𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙖𝙪 𝙖𝙠𝙪 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙠𝙖𝙪 𝙩𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙨𝙚𝙥𝙚𝙣𝙪𝙝𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙖𝙡𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙪 𝙖𝙩𝙖𝙨 𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙚𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞 𝙥𝙖𝙙𝙖𝙠𝙪....
𝘽𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙗𝙚𝙧𝙣𝙞𝙖𝙩 𝙗𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙗𝙚𝙜𝙞𝙣𝙞, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙧𝙖𝙨𝙖 𝙠𝙚𝙘𝙚𝙬𝙖 𝙞𝙣𝙞 𝙩𝙚𝙡𝙖𝙝 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙩𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙖𝙩𝙖 𝙝𝙖𝙩𝙞𝙠𝙪. 𝙈𝙖𝙖𝙛𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙖𝙩𝙖𝙨 𝙙𝙤𝙨𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙩𝙚𝙧𝙢𝙖𝙖𝙛𝙠𝙖𝙣 𝙞𝙣𝙞...
.
.
.
Kost Putri dan kost Putra. Dua tempat yang berbeda itu berdiri berdampingan seolah sedang menyatukan sesuatu. Sesuatu yang berbeda namun juga memiliki persamaan. Sesuatu yang sulit disatukan tapi tidak mustahil untuk bersatu...
Disana, hidup berdampingan beberapa orang yang saling bersaing entah untuk tujuan apa. Mereka hidup berdampingan tapi tidak tau dengan pasti seperti apa orang-orang yang setiap hari berjumpa dengan mereka....
🌺
🌺
Minatozaki Karin atau yang lebih akrab disapa Karin adalah seorang gadis yang masih memiliki darah keturunan Jepang dari ayahnya. Gadis yang berusia 27 tahun itu adalah salah satu penghuni di kost Putri. Karin lebih memilih tinggal di kost Putri daripada rumah pribadinya yang lebih luas dan nyaman. Padahal kondisi ekonomi nya tidak bisa dikatakan pas-pasan.
Karin hidup serba berkecukupan. Bahkan gadis itu sudah memiliki usaha sendiri. Bukan hanya satu, tapi ada beberapa. Orang-orang mungkin akan merasa bingung dengan jalan pikiran dan juga keinginan nya, tapi dia memiliki alasan tersendiri dengan apa yang dilakukannya itu.
🌸
Andara, panggil saja begitu. Andara adalah salah satu penghuni kost Putri yang cukup fenomenal.Gadis yang masih memiliki darah keturunan Rusia itu juga bukan berasal dari keluarga yang biasa saja. Hidup nya juga serba tercukupi. Tapi Andara lebih memilih untuk tinggal di kost Putri. Hanya saja, gadis itu memiliki alasan yang tepat untuk tinggal di sana. Gadis yang berusia 22 tahun itu beralasan kalau kost Putri tempatnya tinggal, lokasinya sangat dekat dengan tempatnya berkuliah. Itulah alasan dibalik alasannya yang sesungguhnya.
Andara adalah gadis yang ramah dan periang. Orang-orang disekitarnya sangat menyukainya karena kecantikan dan kebaikan hatinya. Tapi, jangan terlalu jauh menilai seseorang karena mungkin saja orang itu akan membuatmu merasa kecewa.
🌼
Karin dan Andara tinggal sekamar dengan gadis bernama Rika. Marika Risnawati adalah nama lengkapnya. Gadis keturunan Jawa tulen itu sudah tinggal di kost Putri selama lebih dari enam tahun. Dia tinggal di sana sejak masih kuliah. Saat ini, gadis berusia 25 tahun itu sedang bekerja di sebuah Bank di dekat cafe milik Karin.
Rika adalah gadis yang ramah dan tidak membeda-bedakan teman. Walaupun dia cukup cerewet, tapi dia tidak pernah mencampuri urusan orang lain yang baginya tak perlu untuk ia ikut campur.
.
🍃
.
"Hai Karin," sapa seorang perempuan yang melewati kamar Karin saat gadis itu sedang membersihkan kaca depan di kamar kostnya. Karin menjawab sapaan itu sambil tersenyum simpul.
"Dari tadi kamu di rumah aja?" tanya perempuan itu.
"Iya, mbak. Cafe sengaja aku tutup dulu, biar pegawaiku pada cuti dulu. Lagian aku juga mau rehat sambil liat yang mau pada lomba."
"Kamu ikutan?"
Karin mengerutkan keningnya sambil tersenyum. "Ya enggak lah, mbak. Mbak Yuni ini ada-ada aja."
"Lah, emangnya kenapa kalau ikutan? Anak-anak kost sebelah banyak yang ikutan, loh. Kamu gak merasa tersaingi?"
"Enggak, mbak. Kalo mbak Yuni mau, silahkan mbak ikutan lomba."
Perempuan bernama Yuni itu hanya berdecak lalu tak lama ia berpamitan pada Karin dan meninggalkan gadis itu sendirian.
Karin hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Senengnya bikin orang jadi umpan aja nih orang. Kenapa gak maju sendiri kalo ujung-unjungnya pengen dapet pujian? "
"Siapa?" tanya seseorang dari dalam kamar secara tiba-tiba. Orang itu hanya menyembul kan sedikit kepalanya.
Karin yang sedang serius mengoceh, terlonjak kaget sampai botol pembersih kaca yang ia pegang jatuh ke lantai.
"Kamu ini... Kaget tau."
"Heheh, maaf. Makanya jangan terlalu serius bengongnya, jadinya kaget kan? "
"Eeh... Udah salah malah nyalahin orang."
Gadis yang memang tidak keluar dari kamar itu semakin menyembunyikan dirinya di dalam ruangan itu. Karin mengejarnya masuk setelah menutup rapat pintu kamar kostnya. Mereka berdua berlarian di dalam kamar berukuran 8x9 meter itu.
"Udah, Karin. Aku capek," rengek manja gadis yang saat ini sedang digelitiki oleh Karin itu.
"Nggak sampai kamu minta maaf."
"Iiihh... Aku kan gak salah. Udah ah Karin... Geli..."
"Baiklah, Andara sayang. " Karin bangkit dari posisinya yang menindih tubuh Andara. Mereka pun duduk di sofa di ruang tamu.
"Karin sayang..." Andara menempelkan tubuhnya pada Karin. Memeluk dari samping tubuh gadis yang lebih tua darinya itu.
"Karin," panggilnya lagi, kali ini lebih manja dari yang pertama.
"Iya. Kenapa? Biasanya kalau manja-manja begini pasti ada maunya." Karin tersenyum sambil mengusap dengan sayang pucuk kepala Andara.
"Kayaknya aku udah gak punya alasan yang kuat buat nolak keinginan orang tuaku yang nyuruh aku pulang. " Wajah Andara terlihat sedih saat mengucapkan itu.
Karin membuang nafasnya kasar." Ya udah, pulang aja. Lagian orang tua kamu juga pasti udah kangen sama kamu. Biarin mereka melepas rindu mereka sama kamu. Selama apapun itu, aku pasti izinin kok."
"Kamu ngomong gini bukan karena marah, kan?"
"Ish, ya nggak lah. Mereka itu orang tua kamu. Aku gak berhak ngelarang kamu sampai kayak gitu."
Andara tersenyum senang dan semakin mengeratkan pelukannya pada Karin. "Jadi makin sayang deh."
"Harus dong. Pacar kayak aku tuh gak akan ada duanya."
Andara menatap Karin sambil tersenyum malu-malu. "Kenapa lagi?" tanya Karin yang sedikit keheranan.
"Kiss dulu," pinta Andara lalu menyembunyikan wajahnya di dada Karin.
Karin tertawa pelan tapi wajahnya menunjukkan kalau dia senang. "Terus kenapa sembunyi?"
Andara mengangkat wajahnya dan menatap Karin dengan mata indahnya. Mereka berdua sama-sama terdiam dan mendekatkan wajah mereka. "Kamu cantik," ucap Karin saat wajah mereka sudah sangat dekat.
"Kamu juga cantik," ucap Andara tak kalah lirih.
Braakk!!!
Suara keras pintu yang terbuka tiba-tiba, membuat kedua gadis itu menghentikan apa yang akan mereka lakukan. Keduanya bergerak dengan canggung lalu menengok ke belakang ke arah pintu masuk kamar kost mereka. Di sana berdiri dengan tegak seorang gadis yang menjadi teman sekamar mereka.
Karin berdiri dengan canggung lalu bertanya apa adanya. "Rika? Kamu ngapain banting-banting pintu kayak gitu?" Rika yang masih berdiri di ambang pintu hanya terdiam seolah kesadarannya hilang dari tubuhnya.
Kemudian Andara berdiri mengikuti Karin dan ditatapnya wajah Rika yang seolah terkejut itu. "Emm... Rika?"
"Iya?" jawab Rika yang terdengar seperti bertanya. Gadis itu terlihat masih linglung. Karin dan Andara saling menatap kebingungan dan juga merasa malu, apakah Rika melihat apa yang mereka lakukan? Seperti itulah pertanyaan yang ada di benak mereka.
"Kyaaaa!!!!" Teriak Rika secara tiba-tiba. Tingkahnya benar-benar membuat Karin dan Andara terkejut bukan main. Jantung mereka sampai seolah hampir copot dibuatnya.
Rika berlari ke arah mereka dengan tatapan yang membuat mereka takut. Apakah ada sesuatu yang terjadi padanya?
Rika sampai pada mereka dan kini menatap Andara dan Karin bergantian dengan wajah yang cukup menakutkan. "Heheh...." suara tawanya membuatnya seolah bertambah menakutkan.
Karin membulatkan matanya saat Rika memegangi kedua bahunya sambil terus tersenyum.
"Kamu kesambet apa sih, Rik? "
"Aku... Heheh... Aku... " Rika tampak kebingungan untuk menjawab.
"Kamu habis dapat hadiah? " tanya Andara asal.
"Ya, ya, itu dia! Aku baru dapat bonus! Heheh... " Tawa Rika masih terdengar aneh, apalagi melihat kondisi tubuhnya yang sedikit gemetaran.
Karin dan Andara melihatnya dengan heran. "Kamu lapar? " tanya Karin. Rika tanpa pikir panjang mengiyakan pertanyaan itu.
"Aku ke belakang dulu, ya? Mau makan siang. Heheh... Dah... " Rika berlalu tapi dengan tatapan yang seolah kosong.
Karin dan Andara melihat itu dengan pikiran yang lumayan rumit.
Di dapur, Rika hanya berdiam diri di dekat kulkas. Dengan segelas air minum di tangannya, gadis itu terus bergumam, "Ini bukan pertama kalinya aku melihat mereka seperti itu. Haruskah aku masih diam sementara aku tau kalau yang mereka lakukan itu salah? Tapi... Aku tidak ingin salah melangkah. Mereka adalah orang terdekat ku di sini. "
.
.
.
bersambung...
.
.
.
Hai Hai Hai.. 😅😅😅
ini karya kedua ku.. mohon dukungannya ya man teman...
aku akan terima kritik dan sarannya ya, tapi jangan yang buat aku down ya😆... aku masih dalam proses belajar ini soalnya 😁
mohon maaf juga bila ada yang kurang mengenakkan dari hasil karyaku ini.. aku membuat ini bukan untuk menyinggung siapapun..
ini murni hasil kehaluanku ya😉😉
salam dari Yuya😘😘😁
𝙒𝙖𝙝𝙖𝙞 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙪 𝙨𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜𝙞, 𝙢𝙖𝙖𝙛𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙠𝙖𝙧𝙚𝙣𝙖 𝙟𝙖𝙡𝙖𝙣 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙠𝙪 𝙥𝙞𝙡𝙞𝙝 𝙞𝙣𝙞. 𝙈𝙖𝙖𝙛𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙥𝙖𝙨𝙩𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙪𝙖𝙩 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙘𝙚𝙬𝙖. 𝙈𝙖𝙖𝙛𝙠𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙖𝙠𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙢𝙗𝙖𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙗𝙖𝙣 𝙩𝙖𝙣𝙜𝙜𝙪𝙣𝙜 𝙟𝙖𝙬𝙖𝙗 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣...
𝘼𝙠𝙪 𝙨𝙖𝙙𝙖𝙧 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙥𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙖𝙠𝙪 𝙡𝙖𝙠𝙪𝙠𝙖𝙣. 𝘼𝙠𝙪 𝙨𝙖𝙙𝙖𝙧 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙗𝙪𝙖𝙩𝙖𝙣𝙠𝙪. 𝙈𝙖𝙠𝙖 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙞𝙩𝙪, 𝙖𝙠𝙪 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙣𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖 𝙖𝙥𝙖𝙥𝙪𝙣 𝙝𝙪𝙠𝙪𝙢𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙣𝙘𝙞𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙖𝙡𝙞𝙖𝙣. 𝙒𝙖𝙡𝙖𝙪𝙥𝙪𝙣 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙖𝙪 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣𝙠𝙪 𝙞𝙣𝙞 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙖𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙜𝙝𝙞𝙣𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙥𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙖𝙣𝙠𝙪 𝙞𝙣𝙞. 𝘼𝙠𝙪 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙪𝙙𝙖𝙝𝙞 𝙨𝙚𝙢𝙪𝙖 𝙞𝙣𝙞...
🌷🌷
Kost Putri dibangun beberapa hari setelah bangunan kost Putra sudah mencapai tahap lima puluh persen pembangunan. Tak ingin kalah dari kost Putra, bangunan kost Putri berdiri lebih tinggi dan lebih luas dari kost Putra.
Namun seolah tak ingin kalah, beberapa tahun setelahnya, pemilik kost Putra pun sudah merenovasi tempat itu menjadi lebih tinggi dan luas dari kost Putri. Tapi saat kost Putri diperluas, kost Putra sudah tidak bisa menambah luasnya karena lahannya sudah tidak mencukupi. Jadi intinya, kost Putra unggul dengan tingginya dan kost Putri unggul dengan luasnya.
Kost Putri dan kost Putra dibatasi oleh tembok dengan tinggi mencapai dua meter. Kedua bangunan itu sama-sama dikelilingi oleh tembok dari ujung sampai ke batas pintu gerbang. Gerbang dengan tinggi mencapai dua setengah meter membentang hingga selebar empat meter. Kedua bangunan itu memiliki ukuran gerbang yang sama. Walaupun lahan kost Putri lebih luas dari kost Putra.
Persaingan terus berlanjut hingga beberapa tahun kemudian, kedua tempat itu sama-sama kedatangan penghuni baru. Dua orang yang memang sudah bersaing jauh sebelum datang ke tempat itu.
Mereka berdua disebut sebagai penghuni VIP. Kamar tempat mereka tinggal memiliki ukuran yang jauh berbeda dengan penghuni yang lain. Itupun karena mereka berdua saling bersaing. Hingga apapun yang ada dikamar mereka, itupun menjadi alat persaingan mereka.
Fasilitas yang mereka dapatkan juga berbeda dengan yang lain. Sudah pasti pula harga yang mereka keluarkan juga berbeda dengan yang lain. Hingga mereka berdua sudah merasa bosan terus bersaing seperti itu. Para penghuni yang lain lah yang seolah menggantikan mereka untuk bersaing.
Teman-teman mereka seolah memprovokasi mereka untuk tetap bersaing. Teman-teman mereka sudah terlanjur terbiasa dengan persaingan yang mereka lakukan. Kedua orang itu sudah ibarat ketua bagi mereka untuk bersaing dengan tujuan menjatuhkan yang lain, sama seperti yang mereka berdua lakukan. Karena setiap persaingan di kedua tempat itu, mereka berdua lah yang menjadi ketua dan juga penyebabnya.
☀☀☀
Thanit Akmal Pranadipta adalah pemuda berdarah campuran Thailand-Bandung dan Makassar. Pemuda ini seolah menjadi penghuni paling unggul di kost Putra. Pemuda berusia 28 tahun yang memiliki sebuah dealer mobil itu seolah menjadi harta berharga bagi pemilik kost Putra.
Sikapnya yang baik dan kerap berbagi pada setiap penghuni kost Putra membuatnya disukai oleh para penghuni di sana. Tapi pemuda yang kerap disapa Thanit itu hanya baik kepada orang-orang tertentu. Sikapnya akan berubah jauh berbeda jika ia berhadapan dengan orang yang tidak ia sukai.
Thanit akan menunjukkan sikap yang benar-benar menyebalkan jika berhadapan dengan orang yang tidak disukainya. Apalagi berhadapan dengan musuh dan saingannya. Thanit seolah memiliki kepribadian ganda. Dia yang sangat baik bisa berubah sangat sombong dan ketus.
Alasan kenapa pemuda ini lebih memilih tinggal di kost adalah karena Thanit tidak pernah cocok dengan keluarganya akan suatu hal. Thanit pergi dari keluarganya untuk lebih mandiri. Thanit tinggal di kost karena ia menyukai keramaian, sesuatu yang ia anggap tak mungkin ia dapatkan jika ia tinggal di rumah miliknya sendiri. Tapi Thanit juga memiliki alasan yang lain, dan alasan itu jugalah yang membuat keluarganya murka terhadapnya.
🍁🍁🍁
Clarence Royz Hutcherson adalah pemuda keturunan Rusia-Australia. Kehadirannya juga seolah menjadi aset berharga bagi kost Putra. Apalagi pemuda berusia 21 tahun itu adalah teman baiknya Thanit. Orang-orang di sana segan padanya seolah segan pada Thanit.
Hanya saja, kebanyakan dari mereka hanya melakukan itu di depannya saja. Kebanyakan dari mereka seolah memiliki dua muka ketika berhadapan dengannya. Apalagi pemuda yang lebih akrab disapa Roy itu kadang bersikap sedikit gemulai, itu membuat orang-orang merasa cukup risih ketika berdekatan dengannya.
Saat ini, Roy kuliah di tempat yang sama dengan Dara. Roy pun memiliki alasan yang sama dengan Dara. Bahkan alasan dibalik alasannya juga sama dengan Dara.
Walaupun orang tuanya adalah pengusaha besar, tapi mereka sama sekali tidak mempermasalahkan Roy harus tinggal di mana. Bagi mereka, selama tempat itu layak dan Roy diterima dengan baik disana, mereka akan berusaha menyetujuinya. Tapi mereka juga memiliki aturan untuk anak bungsu mereka itu.
Entah karena terlalu sayang atau karena orang tuanya terlalu sibuk, tapi izin dan aturan dari orang tuanya membuatnya senang dan merasa bebas. Ya... Bebas...
☀☀☀
Joko Bagus Haryoko adalah teman sekamar Thanit dan Roy. Pemuda berusia 29 tahun yang bekerja di dealer milik Thanit itu diterima dengan baik oleh Thanit untuk menjadi teman sekamarnya saat itu.
Kehidupan Joko tidak sebaik Thanit dan Roy, tapi Thanit dan Roy tidak pernah mempermasalahkan berasal dari mana dan kalangan apa Joko berasal. Thanit dan Roy tidak pernah memandang rendah status sosial temannya ini. Yang pasti mereka berteman sangat baik.
Joko juga pemuda yang baik. Dia siap memberikan bantuan untuk temannya yang membutuhkan bantuannya. Walaupun sikapnya terkadang usil dan juga jail, tapi dia tetaplah pemuda yang baik.
🌹🌹🌹
Ryanza Antonio atau akrab disapa Ryan. Pemuda ini juga teman sekamar Thanit. Pemuda yang sudah berusia 30 tahun itu bekerja menjadi seorang Personal Trainer di sebuah pusat kebugaran yang jaraknya tidak jauh dari kost. Sikapnya lebih tenang dan juga ia lebih pendiam dari teman-temannya yang lain. Tapi walaupun dia pendiam, banyak sekali perempuan yang menyukainya. Seperti penghuni kost Putri. Tapi mereka harus diam-diam menyukainya karena rasa gengsi mereka yang menyukai penghuni kost Putra.
Ryan ramah pada siapapun. Walaupun dengan orang yang tidak menyukai dan ia sukai sekalipun. Pertemuannya yang secara tidak sengaja dengan Thanit, membuatnya mereka berteman baik dan akhirnya tinggal bersama di kost Putra. Kehidupan Ryan bisa dikatakan lebih baik dari Joko, walaupun masih jauh dari Thanit dan juga Roy.
Keempat pemuda itu tinggal di kamar berukuran 8x10 meter. Ukuran kamar yang lebih luas daripada kamar milik Karin. Tapi itu adalah salah satu hasil persaingan mereka.
Luas kamar di kost Putra dan kost Putri memiliki ukuran yang berbeda. Luas rata-rata kamar di sana sekitar 8x4 meter. Ada yang lebih sempit dan ada juga yang lebih lebar dari itu, tapi yang pasti, kamar milik Thanit dan Karin lah yang paling luas. Entah kamar mereka masih tergolong kamar atau apa?
.
.
.
bersambung...
.
.
.
salam dari Yuya😘😘😁😁
Hari semakin sore. Suasana kota ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Banyaknya orang yang pulang bekerja membuat jalanan menjadi sangat padat. Salah satu diantara pengemudi di jalan itu adalah Thanit.
Pemuda itu nampak sangat kesal karena mobilnya tak kunjung bergerak. Bibirnya tak hentinya mengumpat bahkan saat ada orang lain melihatnya. Dirinya malah semakin terlihat marah dan matanya melotot seolah mau keluar.
Hingga beberapa saat berlalu, mobilnya akhirnya bisa bergerak dan melaju meninggalkan jalan raya. Tapi, mulutnya masih saja tak berhenti mengomel.
Wajah pemuda itu masih saja ditekuk saat sudah memasuki area kost Putra. Dilihatnya teman-temannya yang terlihat sibuk entah mengerjakan apa. Dimasukkannya mobil yang ia kendarai ke dalam garasi di kost Putra.
"Halo, bro. Udah pulang lo? " tanya salah satu temannya dengan tersenyum saat Thanit turun dari mobilnya. Thanit hanya tersenyum bahkan senyumnya juga terlihat terpaksa.
Thanit meninggalkan teman-temannya yang sedang sibuk dan berjalan ke arah kamar kostnya. Teman-temannya tidak terlalu peduli dengan mood Thanit saat ini. Mereka kembali ke aktivitas mereka masing-masing.
Brakk!!
Suara pintu yang didorong dengan keras oleh Thanit. Entah kenapa pemuda itu sangat marah. Sampai-sampai pintu yang berdiam diri pun jadi pelampiasannya.
Di kamar itu ada Roy dan Joko. Mereka yang sedang makan camilan sambil nonton TV harus rela kehilangan camilan yang sedang mereka makan. Karena saking kagetnya, camilan yang di pegang Joko itu sampai tumpah ke lantai. Mereka pun menatap dengan heran Thanit yang masih saja tampak emosi.
"Lu kenape, sob? " tanya Joko. "Kayaknya sebelum kita pisah tadi lu baek-baek aja. "
Thanit menghempaskan tubuhnya ke sofa. Membuang nafas dengan kasar sebelum menjawab dengan lemas pertanyaan Joko. "Cuma abis ketemu nyokap. "
"Lu ketemu nyokap kayak abis ketemu musuh aja. Bukannya udah lama banget lu gak ketemu keluarga lu? " tanya Joko sambil membersihkan camilan yang tumpah.
Thanit tidak menjawabnya dan malah menatap Joko dengan kesal. Joko yang tidak peka hanya menatap biasa wajah menakutkan Thanit.
"Ekhem." Roy sengaja berdehem untuk mencairkan suasana. Pemuda itu mengambil selembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya lalu diberikannya pada Joko.
"Mas Ko, bisa minta tolong, gak? Aku lagi kebelet BAB ini. Bisa beliin camilan sekalian beli obat mules, gak? "
Joko menatap Roy sambil mengunyah sisa camilan yang tumpah tadi. Tatapannya seperti anak yang masih polos, tidak terlihat ada kecurigaan sedikitpun.
"Boleh. Sekalian mau nengok yang di luar juga, " jawabnya lalu berdiri setelah mengambil uang itu dari Roy.
Roy mendekati Thanit setelah memastikan bahwa Joko benar-benar pergi. Di tutupnya juga pintu masuk dengan rapat untuk menghindari sesuatu yang tidak mereka inginkan.
"Kenapa? " tanya Roy dengan lembut saat mereka sudah duduk berdua. Thanit tidak menjawabnya dan malah menarik Roy ke dalam pelukannya.
"Apa kalian bertengkar lagi? "
"Udah, gak usah dibahas. "
"Maaf. Karena aku, kalian jadi se renggang ini."
Thanit menempelkan jari telunjuknya di bibir Roy. "Sssttt. Ini bukan salahmu. Ini adalah pilihanku. Kita lalui ini sama-sama, oke? "
Roy tersenyum walaupun masih terlihat kesedihan di wajahnya. Thanit menyandarkan kepalanya di kepala Roy. Menatap langit-langit kamar dengan sendu. "Entah kapan, tapi kita pasti bisa membuat mereka luluh dengan hubungan kita. Aku harap, kamu tidak menyerah dengan semua ini. "
Roy menggeleng sambil tersenyum. "Tentu. Bagaimanapun, kamu adalah segalanya. Tidak ada yang bisa mengerti aku selain kamu. "
Mereka saling memeluk dengan senyuman yang tulus. Lalu Thanit mengurai pelukan mereka dan mengedarkan pandangan nya di sekeliling ruangan. "Ryan belum pulang? "
Roy tampak kurang senang dengan pertanyaan itu. Akhir-akhir ini, Roy sering sekali cemburu pada orang lain, terlebih lagi pada Ryan.Pemuda itu mencebikkan bibirnya dan memalingkan wajahnya dari Thanit."Kenapa tanya-tanya dia? "
Thanit tersenyum karena mengerti dengan maksud Roy. "Hei, kenapa ngambek? Kan cuma tanya. Jangan sampai dia datang pas kita lagi pelukan. Bisa susah jelasinnya tau. Kayak kamu gak tau aja. Iya, kan? "
Roy membuang nafas panjang dan menatap Thanit yang sedang mengelus kepalanya. "Iya deh... "
"Nah gitu dong. " Thanit seolah gemas dengan sikap Roy.
Mereka kembali menempelkan kepala mereka sambil melihat TV yang sedari tadi mereka abaikan.
"Aku harus ke Surabaya beberapa hari lagi, Oma ku sakit. Kamu tau, kan? Hanya Oma satu-satunya orang yang benar-benar peduli padaku sebelum aku bertemu dengan kamu. Aku harap, kamu mau memberiku izin untuk pergi. "
Thanit tampak berat dengan permintaan Roy, namun ia juga tak mungkin jika harus menahan Roy untuk tidak pergi.
"Pergilah. Buat Oma mu bahagia saat kamu bertemu dengannya.Kalau kamu senang, aku juga akan senang. Tapi, jangan macam-macam kamu di sana. "
Roy yang semula tersenyum kini sedikit menggembung kan pipinya. "Harusnya aku yang memberi peringatan untuk mu. Banyak sekali cowok keren di sini. Awas ya kalo jelalatan. " Roy terlihat serius saat mengucapkan itu.
Thanit tertawa keras. "Makin gemes jadinya." Dicubit nya kedua pipi Roy yang sedikit memerah itu. Lalu di kecup nya sekilas bibir lelaki di hadapannya itu.
Roy yang seolah marah kini menjadi luluh. Di peluknya dengan erat tubuh pria yang merupakan kekasihnya itu.
Sungguh, pemandangan yang bisa membuat sebagian orang menjadi jantungan.
.
.
.
Malam pun tiba. Suasana di sekitar kost tidak seperti biasanya. Karena esok adalah perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Sebagian orang masih terlihat sibuk, tapi sebagian yang lain tampak santai duduk bersama di depan kost mereka.
Setiap tahun, kost Putra dan kost Putri pasti ikut meramaikan acara ulang tahun kemerdekaan. Mereka kerap mengikuti lomba yang diadakan di dekat tempat tinggal mereka. Mereka ikut berbaur dengan warga sekitar untuk meramaikan acara itu.
Di dekat tempat mereka tinggal, ada sebuah lahan yang sangat luas milik salah satu warga di sana. Lahan itu selalu dijadikan lapangan untuk tempat diselenggarakan nya lomba. Setiap yang datang pasti akan merasakan kebersamaan yang begitu kuat. Penghuni kost Putra dan kost Putri diterima dengan baik oleh warga sekitar karena mereka juga bersikap dengan baik kepada para warga.
.
.
Bersambung...
.
...
salam dari Yuya😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!