanita paruh baya yang berpenampilan glamour itu
"hah? apa ini tante?" tanya elena saat wanita itu menyodorkan sebuah amplop putih yang cukup tebal kearahnya
"ini uang nak. Terima ya, maaf ya widya sudah menceritakan semua nya tentang kamu" ucap wanita itu tersenyum hangat.
Elena memang sudah menceritakan masalahnya yang dihina dan dibully oleh keluarga nya kepada widya.
elena memandang widya yang tersenyum dan mengangguk kearah nya
"terimakasih ya tante nanti secepatnya el ganti" ucap elena menerima amplop itu dengan sungkan
"jangan terlalu terburu buru nak, anggap saja kami keluarga kamu" ucap seorang pria paruh baya yang ternyata suami wanita itu
"terimakasih banyak om tante kak widya" ucap elena dengan mata berkaca kaca.
Setelah menempuh perjalanan 4jam lamanya mobil sedan yang ditumpangi elena pun tiba didepan sebuah butik yang besar.
"kita sudah sampai" ucap wanita paruh baya yang mengantar elena
di depan butik itu sudah ada seorang wanita paruh baya juga yang berpenampilan modis dan formal, wajahnya masih cantik walaupun umurnya sudah paruh baya.
mereka semua turun, dan langsung disambut sang pemilik butik yang sengaja berdiri didepan butik untuk menunggu kedatangan mereka.
wanita itu adalah laras, pemilik butik terbesar dan terkenal di negara dan dikota ini.
"hallo jeng akhirnya sampai juga" ucap laras menyambut kedatangan mereka
"maaf ya lama menunggu tadi macet" ucap wanita paruh baya yang mengantar elena
"jeng itu anaknya cantik kan semoga dia betah ya sama kamu" ucap wanita itu memandang elena.
laras mengangguk sembari tersenyum hangat kearah elena yang juga tersenyum kearah nya
"terimakasih loh ya sudah mengantar nya kemari" ucap laras sungkan
"tidak apa jeng, kalau begitu kami pergi ya semoga betah" pamit wanita itu dan diikuti yang lainnya.
elena memberikan pelukan hangat kepada widya dan ucapan terimakasih karena sudah membantu nya.
mobil yang ditumpangi widya dan sepasang paruh baya itupun pergi meninggalkan pekarangan butik.
"ayo sayang masuk" ajak laras menggandeng tangan elena
elena menurut saja dengan mengikuti langkah laras yang terus berjalan melewati banyak staf.
elena dan laras naik ke lantai 3 bangunan ini, dengan menggunakan lift.
setelah sampai dilantai 3,laras mengajak elena masuk ke sebuah ruangan yang ternyata adalah ruang kerja laras.
elena masuk kedalam ruangan yang luas dengan interior klasic, terdapat sofa berwarna crime disudut ruangan dan rak rak yang berisi buku.
"duduk nak" titah laras mempersilahkan elena duduk disofa.
elena duduk dengan sopan disofa yang ada di hadapan laras.
"nama saya laras" ucap laras mengulurkan tangan nya
"saya elena nyonya" ucap elena mencium punggung tangan laras.
laras tersenyum hangat melihat kesopanan elena, bahkan tutur bahasa wanita ini terjaga didepan orang lain.
"umur kamu berapa sayang?" tanya laras lagi
"saya masih 17tahun nyonya" jawab elena tersenyum manis
"masih muda sekali, kenapa tidak lanjut sekolah?" tanya laras penasaran
"orang tua saya tidak ada biaya nyonya, saya tidak ingin membebani orang tua saya karena pendidikan saya" jawab elena tertunduk
laras tersenyum hangat "tidak apa sayang, kamu bekerja disini sudah lebih baik" ucap laras berpindah duduk di samping elena
"terimakasih nyonya" ucap elena antusias
"jangan panggil nyonya, panggil saja bunda" pinta laras mengelus rambut elena
"baik bunda" jawab elena tersenyum hangat.
saat mereka masih berbincang hangat tiba tiba pintu ruang kerja laras dibuka secara tiba tiba oleh seseorang.
seorang wanita bertubuh ramping dengan kulit tidak terlalu putih. serta rambutnya yang dikuncir kuda masuk begitu saja.
"dita kamu kebiasaan sayang" ucap laras geleng kepala
iya wanita itu bernama dita, dita adalah asisten laras di butik ini, dita berumur 21tahun. terlahir dari keluarga yang cukup kaya tapi memilih hidup sederhana.
"hehe maaf bunda nih laporan nya" ucap dita menyodorkan sebuah berkas kepada laras
"oh iya..."
"wahhh kamu staf baru ya, salam kenal aku dita" belum sempat laras berbicara dita sudah memotong lebih dulu
"hay kak, saya elena" jawab elena menjabat tangan dita
"aishhh tunggu sebentar ya, bunda aku pinjam toilet" dita berlari kecil menuju toilet yang ada diruangan laras.
laras hanya geleng kepala melihat tingkah absurd asisten nya yang dianggap seperti anak sendiri oleh nya.
sedangkan elena terkekeh kecil melihat tingkah dita ynng sangat lucu.
"jadi kamu mau tinggal dimes dekat gudang nak?" tanya laras sedikit enggan
tadi mereka sudah membahas perihal tempat tinggal elena, dan elena memutuskan untuk tinggal dibangunan ini saja.
memang ada tempat tinggal hanya beberapa kamar, dan itu bergabung dengan para pekerja lain yang enggan ngekost
"iya bunda, el belum tahu lingkungan sini, jadi el masih sedikit takut" jawab elena
"ahhh leganya" ucap dita yang keluar dari dalam toilet
"bunda elena aku yang ajarin cara kerja nya ya" pinta dita dengan mata berbinar
laras hanya mengangguk saja, dita langsung membawa elena keluar ruangan laras.
dita memperkenalkan elena kepada semua staf yang ada disana dan memberi petunjuk kepada elena cara bekerja disini.
elena dipekerjakan dibagian penjualan dilantai dasar, elena bertugas melayani Coustemer yang datang.
setelah semua nya elena paham, dita mengajak elena duduk disebuah sofa yang ada disudut ruangan lantai satu.
"tadi aku ga sengaja dengar percakapan kamu sama bunda, kamu bener mau tinggal dimes belakang?" tanya dita duduk di samping elena
"iya kak, saya belum tahu.."
"jangan terlalu formal sama aku, cukup aku dan kamu begitu saja atau kau biar kita lebih akrab" pinta dita dan elena mengangguk
"aku belum tahu lingkungan sini kak, jadi masih takut" jawab elena
"ohh begitu ya, gimana kalau kamu tinggal sama aku aja?" tawar dita dengan mata berbinar
"hah?"
"Terima saja el" ucap laras yang baru datang
"dita itu tinggal sendiri jadi butuh temen, nanti kamu bisa pulang pergi sama dia" usul laras duduk dihadapan mereka berdua
"gimana ya bun, el sungkan" jawab elena tertunduk
"jangan sungkan, kita akan menjadi teman baik" ucap dita dengan mata berbinar
"baiklah, nanti setiap bulannya el bakal ngasih kakak uang sewa ya" ucap elena
"tidak, aku bukan ibuk kos"
"kamu tinggal dirumah aku gratis el, kita tinggal bareng disana" ucap dita mencoba membujuk elena
"*baik, t**api aku yang beli makan ya*" jawab elena tersenyum
"kita patungan" ucap dita tertawa.
laras mengajak elena untuk masuk kedalam ruangan produksi, disana para disainer mengerjakan pekerjaan mereka dalam membuat pakaian.
"bik mah ukur baju buat el ya dia staf depan"
"baik nyonya"
Laras dan dita memperhatikan elena yang sedang diukur tubuh nya untuk membuat seragam pakaian kerja nya.
"bunda lihat kamu langsung akrab sama dia" celetuk laras yang tahu bagaimana perangai dita.
Dita bisa dibilang orang yang sulit bergaul, bahkan dengan para staf disini dia tidak terlalu ramah.
"aku seperti melihat diriku yang dulu dalam dirinya bun" jawab dita tersenyum memandang elena yang sesekali tertawa karena candaan bik mah
"semoga kalian menjadi sahabat ya" ucap laras mengelus pundak dita.
.
.
.
Hay bestie lanjut part ya, jangan lupa beri masukan buat author agar menjadi lebih baik.
jangan lupakan dukungan buat author ya 😄
Sore harinya, ketika butik sudah tutup dan dita pun selesai dengan pekerjaan nya, dita mengajak elena untuk ikut pulang bersamanya.
dari mulai datang sampai sore hari elena memang terus berada di butik, mempelajari lebih banyak lagi bagaimana cara melayani Coustemer.
Elena dan dita menaiki sebuah mobil pribadi milik dita yang berwarna putih, mobil itu dikendarai langsung oleh dita.
setelah menempuh perjalanan sekitar 20menit lamanya, elena dan dita sampai didepan sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tetapi memiliki 2lantai.
rumah yang dita tinggali dita berada di sebuah gang, terdapat banyak rumah juga disekitarnya.
"ayo masuk el" ucap dita setelah membuka pintu rumah nya.
elena hanya mengangguk, dan mengikuti langkah dita masuk kedalam rumah.
elena melihat sekeliling, rumah yang cukup luas karena tidak terlalu banyak perabotan sehingga membuat rumah ini terlihat lapang.
Elena terus mengikuti langkah dita yang menuju lantai 2 rumah ini.
"nah ini kamar kamu el"
"aku tau kamu pasti butuh privasikan, sebab itu aku beri kamu kamar sendiri" ucap dita membuka sebuah pintu kamar yang berada didepan mereka
dita mengajak elena masuk kedalam kamar itu yang akan menjadi kamar elena nantinya.
elena melihat sekeliling kamar itu, disana sudah terdapat ranjang yang bisa ditiduri oleh 2 orang, terdapat sebuah lemari pakaian yang cukup besar bagi elena.
di kamar itu juga sudah ada kamar mandi didalam nya, terdapat meja kerja didekat jendela dan sebuah AC.
"bagaimana, kamu suka?" tanya dita menatap elena
"suka kak, terimakasih ya" jawab elena tersenyum manis kearah dita
"yasudah kamu beberes dulu ya, aku juga mau mandi"
Dita meninggalkan elena di dalam kamar nya, dan tidak lupa untuk menutup pintu kamar itu.
elena mengeluarkan ponsel nya dari dalam tas, elena mengirimi dinda pesan untuk memberitahu tentang kabarnya.
setelahnya elena memasukkan semua pakaian yang dibawa nya kedalam lemari itu, serta menyusun beberapa barang yang dibawa nya.
setelah dirasa semua sudah rapi elena memutuskan untuk mandi karena hari sudah gelap.
Dita yang sudah selesai membersihkan dirinya memutuskan untuk turun ke lantai dasar.
tok tok tok
seseorang mengetuk pintu rumah dita, dita yang tadinya sedang duduk disofa langsung bangkit untuk melihat siapa yang datang.
dita membuka pintu rumah nya, dan terlihat seorang wanita dengan stelan mahasiswi kedokteran berdiri disana, rambut nya yang ikal digerai begitu saja.
"apa kau sudah membeli nya rasya?" tanya dita setelah mempersilahkan wanita itu masuk.
wanita itu bernama rasya, seorang gadis mahasiswi dibidang kesehatan, rasya adalah sahabat baik dita sejak kecil karena mereka tumbuh bersama.
bahkan rumah rasya berada di samping rumah dita, karena sudah mendapatkan tempat tinggal masing masing dari orang tua mereka, mereka memutuskan untuk tidak tinggal bersama.
"sudah dong, emang ada siapa sih kok minta beli makanan lebih?" tanya rasya yang diperintahkan dita untuk membeli makanan lebih untuk makan malam.
dita tidak menjelaskan kepada rasya tentang siapa yang ada dirumah nya, sebab itu pula rasya bertanya tanya, pasalnya selama ini mereka makan bersama dengan porsi 2 orang.
"aku punya temen baru dari butik" jawab dita tersenyum
"hah? benarkah, mana dia?" tanya rasya penasaran
saat rasya masih mempertanyakan keberadaan teman baru dita, elena turun dari lantai atas berjalan menuju arah dita
"nah itu" ucap dita tersenyum hangat pada elena, begitupun dengan rasya
"el kenalin ini rasya dia sahabat ku, rumah nya ada disebelah tetapi sering ngungsi kemari" ucap dita terkekeh
"ck kau ini, hay nama aku rasya" ucap rasya mengulurkan tangan nya
"hay kak, aku elena" elena menerima uluran tangan rasya dengan senyum lembut
"sudah berkenalan nya ayo kita makan" ajak dita yang berjalan lebih dulu kemeja makan, lalu disusul oleh rasya dan elena.
mereka bertiga melakukan makan bersama yang diselingi dengan obrolan hangat dan sesekali candaan.
setelah selesai makan mereka bertiga memutuskan untuk duduk bersama disofa, dan tidak lupa untuk menonton TV.
elena mengedarkan pandangan nya, hingga mata nya tertuju pada sebuah foto yang terdapat diatas meja kecik yang berada disamping nya.
elena mengambil foto itu, foto seorang wanita gemuk bahkan lebih gemuk dari dirinya.
"itu aku el" ucap dita saat melihat elena memperhatikan foto lama nya
"hah? benarkah, kenapa bisa seperti ini perubahan nya?" tanya elena terkejut
dita dan rasya terkekeh saat melihat elena yang memandang foto itu lalu beralih kewajah dita, dan itu terjadi beberapa kali.
"rasya yang membantuku, dulu aku sering jadi bahan bullyan orang orang, hingga akhirnya rasya kembali dari luar negeri"
"rasya marah bukan main saat melihat aku deperesi karena sering dibully, hingga akhirnya dia membantuku menjalani diet rutin dan ketat" ucap dita mengelus pundak elena
"wah hebat sekali" gumam elena yang masih bisa didengar dita dan rasya
"apakah kamu mau el?" tanya rasya melihat wajah elena
"bisakah?" tanya elena dengan mata berbinar
"tentu saja bisa nanti kita atur segalanya dita juga akan membantumu" jawab rasya melihat wajah elena yang begitu antusias
"wahhh aku mau kak" jawab elena dengan hati yang berbunga
tiba tiba, raut wajah elena berubah menjadi sendu dan itu diperhatikan oleh dita dan rasya
"apa pun masalahnya kamu jangan sedih, kamu ga sendiri el ada kamu disini, anggap kami seperti saudara kandung mu"
"iya el, aku tidak tahu masalah mu seperti apa tetapi ingat lah satu hal bahwa kamu bisa berubah"
"tunjukkan kepada mereka bahwa kamu bisa berubah, tunjukkan pada mereka bahwa kamu bisa bangkit tanpa mereka"
mendengar kata kata semangat dari dita dan rasya, membuat elena terharu dan meneteskan air mata
"terimakasih ya, padahal kita baru kenal tetapi kalian sudah sangat baik terhadapku"
"aku jadi merasa lebih berharga dari sebelum nya"
"jangan sedih, kamu tidak sendiri ada kami disini yang menemani dan selalu menyemangati mu" ucap dita mengelus pundak elena
"aku bersyukur masih bisa dipertemukan orang sebaik kalian" ucap elena yang sudah meneteskan air mata
"kamu wanita baik, ada kabahagiaan yang menunggu mu didepan sana. kami akan membantumu melewati segala rintangan nya" ucap rasya mengusap air mata elena yang membasahi pipi nya
"tetaplah jadi orang baik disaat dirimu tidak dianggap baik oleh orang lain" ucap dita memeluk elena.
kesabaran hati seseorang memiliki batas nya masing masing, ketika seseorang itu sudah cukup lelah untuk menopang rasa sakit nya, maka dia memilih untuk pergi dari pada harus menyakiti hati orang lain yang sudah menyakiti nya.
.
.
.
hay bestie dukungan kalian berharga lo buat author jadi jngan lupa tinggalkan jejak ya bestie🥰
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!