♧ ♧ ♧ ♧ ♧
"Tami........" seruan ayah sangat menggelegar di pagi hari ini.
Aku pun langsung terbangun dari tidurku.
"Iya ayah," balas ku masih dalam keadaan duduk.
"Bangunlah nak,ini sudah jam berapa? Kamu memangnya tidak sekolah?" lanjut ayah.
"Sekolah ayah......." Aku pun langsung turun dari kasur dan berjalan menuju pintu kamar.
"Ya ampun,nak.Lihat ini sudah jam 07.00 wib.Kamu bisa saja terlambat masuk sekolah hari ini." ucap ayah setelah aku membukakan pintunya.
"Baiklah,sebentar lagi Tami mau mandi kok."
"Jangan sebentar lagi,sekarang......" ucap ayah langsung meninggalkan ku.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Perkenalkan nama ku Nadia Utami,nama yang cukup bagus bukan? Nama ini pemberian dari almarhum ibu ku.
Aku merupakan anak tunggal di keluarga ku,ayah ku sendiri bernama Riki parayoga.Beliau mempunyai usaha yang di wariskan oleh kakek dan nenek ku yang sudah lama meniggal.
Sedangkan ibu Ku bernama Safira,kata ayah ibu berasal dari Semarang.Namun sayangnya kebersamaan aku dengan ibu hanya sebentar saja.Bahkan sekarang aku tidak mengingat jelas wajah ibu seperti apa.Menurut cerita ayah ibu meninggal saat usia ku berumur 8 bulan.Beliau meninggal karena sakit jantung yang di deritanya.
Sedari kecil,ayah lah yang selalu mengurus ku sampai sekarang aku mau masuk kelas XI.
Hanya ada beberapa foto yang terpajang rapi di setiap sudut rumah ku.Saat aku merindukan sosok ibu atau saat aku berulang tahun,Aku hanya bisa memandanginya saja.
Sejujurnya,selama ini aku sangat merindukan sosok ibu di hidup ku.Pernah sewaktu aku mau masuk sekolah SMP,aku meminta ayah untuk menikah lagi.Tapi ayah menolak mentah-mentah permintaan ku itu.Saat itu ayah bilang,dia akan tetap setia sama ibu saja.Dia tidak akan menikah dengan wanita lain selain ibu.
Aku sering melihat ayah,saat malam hari tengah duduk di kamarnya tengah memandangi foto ibu sambil menangis.
Saat itu,aku hanya berpikir mungkin ayah kesepian dan membutuhkan sosok wanita yang akan menjadi anggota baru di keluarga ku.Mengingat umur ayah masih terbilang masih muda.
Tapi ternyata dugaan ku itu salah,ayah begitu setia dengan almarhum ibu.Meskipun sudah di tinggalkan begitu lama.
Aku sangat beruntung kasih sayang yang di berikan ayah selama ini tidak pernah kurang untuk ku.Dia begitu sangat menjaga ku dan memanjakan ku selama ini.Apa pun yang aku mau dan aku pinta pasti akan ayah langsung lakukan.
Aku sangat bersyukur mempunyai ayah di hidup ku.Meskipun dia hanya sendirian membesarkan aku sampai saat ini.Beliau sangat terlihat kuat,meskipun aku tahu sebenarnya tidak sekuat yang dia tunjukan pada ku atau orang di sekitar kami.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian dengan seragam sekolah,aku pun langsung duduk di depan meja rias untuk sedikit memoles wajah ku dengan make up.
"Nak,apa kamu sudah siap?" tanya ayah yang hanya memperlihatkan setengah badannya di pintu.
"Sebentar lagi ayah," balas ku.
"Ya sudah,ayah berangkat duluan yah.Soalnya ada barang yang harus di cek." jelas ayah.
"Ah tunggu......"
Aku pun langsung menghampiri ayah dan memeluk beliau.
"Aku belum memeluk ayah pagi ini," ucap ku sambil memeluknya.
"Ya ampun,ayah kira kenapa." balas ayah sambil mengusap punggung ku.
"Ya sudah,nanti sebelum berangkat jangan lupa sarapan dulu.Tadi,bibi sudah masak." lanjut ayah.
"Iya ayah,"
"Hati-hati di jalan,nanti kalau udah sampai kasih tahu tami yah."
"Iya nak....." ayah pun langsung melepaskan pelukannya dan aku pun langsung bersalaman dengan ayah.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah ayah pergi,aku pun langsung meraih tas yang biasa aku gunakan untuk sekolah.Hari ini,aku tidak sempat untuk sarapan di rumah dulu karena waktu ku sudah telat.
"Bi......" panggil ku.
"Iya non," ucap bibi yang baru saja menghampiri ku dari ruang belakang.
"Maaf,bungkus sarapannya.Nanti Tami,mau sarapan di sekolah saja." pinta ku.
"Roti bakar sama selai kacang.Terus sama salad nya ya bi.Tami tunggu di depan." lanjut ku.
"Baik non...."
Aku pun langsung ke teras depan untuk memakai sepatu dan menghangatkan mesin motor kesayangan ku.
Tidak lama kemudian,bibi pun datang dengan membawakan kotak bekal yang aku minta tadi.
"Ini non,bekal nya." ucap bibi sambil memberikan kotak bekalnya.
"Loh kok ada dua?"
"Iya yang satunya,sengaja bibi tambahin buah-buahan.Soalnya biar sehat," jelas bibi.
"Ya ampun bibi memang yang terbaik deh.Makasih ya bi,Tami berangkat dulu." aku pun langsung beranjak dari duduk ku dan langsung menaiki motor nya.
"Hati-hati non," ucap bibi sambil melambaikan tangannya.
Namanya bi Isah,di sebenarnya masih ada ikatan keluarga dari almarhum nenek ku.Menurut cerita dari ayah,bibi sudah ikut dengan ayah sejak ayah masih bujang.
Makannya,aku sudah anggap bibi sebagai nenek kedua setelah nenek ayah tiada.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
"Edra......." panggil ku saat melewati rumahnya Edra.
"Edra......." panggil ku kembali.
"Eh non Tami," ucap bibi yang bekerja di rumahnya Edra.
"Mas Edra nya udah berangkat non,tadi." lanjutnya.
"Oh gitu yah....."
"Ya sudah makasih ya bi....."
Aku pun langsung tancap gas kembali melajukan motor kesayangan ku ini.
Edra yang memiliki nama lengkap Dharmendra Gunawan.Dia merupakan teman ku sejak kami masih kecil.
Karena ternyata ibunya Edra juga merupakan teman ayah saat ayah dan ibunya Edra masuk SMP sampai sekarang.Ibunya bernama tante Nesha dan ayah nya bernama Rizal.
Aku sudah dekat dengan keluarganya Edra,apalagi tante Nesha yang sering membantu ayah saat aku masih kecil.Tante Nesha memperlakukan ku sama seperti dia memperlakukan Edra.
Jadinya,aku sudah tidak canggung lagi saat berkunjung atau berada di tengah keluarga itu.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menitan untuk aku sampai ke sekolah.Hampir saja,hari ini aku terlambat untuk ke sekian kalinya.Telat sedikit,aku pasti sudah menjadi calon pasangan tiang bendera di lapangan.Untung saja masih ada waktu 5 menit lagi sebelum bel nya di bunyikan.
Setelah sampai di parkiran aku langsung mencari tempat yang masih kosong untuk ku menyimpan motor.Sesudah itu,tanpa menunggu lama aku langsung berlari menuju kelas ku yang jaraknya lumayan jauh dari parkiran.
Aku sangat khawatir akan terlambat masuk kelas,karena setahu ku hari ini jam pertama merupakan pelajaran matematika.Dan gurunya itu,terkenal dengan kedisiplinan nya.
Aku pun dengan sekuat tenaga berlari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan orang-orang di sekitarku.Sempat beberapa kali,aku juga menabrak siswa lain yang tengah berjalan di depan ku.
Sesampainya di depan kelas,aku sangat beruntung karena ternyata gurunya belum ada.Aku pun langsung masuk dengan penuh semangat.
Namun,saat aku masuk tiba-tiba saja tas ku ada yang menarik dari belakang.
"Ya ampun siapa ini? Apa mungkin aku sudah terlambat.Kacau ini,bisa saja hari ini aku berdiri di depan kelas lagi." bisik ku dalam hati.
◇ ◇ ◇ ◇ ◇
"Hebat yah Tami,jam segini baru datang...." ucapnya.
Aku pun langsung berbalik dan melepaskan tangannya yang masih memegang tas ku.
"Ya ampun Rio,aku kira siapa."
"Kamu hampir saja buat jantung ku copot.Hobi banget buat aku kaget kayak gini." lanjut ku setelah melihat orang yang sudah menarik tas ku.
Rio pun hanya tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Rio sendiri merupakan teman ku sejak kami masuk SMP.Tidak hanya dia saja,tapi ada Nela dan Sigit yang merupakan teman dekat ku selain Edra dan Rio.Namun,Nela dan Sigit berada di kelas yang berbeda dengan ku.Mereka berada di kelas XI B,sedangkan aku,Edra dan Rio berada di kelas XI A.
Kami akan berkumpul bersama saat istirahat tiba,atau saat aku berangkat sekolah pagi-pagi.
"Kaget yah,"
"Ya ampun,lagian jam segini kamu baru saja datang." lanjut Rio.
"Ya namanya juga udah kebiasaan sih." balas ku.
Aku pun langsung duduk di kursi yang letaknya berdampingan dengan Rio.
"Oh iya Edra mana?" tanya ku.
"Dia lagi ngambil kertas salinan." ucap Rio.
"Salinan apa?" tanya ku kembali.
"Katanya guru matematikanya nggak masuk.Kalau nggak salah,katanya istrinya semalam baru melahirkan." jelas Rio.
Aku pun dengan refleks menghela nafas dalam.
"Kenapa?" tanya Rio.
"Ya tahu sendiri,tadi aku hampir terlambat.Coba aja kalau hari ini aku telat dan guru matematika nya datang.Aku pasti bakalan berdiri di depan kelas kayak waktu itu.Jadi bahan tontonan anak kelas X." jelas ku.
"Haha.....iya juga lucu juga kalau di ingat-ingat." balas Rio.
Aku pun langsung membuka kotak makan yang sedari tadi aku pegang.
"Kamu bawa bekal? Minta dong...." ucapnya.
"Iya,soalnya kan aku kesiangan.Ambil aja," balas ku.
Rio pun langsung mengambil satu potong rotinya dan langsung melahapnya.
"Ini pasti kamu pakai selai kacang," ucapnya.
"Ya iyalah.Kan emang kesukaan ku." balas ku.
Aku dan Rio pun sama-sama menikmati makanannya.Sempat juga aku menawari siswa yang lainnya,namun mereka menolaknya dan fokus sama HP masing-masing.
Tidak lama kemudian,Edra pun masuk ke dalam kelas dan langsung membagikan kertas yang sudah dia salin.
Kebetulan di kelas ini dia di tunjuk sebagai ketua kelas.Jadi,dia sering bertanggung jawab saat ada guru yang tidak masuk atau membantu guru untuk membawakan buku ke kelas.
Sampai akhirnya kertas yang di bagikan Edra pun sampai di tangan ku.
Aku pun langsung merasa pusing saat melihat soal yang ada di dalamnya.
"Kenapa...?" tanya Rio.
"Lihat aja,soalnya cukup buat otak ku pagi-pagi harus bekerja dengan keras." timpal ku.
"Kamu suka gitu deh,kamu kan sebenarnya pintar.Hanya saja kamu terlalu malas untuk mikir." ucap Rio.
"Huh...." aku langsung menepuk tangan Rio.
"Tami......" panggil Edra yang menghampiri ku.
"Sekarang alasan apa lagi yang buat kamu terlambat." ucapnya langsung duduk di bangku yang berada tepat di depan ku.
"Ya begitu lah,semalam aku lihat drama korea di Ne***x." balas ku.
Tiba-tiba saja,Edra menyeka sesuatu dari bawah bibir ku.
"Kenapa?" tanya ku.
"Kamu kayak anak kecil aja kalau makan,belepotan gitu."
"Ya ampun,emang iya yah? Ih Rio,kenapa kamu nggak kasih tahu aku." ucap ku sambil menatap ke arah Rio.
"Ya mana aku lihat," balasnya.
"Ya udah cepat habiskan.Nanti,kita kerjain soalnya bareng-bareng...." ucap Edra.
"Baiklah....."
Aku pun langsung fokus dengan makanan yang masih tersisa setengah lagi di dalam kotak bekalnya.
"Kamu mau nggak?" tanyaku sama Edra.
"Tidak,tadi pagi aku makan cukup banyak.Aku minta buah nya aja deh..." dia pun langsung mengambilnya dari dalam kotak makanannya.
"Rio,bantuin aku habisin ini...." ucap ku sambil memberikannya satu potong roti yang masih tersisa.
"Ya udah sini...." Rio pun langsung meraihnya.
Setelah menghabiskan makanannya,aku langsung terdiam karena baru menyadari tidak ada botol minuman di dalam bangku ku.
Biasanya,aku sengaja menyimpan botol minuman di dalam bangku.Tapi,kemarin sepertinya aku lupa tidak menyimpannya.
"Kenapa?" tanya Edra dan Rio bersamaan.
"Aku haus,biasanya di sini aku menyimpan botol minum." balas ku.
"Sebentar,perasaan aku ada deh...." ucap Rio.
Dia pun langsung meraih tasnya dan ternyata benar dia mempunyainya.
"Nih......" ucapnya sambil memberikannya pada ku.
"Makasih ya......" aku pun langsung meraihnya.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah menghabiskan makananya,aku langsung membereskan kotak makanan yang sudah kosong tidak tersisa dan menyimpannya ke dalam meja.
Setelah itu,Rio langsung menarik kursinya dan berpindah ke dekat meja ku.
Kami bertiga pun langsung mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru.Sebenarnya,apa yang di katakan Rio tadi itu ada benarnya juga.Aku bukannya tidak pintar,hanya saja aku terlalu malas untuk berpikir.
Di bandingkan teman-teman ku memang nilai ku lah yang paling unggul dari mereka.Dari aku SD sampai sekarang SMA aku sering menempati peringkat pertama.
Meskipun dengan banyak catatan merah,karena seringkali aku terlambat.Dan buat ayah dan orang di sekitar ku hanya bisa menggelengkan kepala saat menerima rapot di pertengahan semester.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah menyelesaikan semua soalnya,aku pun langsung membantu Edra untuk mengumpulkan semua kertas soal dari siswa yang lain untuk membawanya ke ruang guru.
"Ayo,masih ada waktu 15 menit sebelum pelajaran ke dua di mulai." ajak Edra.
Aku pun langsung mengikuti Edra menuju ruang guru yang letaknya lumayan jauh.
Saat melewati kelasnya Sigit dan Nela,aku menyempatkan diri untuk menyapa mereka lewat kaca jendela.Aku pun melambaikan tangan ku sambil tersenyum ke arah mereka berdua.
Namun,sialnya aku tidak menyadari ternyata ada sepasang mata yang tengah memperhatikan ku.Ternyata bapak guru pelajaran Fisika yang tengah berdiri sambil menatap ke arah ku.
Pantas saja,Sigit dan Nela seolah engan untuk membalas lambaian tangan ku tadi.Dengan sigap aku langsung kabur dan berjalan mendahului Edra.
"Tami kamu kenapa...?" tanya Edra keheranan.
"Tidak ada," balas ku.
"Kamu pasti berbiat sesutu tadi..." ucapnya langsung menarik tangan ku.
"Sudahlah,ayo cepat....." aku langsung balik menarik tangan Edra menuju ruang guru.
Sesampainya di sana,kami berpapasan dengan Melhwa.Gadis yang sejak kelas X naksir sama Edra.
Dia langsung menyapa Edra dan mengeluarkan jurus untuk menarik perhatiannya.
"Ya ampun ini cewek,masih saja bersikap seperti itu.Iyuh....." bisik ku dalam hati.
Aku pun memilih untuk tidak memperdulikannya dan langsung menuju meja milik guru matematikanya.
"Hai Edra," ucap Mela ( Panggilan akrab Melhwa).
"Hai juga....." balas Edra.
"Aku tidak menyangka,bisa ketemu kamu di sini." ucapnya sambil tersenyum.
"Iya....." balas Edra singkat.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
"Edra ayo," ajak ku memotong pembicaraan Edra dan Mela.
"Oh iya....." balas Edra.
"Ya udah,aku duluan kalau gitu.Sampai ketemu nanti di kantin sekolah yah...." ucap Mela.
Edra hanya membalasnya dengan senyuman.Edra pun langsung meletakan kertas soalnya di atas mejanya.
"Udah yuk....." ajak Edra.
Kami pun langsung keluar dari ruangan gurunya dan langsung menuju kelas.Namun,saat aku melewati kantin aku meminta Edra untuk menunggu ku.
"Kamu tunggu dulu di sini sebentar,aku mau beli minum buat ganti minuman milik Rio tadi." ucap ku.
"Ya udah lah kita bareng aja." balasnya.
"Oh gitu,ya udah...."
Aku dan Edra pun langsung menuju ke warung yang ada di kantin untuk membeli minumannya.
"Eh ada Edra dan Tami....." ucap ibu penjaga warungnya.
"Pagi bu....."
"Bu,beli botol minumnya empat...." lanjut ku.
"Banyak banget...." bisik Edra.
"Sengaja buat stok di kelas.Kan kalau udah ada gampang buat aku nantinya." balas ku.
Edra pun langsung membantu ku untuk membawakannya dan aku pun langsung memberikan uangnya pada ibu warung nya.
"Makasih ya bu....." ucap ku.
"Iya....." balas beliau.
Aku dan Edra pun langsung menuju kelas kami kembali.Tapi,saat melewati kelas XI IPS B,aku melihat Mela tengah berdiri di ambang pintu dengan senyuman di bibirnya.
"Dia lagi....." ucap ku pelan.
"Kenapa mi....?" tanya Edra.
"Tidak ada kok," balas ku.
Aku pun langsung berjalan cepat dan mendahului Edra.Sebanarnya,aku merasa tidak suka aja saat melihat ada cewek yang coba untuk mendekati Edra.
Mungkin ini bisa di bilang egois,tapi sebenarnya aku pun ingin bersikap biasa-biasa saja.Tapi,saat itu terjadi aku merasa hati ku kesal dan serasa mau meledak.
Tidak mungkin juga aku menyukai sahabat ku itu,mungkin ini hanya perasan takut perhatian Edra nantinya terbagi.Karena,sejak kecil Edra lah yang selalu berada di samping ku dan selalu menjaga aku.
Jadi rasanya akan aneh saja,saat ada wanita lain selain aku di samping Edra.
"Tami tunggu....." panggil Edra.
Aku pun langsung berhenti dengan wajah kesal.
"Kamu kenapa sih malah ninggalin aku?" tanya nya.
"Tidak ada apa-apa kok,aku hanya takut aja ganggu kalian berdua." balas ku.
"Emangnya aku sama Mela kenapa? Kami hanya mengobrol biasa saja." ucap Edra.
"Ya iya,kamu mungkin merasa bias saja saat aku ada di dekat kamu.Tapi,kamu kan nggak tahu perasaan Mela seperti apa." balas ku.
Edra pun langsung terdiam mendengar perkataan ku.
"Ya udahlah,sebaiknya kita cepat ke kelas.Nanti takutnya guru sejarahnya udah ada." lanjut ku.
Aku pun langsung melanjutkan kembali langkah ku dengan Edra yang mengikuti ku dari belakang.
Sesampainya di kelas aku langsung memberikan botol minum nya sama Rio.
"Nih,makasih ya."
"Tadi kamu udah kasih aku minuman milik kau." lanjut ku sambil memberikan botol minumannya.
"Sama-sama,lagian kayak ke siapa aja.Padahal nggak usah di ganti kali." ucapnya.
"Tidak apa-apa.Takutnya kamu mau minum," balas ku.
Aku pun langsung duduk kembali di kursi ku dan Edra pun langsung menaruh sisa botol minuman yang dia bawa tadi ke atas meja milik ku.Setelah itu,aku langsung menyimpannya ke dalam meja.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah pelajaran kedua pun berakhir,aku pun langsung berlari menuju kelas nya Sigit dan Nela.
"Hai......!" seru ku pada mereka berdua.
"Hai...." balas mereka bersamaan.
"Ih tadi aku hampir saja kena teguran sama pak guru." ucap Nela.
"Hehe...."
"Maaf yah,aku juga tidak sadar tadi.Aku kira beliau tidak melihat keberadaan ku." lanjut ku.
"Ya nggak lihat gimana,kamu terlihat jelas gitu di kaca." timpal Sigit.
"Haha...."
"Udahlah,yang terpenting sekarang kita lolos dan aman." balas ku.
"Tami.......!" seru Rio.
Aku pun langsung melihat ke arahnya yang baru saja masuk ke kelas XI B.
"Kebiasaan yah kamu,main kabur gitu aja." ucapnya.
"Nih HP kamu,untung saja tadi aku melihatnya di bawah bangku.Kalau tidak nanti kamu drama lagi kayak waktu itu nyariin HP." lanjut Rio.
"Oh ya ampun makasih ya....." aku langsung meraih HPnya dari tangan Rio.
"Emang nih,kebiasaan banget dia." ucap Sigit.
"Harusnya kamu tuh lebih hati-hati,bagaimana kalau orang lain yang melihatnya." timpal Nela.
"Iya deh,lain kali aku akan bersikap hati-hati." ucap ku sambil menunduk.
"Ya udah yuk kita ke kantin,Edra sudah menunggu kita di luar." ajak Rio.
"Iya ih,aku sudah lapar tahu.Dari tadi pas pelajaran ke dua menahan lapar," ucap Nela.
Kami pun langsung keluar dan menghampiri Edra yang sudah menunggu kami berempat sambil bersandar di tiang dan melihat ke arah lapangan.
"Edra ayo......" ajak Nela.
"Oh......" Edra pun langsung berbalik dan langsung bergabung sama kami berempat.
Sesampainya di kantin,aku dan Nela langsung berlari menuju warung yang menjual bakso sama siomay.Sedangkan yang lainnya berada.di belakang kami berdua.
"Mas aku minta satu porsi baksonya.Pakai mie putih sama sayur aja...." pinta ku.
"Kalau aku,siomay aja pak.Tapi nggak.pake pare yah.15.000 aja," ucap Nela.
"Buset deh Nel,kamu pesannya nggak tanggung-tanggung." ucap Rio.
"Kan aku bilang,aku lapar Rio......" balas Nela.
"Ini yang bakso pakai sambel nggak?" tanya penjualnya.
"Iya pak,yang pedas yah....." balas ku.
"Pak,satu sendok aja." ucap Edra.
"Ih kamu mah,aku maunya pedes," rengek ku.
"Tami,nanti kamu sakit perut lagi kayak minggu kemarin.Kamu mau,buat ayah kamu khawatir lagi." jelas Edra.
"Iya nih Tami,kayak nggak kapok aja masuk ruang IGD." timpal Rio.
Aku pun langsung terdiam setelah mendengar ucapan Edra.Tapi,memang benar juga apa yang di katakan Edra barusan.Saat minggu kemarin aku masuk IGD saat tengah malam.Ayah sangat khawatir dan tidak berhenti menangis melihat aku yang kesakitan sambil terus memegang perut ku.
Karena waktu siangnya,aku tidak makan nasi dan hanya ngemil saja.Dan yang buat parah itu,aku beli bakso yang biasa lewat di depan rumah dengan sambal yang banyak.
♧ ♧ ♧ ♧ ♧ ♧
Setelah mendapatkan baksonya,Edra langsung membantu ku untuk membawakannya ke meja yang biasa kami gunakan saat istirahat.
Sedangkan Rio masih menemani Nela yang tengah membeli Es jeruk di warung yang lainnya.
"Sebentar yah,aku bantuin Sigit bawa pesanan makanannya." Edra pun langsung menghampiri Sigit yang tengah membeli nasi goreng.
Tidak lama kemudian,teman-teman ku pun datang dengan makanan yang sudah mereka beli.
Dan langsung menaruhnya ke atas meja.
"Nih,aku beliin kamu es jeruk...." ucap Nela.
Rio pun langsung menyimpannya tepat di samping mangkuk bakso milik ku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!