Episode 1; Kasus di Kampus Mantan.
Setelah menyelesaikan kasus pertama, dimana kasus tentang pembunuhan yang terjadi di salah satu hotel, Alice harus mengerahkan semua tenaga serta pikirannya untuk memecahkan satu kasus di malam ini, padahal sebelumnya Alice juga menyelesaikan kasus perampokan di salah satu kediaman elite, public figure yang kehilangan vas berharganya yang jika dinominalkan dengan uang ada sekitar 3 miliar.
‘’Malam ini aku harus bisa beristirahat dengan tenang, yah hanya untuk beberapa jam saja,’’ ujar Alice melangkah ke ranjangnya.
Baru memejamkan mata beberapa detik, panggilan telepon mengacaukan semuanya, dengan sangat kesal Alice berusaha mengabaikan dering ponsel yang masih terus mengacaukan malamnya, huff … tapi ini tugasnya, menjadi seorang detektif yang memecahkan banyak kasus dan membantu dalam menegakkan keadilan.
Alice membuka matanya dan meraih kembali ponselnya, disana terdapat pesan yang tertinggal dari email, dirinya mengerutkan kening seraya melirik pada jam yang menunjukkan pukul 3 dini hari. Alice membuka pesan dari email yang mengatakan bahwa ada kasus baru di salah satu kampus elite di kotanya, dirinya sudah sangat curiga pada awalnya, dan benar saja kecurigaanya menjadi kenyataan, ternyata tempat kasus berikut itu kampus mantannya sendiri.
Alice hanya terkekeh, dia masih belum menyangka jika cinta lamanya akan kembali hadir, rasa yang sudah ia pendam dengan lamanya akan muncul ke permukaan kembali, akankah cinta masa lalu menjadi masalah dalam penyelidikan kali ini?
Paginya, pada pukul 06.00. Alice sedang sarapan pagi, di meja makan itu terdapat roti bakar dan secangkir kopi yang menjadi minuman favoritnya selama ini, jadwal kerjanya belum dimulai, masih ada dua jam lagi, Alice memanfaatkan waktunya untuk scroll sosial media mantannya sendiri, yaitu Prince.
‘’Hukk! Hukk!’’ Alice justru tersendat Ketika melihat foto mantannya yang semakin tampan saja, padahal waktu SMA, pria itu kucel dan kumel, tapi sekarang tubuh sispek dan kulit sawo matang bersih membuat kesan eksotik tidak bisa dielakkan pada Prince yang sekarang.
‘’Ternyata dia sudah glow up, waw. Tubuhnya begitu maskulin,’’
‘’Pasti dia sudah menjadi incaran cewek penggila roti sobek, dasar playboy!’’ Alice semakin kesal pada mantannya ini, padahal mereka berdua sudah tidak saling memberi kabar lebih dari lima tahun, setelah putus Ketika masih duduk di bangku SMA hingga pada akhirnya mereka sudah berusia dua puluh empat tahun.
Satu panggilan masuk dan tertera nama Brian, dirinya segera mengangkatnya dan langsung berbicara to the point, di dalam pembicaraan yang mereka lakukan menyatakan kasus ini sebenarnya kasus yang pernah ditutup takutnya deduksi salah malah memberikan lebih banyak nyawa melayang begitu saja, dan karena selama dua tahun menjadi anggota detektif, Alice senantiasa memberikan deduksi-deduksi yang terkesan gila tapi nasib baiknya semua deduksinya itu benar dan dapat memecahkan banyak kasus.
[Hmm, baik, Pak. Saya akan segera langsung ke TKP,] ujar Alice memutuskan sambungan telepon dan kembali meminum habis kopinya yang mulai dingin.
Dirinya menyandarkan tubuhnya sejenak, hanya untuk memberikan istirahat pada otaknya yang sudah sangat lelah pada kehidupannya menjadi seorang detektif wanita satu-satunya.
‘’Jika bukan karena ingin mengusut masa lalu itu, aku tidak akan mau berada di lingkungan yang mana nyawaku bisa melayang begitu saja, tapi mau bagaimanapun …. Satu nyawa itu sangat jauh berharga dari apapun. Aku sudah terlanjur jatuh cinta pada pekerjaan yang awalnya aku benci, dan mulai detik ini aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku, selama aku hidup, akan aku pastikan tidak ada satupun nyawa yang hilang begitu saja!’’
Satu-satunya janji yang tersemat dalam hati Alice, memastikan tidak akan ada yang menderita dalam menunggu kematian, kecuali para pelaku tindakan kriminal. Dirinya menjadi kuat karena masa lalu, dimana keluarganya kehilangan nyawa hanya karena kasus perebutan para elite politik yang mengincar kekayaan. Keluarganya menjadi korban atas Tindakan itu, dan dari sanalah yang menjadi titik Alice mengubah total jati dirinya, dari seorang feminim menjadi wanita tangguh.
Jam telah menunjukkan pukul 08.00, saatnya Alice memulai harinya menjadi seorang penegak keadilan. Sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Detektif Brian, dirinya memilih untuk pergi ke tempat profesor yang ia kenal, demi untuk meminta dibuatkan seragam terbaik yang bisa digunakan dalam penyamaran di kampus mantannya.
‘’Hah hahah, kamu benar akan menyamar di kampusnya Prince?’’ tanya Profesor yang tidak fokus bekerja ketika Alice menceritakan semuanya dengan detail.
‘’Huhh, sudah kuduga. Professor pasti akan menertawakan ku, sudahlah Profesor, daripada hanya menertawakanku lebih baik Anda bantu bagaimana agar penyamaranku bisa berjalan baik disana,’’ ujar Alice semakin kesal dengan gelak-tawa yang diberikan oleh Profesor.
‘’Iya, iya. Ini akan saya buatkan pakaian yang bisa membuat penyamaran kamu berjalan dengan baik, ngomong-ngomong kamu ingin menyamar menjadi apa?’’ tanya Profesor duduk berhadapan dengan Alice.
Dirinya terlihat memikirkan pertanyaan dari Profesor, lebih dari lima menit Alice baru menyimpulkan, dirinya akan menjadi bukan dirinya selama melakukan penyamaran di kampus sang mantan.
‘’Maksud kamu? Kamu yakin lebih memilih untuk menjadi wanita yang gendut selama disana? Apa kamu tidak takut dengan buly yang bisa saja kamu dapatkan di kampus Prince?’’
‘’Dengar-dengar, kampusnya Prince itu kampus yang menilai semuanya dari penampilan, saya hanya takut jika kamu akan mendapatkan banyak cacian selama disana,’’ ujar Profesor.
‘’Hmm, yah saya sudah mengetahui semua hal tentang seluk-beluk kampus elite itu. Dan saya tidak akan peduli dengan ucapan mereka nantinya,’’
‘’Tugas saya disana hanya memecahkan kasus yang sempat ditutup dan sekarang dibuka kembali,’’ kata Alice tanpa keraguan.
Profesor sangat kaget dengan pernyataan jika Alice akan menyelidiki kasus paling sulit, bahkan saking sulitnya kasus itu ditutup, di takutkan kasus itu akan menyebabkan banyak nyawa melayang.
‘’Kamu yakin mau mengambil kasus yang paling sulit ini?!’’ tanya Profesor.
‘’Hmm,’’ balas Alice santai.
Alice sedang menunggu bajunya selesai, Profesor baru saja menyelesaikan permintaan Alice, menghabiskan waktu 1 jam lebih dan sekarang Alice begitu bangga dan tersenyum pada dirinya yang bisa terlihat dari pantulan cermin, hal itu malah membuat Profesor begitu heran, padahal Alice sangat cantik jelita, malah memilih melakukan penyamaran menjadi seorang wanita yang begitu gendut, sudah dapat dipastikan Alice mendapatkan banyak bully dari gadis-gadis di kampus Prince, yang mana standar kecantikan menjadi hal paling penting disana.
‘’Apa kamu sudah sangat yakin dengan bentuk kamu yang sekarang?’’ Profesor memastikan keputusan Alice.
‘’Hmm, memangnya kenapa, Prof?’’ tanya Alice.
‘’Bukan apa-apa, saya hanya takut dengan kondisi kamu yang sekarang. Kamu bahkan sudah tahu bahwa standar kecantikan di sana begitu tinggi,’’ ujar Profesor.
‘’Tidak perlu khawatir akan itu, baiklah saya harus pergi sekarang dan memulai hidup di neraka. Baiklah, Prof. jika begitu saya pamit dulu dan terima kasih untuk ini semua,’’ ujar Alice pamit dan meninggalkan ruangan penelitian Profesor.
Profesor hanya bisa menatap heran pada Alice, keputusan yang diambil oleh Alice memang terkesan gila, tapi hal itulah yang membuat Alice dikenal sebagai DETEKTIF GILA AKAN DEDUKSI.
‘’Semoga hati kamu bisa sekuat baja, Alice. Semoga semuanya berjalan dengan baik, dan semoga kamu masih bernyawa nantinya,’’ ujar Profesor yang memulai kembali pekerjaan yang sempat tertunda akan kedatangan Alice.
Dan saat ini Alice sudah berada di gerbang kampus sang mantan, bangunan megah dan tinggi menjulang membuat dirinya tersenyum, sudah sangat lama rasanya tidak menjadi seorang mahasiswi, baru saja melangkah, Alice dihadang oleh beberapa gadis-gadis di kampus elite itu.
‘’Hei! Wait!what are you doing?’’ tanya salah satu di antara para gadis-gadis berpenampilan serba mahal dan modis.
Alice sudah paham jika ini akan ia terima, postur tubuhnya mungkin akan menjadi permasalahan di kampus elite itu, dirinya tidak ambil pusing dan langsung saja pergi dari kumpulan para gadis-gadis.
‘’Hei!’’ teriak mereka yang berusaha mencegat langkah Alice untuk masuk ke dalam Kawasan elit itu, mereka menanyakan banyak hal dan terkesan ucapan yang gadis-gadis itu menghina fisik Alice yang sekarang.
Alice hanya diam, baginya sangat percuma untuk meladeni gadis-gadis ini, lebih baik dirinya focus dalam penyelidikannya di kampus sang mantan.
‘’Kenapa kamu hanya diam? Hah! Apa kamu bisu?’’
Gelak tawa saling bersautan satu sama lain, mereka para gadis-gadis kurang kerjaan itu semakin melakukan body shaming dan mengeluarkan ucapan yang tidak pantas, Alice hanya diam dan memperhatikan gadis-gadis ini dengan santai.
‘’Apa sudah selesai bicaranya? Apa sudah tidak ada lagi yang ingin disampaikan? Jika memang masih ada, saya persilahkan dengan segala hormat dan jika tidak ada, maka izinkan saya yang pergi. Saya tidak memiliki waktu dengan gadis-gadis konyol seperti kalian!’’ ucapan Alice membuat mereka semakin kesal, bisa-bisanya Alice membuat mereka di permalukan di depan umum.
‘’Sekarang minggir dari hadapan saya! Tidak ada waktu untuk meladeni gadis dengan otak kosong!’’ ujar Alice melangkah pergi.
Gadis-gadis itu semakin kesal dengan Alice, bahkan mereka berencana untuk membuat Alice merasakan hidup di neraka di kampus itu, yah mereka tengah membicarakan hal apa yang bisa membuat Alice merasakan neraka di kampus elit, dimana standar kecantikan di nomor satukan.
Dari kejauhan Prince memperhatikan semua yang terjadi di kampusnya, dia sedikit kagum pada keberanian yang dimiliki oleh Alice, wanita bertubuh besar yang sudah dapat dipastikan memiliki permasalahan dengan para gadis-gadis penguasa kampus.
‘’Gila, gue nggak menyangka jika akan ada wanita seperti dia yang mau ambil resiko besar untuk berada di kampus ini,’’ ujar seorang pria menatap focus pada Alice yang mulai masuk ke ruangan majelis guru.
‘’Hmm, lo benar. Padahal tidak ada yang berani untuk berhadapan dengan gadis-gadis pemegang rekor di kampus kita, harus gue akui jempol untuk wanita bertubuh bongsor itu,’’ balas pria lainnya.
‘’Apapun itu, dia akan menjadi saingan terberat mereka, gadis-gadis yang terus memecahkan rekor standar kecantikan di kampus kita selama tiga periode. Dan ini semua akan menjadi pertarungan yang menyenangkan untuk ditonton,’’ balas pria lainnya.
‘’Menarik,’’ ujar Prince.
Ketiga sahabat Prince saling pandang dengan pemikiran mereka masing-masing, dan mungkin saja pemikiran mereka sama persis untuk kasus kali ini.
‘’Jangan sampai seorang Prince jatuh cinta pada wanita bongsor itu,’’ ujar salah seorang.
Prince hanya memberikan jawaban dengan sedikit senyuman, dimana senyuman Prince ini memiliki banyak makna dan tentunya ketiga sahabatnya itu menaruh perasaan curiga pada Prince.
‘’Prince, sepertinya lo perlu dibawa ke dokter mata!’’
Pukul 10.00
Alice telah selesai acaranya di ruangan majelis guru, itu pertanda jika Alice diterima menjadi mahasiswa di kampus elit dengan standar kecantikan yang tinggi, padahal jika dipikir-pikir lagi, rasanya sangat mustahil Alice yang sekarang, Alice dengan tubuh bongsornya bisa diterima di kampus itu, mungkin saja Alice menyogok mereka, secara siapa yang tidak tergiur dengan uang.
‘Sekarang waktunya penyelidikan pertama akan dimulai, mungkin aku harus berusaha untuk menghindari gadis-gadis itu,’ batin Alice melangkah ke kelas barunya.
Baru saja memasuki kelas, betapa syoknya Alice melihat situasi kelasnya, gadis-gadis yang berusaha ia hindari ternyata sekelas dengannya, huhh, kehidupan neraka benar-benar akan dimulai, pikir Alice hanya bisa pasrah untuk masuk ke ruangan kelas barunya, jika pun Alice kembali ke ruangan staff itu juga sangat percuma, tidak ada lagi kelas yang bisa menerima mahasiswi baru.
Semua mata tertuju padanya, terlebih gadis-gadis itu, kebencian akan kejadian tadi pagi membuat mereka tersenyum puas karena pada akhirnya bisa memberikan pelajaran yang terbaik untuk Alice, gadis-gadis itu bersorak gembira, rasa kesalnya akan terobati setelah dosen keluar dari ruangan kelas.
Setelah Alice melakukan perkenalan diri secara singkat, dosen lantas menyuruh Alice untuk duduk di bangku yang kosong, dan benar saja gadis-gadis itu telah memiliki rencana jahat untuk Alice.
‘’Pak, disini ada bangku yang kosong,’’ ucap mereka kompak.
‘’Baik, Tuti. Kamu duduk disana yah hari ini,’’ ucap Dosen yang keluar dari ruangan kelas dan Alice pun melangkah ke tempat gadis-gadis kurang kerjaan itu.
‘’Hei!’’ ujar salah seorang dari mereka.
Alice hanya diam, buang-buang tenaga saja jika harus melayani mereka, di lain sisi Alice dari kejauhan melihat seseorang yang rasanya begitu familiar, yah mantanya sendiri mulai melangkah masuk ke dalam ruangan yang sama, jelas kehidupan neraka akan segera dimulai dan sudah pasti Alice mendapatkan banyak kekacauan dalam penyelidikan kali ini.
Gadis-gadis yang melihat kedatangan kumpulan pria tampan, mereka sangat bergembira dan memberikan pengumuman ketika kumpulan pria tampan sudah masuk ke dalam ruangan kelas.
‘’Gaiss, gua ada pengumuman nih. Please, dengerin baik-baik!’’ ucap salah seorang dari mereka.
Akhirnya semua yang ada di kelas memberikan pusat perhatian pada gadis-gadis itu, yah Alice sudah dapat menebak alur mereka, pasti bully pertama akan dirasakan olehnya. Alice tidak terlalu mementingkan itu semua, dia juga tidak akan takut di bully oleh mereka, justru Prince lah yang menjadi momok paling menakutkan bagi Alice.
‘’Gaiss, karena kita kedatangan teman baru, apa akita tidak ada acara penyambutannya? Apa seperti ini tata krama kelas kita pada teman baru kita yang Bernama Alice?’’ ujar salah seorang dari mereka.
Prince dan rombongannya saling pandang satu sama lain, terlebih gadis lainnya mengendap-ngendap dari belakang dengan membawa satu tong sampah penuh, baru hendak melangkah untuk dekat dengan Alice, dirinya sudah terlanjur mengerti apa yang akan terjadi, dan untuk memberikan efek jera kepada gadis-gadis kurang kerjaan itu, Alice bangkit berdiri dan menendang tong sampah yang ada di belakangnya secepat kilat, dan Bukkk, isi dari tong sampah itu malah mengenai gadis-gadis itu, gelak tawa tidak bisa dielakkan dari ruangan kelas.
Alice melangkah mendekat pada mereka dan berkata.
‘’UPPS, MAAF. TAPI INI MEMANG BALASAN YANG TEPAT UNTUK GADIS-GADIS KURANG KERJAAN!’’ ujar Alice yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian baru di kelasnya, dirinya melangkah keluar dari kelas ketika melihat target pertamanya dari jendela kelas.
‘’TUTI!’’
‘’DASAR WANITA BONGSOR, LO AKAN HIDUP DI NERAKA SELAMA DI KELAS INI!’’
Episode 3/ Tersangka Pertama
Alice alias Tuti, dirinya sedang membuntuti seseorang . pria itu juga terlihat seperti seorang dosen disana, dirinya berusaha meraih informasi lebih jauh dari dosen tersebut. Pria itu terlihat sedang makan di kantin Bersama dosen lainnya, dosen yang pagi ini mengantarkannya ke ruangan kelas. Dia sangat penasaran dengan dosen itu, pria yang ada di buku kasus.
‘’Apa mungkin pria itu sedang menyamar juga disini?’’ pikir Alice.
Dia kembali memperhatikan jauh lebih detail tentang pria itu, memang sangat mirip, tapi alasan dari buku kasus ini yang masih terus menjadi pertanyaan bagi Alice, dia mencatat beberapa hal penting dari pria yang menjadi tersangka pertama.
‘’Aku harus mendekat kesana,’’ gumam Alice melangkah ke daerah kantin dan sengaja untuk duduk di meja sebelahnya dosen itu.
Kedua pria tersebut menatap Alice dengan sangat heran, tatapan tajam membuat Alice ketakutan terlebih dari pria yang menjadi tersangka, tatapan sangat dingin membuat Alice sangat canggung.
‘’Owh, kamu ini yang tadi saya antarkan ke ruangan kelas di ujung sana kan?’’ tanya dosen, pria dengan tubuh putih atletis, wajahnya juga sangat model.
‘’Iya, Pak ….’’ jawab Alice singkat dan terbata-bata, itu semua terjadi karena sorot mata pria yang sangat dingin.
Dosen yang mengetahui jika Alice ketakutan lantas menegur pria yang duduk di sebelahnya.
‘’Heii, Bung. Apa harus ke semua gadis di kampus ini kamu berikan tatapan mematikan itu?’’ ujar dosen, yang entah siapa namanya.
Pria itu tidak mengindahkan teguran dari rekannya, malah tatapan yang jauh lebih dingin diberikan oleh pria itu padanya.
‘’Nama kamu siapa?’’ tanyanya.
‘’Hei! Apa perlu dengan tatapan itu, sudahlah … masalah itu seharusnya tidak menjadi permasalahan. Gadis ini mahasiswi baru, dimana tata krama kamu sebagai seorang dosen, Bung?’’
Alice sangat ketakutan, kesan negatif jelas terpancar dari pria itu. Tapi dia akan berusaha untuk tenang, mungkin dosen yang ada di samping pria ini akan membantunya dalam penyelidikan.
‘’Nama saya Tuti, Pak. Saya mahasiswi baru di kampus ini,’’ ujar Alice memperkenalkan dirinya.
‘’Oh,’’ balas pria itu singkat, dirinya bangkit berdiri dan pergi dari sana begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Alice hanya menatap heran padanya, Pak Dosen yang menyadari lantas menawarkan makanan dan minuman terbaik di kantin. Alice akhirnya memesan nasi goreng dan dan teh hangat, tidak menunggu lama pesanan mereka datang.
‘’Silahkan dinikmati, ucap Pak Dosen.
Alice masih sangat canggung untuk makan di meja yang sama dengan dosen tampan, dia berusaha untuk tenang, hanya saja karena saat ini Alice menjadi Tuti, dia harus bisa melakukan penyamaran dengan baik.
‘’Kamu tidak usah ambil pusing pada pria itu, dia memang terkenal sangat dingin di kampus ini. Oh yah, nama kamu itu Tuti kan?’’ tanya Pak Dosen memulai pembicaraan.
‘’Iya, Pak. Nama Bapak siapa?’’ tanya Alice.
‘’Nama saya Boni, saya dosen jurusan filsafat dan pria yang tadi itu namanya Fandi dosen matematika. Oh yah, kamu kenapa tidak di kelas? Bukannya jam pembelajaran matematika itu akan dimulai?’’ tanya Pak Boni.
Yah karena pembicaraan Panjang mereka dan terlebih wajah tampan dari sang dosen, siapa yang tidak akan terpikat coba? Hanya saja karena dosen matematikanya dosen dengan tatapan mematikan, Alice izin pamit untuk kembali ke kelas.
‘’Haduhh, dua menit lagi masuk!’’ gumam Alice seraya berlari sekuat tenaganya.
Dan benar saja pembelajaran sedang berlangsung, dan pria dengan tatapan mematikan itu sedang menulis di papan tulis, Alice yang tidak ingin membuat masalah pertama, hanya bisa berdiri dari luar jendela dan mendengarkan pembelajaran yang disampaikan oleh Dosen Fandi.
Tidak begitu lama, Dosen Boni melihat Alice yang hanya berdiri di luar kelas, pria itu mendekat dan bertanya langsung pada Alice kenapa dirinya hanya berdiri di luar saja.
‘’Ehh, Bapak Boni … itu Pak ….’’ Alice bingung harus memberikan jawaban apa.
‘’Kamu takut yah sama Pak Fandi? Santai saja, jika kamu bisa memberikan kesan pertama yang baik, maka Dosen itu akan membantu kamu dalam urusan nilai,’’ ujar Pak Boni yang menatap ke papan tulis, terlihat ada lima pertanyaan.
‘’Kamu bisa menjawab pertanyaan yang ada di depan sana?’’ tanya Pak Boni.
Alice memperhatikan pertanyaan yang ada di depan sana dan menyanggupinya, yah karena sebagai seorang detektif hitung-hitungan Alice tidak perlu diragukan lagi, bahkan sebelum menjadi detektif dirinya sering mengikuti perlombaan nasional maupun internasional.
Pak Boni menarik tangan Alice untuk masuk ke dalam kelas dan Tindakan itu membuat semua yang ada di kelas kaget dengan Pak Boni yang menggandeng tangan Alice, padahal selama ini dua dosen itu, Boni dan Fandi merupakan pria yang sangat anti dengan seorang wanita.
‘’Silahkan dijawab pertanyaan yang ada di depan sana,’’ ujar Pak Boni.
Alice langsung mengerjakan lima soal di depan kelas, sekalipun awalnya terjadi perdebatan singkat di antara kedua dosen tampan itu, Prince dan rombongannya memperhatikan seksama kejadian yang ada di depan sana.
‘’Lo ngerasa ada yang aneh nggak sih dari dosen itu? Sepertinya mereka berbeda sekali hari ini semenjak Tuti yang gendut itu ada di kampus kita,’’ bisik pria yang duduk bersebelahan dengan Prince.
‘’Hmm, gue juga merasa ada yang aneh. Padahal kan selama ini yang kita kenal, kedua dosen itu sangat anti dengan wanita, tapi kenapa dengan si Tuti, mereka sangat aneh?’’ balas pria lainnya.
Ketika perdebatan singkat terjadi di antara rombongan Prince Tuti alias Alice juga telah menyelesaikan lima soal yang ada di depan sana dan hanya tinggal menunggu apakah jawabannya benar dan diterima oleh Pak Fandi.
‘’Terbukti kan jika Tuti ini sangat paham dengan pelajaran Anda? Dan rasanya dia bisa menjadi perwakilan kampus dalam olimpiade matematika yang akan di adakan di Dubai lima hari lagi, apakah kamu mau menjadi perwakilan kampus kita, Tuti?’’ tanya Pak Boni.
Dirinya berusaha berpikir dan akhirnya memberikan anggukan, Pak Boni lantas mengajak Tuti ke ruangan pribadinya dan membicarakan olimpiade yang akan dilaksanakan.
Di dalam ruangan pribadi Pak Boni, dirinya merasa sangat heran, kenapa perlakuan yang di dapatkan olehnya begitu berbeda, padahal dosen-dosen sebelumnya memberikan tatapan tidak suka pada Tuti yang berbadan gendut, dimana kriteria yang sangat jauh dari kampus elite itu, dan nasib baiknya Pak Boni yang menolong agar Tuti bisa berada disini.
‘’Pak saya boleh bertanya?’’ tanya Tuti ketika melihat Pak Boni sedang focus mengurusi beberapa berkas.
‘’Hmm, mau bertanya apa?’’ tanya Pak Boni.
‘’Kenapa Bapak berbeda dari dosen yang lain?’’ ujar Alice alias Tuti yang membuat Pak Boni menatap kepadanya dengan sangat lekat.
‘’Memangnya? Apakah itu semua salah?’’ tanya Pak Boni masih dengan tatapan yang sama.
‘’Bukan begitu, Pak. Hanya saja saya tahu jika kampus ini menilai segala sesuatu dari fisik yang cantik dan tampan, sementara Bapak lihat sendiri perlakuan para dosen lainnya pada saya hanya karena ukuran tubuh yang saya besar,’’ ucap Alice.
‘’Ohh, itu. Itu semua karena saya berbeda dari mereka dan harus saya akui saya kagum dengan keberanian kamu ketika memberikan pelajaran di kelas kamu itu,’’ kata Pak Boni.
‘’Jadi … Bapak melihat semuanya?’’ tanya Alice.
‘’Hmm,’’
‘’DAN HARUS SAYA AKUI SAYA MENYUKAI KAMU,’’ ucap Pak Boni menatap lekat pada Alice.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!