Bagas meremas ponsel yang saat ini ada dalam genggamannya. Laki-laki itu menggeram marah. Rahangnya mengeras dengan tangan mengepal.
Amarahnya naik ke ubun-ubun ketika menyaksikan video singkat acara resepsi pernikahan Sean dan Kanaya.
Bisa-bisanya laki-laki bajingan itu menikah di atas penderitaan Sandra.
Brengsek!
Sialan!
Bagas berkali-kali mengumpat dalam hati.
Bimo merampas ponsel di tangan Bagas kemudian memasukkannya ke dalam saku kemejanya. Laki-laki itu mencebik kesal melihat Bagas begitu emosi setelah dirinya memperlihatkan video pernikahan pengusaha muda yang kini sedang naik daun, Sean Ibrahim.
"Sebentar lagi kamu keluar dari sini. Setelah kamu keluar, kamu bisa langsung menemui wanita idamanmu itu."
"Lagipula, bukankah ini bagus untukmu? Saat kamu keluar nanti, kamu bisa menghiburnya kemudian mulai mengejarnya tanpa ada penghalang," lanjut Bimo.
Mendengar ucapan Bimo, Bagas terdiam. Laki-laki itu memikirkan kata-kata yang keluar dari mulut sahabat sekaligus asistennya itu.
Bimo benar, jika Sean menikah lagi, paling tidak, dia tidak punya saingan untuk mendapatkan Sandra. Model cantik yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak selama hampir dua tahun.
Apalagi, selama hampir dua tahun ini Bagas hidup di balik jeruji. Laki-laki itu dipidana selama dua tahun penjara atas percobaan pemerkosaan. Hukuman yang jauh lebih ringan dari seharusnya.
"Kamu tetap awasi dia. Jangan sampai dia mendapatkan masalah sekecil apapun itu. Kamu mengerti 'kan, Bim?"
Bimo mengangguk paham. "Kamu tenang saja, wanitamu aman bersamaku." Bimo menepuk dada dengan jumawa.
"Selama setahun ini, Anisa selalu menemaninya kemanapun dia pergi," lanjut Bimo. Anisa adalah istrinya. Perempuan yang saat ini dipercaya oleh Sandra sebagai asisten pribadinya.
"Baiklah, terserah bagaimana caramu menjaganya, yang jelas, saat aku keluar dari sini, aku ingin melihatnya baik-baik saja."
Bimo mengangguk. "Serahkan semuanya padaku. Aku akan menjalankan semua tugasku dengan baik."
Bimo bangkit, laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan ruangan itu setelah urusannya dengan Bagas selesai.
***
Di negara yang berbeda, Sandra saat ini sedang berada di atas catwalk. Perempuan itu berjalan penuh percaya diri memperagakan busana para desainer terkenal di negara itu.
Berkat kegigihannya, Sandra kini menjadi seorang model yang cukup diperhitungkan di dunia modelling. Beberapa brand terkenal di negara itu bahkan mempercayai Sandra untuk menjadi ambassador mereka.
Sungguh impian Sandra yang akhirnya terwujud. Setelah hampir dua tahun berpisah dengan Sean, Sandra akhirnya membuktikan kalau dirinya bisa sukses dan bisa berdiri sendiri di atas kakinya tanpa bantuan lelaki itu.
Mungkin pemikiran Sandra memang benar. Namun, yang sebenarnya Sandra tidak pernah tahu, kesuksesan yang saat ini diraihnya tentu saja tidak jauh dari campur tangan Sean di dalamnya.
Tanpa sepengetahuan wanita itu, Sean terus mengawasi dan memperlancar pekerjaan Sandra. Sean melakukan semua itu atas kemauan Kanaya yang tidak ingin Sandra mengalami kesulitan di manapun wanita itu berada.
Kejadian yang menimpa Sandra hingga dirinya memutuskan untuk bercerai dengan Sean membuat Kanaya mengkhawatirkan sahabat sekaligus mantan madunya itu.
Sandra mendudukkan bokongnya di atas kursi. Model cantik itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Anisa mendekati Sandra dengan membawa satu gelas jus mangga kesukaan Sandra.
"Minumlah! Kamu pasti haus." Anisa menyodorkan gelas itu pada Sandra.
"Makasih, Nis." Sandra tersenyum sambil menerima gelas berisi minuman kesukaannya itu.
"Kamu pasti lelah. Biarkan aku memijit kakimu sebentar." Tanpa menunggu jawaban dari Sandra, perempuan itu sudah melepaskan Stiletto setinggi 10 centimeter itu dari kaki Sandra.
Sandra tersenyum, membiarkan Anisa melakukan apa yang dia inginkan. Sandra sangat tahu bagaimana watak asisten pribadi sekaligus managernya itu. Anisa tidak bisa dibantah saat sedang melakukan sesuatu untuk dirinya.
Wanita itu pasti akan melakukan apapun untuk kebaikan dirinya. Bagi Anisa, kesehatannya adalah yang terpenting.
Jika mengingat semua kata-kata Anisa, Sandra tidak bisa tidak tersenyum. Gadis cantik itu benar-benar sangat perhatian.
"Setelah ini, kamu masih ada beberapa pekerjaan lagi yang harus diselesaikan. Jadi, sebagai asisten pribadimu, aku harus memastikan kalau kamu siap dan sehat untuk melakukan pekerjaanmu." Kata-kata ajaib yang hampir setiap hari keluar dari mulut Anisa.
"Kamu tenang saja, aku baik-baik saja selama ada kamu di sisiku."
Anisa tersenyum menatap sang model. Kedua tangannya dengan cekatan bergerak memijat kaki Sandra.
Aku akan memastikan, kalau kamu baik-baik saja Sandra, karena itu memang sudah menjadi tugasku.
BERSAMBUNG ....
Halooooo aku datang bawa kisah Sandra dan Bagas. Buat yang merasa penasaran dengan kisah mereka, yuk, ikutin terus kelanjutannya.
Sandra menatap video yang dikirimkan oleh seseorang melalui ponselnya. Video pernikahan Sean dan Kanaya yang berlangsung sangat meriah.
Wanita cantik itu mengembuskan napas panjang. Setelah dua tahun lamanya tidak ingin mendengar tentang mantan suaminya itu, sekarang dirinya justru mendapatkan kabar kalau Sean sudah menikah resmi dengan Kanaya.
Tetapi, bukankah memang ini yang dia inginkan? Memberikan kesempatan pada Sean dan Kanaya untuk bersama. Sudah cukup lama cinta mereka terhalang oleh dirinya.
Semoga pengorbananku tidak sia-sia. Aku sudah mengalah pada kalian, jika kalian tidak bahagia, aku pasti akan sangat menyesal.
Sandra kembali menghela napas panjang. Model cantik itu meletakkan ponselnya di atas nakas, kemudian membaringkan tubuhnya. Sandra memilih tidur untuk mengistirahatkan tubuh dan otaknya agar besok pagi, dia kembali fit.
Besok pagi, model cantik itu harus menjalani beberapa sesi pemotretan dan juga peragaan busana yang akan banyak menyita waktunya.
Pekerjaannya sebagai model terkenal adalah impiannya. Kini, impian Sandra sudah terwujud. Hampir semua orang di dunia modelling mengenalnya. Banyak sekali orang-orang yang merasa bangga sekaligus iri terhadap ketenarannya saat ini.
Namun, Sandra tetaplah Sandra. Terlepas dari keegoisan dan ambisinya, Sandra tetaplah gadis cantik yang sangat baik dan tidak sombong.
Sandra sangat menikmati pekerjaannya. Bagi Sandra, pekerjaannya yang sangat padat justru menjadi penyembuh luka di hatinya secara perlahan.
Seperti saat ini, melihat Sean dan Kanaya bahagia dan melangsungkan resepsi pernikahan mereka, Sandra terlihat bahagia. Tidak ada kemarahan ataupun kesedihan, yang ada, perempuan itu justru mendoakan yang terbaik untuk sahabat dan mantan suaminya itu.
Hidupku sangat baik sekarang. Semoga saja, untuk ke depannya, semua akan berjalan lancar sesuai keinginanku.
Sandra berdoa sebelum akhirnya memejamkan mata untuk beristirahat.
****
Beberapa bulan berlalu, karir Sandra semakin menanjak. Melihat popularitas Sandra semakin naik, Sean akhirnya memutuskan untuk tidak membantunya lagi.
Kerja keras Sandra membuat semua klien yang membutuhkan jasanya sangat puas hingga akhirnya, Sandra pun dipercaya oleh mereka karena kemampuan dan kerja kerasnya.
Semakin banyak perusahaan yang ingin memakai jasa Sandra sebagai brand ambassador mereka. Sandra bukan hanya dikenal di dunia modelling saja. Perempuan itu juga dikenal banyak orang lewat beberapa iklan yang dia bintangi.
Melihat kepopuleran Sandra, Sean dan Kanaya merasa sangat bahagia. Kini, mereka bisa melepas Sandra. Sean memutuskan hanya mengawasi Sandra dan memastikan kalau perempuan itu baik-baik saja di luar sana.
Sean sudah tidak ikut campur tangan lagi dengan urusan pekerjaan Sandra karena perempuan itu memang sudah bisa diperhitungkan kemampuannya.
Sean hanya menjaganya dari jauh. Kejadian yang menimpa Sandra beberapa tahun yang lalu membuat Sean merasa bersalah karena saat itu dirinya tidak bisa menjaga wanita itu.
Sandra sedang berbelanja saat tiba-tiba dirinya hampir saja terjatuh karena didorong oleh seseorang.
Sandra menatap tajam ke arah wanita cantik yang tiba-tiba mendorongnya dengan sengaja itu. Kedua bola mata besarnya menyipit.
Wajah wanita itu sama-sama berwajah Asia seperti dirinya. Bahkan dari wajahnya, Sandra sangat yakin kalau wanita itu pun berasal dari negara yang sama seperti dirinya.
"Dasar ******! Berapa uang yang kamu bayar pada mereka sampai-sampai kamu bisa sesukses ini?" Wanita tak dikenal itu tiba-tiba membentak Sandra.
"Atau, jangan-jangan kamu menggunakan tubuh murahanmu untuk merayu mereka?"
Plak!
Suara tamparan terdengar begitu keras saat Sandra dengan tangan gemetar langsung menampar wanita cantik berpakaian seksi di hadapannya itu.
Wanita itu melotot kaget. Wajahnya terlempar ke samping. Kedua netranya menatap tajam ke arah Sandra.
"Brengsek! ****** sialan! Berani-beraninya kau menamparku!" Wanita menggeram marah. Tubuhnya yang tinggi langsung menyerang Sandra dengan penuh amarah.
Namun, belum sampai dia menyentuh Sandra, seseorang tiba-tiba datang dan langsung mencengkeram tangan wanita di hadapannya.
"Jika tangan ini berani menyentuh dia, aku akan mematahkannya sekarang juga!"
Sandra menatap punggung lebar yang kini berada di hadapannya. Merasa penasaran, model cantik itu mendongakkan wajah menatap pria yang tiba-tiba datang menolongnya itu.
Kedua mata Sandra membola saat melihat siapa laki-laki yang saat ini sedang menolongnya itu.
"Ka–kamu ...."
BERSAMBUNG ....
"Ka–kamu ...." Suara Sandra bergetar saat melihat siapa laki-laki yang telah menolongnya.
Tubuh perempuan itu bergetar, kedua matanya menatap tak percaya pada pandangannya. Kepalanya menggeleng pelan.
Tidak mungkin. Bukankah dia seharusnya ada di penjara?
Melihat Sandra yang menatapnya dengan raut wajah terkejut sekaligus takut, Bagas mendorong tubuh perempuan yang tadi ingin mencelakai Sandra hingga jatuh ke lantai.
"Sekali lagi kau mengganggunya, aku tidak akan segan-segan melenyapkanmu!" Wajah cantik perempuan bernama Alice itu meringis kesakitan karena bokongnya menyentuh lantai dengan keras.
Tubuh Alice gemetaran saat melihat tatapan tajam Bagas yang mengintimidasinya. Gadis cantik itu berusaha bangkit, dengan susah payah, Alice mencoba berdiri kemudian berlari menjauhi Bagas yang masih menatapnya.
Sementara itu, Sandra masih tampak terpaku di tempatnya karena masih merasa terkejut melihat pria yang pernah mencoba melecehkannya itu kini berada di hadapannya.
Sekelebat bayangan masa lalunya melintas. Bayangan saat pria itu memperkosanya atas suruhan Maya.
Kenapa dia tiba-tiba berada di sini? Bukankah, seharusnya dia masih di penjara?
Kembali, pertanyaan itu melintas di kepala Sandra. Wanita itu sungguh tidak menyangka akan bertemu lagi dengan lelaki itu.
Lelaki yang sangat dibencinya. Lelaki yang telah membuat dirinya merasa kotor. Kotor karena tidak bisa menjaga martabatnya sebagai seorang perempuan dan seorang istri.
Gara-gara lelaki itu, dirinya akhirnya memutuskan untuk bercerai dengan Sean. Lelaki itu, lelaki yang telah menghancurkan kebahagiaannya.
"Pergi dari hadapanku!" Sandra berteriak saat melihat Bagas menatapnya dan ingin mendekatinya.
"Sandra aku–"
"Pergi!" Sandra kembali berteriak. Wajahnya terlihat sangat ketakutan. Apalagi, saat melihat Bagas mulai mendekatinya.
"Jangan mendekat!"
"Sandra, aku hanya ingin minta maaf padamu. Aku tidak akan berbuat jahat padamu. Percayalah! Aku mohon ...." Bagas menatap perempuan yang sangat dirindukannya itu dengan tatapan memohon.
Melihat Sandra begitu ketakutan, hati Bagas terasa sakit. Rasanya, seperti diremas-remas. Gara-gara dirinya yang tidak bisa menahan nafsu, wanita itu mengalami trauma seperti ini.
"Tenang, Sandra. Aku benar-benar tidak akan mengganggumu. Aku hanya ingin minta maaf sama kamu. Aku–"
"Aku bilang pergi! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Pergi!" Sandra semakin ketakutan. Pandangan matanya berkeliling, mencari-cari Anisa. Namun, perempuan yang berpamitan ingin ke toilet itu sampai sekarang tidak terlihat.
Anisa, kamu di mana? Kenapa di saat sedang genting seperti ini kamu malah tidak ada?
Tubuh Sandra gemetar. Apalagi, saat bayangan-bayangan pria itu dulu dengan brutal berusaha melecehkannya. Sandra bahkan terpaksa menikam perutnya sendiri daripada harus diperkosa oleh lelaki biadab itu.
Sandra sudah menangis sekarang. Sungguh! Ia benar-benar merasa ketakutan melihat pria itu. Kepingan-kepingan kenangan pahitnya terus berputar.
Sandra tidak tahu harus bicara apalagi. Tubuhnya saat ini benar-benar gemetar. Kakinya
lemas tak bertenaga.
Semua orang yang ada di sana hanya menatap kedua orang yang sedang bertengkar itu dengan tatapan bingung. Jelas saja mereka bingung karena mereka tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Bagas dan Sandra.
"Sandra!" Bagas berteriak saat melihat tubuh perempuan itu limbung.
"Aku mohon, jangan sentuh aku. Aku mohon ...." Air mata Sandra mengalir di pipinya.
Mendengar ucapan Sandra, hati Bagas berdenyut nyeri.
"Sandra, maafkan aku. Maaf! Aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku, Sandra." Bagas menatap wanita itu dengan rasa sakit di hatinya.
"Sandra!" Anisa berteriak saat melihat tubuh Sandra hampir saja terjatuh. Perempuan itu dengan sigap menahan tubuh Sandra.
Tubuh perempuan itu bergetar. Wajah cantiknya terlihat ketakutan. Anisa menatap tajam ke arah Bagas.
"Apa yang kau lakukan pada Sandra?" Anisa berteriak marah.
"Apa kau sudah gila? Kenapa kau tiba-tiba muncul di sini dan menakutinya?"
"A–aku–"
"Cepat pergi dari sini! Kalau tidak, aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengannya!"
"Kau!" Bagas menatap tajam ke arah Anisa. Berani-beraninya perempuan di depannya ini mengancamnya.
Sialan!
"Kenapa? Kau pikir aku takut padamu?"
BERSAMBUNG ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!