Zava seorang gadis baru menginjak usia dua puluh tahun harus merelakan masa muda untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Dari sekolah dasar Zava tidak pernah merasakan apa itu bermain dengan teman - teman seusia Zava. Jika anak - anak seumuran dengan Zava pada waktu itu bermain boneka namun tidak demikian Zava, ia harus ikut ibunya untuk jualan ke pasar ataupun berkeliling di komplek perumahan.
Sampai saat ini Walau Zava sudah melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan, ia juga masih membantu sang ibu bekerja di salah satu cafe sebagai pelayan bagi Zava apa pun itu pekerjaan yang penting bagi Zava halal.
Berkat kerja keras yang terus belajar di samping keterbatasan ekonomi tidak membuat semangat Zava luntur. Zava belajar ditengah cemoohan yang ia dapat dari teman satu kelas bahkan orang yang di sekeliling Zava karena hanya seorang orang tua nya yang miskin.
Zack pria dewasa yang sudah ber umur tiga puluh tiga tahun memiliki sifat dingin, datar serta kejam tidak ada kata maaf bagi seorang pengkhianat.
Perusahaan yang Zack bangun dengan kerja keras tanpa membawa nama keluarga sehingga ia bisa mencapai kesuksesan hingga saat ini.
Walau tidak tinggal satu atap bersama kedua orang tua serta adek nya tidak membuat Zack lupa dengan keluarga yang sudah membesar memberi kasih sayang sampai saat ini.
Mama Zack terus mendesak agar Zack segera membawa calon menantu ke mansion utama untuk dikenalkan pada keluarga
Zack memang pada dasar tidak mau mengikat serta repot dengan namanya wanita hingga Samapi saat ini ia tidak memiliki teman wanita yang biasa di bilang pacar.
Bukan tidak ada yang mau menjadi pacar Zack bayangkan saja dengan status Zack yang pengusaha sukses serta tajir melintir harta yang tidak akan habis tujuh turunan siapa yang tidak mau dengannya.
Kembali lagi Zack tidak mau direpotkan dengan namanya wanita. Zack selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan berpikir bagai mana perusahaan yang ia bangun bertambah berkembang serta menghasilkan pundi - pundi setiap saat.
Ayah Zava menjalankan perusahaan yang di beri wewenang oleh istri yang ia nikahi setelah menceraikan ibu Zava.
Ayah Zava mengalami kesulitan karena perusahaan yang ia kelola hampir bangkrut.
Ayah Zava berniat menemui Zack pengusaha sukses di negara ini bahkan di dunia untuk menyuntik dana ke perusahaan yang ia kelola hampir di ujung tanduk.
"Maaf tuan, apa saya bisa bertemu dengan tuan Zack"?. Ayah Zava menyapa sekretaris Zack sebelum menemui CEO yang akan ia minta bantuan. Hanya ini jalan satu-satunya bagi ayah Zava agar perusahaan bisa stabil.
Sekretaris Zack mendongak melihat siapa yang ingin bertemu dengan sang atasan di waktu bisa di bilang masih pagi begini.
"Maaf tuan, apa sudah buat janji"? Sekretaris Zack bertanya pada ayah Zava yang sedang berdiri di meja hadapannya saat ini.
"Pertama saya minta maaf tuan karena belum buat janji untuk bertemu dengan tuan Zack". Karena saya sangat memerlukan pertolongan dari tuan Zack maka dari itu saya ber inisiatif untuk datang langsung dan tidak membuat janji terlebih dahulu.
"Mohon tunggu sebentar tuan". Sekretaris Zack menelpon sang bos untuk meminta persetujuan apa mau bertemu tamu saat ini.
Ayah Zava yang mendengar jawaban dari sekretaris Zack bisa bernapas lega setidaknya ia masih punya harapan jika kunjungan hari ini membuahkan hasil yang diharapkan.
"Semoga saja tuan Zack bersedia memberi bantuan". Dengan begitu perusahaan bisa di selamatkan. Batin ayah Zava berharap mendapat bantuan tempat ia datangi ini Zava gadis yang baru menginjak usia dua puluh tahun harus menjadi tulang punggung keluarga. Terlahir anak sulung dari tiga bersaudara. Sejak ayah Zava bercerai memilih wanita lain demi kehidupan yang lebih baik meninggalkan istri serta Zava dan ke dua adek nya yang juga masih kecil.
Ibu Zava membuka usaha kecil - kecilan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Tentu Zava tidak biasa tinggal diam ia juga bekerja part time di salah satu cafe sebagai pelayan untuk membantu sang ibu.
Zava kuliah dengan beasiswa prestasi yang ia dapat. Dengan kesibukan juga harus tetap mempertahan kan beasiswanya.mengingat banyak perusahaan yang tidak bersedia menyuntikan dana ke perusahaan tersebut.
Embun yang jatuh ke bumi membuat sebagian penduduk bumi enggan untuk beranjak dari ranjang. Masih betah di bawah selimut di atas ranjang yang empuk.
Namun tidak berlaku buat seorang gadis di sebuah rumah yang sederhana namun penuh kebahagiaan yang mereka ciptakan sendiri.
Setelah melaksanakan sholat subuh Zava bergegas ke dapur untuk menyiapkan jualan seperti hari biasa sebelum Zava pergi ke kampus.
Di dapur Zava biasa melihat seorang yang yang tak lagi muda sedang sibuk memegang sendok memasukan sesuatu ke dalam wadah.
"Ya ALLAH berikan aku kesempatan untuk bahagian ibu juga adek -adek". Tanpa sadar air mata Zava jatuh ke pipi putih nan lembut tersebut tanpa polesan make up.
"Ibu,Kan Zava uda bilang biar Zava aja yang kerjain". Zava memang melarang sang ibu untuk turun langsung ke dapur untuk menyiapkan dagangan untuk di jual nanti.
"Kamu uda bangun nak". Ibu Zava tidak menjawab larangan dari sang anak,Ibu Zava juga tidak tega membiarkan Zava mengerjakan sendiri
Belum lagi Zava yang kerja sambil kuliah.
"Ibu minta maaf ya nak". Ibu Lili kasian melihat anaknya juga harus jadi tulang punggung keluarga yang seharusnya menikmati masa muda dengan seusia Zava.
"Ibu jangan menangis, Zava iklhas jalani ini semua Bu asalkan tetap sama ibu juga adek-adek itu uda cukup buat Zava". Ya ALLAH beri ibu kesehatan biar bisa lihat Zava sukses. Batin Zava menangis dalam diam.
Menjelang pagi semua dagangan Zava sudah selesai tinggal untuk di jual oleh ibu Lili.
"Zava bangunin adek - adek dulu Bu". Zava berlalu dari dapur setelah memberi tahu ibu Lili untuk melihat Olisa, Zaki untuk bersiap ke sekolah.
Zava masuk ke kamar si bungsu Olisa terlebih dahulu karena adiknya ini yang paling susah di bangunin tidur. "Sayang, Olisa bangun uda pagi siap - siap untuk ke sekolah dek". Zava dengan lembut mengusap pipi Olisa.
"Iya kak, lima menit lagi". Olisa bergumam masih menutup mata. Zava yang melihat sangat gemas dengan Si bungsu.
"Oke kakak tunggu, nanti kita sama -sama serapan cepat bangun nanti telat Olisa". Zava pergi dari kamar Olisa akan melihat Zaki sudah siap atau belum. Zaki memang sudah biasa bangun sendiri tanpa di bangunkan. Zava hanya ingin memastikan adek nya itu uda bangun atau belum.
"Zaki kamu uda siap aja, makin hari adek kakak makin ganteng aja nih". Zava menggoda Zaki yang sudah rapi dengan seragam SMA siap untuk serapan sebelum berangkat ke sekolah seperti biasa.
"Iya dong siapa dulu Zaki". Emang seperti ini lah keluarga Zava, walau tumbuh tidak mendapat kasih sayang seorang ayah Zava juga ke dua adek ya sudah terbiasa.
"Ayo kita keluar ibu pasti uda nunggu buat serapan". Zava kembali ke dapur setelah melihat ke dua adiknya.
Tak lama Zava tiba di dapur untuk serapan. Olisa, Zaki datang dengan pakaian seragam yang sudah rapi.
"Pagi ibu". Zaki Olisa kompak menyapa Ibu Lili yang lagi menyiapkan serapan untuk mereka.
"Pagi juga anak ibu yang ganteng juga cantik". Ayo kita serapan sayang nanti kalian telat sampai sekolah ibu Lili menyuruh Olisa Zaki dan juga Zava serapan.
Di Mansion Zack
Vino asisten Zack sudah mengerutu bagai mana tidak, belum juga ayam berkokok nyonya besar Mommy dari Zack sudah menelpon menanyakan keberadaan putranya pada Vino. Disinilah Vino sekarang di mansion Zack.
Zack yang pulang dari klub setelah menemui kliennya pulang larut malam tidak mendengar hp yang terus berbunyi karena kelelahan.
"Mana sih si anak mami". Vino terus melihat jam di pergelangan tangan hampi jam sepuluh pagi namun si bos juga belum bangun.
Vino ingin ke lantai dua di mana kamar Zack. Namun tidak enak mengingat Zack yang ada menemui klien pasti kelelahan akibat pulang larut malam.
Vino memutuskan untuk menunggu Zack bangun dengan sendirinya. Lagian kalau Vino menganggu tidur sang tuan kejam itu pasti akan terkena imbasnya lebih baik menunggu. Batin Vino sambil melihat ke lantai dua berharap Zack segera turun.
Doa Vino terkabul karena setelah itu Zack turun rapi dengan jas mahal yang melekat di tubuh atletis Zack dengan sempurna.
"Pagi tuan". Vino menyapa Zack setelah sampai di bawah. Seperti biasa Zack hanya menoleh tanpa menjawab sapaan dari Vino.
"Apa mami ada telpon kamu"?. Zack bisa menebak pasti sang ratu sudah menelpon Vino, melihat banyak panggilan dari sang mami yang tidak ia jawab.
"Ia tuan". Jawab Vino
Zack tidak lagi bertanya berjalan menuju meja makan untuk sarapan walau jam sudah lewat untuk dikatakan sarapan pagi.
Hari ini Zava berangkat kampus agak siangan karena Zava tidak ada kelas pagi. Zaki Olisa sudah berangkat ke sekolah sekitar setengah jam yang lalu. Kini Zava melakukan pekerjaan rumah sebelum nanti berangkat ke kampus agar ketika ibunya pula g tidak capek lagi membereskan rumah.
Kembali Ke Mansion Zack
Zack selesai sarapan bergegas ke kantor, Vino memberi tahu bahwa sekitar satu jam lagi ada meeting dengan perusahaan luar negeri.
Vino membuka pintu mobil untuk Zack masuk. Kemudian melaju menuju perusahaan milik Zack.
Zava tiba di kampus setelah menganyu sepeda di bawa trik matahari yang panas namun tidak membuat Zava mengeluh akan hal itu.
"Zava"
Zava menoleh melihat orang yang tidak pernah menyerah walaupun sudah Zava katakan tidak mau pacaran saat ini Zava hanya ingin fokus dengan kuliah.
Akseno senior Zava yang menyukai sejak Zava menginjakan kaki di kampus ini. " Kamu baru datang Va"?. Aku dari tadi cari kamu. Akseno berjalan mendekati Zava yang berdiri tidak jauh dari depan kelas Zava.
"Iya kak, ada apa kak Akseno cari Zava?. 'Nanti kamu ada waktu ngak Va'? Seno berencana mau mengajak Zava kumpul dengan teman - teman kampus nanti.
Zava menggeleng pelan bahwa dia tidak bisa. " Nanti Zava masuk kerja jam setengah empat kak, maaf ya kak Zava tidak bisa".
"Oh gitu ya Va, ok lain waktu kalau aku bawa mau ya Va". Seno berharap Zava mengiyakan ajakan saat ini walau bukan hari ini Zava ada waktu.
"Iya kak nanti Zava usahain deh kak". Zava tidak enak dengan Akseno yang terus mengajak Zava untuk jalan maupun sekedar minum di cafe pun Zava tidak pernah pergi.
"Kalau gitu Zava duluan ya kak bentar lagi kelas Zava di mulai". Zava pergi menuju kelas yang tak jauh dari mereka saat ini.
Akseno mengangguk melihat kepergian Zava untuk masuk kelas. "Kenapa kamu susah banget sih Va aku ajak pergi". Seno membatin melihat gadis yang sudah lama mengisi hatinya.
Sekitar empat puluh menit Zack sampai di perusahaan yang menjulang tinggi yang melambangkan betapa sukses pemilik gedung raksasa itu.
Zack di ikuti asisten pribadinya itu masuk ke perusahaan semua karyawan yang melihat CEO mereka lewat diikuti asisten Vino menunduk memberi salam pada ke dua orang tersebut. Seperti biasa Zack maupun Vino hanya melihat sekilas dan menampilkan muka datar mereka saja. Namun semua karyawan sudah memaklumi tingkah bos maupun asisten bos nya itu.
Zack menuju lift khusus CEO untuk mencapai gedung paling tinggi itu di lantai delapan puluh sembilan di mana ruangan Zack berada.
Lift terbuka Zack berjalan untuk masuk ke ruangan CEO dengan Vino yang setia mengikuti dari belakang.
"Jam berapa meeting"? Zack bertanya pada Asisten Vino setelah duduk di kursi kebesaran dengan nyaman.
"Lima belas menit lagi tuan, asisten Vino membuka tablet mewah tersebut untuk melihat agenda hari ini".
"Baiklah kamu bisa keluar". Zack menelpon nyonya besar setelah ia sudah sendirian di ruangan itu.
dret
dret
dret
Panggilan ke tiga Zack di angkat. "Hell" belum sempat Zack menyapa orang yang berada di seberang Zack sudah di tanya dengan pertanyaan bertubi - tubi.
"Kamu sengaja tidak mau angkat telpon dari mami Zack, dari mana aja kamu semalam mami coba telpon tapi kamu tidak angkat, apa kamu uda lupa bahwa kamu masih punya keluarga". Mami Zack menceramahi Zack dengan satu tarik napas tidak habis pikir dengan tingkah putra sulung yang saat ini sudah menginjak usia tiga puluh tiga tahun itu.
Zack yang tidak lagi mendengar keluhan dari sang mami mulai membuka mulut. "Mi bukan Zack tidak mau mengangkat panggilan dari mami, semalam Zack pulang uda larut malam setelah ketemu klien Zack mi". Zack sudah biasa menghadapi tingkah maminya yang selalu mengkhawatirkan dirinya padahal bukan lagi anak kecil. Batin Zack menggeleng kepala walau tidak di lihat oleh mami Jia.
"Zack jangan bilang kamu menghabiskan waktu bersama wanita yang tidak benar di luar sana". Mami Jia paling tidak suka Zack bermain dengan wanita malam.
"Ngak mi, Zack ingat apa yang mami bilang pada Zack". Tapi sesekali boleh aja kali batin Zack tersenyum - senyum mengingat kegiatan panas bersama wanita bayaran nya.
Mami pegang janji kamu. "Oh ya mami mau nagih janji sama kamu sayang"? Kapan kamu mau bawa calon mantu mami ke rumah"?
Pasti ujung - ujung yang di bahas pasti calon mantu. Zack tidak lagi menangapi pertanyaan dari mami Jia memilih mengalihkan pembicaraan mereka itu lebih baik.
"Mi udah dulu Zack ada meeting bentar lagi". Zack sengaja mengakhiri pembicaraan dengan mami Jia dari pada pembicaraan mereka tidak akan ada ujung jika menyangkut calon mantu yang di minta oleh mami Jia.
"Kamu sengaja menghindari apa yang mami tanya Zack"?. Mami Jia mulai emosi jika membahas calon menantu pada putra sulung nya ini pasti akan selalu menghindar dari mami Jia.
"Ngak mi, emang Zack sebentar lagi ada meeting dengan klien dari luar negeri". Ngomong dengan mami Jia harus ekstra sabar apalagi Zack tidak mau menyakiti wanita yang telah melahirkan dirinya ke dunia.
"Tapi kamu harus secepatnya membawa calon mantu mami ke rumah, kamu mengerti Zack"?
Zack yang tidak mau membahas mengenai calon menantu pada mami Jia mengiyakan saja. Agar urusan cepat selesai untuk saat ini itu aja yang dipikir oleh Zack.
"Oke mi, Zack tutup dulu telpon nya mi". Setelah mengakhiri telpon dengan mami Jia Zack bisa bernapas lega setidaknya untuk hari ini aman dari pertanyaan mengenai calon mantu dari mami Jia.
Kelas Zava sudah selesai beberapa menit yang lalu. Sekarang Zava bersiap mengambil sepeda yang ia parkir di bawah pohon tempat yang paling aman menurut Zava untuk menyimpan perpanjang dari kaki untuk mengantar Zava ke kampus.
Karena Zava berjalan tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar, tidak sengaja menabrak orang yang berjalan di depan Zava.
Zava yang tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya pun terjatuh. Orang yang Zava tidak tahu itu siapa hanya melihat sekilas tanpa ada niatan menolong.
"M maaf kak". Zava melihat mata tajam pria itu seakan ingin melahap Zava hidup - hidup langsung menciut tidak berani lagi buka suara.
Tanpa mempedulikan Zava, pria yang Zava tabrak tadi langsung pergi tanpa menyahuti permintaan maaf dari Zava.
Zava bisa menebak orang yang baru ia tabrak tadi pasti seniornya itu yang ada dalam pikiran Zava
"Hello tunggu saya sebentar lagi akan sampai". Pria yang menabrak Zava tadi mengakhiri pembicaraan di telpon segera mengambil barang yang akan di gunakan nanti ketika memberi materi kuliah.
"Dasar es batu orang minta maaf malah di cuekin untung ganteng". Zava masih saja ingat dengan jelas bagaimana ekspresi pria yang tidak sengaja ia tabrak tadi.
Selesai meeting Zack kedatangan tamu yang di beri tahu oleh asisten Vino. Karena belum buat janji dengan atasan Vino memberi tahu kedatangan CEO perusahaan Elson yang bergerak di bidang property. Karena Zack bersedia menemui tuan Erwin yang merupakan CEO perusahaan Elson, Vino mengantar tuan Erwin ke ruangan Zack.
Erwin menunduk untuk menyapa Zack. "Apa tujuan anda kesini tuan"? Ini lah sifat Zack yang terkenal di kalangan bisnis tidak akan terkejut dengan sifat CEO perusahaan yang bergerak hampir di tiap bidang yang di kuasai di kancah lokal bahkan internasional dengan sikap Zack tanpa basi langsung pada inti pembicaraan.
"Terimah Kasih atas kesedian tuan yang mau menerima saya". Erwin membuka obrolan dengan mengucap terima kasih pada Zack walau bagaimana Erwin sangat bersyukur dengan Zack yang mau menerima kunjungan dirinya di perusahaan jika di banding dengan perusahaan Elson yang ia pimpin saat ini.
Zack hanya menoleh sekilas tanpa merespon lawan bicara yang ada di hadapannya saat ini.
"Begini tuan maksud kedatangan saya ke sini saya ingin minta bantuan pada tuan jika berkenan menyuntikan dana untuk perusahaan yang saya pimpin karena kami sekarang lagi membutuhkan dana yang cukup besar tuan". Dalam hati Erwin berdoa agar orang yang ia kunjungi saat ini berkenan memberi bantuan karena sudah banyak yang Erwin minta bantuan namun tidak ada yang bersedia.
"Apa jaminan kalau saya bersedia memberi anda bantuan"? Zack melipat tangan di depan dada melihat ekspresi lawan bicara yang sedang menampilkan ekspresi tak dapat di tebak.
"Saya akan melunasi hutang saya secepat mungkin tuan". Erwin menjanjikan sesuatu hal yang juga dia tidak yakin dengan ucapanya saat ini.
"Nyawa taruhan jika apa yang keluar dari mulut anda tidak bisa anda tepati tuan Erwin". Zack
Erwin yang mendengar ucapan Zack langsung panik bagai mana pun Zack memang terkenal kejam dengan orang yang berkhianat dengan ucapan yang tidak menepati janji.
"Akan saya usahakan sebisa saya tuan". Erwin langsung meralat ucapan setelah mendengar pernyataan dari Zack lebih tepat seperti mengancam bagi Erwin.
Begini saja tuan Erwin." Saya memberi anda solusi berikan jaminan saya yang bernyawa juga bisa saya manfaatkan sebelum anda bisa membayar apa yang saya berikan pada anda nanti". Apa yang Zack ucapakan mekin bikin kepala Erwin pusing.
"Sekarang anda boleh pergi, kembali jika anda sudah punya jaminan untuk hutang anda". Zack melirik Vino agar membawa segera orang yang di ruang untuk keluar.
Vino mengerti dengan lirikan Zack langsung mepersilakan Erwin untuk segera meninggalkan ruangan Zack.
"Silakan tuan saya antar anda kedepan". Erwin yang mengerti dengan pengusiran secara halus itu langsung mengikuti Vino untuk segera beranjak dari hadapan Zack.
Di karena Zava shif Samapi malam cafe juga akan tutup tergantung pengunjung yang tidak ada lagi baru lah Zava bisa pulang juga rekan Zava yang lain.
Alasan Zava masih bertahan di tempat sekarang ia megais rezeki juga bonus yang di dapat juga sesuai yang mereka lakukan.
Jam 22.30
Zava sampai di rumah dengan menggunakan sepeda yang biasa Zava gunakan untuk ke kampus. Di luar Zava bisa mendengar suara yang tidak asing di telinga Zava. Karena pintu juga tidak tertutup suara dari dalam jelas oleh Zava.
Zava masuk ke dalam rumah melihat ayahnya yang sedang serius bicara sama ibu Lili. Zava tidak tahu perihal apa yang membuat ayahnya sampai kesini.
"Ingat apa yang saya katakan tadi, jika tidak mau hal buruk yang terjadi pada putri mu itu". Erwin segera meninggalkan kediaman mantan istri nya itu.
Ibu Lili menangis, apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Zava atas perjanjian yang mereka lakukan demi kepentingan keluarga mantan suaminya yang harus melibatkan Zava.
"Ibu..ibu kenapa"? Zava memeluk wanita yang sedang menangis itu untuk menenangkan ibunya sedang menangis yang jelas Zava tahu pasti ada kaitan dengan ayah nya yang datang.
'Ayah kamu Zava'. "Iya kenapa dengan ayah Bu"? Zava juga penasaran apa yang bikin lelaki egois itu datang menemui ibunya.
"Dia minta kamu mau berkorban sedikit walau bagaimanapun kamu tetap putrinya". Itu yang ayah kamu bilang. Tapi ibu juga tidak tahu apa maksud perkataan dari ayah kamu. Sayang.
"Ya ALLAH semoga ayah ngak lakuin hal yang bakalan di buat ibu sedih". Zava menangis dalam diam.
Bersambung
Selamat Membaca
Semoga Terhibur
Jangan Lupa Like dan Komen
Terima Kasih 💞
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!