Annyeong, Jungkook!
Jeon Jungkook
Kedatangan Jungkook disambut hangat oleh teman-temannya. Tapi, mereka melihat hal berbeda dari pria yang terkenal banyak tingkah itu. Jungkook tiba-tiba menjadi kaku dan terlihat dingin. Mereka berpikir mungkin saja Jungkook merasa canggung karena sudah lama tidak sekolah.
Kim Taehyung
Jungkook-a, kau ingin duduk di mana?
Taehyung bertanya sambil merangkul sahabatnya itu.
Jeon Jungkook
Di tempat yang masih kosong.
Kim Taehyung
Hey, kau bebas memilih ingin duduk di mana saja.
Jungkook tersadar akan satu hal. Ternyata Taehyung masih sama, sangat bawel dan perhatian. Bahkan, room chat Taehyung ada di posisi paling atas pada KakaoTalk Jungkook. Hampir setiap hari Taehyung menanyakan kabar Jungkook saat sedang pemulihan.
Jungkook yang masih berdiri di depan papan tulis, menatap Taehyung dengan tegas.
Jeon Jungkook
Aku ingin di tempat yang masih kosong saja, Kim Taehyung.
Kim Taehyung
Ck, baiklah terserah kau saja.
Taehyung dan teman sekelasnya langsung terdiam melihat tingkah Jungkook yang benar-benar berubah. Jungkook yang dulu selalu menolak untuk duduk di paling belakang, hari itu sudah duduk diposisi tersebut.
Kim Taehyung
Kenapa kau tidak memberitahuku kalau hari ini sudah mulai masuk? Apa kondisimu sudah membaik?
Jeon Jungkook
Bahkan aku sudah siap bertempur dengan Namjoon.
Kim Taehyung
Apa otakmu baik-baik saja?
Jungkook menatap tajam mata Taehyung dihadapannya.
Jeon Jungkook
Memang aku sempat menjalankan operasi untuk kaki, tangan, punggung, dan leherku, tapi otakku masih baik-baik saja.
Kim Taehyung
Kupikir kau amnesia.
Tangan Jungkook sibuk mengetik pesan untuk seseorang.
Jeon Jungkook
Aku tidak amnesia. Aku masih ingat si bawel Taehyung yang selalu dekat denganku.
Kim Taehyung
Sebenarnya, aku ingin sekali bertanya tentang kejadian yang kau alami. Tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.
Jeon Jungkook
Kapanpun itu bukanlah waktu yang tepat untuk aku menjawab pertanyaanmu tentang kejadian itu.
Kelas menjadi gaduh. Suara meja yang menyentuh lantai terdengar nyaring membuat linu. Kedatangan seorang pria dengan tubuh sedikit lebih besar dan lebih tinggi dari Jungkook apalagi Taehyung, dengan berani datang memasuki kelas tersebut.
Kim Namjoon
Kudengar Jeon Jungkook sudah kembali masuk?
Mata Namjoon sibuk mencari posisi Jungkook yang duduk di paling belakang.
Kim Namjoon
Oh, Jeon Jungkook!
Kaki jenjang Namjoon membawanya pada Jungkook yang duduk terdiam menatapnya.
Jeon Jungkook
Katakan saja jika kau merindukanku, Kim Namjoon.
Namjoon duduk dihadapan Jungkook.
Kim Namjoon
Aku sulit mengontrol emosi. Aku ingin sekali membunuh ibumu.
Apa yang Namjoon ucapkan membuat Jungkook tertegun. Mulutnya terkunci rapat dengan gigi yang menggertak.
Kim Namjoon
Hyak, Jeon Jungkook! Aku hanya bercanda.
Namjoon tertawa sambil memeluk bahu Jungkook.
Kim Namjoon
Aku tidak mungkin membuat ayahku rugi dengan membunuh ibumu. Ayahku sudah mengeluarkan uang jutaan won untuk menyewa ibumu. Aku tidak ingin menjadi anak durhaka.
Kim Namjoon
Benarkan, Jeon Jungkook?
Tadi Jungkook mengatakan kalau tangannya sempat dioperasi. Tapi dia dengan kuat memukul Namjoon sampai terjatuh.
Itulah yang Namjoon sukai. Di saat Jungkook terpancing emosi karena ucapannya, Namjoon merasa dia menang.
Jeon Jungkook
Apa maksudmu bicara seperti itu di depan banyak orang?!
Kim Namjoon
Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya sekedar bicara.
Kim Taehyung
Jungkook-a, cukup. Jangan terpancing emosi. Dia senang melihatmu kesal karena ucapannya. Jangan biarkan itu terjadi,
Ucap Taehyung dengan berbisik.
Kim Namjoon
Mungkin saja mereka lebih percaya padamu daripada ucapanku. Tapi, aku punya bukti dan bisa kapan saja memberitahu pada mereka.
Namjoon selangkah mendekati Jungkook yang berdiri dengan tangan mengepal.
Kim Namjoon
Jika kau penasaran pada reaksi mereka jika tau yang sebenarnya, katakan saja padaku, ya?
Namjoon pergi sambil mengecek ujung bibirnya yang sedikit berdarah. Tapi dia bersikap seakan itu hanya hal sepele.
Jungkook menatap orang yang terus melihat ke arahnya.
Jeon Jungkook
Jangan melihatku seperti itu. Kalian mau kubenci juga?
Mata Jieun
Sambil mengikat rambutnya, Jieun sedikit berlari agar cepat sampai kelas. Dia sedikit terlambat karena alarm di asramanya mati. Bahkan awalnya Jieun berniat untuk tidak mandi. Tapi karena satu-satunya teman yang dia punya memiliki indera penciuman yang tajam, Jieun memutuskan untuk mandi walau hanya sekedar membasahi tubuh.
Baru saja selangkah memasuki kelas, Jimin langsung menariknya untuk pergi keluar kelas.
Lee Jieun
Hyak, Park Jimin!
Berhentilah mereka di sebuah kelas yang ada di gedung sebelah.
Park Jimin
Jungkook sudah kembali masuk.
Jieun otomatis membuka matanya lebar-lebar dengan mulut menganga.
Jimin mendorong tubuh Jieun untuk melihat Jungkook dari luar jendela kelas.
Park Jimin
Coba kau lihat.
Jieun sedikit merendahkan tubuhnya dan perlahan mengintip lewat jendela paling belakang di kelas itu. Sangat pas sekali, posisi Jungkook ada di samping jendela itu. Mata mereka kembali bertemu setelah sekian lama.
Lee Jieun
J-jeon Jungkook?
Jieun terkejut. Kali itu dia yang menarik tangan Jimin dan berlari menjauhi kelas tersebut.
Park Jimin
Kenapa? Kau tidak senang melihatnya kembali?
Park Jimin
Semua orang di sekolah ini terkejut dengan kedatangannya yang secara tiba-tiba.
Park Jimin
Termasuk kau. Iya, 'kan?
Park Jimin
Bukankah seharusnya kau sudah tau? Tapi, kenapa kau terkejut juga?
Lee Jieun
KENAPA KAU BERISIK SEKALI?!
Park Jimin
Kenapa kau marah padaku? Aku hanya bertanya, kok.
Gerutu Jimin sambil sedikit cemberut.
Jieun kembali merasakan sesuatu yang aneh. Entah kenapa, hatinya terasa seperti ada yang mengganjal saat kembali melihat Jungkook setelah hampir 6 bulan lamanya.
Lee Jieun
Jimin-a, ada apa denganku, ya?
Tanya Jimin yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
Lee Jieun
Aku merasa ada hal aneh yang mengganjal di hati.
Park Jimin
Lagi-lagi kau merasakan hal itu.
Jimin menemukan sebuah artikel di grup angkatan sekolah. Dia membacanya lebih dulu, sebelum memberitahu Jieun yang sedang kebingungan seperti biasanya.
Park Jimin
Kau tau Eunkyung, siswi kelas 12-2A?
Lee Jieun
Yang meninggal pada kecelakaan yang sama dengan Jungkook maksudmu?
Park Jimin
Iya. Dia satu-satunya siswi di sekolah ini yang meninggal karena kecelakaan bus itu.
Park Jimin
Setelah hampir 6 bulan koma di rumah sakit, dia dinyatakan meninggal jam 6 pagi tadi.
Lee Jieun
Sungguh? Aku turut sedih mendengarnya.
Jimin menatap Jieun tiba-tiba. Jieun bingung melihat wajah serius temannya itu.
Park Jimin
Tadi kau bilang seperti ada yang mengganjal di hatimu?
Lee Jieun
I-iya. Saat melihat Jungkook, seperti ada yang aneh.
Park Jimin
Sepertinya ada Eunkyung di sana!
Park Jimin
Ada Eunkyung di dekat Jungkook!
Jieun terdiam sejenak. Dia masih mencerna ucapan sahabatnya itu.
Lee Jieun
Apa hubungannya dengan Jungkook?
Jimin memberi sentilan pada kening Jieun yang tertutup poni.
Park Jimin
Makannya, kau sering-sering buka grup angkatan agar tidak tertinggal berita!
Lee Jieun
Memangnya ada apa, sih?
Park Jimin
Katanya, Eunkyung itu menyukai Jungkook!
Park Jimin
Percobaan bunuh diri yang waktu itu pernah dia lakukan, alasannya karena Jungkook menolak cintanya!
Park Jimin
Ah, kenapa aku harus punya sahabat sebodoh dirimu, sih?!
Park Jimin
Kau merasakan hal aneh saat melihat Jungkook, itu pasti karena ada Eunkyung di sana. Pasti Eunkyung akan selalu mendekati Jungkook.
Park Jimin
Kau kan bisa merasakan hal seperti itu!
Jungkook datang dan membuat kelas itu seketika hening tanpa suara. Padahal sebelumnya mereka sedang ramai membicarakan kematian Eunkyung.
Kaki jenjang Jungkook membawanya berdiri di samping Jieun.
Jeon Jungkook
Tumben kau tidak mengikat rambutmu?
Jieun memegang rambutnya yang terurai berantakan.
Lee Jieun
Perasaan tadi aku mengikatnya?
Jeon Jungkook
Ini, kunciranmu terjatuh saat kau mengintip ke kelasku tadi.
Jungkook mengulurkan tangannya untuk memberikan kunciran yang dia maksud.
Lee Jieun
Aku tidak mengintip, kok. Tapi, terima kasih.
Eunkyung
Jieun-a, kau bisa melihatku?
Jeon Jungkook
Eunkyung? Kenapa kau memanggilnya, Jieun-a?
Rahasia
Jimin dan Jieun langsung mengambil posisi meja makan di tengah setelah mengantri untuk makan siang.
Park Jimin
Oh? Kau sudah menyukai telur gulung?
Dengan sumpitnya, Jieun mengambil 2 potong telur gulung miliknya dan menaruhnya di tempat makan Jimin yang duduk disampingnya.
Lee Jieun
Daripada aku tidak mengambilnya, lebih baik kuambil dan kuberikan padamu.
Ucap Jimin sambil memanyunkan bibirnya.
Lee Jieun
Sebagai gantinya, aku mau telur puyuh itu.
Jieun mengambilnya tanpa persetujuan Jimin.
Mereka makan dengan santai, sampai datang seorang wanita dengan banyak keringat diwajahnya.
Daera sedikit membungkukkan badan untuk memudahkannya berbicara pada Jieun dengan suara pelan dan sedikit gemetar.
Han Daera
Tolong ikut aku sebentar
Jieun terdiam sejenak sambil melihat Jimin. Dia sepertinya mencurigai sesuatu.
Lee Jieun
Jimin-a, kau di sini saja. Jaga makananku, ya?
Park Jimin
Tapi, Jieun-a ....
- KORIDOR BELAKANG SEKOLAH -
Jieun berjalan dibelakang Daera. Terlihat gadis itu seperti ketakutan. Saat sampai di koridor yang sepi, Jieun menarik tangan Daera yang berjalan semakin cepat.
Han Daera
Tolong jangan bertanya, Jieun-a.
Han Daera
Nanti kau akan tau sendiri.
Wajah polos dan suara lembut gadis itu semakin terdengar gemetar. Jieun meraih kedua tangan Daera.
Lee Jieun
Namjoon mengganggumu lagi?
Han Daera
Ini bukan soal Namjoon.
Han Daera
Bisakah kau menolongku untuk bicara dengan ayahku?
Lee Jieun
Kau tau, 'kan aku tidak suka pada orang yang memanfaatkan kelebihan ku ini?
Han Daera
Aku mohon, Jieun-a.
Han Daera
Aku mohon padamu.
Kim Namjoon
HYAK, HAN DAERA!
Kim Namjoon
Kenapa kau telat?
Kim Namjoon
Apakah sesusah itu mengajaknya ke sini, hah?!
Jieun menarik Daera untuk berdiri dibelakangnya.
Kaki jenjang Namjoon membawanya semakin dekat dengan Jieun.
Lee Jieun
Kenapa kau memanggilku?
Kim Namjoon
Han Daera, pergilah. Temui aku pulang sekolah nanti.
Lee Jieun
Daera-ya, kau berbohong padaku?
Han Daera
Maafkan aku, Jieun-a. Aku tidak bermaksud.
Lee Jieun
Pergilah dulu. Aku akan mengurusnya sendiri.
Daera berlari menjauhi mereka.
Lee Jieun
Kenapa kau tidak memanggilku sendiri? Kenapa harus menyuruhnya?
Kim Namjoon
Aku takut pada Jungkook.
Kim Namjoon
Lihatlah, dia memukulku tadi pagi. Padahal, aku hanya ingin menyapanya.
Namjoon tertawa sambil menunjukkan sisi kiri wajahnya yang sedikit lebam.
Lee Jieun
Kenapa kau bawa-bawa Jungkook?
Kim Namjoon
Kau kekasihnya, 'kan?
Kim Namjoon
Oh, sepertinya aku salah.
Kim Namjoon
Kau dan Jungkook calon kakak beradik. Nah, itu baru benar.
Lee Jieun
Apa katamu? Kakak beradik?
Lee Jieun
Ck, langsung saja ke intinya!
Lee Jieun
Ada perlu apa kau memanggilku?!
Kim Namjoon
Aku mau kalung itu.
Tangan Jieun yang mungil memegang kalung dengan liontin lingkaran dan gambar kupu-kupu ditengahnya.
Lee Jieun
Kenapa kau sangat menginginkan kalung ini?
Lee Jieun
Ini bukan kalung emas. Ini hanya kalung biasa milik mendiang ayahku. Mana mungkin aku memberikannya padamu?
Dengan kasar, Namjoon mendorong Jieun ke tembok. Dia mengunci tubuh Jieun dengan tubuhnya yang besar dan tinggi.
Kim Namjoon
Aku tau semua rahasiamu, Lee Jieun.
Lee Jieun
R-rahasia a-apa?
Kim Namjoon
Kau bukan manusia, 'kan?
Saking dekatnya, Jieun bahkan bisa merasakan napas Namjoon yang ada dihadapannya.
Tangan Jieun memegang erat jas almamater Namjoon, berusaha untuk menyingkirkan pria itu dari hadapannya.
Lee Jieun
A-apa yang kau katakan, sih?
Lee Jieun
M-maksudmu a-aku hantu begitu?
Lee Jieun
Kau ada-ada saja, hahaha.
Entah apa yang Namjoon pikiran, dia secara tiba-tiba mencium bibir Jieun dan ********** dengan paksa.
Jieun berusaha keras untuk melepaskan, namun Namjoon terlalu kuat baginya.
Jungkook datang dan tanpa berpikir langsung memukul kepala Namjoon dari belakang.
Bukan hanya Namjoon yang jatuh, tapi juga Jieun. Gadis itu mencoba mengatur napasnya dan mengelap bibirnya yang merah.
Lee Jieun
Hentikan, Jungkook-a!
Jungkook mengabaikan Jieun walau dia mendengarnya.
Wajar Jungkook kesal. Dia melihat sang kekasih dicumbu oleh musuhnya sendiri.
Lee Jieun
Hentikan, Jeon Jungkook!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!