"Mah, aku berangkat dulu" pamit Tania pagi itu.
"Bekalmu semua ada di meja nak" sahut Mama yang masih berada di kamar mandi.
"Oke Mah" Tania langsung terburu berangkat ke kantornya di sebuah firma hukum terkenal di kota J.
Bahkan perusahaan-perusahaan besar banyak yang menjadi mitra dari firma hukum tempat Tania bekerja.
Mama yang barusan keluar dari kamar mandi hanya bisa geleng kepala, "Tania...Tania....usiamu bahkan sudah menginjak kepala tiga, tapi kecerobanmu tetap saja seperti anak TK" gumam mama karena melihat botol minum sang anak masih tak bergeser dari tempat semula.
Tania segera naik taksi online yang diordernya saat masih di rumah.
"Kak, langsung ke jalan Kenanga ya. Kantor Hadinoto and partners" Tania menyebutkan nama firma hukum tempat dirinya bekerja.
Sampai di kantor Tania sudah disambut oleh sang bos, karena hari ini Tania juga kosong jadwal sidang.
"Tania, ke ruanganku sebentar!" suruh tuan Hadinoto, sang bos melalui telpon.
Sudah suruh menghadap saja. Gerutu Tania.
Tania mengetuk pintu, dan terdengar jawaban masuk dari dalam.
Tania nanti siang ada pertemuan rutin dengan asosiasi lawyer. Aku harap kau bisa mewakili diriku. Mendadak badanku jadi meriang ini" ujar tuan Hadinoto.
"Eh, kok saya pak. Bukankah masih ada yang lain?" kaget Tania.
Selain itu siang ini dirinya sudah ada janji dengan pacarnya. Bahkan Tania telah pacaran dengan Benzema Abimanyu semenjak mereka Sekolah Menengah Atas.
Benzema yang dulunya seorang atlet basket waktu SMA, karena cedera akhirnya tidak meneruskan hobinya. Sekarang kekasih Tania telah bekerja di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang elektronik.
"Karena hanya kamu yang hari ini jadwalnya masih kosong. Jangan lupa tempatnya di resto mall Dirgantara" imbuh tuan Hadinoto.
"Sudah keluar sana, siap-siaplah!" suruh tuan Hadinoto.
Tania keluar dengan muka sebal, pasti sang bos menyuruhnya tanpa mau ada penolakan.
Ya dialah Tania Fahira, sosok pengacara yang gabung dengan Hadinoto and partners. Sudah dua tahun dia gabung di tempatnya bekerja sekarang. Tempat yang juga ikut membela sang ayah sewaktu menghadapi sidang pembunuhan yang didakwakan. Hingga akhirnya sang ayah mendapat hukuman seumur hidup saat palu hakim diketuk.
Tania menghubungi sang pacar, tak bisa menemuinya siang ini karena ada acara kantor yang mendadak dilimpahkan kepadanya. Dan Benzema langsung saja mengiyakan.
.
Tania bersenandung riang saat melewati depan resto dan hendak masuk ke sana.
Tak sengaja Tania melihat sang pacar yang merupakan seorang manajer keuangan di sebuah perusahaan elektronik sedang mencium seorang wanita cantik nan elegan. Tania yang terkenal bar-bar hendak menghampiri keduanya. Untuk apa? Tentu saja melabrak sang pria. Tapi nahas baginya, pintu resto yang membuka tutup otomatis tiba-tiba menutup saat Tania lewat. Alhasil kening mulusnya kejedot pintu, Tania oleng dan terjatuh tepat di antara lalu lalang orang-orang.
Semua orang melihat ke arah Tania, termasuk kedua orang yang sedang memagut kasih itu. Tania menutup muka dengan tas yang ditenteng, mau kutaruh mana mukaku. Batin Tania.
Hingga datanglah seorang laki-laki dengan pakaian kasual menyodorkan tangannya, menolong Tania.
"Bangunlah!" ucapnya.
Tania masih tak bergeming, syok dengan rasa malu yang tak terhingga.
"Mau tidur di sini?" sambung laki-laki itu.
Tania mengintip dari balik tas nya, sosok pria tampan, keren nan seksi terhidang di depan matanya.
"Heh, bangunlah" laki-laki itu hendak berdiri meninggalkan Tania.
Dengan cepat, Tania menyambut tangan yang masih tetap di posisi semula.
"Cih, ternyata semua wanita sama saja. Pake pura-pura adegan terjatuh lagi" kata laki-laki itu.
"Apa kau bilang?" Tania langsung melepas pegangan tangannya. Alhasil dia terjatuh lagi.
"Dasar ceroboh" umpat laki-laki itu.
Tania berdiri dan menolak bantuannya.
"Jangan sok jual mahal" gerutu laki-laki itu dan masih terdengar oleh telinga Tania.
Tania berbalik dan hendak menyemprot laki-laki itu dengan kata pedas yang biasa dia lontarkan. Tapi Tania kalah cepat karena orang yang dimaksud telah hilang dari tempatnya semula.
"Sudah seperti hantu cenayang saja" gumam Tania dan melangkah menuju resto yang dimaksud oleh sang bos tanpa memperdulikan Benzema yang terus melihatnya tanpa beralih dari mejanya.
"Awas saja kau Zema, tunggu pembalasanku" umpat Tania dan terus melangkah masuk ke resto tempat pertemuan diadakan. Tania sempat melihat sekilas wajah wanita yang bersama dengan Benzema.
Di sebelah sana, Benzema jelas melihat siapa wanita yang terjatuh tadi. Hampir delapan tahun dia mengenal dekat sosoknya. Benzema hendak beranjak dari duduk, tetapi dia ditahan oleh wanita yang berada semeja dengannya.
"Awas aja kalau kau menemui cewek bar-bar tadi" kata wanita itu dengan menahan lengan Benzema.
"Tapi kau tau kan aku belum memutuskan hubungan dengannya" kata Benzema.
"Kuberi kesempatan sampai besok kau untuk memutuskan hubungan dengannya" ancam wanita itu.
"Ingat Zema, ada benih yang kau tanam di perutku" wanita yang bernama Maura itu menatap tajam Benzema.
"Iya" jawab singkat Benzema. Dalam hati dia belum ikhlas kehilangan wanita yang telah mengisi hari-harinya selama hampir delapan tahun.
.
Sore hari saat jam pulang kantor, Benzema telah berdiri tegak di depan kantor Hadinoto and partners, tentu saja untuk menunggu Tania.
"Untuk apa kau kesini?" hardik Tania. Rasa kesalnya masih belum hilang sampai saat ini.
"Ada yang ingin aku bicarakan" kata Benzema lirih.
"Sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku mau pulang" ucap Tania sengit.
Benzema memaksa Tania untuk masuk ke mobil. Tania berusaha berontak, tapi masih kalah tenaga dengan cowok mantan atlit itu.
Tania hanya diam selama dalam perjalanan.
Benzema mengajak ke tempat favorit Tania. Tepi danau yang sepi dan langit jingga menemani mereka berdua.
"Untuk apa ke sini?" kata Tania dengan sengau.
Benzema menarik nafas panjang, dan akan menjelaskan apa yang dilihat Tania tadi siang.
"Maaf" hanya itu yang keluar dari mulut Benzema.
"Maaf? Untuk apa?" telisik Tania.
"Maaf, karena aku berkhianat" ucap Benzema.
"Ha...ha...terus aku harus bilang apa?" suara Tania tertawa, tapi air matanya telah meleleh di pipi tanpa bisa ditahan.
"Dia hamil anakku" kata Benzema.
"Tapi tenang saja, aku akan menceraikannya saat anak itu telah lahir. Percayalah, hanya kamu yang aku cinta Tania" ucap Benzema.
"Dasar, brengsek kau! Pergi sana!!!" tegas Tania dengan penuh rasa kecewa.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Terima kasih sudah sudi mampir ke ceritaku ini.
Jangan pelit-pelit tuk kasih like, komen, vote nya supaya popularitasnya naik dan readers semakin banyak.
Buat nambah imun othor lah, biar tambah semangat nulis 😊😊😊
Semaleman begadang, karena insomnia#karya baru telah datang, kasih like, komen biar naik popularitasnya.
Jangan lupa follow IG aku juga dong
@moenalesa_
💝
"Dasar, brengs3k kau! Pergi sana!!!" tegas Tania dengan penuh rasa kecewa.
Bukannya pergi tapi yang terjadi malah sebaliknya. Benzema mendekat dan berusaha memeluk Tania.
Sebuah tamparan keras mengenai pipi laki-laki itu.
"Pergi!!!" teriak Tania.
"Laki-laki brengs3k" umpat Tania menendang mantan atlit itu.
"Laki-laki pengecut!" Tania terus saja mengumpati Benzema.
"4njing! Bu4y4!" semua nama binatang disebutkan oleh Tania.
Benzema hanya terdiam.
Melihat laki-laki di depannya tak bergeming, Tania sudah siap pasang kuda-kuda.
Meski bukan seorang atlit taekwondo. Tania merupakan pemegang sabuk tertinggi di cabang olahraga itu.
"Oke..oke...aku akan pergi. Tapi ingat suatu saat aku akan kembali padamu" kata Benzema.
"Ha...ha....n4jis aku dekat denganmu" sarkas Tania dengan penuh emosi.
Rasa kecewa yang dirasakan olehnya begitu dalam saat ini.
"Aku tahu, kau sangat membenci pengkhianatan. Maafkan aku" ucap Benzema dan pergi meninggalkan Tania seorang diri.
Sepeninggal Benzema, Tania menangis meluapkan rasa sesak di dada.
Kekasih yang telah bersama selama delapan tahun terakhir bahkan telah tega mengkhianati.
Bayangan masa-masa indah bersama Benzema terlintas semuanya.
Tania duduk di tepian danau, sampai senja telah berganti malam.
Tania mengusap air mata. "Cukup sekali ini saja aku menangis untuk seorang laki-laki. Kamu kuat Tania" janji Tania dalam hati.
Tania melanglah gontai keluar area danau yang merupakan tempat favoritnya.
Matanya pun masih sembab dan kemerahan. Tania terus saja berjalan, sampai dering telpon mengagetkannya.
"Halo Mah" sapa Tania.
"Kemana saja, kok belum sampai rumah? Apa kau sedang sama Zema?" tanya Mama Rosa.
Dengan tersenyum getir, "Nggak kok Mah, Tania sendiri aja" beritahu Tania. Mamah nya juga belum tau hubungannya dengan Zema, padahal kemarin juga masih baik-baik saja.
"Lekas pulang!!! Nggak baik malam-malam cewek jalan sendirian" nasehat mama.
"Siap bos mama. Lope you pull Mamah Rosa" jawab Tania dengan senyum lebar.
Hanya mama lah satu-satunya yang dimiliki sekarang.
"Suami istri saja bisa divorce, apalagi aku yang hanya pacaran...he...he..." hibur Tania pada dirinya sendiri.
Tania masih saja berjalan meski sekarang dia sudah berada di tepian jalan protokol.
Dia tendang batu yang tak sengaja terinjak oleh dirinya. "Huh bikin kesal saja" umpat Tania.
Kalau hati sedang galau, batu yang tak bersalah pun salah juga.
Tania terlonjak ketika ada yang mengumpatnya dari arah depan.
"Hei kau!!!" tunjuknya ke arah muka Tania.
"Hemmm ada apa tuan?" Tania mendekat ke arah suara yang memanggil.
"Kau yang melempar batu kan?" tanyanya masih dengan bentakan.
"Bukan" jawab singkat Tania.
Laki-laki itu mendekat dan menggandeng Tania dengan kasar.
"Heh!!!" Tania gantian berteriak.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Tania masih dengan nada tinggi.
"Lihat...Lihat!!!" tunjuk laki-laki itu ke arah bodi samping mobil mewahnya yang sedikit dekok dan tergores.
"Emang kenapa?" tanya Tania dengan gaya masa bodoh.
"Hei, itu ulah kau yang melempar batu ke mobilku. Pokoknya kau harus tanggung jawab" celetuknya dengan nada tinggi juga. Mengimbangi Tania.
"Eh saudara, Tuan atau siapapun panggilanmu. Satu, aku tidak melempar batu. Dua, aku hanya menendangnya. Ketiga mana aku tahu, kalau batu itu mengarah ke mobilmu. Kalau batu punya mata pasti dia akan berbelok tidak mau menabrak mobilmu" kata Tania panjang kali lebar. Sudah seperti rumus luas suatu bangun ruang.
"Itu sama aja songong" ujar laki-laki itu menyentil kening Tania.
"Aku nggak mau tau, kau harus ganti kerugianku" ancamnya.
"Enak aja. Kerusakanmu itu hanya kecil tuan" tandas Tania.
"Lagian kalau dibawa ke bengkel juga tak akan habis banyak" seloroh Mutia tanpa rasa bersalah.
Laki-laki itu mendekati Tania.
"Aku tidak sebodoh itu nyonya!" tukasnya.
"Nyonya???? Mau kulempar lagi mobilmu dengan batu" imbuh Tania sengit.
Ujung bibir laki-laki itu sedikit mengangkat tapi tak terlihat oleh Tania.
"Terus harus kupanggil apa?" tanyanya.
"Tania, namaku Tania" malah dengan cerobohnya dia menyebutkan namanya dengan percaya diri.
"Yap, Tania kau harus ganti rugi sekarang" ucap laki-laki itu mengulang kata yang tadi.
"Nggak akan" tukas Tania sengit.
"Hei, lihat!" tunjuknya ke sebuah kamera cctv.
"Semua yang kau lakukan terekam di sana nona" ujarnya.
Tania memandang ke arah kamera cctv yang kokoh mengarah ke mereka.
"Kau tak bisa mengelak Tania" sindir orang itu.
"Huh, menyebalkan" umpat Tania.
"Hari ini apes banget nasibku" umpat Tania sambil bergumam.
Tania melangkah pergi, tapi ditahan oleh laki-laki itu.
"Enak saja, kau mau ke mana?" tanyanya.
"Ya jelas mau pulang lah" jawab Tania ketus.
"Tidak semudah itu nona. Mana kartu namamu?" ucapnya sambil menodongkan tangannya.
"Untuk apa?" kata Tania.
"Sebagai jaminan kalau sewaktu-waktu kau melarikan diri" jawabnya dengan enteng dan menyodorkan ponselnya. Laki-laki itu merebut tas Tania dan mengambil kartu nama yang tersimpan.
Tania berusaha menghalangi tapi gerakannya kalah cepat dengan gerakan laki-laki itu.
"Ketik nomormu di situ!!!" perintahnya.
"Dasar orang aneh" gerutu Tania tapi tetap saja mengetikkan nomornya ke ponsel laki-laki itu.
"Aku nggak mau kau lari dari tanggung jawab ya" selorohnya.
Tania masih memasang muka lengkap dengan tanduknya.
Laki-laki itu melambaikan tangan dengan santainya saat mobil yang dia kemudikan itu berjalan.
"Bentar-bentar, kok mukanya nggak asing ya?" gumam Tania dengan meneruskan jalannya.
Dia terus berusaha mengingat siapa laki-laki itu.
"Heh, bukannya dia laki-laki menyebalkan tadi siang" kata Tania bemonolog.
"Apes banget gue hari ini" Tania menghela nafas panjang dan mulai order taksi online yang setia mengantarnya kemanapun dia pergi.
Saat membuka ponsel, terlihat notif pesan lebih dari seratus masuk ke ponselnya. Dan itu hanya pesan dari Benzema.
"Sok peduli" umpat Tania tanpa membuka aplikasi pesan di ponsel.
Sampai rumah, Tania harus menghadapi sosok mama Rosa yang menunggunya di teras rumah. Meski hanya rumah sederhana peninggalan sang ayah, tapi rumah itu nampak asri dan terawat.
"Darimana saja?" selidik Mama.
"Kamu tau nggak, Benzema sampai berulang kali nelpon mama nanyain kabar kamu" mama Rosa geregetan dengan putri tunggalnya itu.
"Mama kan tinggal jawab aja, kalau aku belum pulang" jawab Tania.
"Dia bilang sudah beberapa kali nelpon dan kirim pesan ke kamu, tak satupun kau balas" kata mama.
"Ngapain harus dijawab. Aku sudah putus sama dia" jengah juga Tania mendapat cercaan dari mama Rosa.
"Hah? Kau putus?" mama Rosa kaget.
"Tania, apa yang kau lakukan. Benzema laki-laki baik" mama Rosa menghela nafas panjang menghadapi kelakuan putrinya.
"Kalau baik, dia tak akan menghamili wanita yang bukan muhrimnya Mah" Tania masuk kamar dan meninggalkan mama Rosa yang masih tertegun.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Terima kasih sudah sudi mampir ke ceritaku ini.
Jangan pelit-pelit tuk kasih like, komen, vote nya supaya popularitasnya naik dan readers semakin banyak.
Buat nambah imun othor lah, biar semangat nulis 😊😊😊
Ikan gurame ikan kerapu, dibakar dengan bumbu kecap#telah datang cerita baru, kasih ❤ buat othor semangat up
Jangan lupa follow IG aku juga dong
@moenaelsa_
💝
"Tania, beneran kalian putus?" tanya mama Rosa saat Tania duduk di meja makan dan baru selesai membersihkan diri.
"Bisa nggak sih bahas yang lain aja Mah" jawab Tania malas.
"Kalau ada yang nggak cocok kan bisa diperbaiki. Kalian sudah lama bersama sayang" tukas mama Rosa.
"Lamanya hubungan tak menjamin untuk sebuah keseriusan Mah, nyatanya Zema masih bisa tuh ngehamilin wanita lain. Apa mama tega membiarkan bayi yang dikandung wanita itu lahir tanpa ayah?" Tania menghela nafas berusaha menjelaskan ke mamanya.
"Betul juga katamu, ternyata Zema laki-laki tak setia. Kalau ke sini akan kuulek dia pake ulekan sambal" ucap gemas mama Rosa sambil mempraktekkan membuat sambal.
"Ha....ha....mamah lucu juga" Tania tertawa. Mama Rosa senang, sang putri bisa terhibur akkibat ulah konyolnya.
Wanita setengah tua itu ikut merasakan sedih dengan apa yang dialami putrinya saat ini. Doa nya selalu untuk Tania semoga mendapatkan jodoh yang terbaik.
.
Keesokan pagi, seperti biasa Tania selalu terburu berangkat ke kantor.
"Kau itu pasti selalu begitu, tiap pagi senengnya buru-buru" ucap mama Rosa dan menyerahkan sebuah tas bekal yang telah siap ditenteng oleh Tania.
"Makasih mama cantik, aku pergi dulu" pamit Tania mencium punggung tangan wanita yang sangat dicintai dan dihormatinya.
Angel sang asisten telah menyambut kedatangan Tania di ruangannya.
"Bos, ada rapat dadakan pagi ini" beritahunya.
"Bukannya kita ada jadwal sidang?" seloroh Tania.
"Sidang ditunda, karena terdakwa sedang sakit" lanjut Angel.
"Emang sakit apaaan nyonya Marsha?" selidik Tania.
"Demam, mungkin tubuhnya belum bisa adaptasi dengan hawa dingin lantai penjara" imbuh Angel.
"Kayak kamu tau aja" Tania terkekeh.
"Eh, beneran info yang tadi. Nanti jam delapan kita ada meeting lengkap dengan semuanya" Angel mengingatkan.
"Ada apaan sih? Big bos kok ngadain acara mendadak?" telisik Tania dan Angel hanya mengedikkan bahu. Karena berdasarkan edaran yang Angel terima mengatakan kalau akan ada perkenalan pengacara baru, tapi Angel tak mau menyampaikan sebelum Tania membuka sendiri kertas edaran itu.
"Ni surat edaran yang kuterima pagi ini" Angel menyerahkan selembar kertas yang masih terlipat rapi.
"Perkenalan pengacara baru? Aku dulu kok nggak dikenalin seperti ini ya? Bahkan ini bos sendiri loh yang mengenalkan. Pasti dia masuk sini karena koneksi" gumam Tania.
"Bisa saja sih, koneksi yang kuat" tukas Angel menanggapi. Angel termasuk asisten yang setia, karena telah menjadi asisten Tania semenjak keduanya masuk bekerja di firma hukum itu. Walau dia hanya lulusan SMA. Tania hanya mau Angel lah yang menjadi asistennya.
Tania melongok jam yang dipakainya.
"Kalau begitu aku ke ruang rapat dulu" kata Tania beranjak dari duduk, yang bahkan belum genap lima menit dia berada di sana.
Angel mengangkat jempol tanda oke.
Tania masuk ruang rapat dan mengambil tempat duduk sekenanya karena hanya dia yang baru datang.
Tania duduk dengan earphone bluetooth terpasang di telinga sebelah. Dia nampak menikmati alunan lagu yang berasal dari ponselnya.
Orang yang sering melihat Tania seperti itu, tentu tak kaget lagi dengan ulahnya. Tania si rubah, itulah julukannya di kantor. Dia akan menjadi wanita konyol jika di luar sidang, tapi kalau sudah berada di ruang siang Tania akan menjadi sosok serius yang membela kliennya.
Tuan Hadinoto selaku pemilik firma hukum memasuki ruangan, semua pengacara yang gabung dengannya pun berdiri untuk menyambut kedatangan pengacara senior itu.
Di pojokan ruangan, Tania mulai bosan dengan acara seremonial seperti itu.
"Baiklah, langsung saja akan kuperkenalkan pengacara baru yang akan gabung dengan kita semua di sini. Aku harap kehadirannya di kantor ini akan semakin memperkuat tim kerja kita" ujar tuan Hadinoto.
Dan masuklah seorang wanita muda cantik dan elegan, "Kita sambut Maura Hadinoto" sebut tuan Hadinoto dengan lantang.
Tania membelalak di sudut tempatnya berdiri sekarang. Seperti mengingat sesuatu.
"Dia ini putriku satu-satunya, lulusan hukum Amerika. Dan baru saja datang dua hari yang lalu" Tuan Hadinoto memegang bahu sang putri.
Maura Hadinoto menunduk sebagai rasa hormat terhadap yang hadir.
"Perkenalkan, saya Maura. Mohon bimbingan para senior untuk kedepannya" ucapnya penuh percaya diri.
'Bukannya dia wanita kemarin yang bersama Benzema? Kalau dia baru datang dua hari yang lalu, bagaimana bisa dia mengandung anak Benzema? Wah, ada yang nggak benar ini?' pikir Tania.
"Oh ya, putriku ini juga akan bertunangan lho. Kemungkinan dalam waktu dekat ini" seloroh tuan Hadinoto dengan mata berbinar.
"Dan kebetulan calon tunangannya sedang berada di sini" lanjut tuan Hadinoto.
"Sekalian perkenalkan dong tuan" sela tuan Felix.
"He...he...baiklah" lanjut Hadinoto.
"Zema, masuklah!" suruhnya.
"Benzema Abimanyu, soerang manager keuangan di perusahaan elektronik terbesar" kata Hadinoto dengan penuh rasa bangga menyebutkan sebuah perusahaan besar tempat di mana Zema bekerja.
Belum hilang rasa keterkejutan Tania akan kedatangan Maura, ditambah lagi dengan kedatangan Benzema.
Ternyata hati Tania tak setangguh itu. Dia keluar dengan muka yang sudah memerah, tapi air mata dia coba tahan agar tak meleleh di ruangan itu.
Tepuk tangan terdengar riuh dari dalam ruangan saat Tania menutup pintu.
Dia berlari ke arah toilet, menumpahkan segala kesedihannya di sana.
Tania, untuk apa kau tangisi para pengkhianat itu. Bisik hatinya.
Tania mencuci muka untuk mengurangi sembab di mata akibat menangis.
Saat di lorong, Tania jalan balik ke ruangannya. Entah kebetulan atau memang disengaja oleh orang di depannya. Di sana sudah berdiri Maura dan Benzema menghadang jalan Tania.
"Sayang, apa dia mantanmu?" sindir Maura.
Tania menatap tajam kedua orang itu.
"Sial" gerutunya bergumam.
Benzema hanya terpaku tak menanggapi.
"Bukannya dia cewek bar-bar yang sering kau ceritakan. Yang tak peka denganmu" lanjut Maura . Dan ucapannya mulai membakar emosi.
Tania berjalan mengacuhkan Maura dan Benzema, dia tak mau membuat kisruh dengan mereka. Anggap saja dia memang tak jodoh dengan laki-laki yang telah delapan tahun bersama.
"Cewek yang tak peka. Mana ada jaman sekarang, ciuman aja nggak mau" cibir Maura.
Tania menghentikan langkah, "Daripada dijual murah?" ejek Tania sambil membisikkan kata yang pedas kepada Maura.
"Apa maksudmu? Kau menuduhku?" Maura naik pitam.
"Hei, kau orang pintar kan? Bahkan kau lulusan luar negeri. Pasti kau tahu apa yang aku maksud" ucap Tania sinis.
"Apa maksudmu?" teriak Maura yang dipegang bahunya oleh Benzema.
"Bukankah begitu? Bahkan kau telah hamil duluan sebelum ikatan pernikahan. Apa namanya kalau bukan murahan" tandas Tania.
"Tania, apa yang kau katakan? Aku tak mengira kau akan sekejam itu" Benzema tak terima karena melihat Maura menangis mendengar ucapan Tania.
"Cihhhh...sudah seia sekata ternyata dan saling membela. Tania kenapa kau bodoh sekali" Tania menyentil keningnya sendiri, karena merasa dibodohi oleh mereka berdua.
Tania meninggalkan mereka berdua, tapi buru-buru Maura mengejar dan mencengkeram lengan Tania.
Benzema pun ikut memengangi Tania, tapi langsung ditepis oleh Tania.
Maura semakin kuat menahan Tania.
"Kalau tak ingat kau hamil, sudah kuhajar kau" celetuk Tania yang masih menahan diri.
"Apa yang kalian lakukan kepada wanitaku??" celetuk seseorang dari belakang mereka bertiga.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Terima kasih sudah sudi mampir ke ceritaku ini.
Jangan pelit-pelit tuk kasih like, komen, vote yah supaya popularitas naik dan readers semakin banyak.
Buat nambah imun othor lah, biar semangat nulis 😊😊😊
Hari Senin, vote nya kutungguin loh
Jangan lupa follow IG aku juga dong
@moenaelsa_
💝
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!