NovelToon NovelToon

HOW TO BE A GOOD GIRL

Prolog

Pemandangan langit mulai berubah menjadi kemerahan. Matahari yang perlahan tenggelam ke sisi barat ditandai dengan kemunculan angin sore yang berhembus perlahan namun menyejukkan.

Sekujur tubuhku mati rasa. Angin sore yang berhembus perlahan menjadi semakin kencang membuat rambutku berkibas tak beraturan mengikuti arah angin.

Fyuhh..

Sebenarnya aku sedang apa? Kenapa aku ada disini? Perasaan apa ini?

Disaat aku masih terlelap dalam lamunanku. Seorang pria remaja bertelanjang dada dengan tubuh penuh bercak darah berjalan menghampiriku. Pandanganku masih terlihat kabur saat melihat sesosok pria yang berjalan ke arahku.

"Kaira, apakah bagianmu sudah selesai?"

Pria itu, Adam..

Aku kembali tersadar dari lamunanku, dan melihat-lihat kesekitar tempatku duduk.

Aku merasakan tanganku sedang mengcengkram sesuatu yang terbuat dari kain katun.

Kerah baju? Dan kepala orang yang pingsan?

Ahh.. benar, aku ingat sekarang.

Barusan kami berdua pergi menghabisi preman-preman yang seenaknya mengganggu ketentraman sekolah kami. Dasar para bocah ini! Sudah jadi beban orang tua masih saja suka membuat masalah. Kurang kerjaan mungkin.

"Ooh. Iya dam, bagianku udah beres daritadi." Aku melepaskan cengkramanku dan mengacungkan jari jempol pada adam.

"Owh~ sepertinya kali ini kau yang mendapat raja nya ya ? Ke ke ke.."

"Tentu saja!" Aku beranjak bangun dengan semangat.

"Hari ini aku berhasil mencetak rekor baru, mengalahkan raja dalam waktu kurang dari 10 detik. Gimana gimana? Aku Hebat kan?"

Saking senangnya aku menepuk pundaknya Adam beberapa kali. Dari lubuk hati, aku berharap dia akan mengeluarkan kata-kata pujian atas prestasi yang baru kulakukan.

Terus terang awalnya aku sempat tidak yakin dengan tendangan terakhirku mampu menumbangkan raja dalam jangka waktu 08,71 detik. Rekor terbaruku setelah 09,05 detik.

"Hmmm iya, kamu memang hebat Kaira. Hihihi.."

Adam menggapai daguku dan mengangkatnya sedikit ke atas, sehingga kini wajah kami saling berhadapan.

"Apa-apaan? Kau mau modus ya? Pergi sana!" Aku segera dengan cepat buang muka dan menjauhkan diri darinya.

Tanpa sadar wajahku mulai memerah. Aku segera menutupi wajahku dengan kedua tanganku.

Si*l apa dia tidak tahu malu. Bisa-bisanya disaat seperti ini masih menggodaku.

"Aku cuma bermaksud menghapus sedikit kotoran di dekat mulutmu kok. Hihi.."

Ia berjalan mendekatiku lagi. Kemudian menunjukkan jari telunjuknya yang terdapat sedikit bercak darah kering bekas mengelap daguku.

Eeh??

Aku segera menurunkan kedua tangan yang menutupi wajahku dan melihat jari telunjuk Adam.

Mau mati rasanya. Mati karena rasa malu.

"Ya-yang benar aja. Kau sekalian ambil kesempatan memegang wajahku kan?"

Meski sudah terlihat jelas kalau aku yang salah. Aku tetap tidak mau mengakuinya.

"Beneran kok Kaira. Aku cuman ga bisa biarin wajahmu ternodai oleh darah busuk ini. Nanti wajahmu tidak cantik lagi." Ia mengedipkan sebelah matanya.

Detak jantungku berdegup kencang melihat ketampanan Adam yang mengedipkan sebelah matanya. Hatiku luluh olehnya.

"Yah.. kalau kamu bilang begitu. Apa boleh buat, aku bakal maafin kamu tapi kamu harus turutin satu kemauanku." Aku sedikit bersikap jual mahal.

"Apapun itu. Coba beritahu."

Kebetulan besok adalah hari terakhir kami ujian disekolah. Setelah ujian selesai, otomatis kami bakal libur sekolah sampai nilai ujian kami keluar.

"Uhmm.. Besok temani aku ke tempat Billiard. Aku masih mau membalas kekalahanku yang sebelumnya."

"Baiklah ~ sepakat. Besok aku menunggumu di cafetaria yang baru buka itu ya."

"Plus, kau yang bayar."

"Ke ke ke.. Bisa aja kamu nguras dompetku." Tawa Adam sambil menggenggam tanganku.

"Yuk pulang! Langit juga udah mulai gelap nih." Ia mengajakku pulang.

Walaupun aku merasa malu tanganku dipegang begini, aku tetap mengeratkan genggaman tanganku.

Kami pun berjalan pulang sambil bergandengan tangan. Sesekali kami bercanda ringan yang berakhir menjadi tertawa lepas yang membuat suasana hati gembira.

"Dam, besok jangan lupa. Kalau ga datang mampus."

Aku dengan pelan memberi bogem mentah ke belakang punggung Adam.

"Iya-iya kamu masuk rumah gih, nanti papamu cariin."

"Iya Dam, Pas pulang hati-hati ya. Jangan lupa telepon kalau kena palak preman di tengah jalan." Aku perlahan berjalan melewati pagar rumahku.

,,I,,

Ia mengacungkan jari "tengah" padaku.

💢

"Anak Si*lan!"

Dengan cepat aku mengambil sendal jepit yang tertata rapi di rak sepatu rumahku dan bersiap melemparnya ke Adam. Tetapi sepertinya dia sudah pulang duluan setelah ia membuatku geram.

Masih merasa sedikit kesal, aku pun menutup pagar, kemudian masuk ke dalam rumah.

Oya, sebelumnya aku minta maaf karena telat memperkenalkan diriku.

Namaku Kaira Anastasya. Seorang gadis berusia 16 tahun, yang biasa disapa "Kaira". Aku selalu dikenal sebagai gadis yang tomboy karena penampilan dan gaya hidupku seperti laki-laki. Tetapi aku merasa kalau itu adalah hal yang wajar. Justru aku yang merasa aneh kenapa mereka menyebutku tomboy. Aku merupakan gadis yang relatif pendek dengan tubuh langsing. Rambutku berwarna coklat tua sependek bahu dengan gaya potongan silet, dimana rambut menggantung lebih panjang disisi kiri wajahku. Hal yang kusukai adalah Olahraga dan kuci-.. Ma-maksudku Billiard. Hal yang tidak kusukai adalah Adam yang sering menggoda cewek lain. Satu lagi, aku menguasai bela diri Korea, Taekwondo.

Pria yang bersamaku tadi bernama Adam, Cowok baik yang "brengsek". Kami berdua sudah saling kenal sejak kami masih kecil. Bicara soal hubungan kami? Ya..... belum sampai sedalam itu sih, hubungan kami hanya sebatas teman masa kecil. Adam memiliki tinggi di atas rata-rata dan tubuh yang sangat atletis. Tatapan mata yang ia pancarkan selalu dipenuhi rasa percaya diri dan ketidakpedulian ke sekitar, kecuali para gadis. Kalian bertanya kenapa tadi aku menyebutnya cowok "brengsek"? Dia lebih dari brengsek dan jauh lebih buruk dari apapun! Adam adalah cowok playboy dan genit terhadap gadis-gadis cantik. Terus bagaimana denganku. Apa aku tidak menaruh perasaan padanya? Tentu saja aku menyukai. Namun aku benci jika dia selalu dekat dan selalu bawa-bawa wanita lain dalam hubungan kami. Meski buruk sebagai seorang pria tapi kuakui dia orang yang baik dan selalu peduli kepadaku.

Ciri khas Adam adalah ia sangat menyukai perkelahian, terutama pada lawan yang sangat kuat. Ia juga terkenal dengan julukannya yaitu "Ares". Tentu saja julukan tersebut bukan sekedar omongan belaka. Adam adalah petarung kuat yang memiliki kekuatan, kecepatan, ketahanan, stamina dan teknik yang luar biasa.

Ep.01

Hari kami hangout pun tiba. Seusai ujian semua murid berlomba-lomba meninggalkan kelas, dan secara bergerombol keluar melewati lorong-lorong kelas yang nampak sempit. Suasana disini menjadi panas dan pengap.

*Note : Hangout adalah kegiatan yang identik dengan aktivitas untuk bersenang-senang. Contohnya seperti jalan bersama, Kumpul-kumpul bersama, dan aktivitas lainnya.

"Gimana bisa lewat kalau jalan keluarnya tersumbat kayak gitu. Udah kayak rebutan bansos aja."

Aku menggerutu melihat kelakuan teman-teman sekolahku yang membanjiri lorong sekolah dan menutupi jalan keluar.

Padahal aku ada janji dengan Adam. Apa dia sudah keluar duluan ya? Aku mencoba menebak keberadaannya.

Tiba-tiba..

Hap.. Puk..

Ada yang memegang bahuku dari belakang.

Aku pun menoleh untuk melihat orang yang memegang bahuku.

"Haiii~"

Rupanya orang itu Adam.

Jadi dia masih belum pulang ke rumah ya.. Ia menungguku dan mungkin ingin mengantarku pulang.

"Hai.. Kamu belum pulang?" Aku bertanya padanya.

"Belum. Aku lagi nunggu seseorang."

Tumben dia menungguku. Biasanya kan aku yang menunggunya di depan pintu sekolah. Apa jangan-jangan dia menyukai- aahh tidak aku belum siap menjalin hubungan seperti itu. Tapi hatiku akan senang jika ia berkata begitu.

"Oo nungguin seseorang, yaudah hayuk langsung jalan aja."

Aku menarik tangannya, dan baru saja mau beranjak pergi tiba-tiba Adam menahan tanganku.

"Eitss.."

??

"Tunggu dulu" Adam melepas tanganku darinya.

"Orang yang kutunggu bukan kamu."

"Eeh? Bukan aku?"

Aaaargghhhh malu banget rasanya.

Seketika wajahku memerah dan aku segera membalikkan tubuhku.

Dasar laki-laki si*lan! Berani-beraninya.

"Hihi.. kenapa kamu geer ya? Kirain aku bakal tungguin kamu." Ia mengejekku dengan ekspresi yang membuatku ingin menonjoknya.

"Hei sudahlah. Jangan bercanda terus. Katanya mau nurutin satu permintaanku kemarin."

Aku menunjukkan sedikit kekesalanku pada sikapnya yang suka mempermainkanku itu.

"Oke~ Berarti kita langsung jalan aja ya. Sepulang dari sini, kita ke cafetaria baru itu."

"Iya tapi ingatkan, kamu yang bayar."

Dengan cepat Adam mengeluarkan beberapa lembar uang dari saku bajunya. Tepat saat aku mengatakan kata "Kamu yang bayar".

"Wish udah siap tuh? Makasih ya dam. Hari ini aku bisa makan minum sepuasnya."

"Sans, Kaira. Ke ke ke.. Kamu kan tau aku adalah pria sejati yang selalu menepati janji."

Di tengah obrolan kami. Mendadak muncul seorang siswi lain yang datang menghampiri kami berdua. Ia menyapa Adam.

"Halo Dam."

"Ah~ Hai Jeslyn."

Siswi perempuan itu bernama Jeslyn.

"Udah lama nunggu?"

"Gak juga. Aku hanya berbicara dengan temanku ini." Sambil menunjukku.

Perempuan itu menatapku dengan tatapan sinis.

Kenapa dia menatapku begitu. Ga senang ya? Sini ku hajar kau cewek rendahan! Maunya sih begitu.

Aku hanya diam, tidak mau menyapanya dan tidak mempedulikan tatapan matanya.

"Oh.."

Untuk sesaat suasana kami menjadi canggung dan sunyi.

Tidak lama kemudian Jeslyn memulai percakapan dengan Adam.

"Jadi apa kita jadi ke cafetaria yang baru buka itu?" Sambil mengeluarkan hp dan melihatnya.

Ja-jadi Jeslyn ikut dengan kami ke cafe baru itu?

"Tentu saja, aku sudah bilangkan kalau aku penasaran dengan menu-menu yang ada disana."

"Aku dengar dari teman sekelasku kemarin yang sudah makan disana. Dia ada kasih rekomendasi paket food ini padaku."

Jeslyn bergerak maju mendekati Adam sambil memperlihatkan foto makanan di ponselnya. Tapi ia tidak memperlihatkannya padaku.

Namanya "Japan Super Lunch Pack".

"Hmm kayaknya menarik Jes. Nanti ku belikan kamu itu." Adam tersenyum tampan.

"Yess- makasih Adam."

Puk~~~

Hal yang tak terduga terjadi dihadapanku.

Apa-apaan dia? Di-dia me-me-meluk Adam?

"He-hey.."

Perasaanku sekarang kacau balau. Tanpa pikir panjang aku mencoba memisahkan mereka berdua.

"Ngapain sampai peluk-peluk segala. Kamu pikir dia pacarmu?" Merasa sedikit kesal, aku langsung menegur keras Jeslyn.

"Lah emang kenapa? Kan aku cuman berterima kasih sama Adam. Kenapa kamu yang sewot bilang pakai peluk segala?" Tampaknya ia tidak senang mendapat teguran dariku.

!!!??

Sabar Kaira sabar.. Tenangkan dirimu. Kan bukan sekali dua kali kamu melihat Adam bersama cewek lain. Anggap saja ini hal yang biasa.

"Maksudku kalian memangnya perlu sampai peluk-peluk begitu? Kan ada banyak cara kalau mau berterima kasih."

"Ya terserah akulah! Lagian Adam juga terima-terima aja pas aku meluk dia. Santai aja kali."

Adam menoleh padaku.

"Hihi.. iya benar aku ga keberatan." Kata Adam sambil tersenyum padaku.

Untuk apa senyum-senyum laki-laki si*lan! Ingin kutonjok sekarang ya?

"Kau memang.... ahh.. sudahlah. Jadi kita mau jalan gak nih?"

Rasanya aku malas meladeni mereka.

"Jadi donk. Yaudah yuk jalan!" Adam merangkul pundak Jeslyn dan pundakku.

Situasi macam apa ini? Aku kok merasa seperti sedang di duain.

"Dam, nanti kita selfie bareng ya ~ hasilnya mau ku post di IG pakai caption [My Honey]."

Jeslyn memasang wajah sexy dan menggoda Adam.

*Note : IG (Instagram) adalah aplikasi yang digunakan untuk berteman, berbagi foto dan video.

"Boleh-boleh aja Jeslyn. Nanti kamu boleh memelukku lagi."

Adam mengatakan itu dengan santainya dihadapanku.

Apa dia ga mikir aku sedang bersamanya. Jadi sedari tadi kalian cuman asik ngobrol berdua doang terus anggap aku patung ya?

Hufft......

Setelah keluar dari sekolah, kami bertiga pun segera menuju ke cafetaria baru itu.

***

Setelah beberapa menit kami berjalan. Kami pun tiba di cafetaria tersebut.

----- Cafetaria (baru) -----

Dari luar cafe ini terlihat asri dan nyaman. Pondasinya menggunakan kayu jati dan memiliki dekorasi bata berwarna merah putih. Cafe itu juga dilengkapi dengan desain dapur yang terlihat mewah dan terdapat tiga kamar mandi sebelahnya. Menurutku kedepannya cafe ini akan menjadi populer di kalangan anak muda.

Setelah masuk ke dalam, kami langsung mencari meja dan duduk bersama.

"Baiklah~ Karena kita udah sampai. Seperti yang kubilang aku bakal traktir kalian. Kaira, Jeslyn, kalian pesan aja apa yang kalian mau." Adam tersenyum dengan tampan.

Aku dan Jeslyn sama-sama terpesona melihat senyumannya. Namun berbeda denganku. Aku tidak menampakkannya secara langsung, sedangkan ia langsung berterus terang.

"Makasih ya Dam. Lain kali aku aja yang bayarin. Sekali-kali kita gantian traktirnya." Kata Jeslyn senang.

"Sans Jeslyn. Kalian pesan dulu aja. Aku mau ke toilet dulu."

"Eh.. kamu kebelet?" Aku bertanya padanya hanya untuk basa-basi.

"Iya. Mau ikut ?"

"Eh.. engga deh. Kamu pergi aja."

Segera Adam bangun dari kursinya dan pergi ke kamar mandi. Meninggalkan kami berdua yang bahkan tidak punya ketertarikan untuk saling berkomunikasi.

Kepergian Adam membuat suasana disini menjadi canggung. Tidak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan hingga akhirnya Adam kembali.

"Jadi kalian udah pesan belum?"

"Sudah.. aku pesan paket yang kubilang tadi, Japan Super Lunch Pack."

Owh? Aku baru sadar kalau Jeslyn sudah menentukan pesanannya daritadi.

"Kalau Kaira?"

??

"Erghhh.."

Aku kebingungan mencari buku menu yang barusan ada dimeja.

Buku itu kemana sih? Bisa-bisanya hilang. Mana ada buku yang punya kaki.

"Anu Dam, aku pesan Pop Ice aja."

"Pfffftttt.." Suara tawa kecil.

Jeslyn?

"Hahahaha.. kau pikir ini warung di depan sekolah apa? Mana ada di cafe mahal begini jual Pop Ice."

Ia nampak senang menertawaiku.

"Eehh?"

Aku kebingungan harus menjawab apa setelah ditertawai seperti itu oleh Jeslyn.

"Hmm.. yaudah aku pesanin kamu aja ya, Meat Vegetable Rice sama Choco Mild."

Pada akhirnya Adamlah yang memesan makanan untukku.

Setelah cukup lama menunggu, pesanan kami pun tiba.

"Pesanannya kak, bang."

Kata Waiters tersebut sambil membagikan makanan dan minuman yang kami pesan.

"Terima kasih mbak." Jeslyn tersenyum ramah pada Waiters tersebut.

"Sama-sama kak."

"Pacarnya ini bang? Sopan sekali ya orangnya."

Waitress tersebut bertanya pada Adam dan memuji Jeslyn.

"Aduh mbak ngomong apaan sih? Kami cuman teman kok mbak. Teman dekat hehe." Jeslyn mengatakan itu sambil curi-curi pandang Adam.

"Untuk sekarang sih masih teman mbak. Hihi.. Makasih udah antarin~"

"Owh gitu.. semoga kakak sama abangnya cepat jadian ya~ Selamat menikmati hidangan."

Uhukkk uhukk!!

Tanpa sadar aku terbatuk keras saat mendengarkan ucapan waitress itu.

Setelah mbak waitress pergi, kami pun mulai menikmati makanan yang ada di meja.

...

Sesudah makan, Jeslyn membuka kamera hp nya dan mengeser posisi duduknya ke sebelah Adam agar bisa mengambil foto bersama.

Dan Adam dengan senang hati langsung memasang pose "cheese" berfoto dengannya.

Cekrikkk..

Mereka mengambil foto tanpa mengajakku.

Sebagian besar waktu yang kuhabiskan disini hanya untuk menyaksikan obrolan asik mereka tanpa mempedulikan diriku. Aku bisa langsung tahu dari topik pembicaraan mereka. Sama sekali tidak ada yang berkaitan denganku.

Setelah Adam membayar makanan di kasir. Kami segera keluar dari cafe tersebut.

"Masakannya lumayan enak. Pelayanannya juga baik dan ramah. Lain kali kita datang lagi yuk."

Perkataan itu Jeslyn tujukan pada Adam.

"Boleh~ tapi gantian kamu yang bayarin."

"Oke.. Dam. Rasanya aku berutang budi padamu."

Hal apapun yang dikatakan Jeslyn sepertinya selalu meninggalkan kesan yang baik pada Adam. Sedangkan aku kebalikan darinya.

"Habis ini kita ke Mini Park ya." Sambil berjalan memimpin didepan.

??

Tunggu-tunggu.. seharusnya kan ke tempat Billiard. Aku harus segera mengingatkannya.

"Eh? Rencana kita kan sehabis makan ke tempat Billiard."

"Owh iya~ aku hampir lupa soal itu."

Sepertinya Adam melupakan soal permintaanku kemarin. Apa dia tidak mengganggap itu adalah hal yang penting? Perasaanku semakin berantakan dan menjadi tidak karuan. Rasanya ingin sekali aku berteriak.

"Aduh.. kalau ke tempat billiard sih agak... gimana ya. Soalnya teman-temanku juga pada udah nungguin kamu Dam."

Dari kejauhan, muncul 2 orang gadis yang mengenakan seragam sekolah yang berbeda dengan seragam sekolah kami. Mereka menghampiri Jeslyn.

"Ohh hai.."

"Halo Jeslyn."

Mereka menyapa Jeslyn sambil melambaikan tangannya.

"Haiii teman-teman. Kalian mau ke toilet dulu atau langsung pergi?"

"Aku sih langsung jalan aja." Kata perempuan yang disebelah kiri.

"A-aku...."

Gadis sebelahnya nampak menatap Adam dengan kagum. Wajahnya terlihat sedikit malu dan panik.

"Perkenalkan ini teman sekelasku, namanya Adam. Adam kenalin ini teman-teman SD ku." Jeslyn memperkenalkan kedua temannya pada Adam.

"Aku Adam. Senang berkenalan dengan nona manis seperti kalian."

Lagi-lagi cowok brengs*k itu gombalin perempuan lain. Memang seharusnya aku membencinya.

"Kenalin kami berdua teman SD Jeslyn."

"Sa-salam kenal hehe.."

Adam secara bergantian berjabat tangan dengan kedua teman Jeslyn. Salah satu dari mereka masih terlihat gugup dan kaku.

"Kenalannya nanti aja teman-teman. Sekarang kita ke Mini Park."

Jeslyn dan kedua temannya mulai jalan duluan.

Adam menoleh ke arahku dan bertanya.

"Kaira, kamu ga jalan?"

??!!!

"Ngapain? Jalan aja sendiri!" Aku mengatakannya dengan keras.

"Tenang Kaira. Kamu lagi kenapa? Ada yang salah?"

Ia mencoba meraih tangan kiriku.

Patss..

Dengan cepat aku menepisnya.

"Jangan main pegang-pegang. Lebih baik kau pergi saja!"

"Hmmm.. kalau gitu aku duluan. Kamu beneran gamau ikut?" Sambil berbalik badan ingin pergi menyusul Jeslyn dan temannya.

Aku tidak mau memberikannya respon dan lebih memilih diam. Aku kesal, marah, geram, intinya semua perasaan negatif seketika muncul merusak suasana hatiku. Kenapa Adam harus mengajak perempuan lain seperti Jeslyn? belum lagi ada 2 temannya yang ga kalah cantik dengan Jeslyn. Terus Adam mau-mau aja ikut mereka bersenang-senang. Janjinya padaku juga dilupakan begitu aja.

Argghhh

"Sudahlah kamu kan lebih memilih bersenang-senang dengan Jeslyn. Jadi aku pulang dulu."

Dalam perasaan buruk, aku menyuruh Adam pergi mengikuti mereka. Dan aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun ia masih berjalan mengikutiku dari belakang.

Dia pikir aku ga nyadar dia buntuti diam-diam?

"Dam lebih baik kamu berhenti mengikutiku!"

Aku menoleh dan melihat Adam yang berdiri agak jauh dibelakang.

"Hehe.. ketahuan deh. Mau ke Tempat Billiard bareng?"

Ia mengetuk pelan kepala atas dan menjulurkan lidahnya, seolah-olah ingin mengatakan "Tehe" agar terlihat imut.

Aku berpikir sejenak. Bagaimana caraku merespon pertanyaannya.

"Huftt, kau kira aku bisa dibujuk semudah itu?"

Aku masih tidak bisa memaafkan Adam atas perlakuannya sewaktu bersama Jeslyn tadi.

"Gara-gara siapa aku diabaikan tadi? Dan kau juga ga ada bilang, kalau Jeslyn bakal ikut gabung." Aku mengatakannya dengan kesal.

"Jeslyn ya? Kebetulan dia dengar terus bilang pengen ikut aja. Hehe.."

Kau kira aku tidak tau seberapa brengs*k kau sebagai laki-laki. Sini kubuktiin!

Aku berjalan menghampiri Adam, kemudian aku memasukkan tanganku ke saku celananya dan mengambil hp nya.

Namun ia sepertinya agak keberatan saat aku mau membuka password di hp nya. Ia menahan tanganku.

"Kenapa? Ada hal yang tidak boleh kuketahui?"

"Bukan begitu Kaira. Hanya saja..."

Kutebak dia sering mengirim pesan pada banyak wanita dan merayunya untuk diajak ketemuan. Tidak, bukan tebakan. Tapi fakta yang memang merupakan kenyataan.

"Yaudah kalau gamau kasih tau! Aku duluan!"

Disaat aku ingin mengambil langkah pertamaku.

"Kaira tunggu dulu."

"Apa lagi dam?"

Aku menarik kembali langkahku.

"Sebenarnya aku yang mengajak Jeslyn dan menyuruhnya buat manggil teman-temannya agar bisa lebih meriah, tapi sepertinya kamu tidak terlalu menyukai mereka. Jadi Ini merupakan kesalahanku karena aku tidak berpikir panjang, membuat kamu merasa ga nyaman saat bersama mereka. Kaira.. aku.. ingin minta maaf padamu."

Kini ia mengakui kesalahannya dan meminta maaf padaku.

"Apa sekarang kamu masih marah?" Nampaknya ia mengatakan itu dengan tulus.

Ya jelas marah lah! Bukan hanya karena ada mereka, kau sendiri juga ikut mengabaikanku.

"Hufftt.."

Aku memasang muka cemberut dengan memonyongkan bibir. Aku ngambek padanya.

Tapi setelah dipikir-pikir, ia sudah berkata jujur padaku. Dan mungkin aku harus menghargai kejujurannya dengan memaafkannya untuk KALI ini saja.

Aku menghela nafas dan menatapnya.

"Kali ini aja aku bakal maafin. Awas kalau begitu lagi! Kau pikir kenapa aku memperlakukanmu dengan istimewa."

"Karena teman masa kecil. Hehe~" Nada bicaranya sudah kembali seperti biasa sambil tertawa kecil.

Teman masa kecil ya.. benar juga. Kami memang sudah berteman dekat sejak masih kecil. Banyak sekali hal-hal yang telah terukir di hati kami, baik itu hal yang menyenangkan sampai yang menyedihkan. Dan kami selalu melaluinya bersama.

"Jangan tertawa!"

...

"Tapi kau tau. Caramu saat melakukan "Tehe" sangat tidak enak dilihat."

Aku tersenyum pada Adam yang menandakan aku sudah tidak marah padanya.

"Oya kalau gitu aku minta masternya buat ajarin~"

"Gak mau. Hahaha.. kau belajar saja di Youtube."

*Note : Youtube adalah situs web / aplikasi untuk menonton dan berbagi video. Bisa juga digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan uang.

Tidak terasa hubungan kami sudah kembali membaik. Semua hal buruk yang berhubungan dengan kejadian tadi dengan mudah terlupakan. Dan kami berdua kembali akrab.

Setelah mengobrol sebentar dengan Adam, aku memutuskan menerima ajakannya untuk pergi ke tempat Billiard. Tempat yang selalu kunanti-nantikan.

***

Ep.02

----- Tempat Billiard -----

Krettt...

Adam membukakan pintu, dan membiarkanku masuk lebih dulu.

Kebanyakan pelanggan sering mengatakan tempat ini sebagai pub di dalam rumah, karena atmosfernya yang santai dan sederhana. Tempat ini juga Menyajikan banyak bir dan makanan lezat, dilayani oleh bar crew yang ramah. Kesimpulanku, tidak ada penyesalan untuk menyambangi tempat ini.

"Kali ini mau booking meja yang mana?"

Adam bertanya padaku dan sambil memperhatikan beberapa meja Billiard yang rata-rata telah disewa orang lain.

Didepan meja resepsionis, Dua pria dewasa berbadan gemuk sedang ribut dengan resepsionis disana.

"Mohon maaf atas ketidaknyamanannya pak. Tapi kami tetap tidak bisa mengusir pelanggan secara paksa, meski bapak membayar lebih dari harga yang sudah ditentukan." Resepsionis itu terlihat cemas.

"Halah.. udahlah ambil aja uangnya. Kau gak perlu takut bakal ketahuan sama atasanmu." Ucap salah satu bapak gendut itu sambil menyerahkan beberapa gepok uang besar yang diikat dengan karet.

Jumlahnya sekitar.. 7 gepok. Tidak.. sepertinya 8 gepok.

"Kami ga bakal laporin kok hehe.. Asal kau bantu kami mengusir mereka pergi. Toh kau juga dapat uang lebih dari kami kan."

Ada apa ini? Sepertinya mereka mencoba menyogok resepsionis itu. Wajahnya terlihat pucat.

"Atau mau kuberi rokok?"

Mereka menawarkan rokok pada resepsionis tersebut.

"Maaf pak saya tidak merokok. Saya juga tidak punya hak dan wewenang untuk mengusir para pelanggan pak. Harap bapak-bapak bisa maklumi."

"Memangnya kenapa kalau kau tidak punya wewenang disini. Tugasmu kan melayani para konsumen. Kami ingin bapak menyuruh mereka semua keluar dari sini. Bukannya itu juga salah satu pelayanan kepada konsumen?"

Salah satu bapak gemuk itu mulai memanas dan seenaknya menggunakan hak sebagai konsumen.

"Heiii~"

Brakkkkk.. (Suara meja yang dipukul)

"Kau tau? Boss kami tidak suka menunggu lho.."

"Cepat ambil uangnya terus usir mereka!"

Kedua bapak gemuk itu sudah bertindak keterlaluan, membuat resepsionis itu takut dan tidak berani melawan.

Si*l padahal aku ingin main dengan tenang.

"Permisi.."

Aku dan Adam menuju ke meja resepsionis untuk bertanya tentang sewa meja Billiard.

Begitu sampai disana, kedua bapak gemuk itu melirik kami berdua sebentar. Kemudian kembali memarahi resepsionis tersebut.

"Cepetan usir mereka! Gitu aja susah."

"Tau tuh. Kita lapor saja ke boss."

"Tu-tunggu.. baik pak akan saya usahak-"

Resepsionis itu baru saja beranjak dari mejanya dengan kepala yang menunduk ke bawah. Ia sangat ketakutan. Tetapi disaat itu juga..

"Om, masih ada meja kosong gak?" Potong aku sambil bertanya padanya tanpa mempedulikan kedua pria gemuk itu.

Eeeh?

Bapak itu menatapku dengan wajah bingung sekaligus panik.

Aduh gadis kecil. Kenapa kamu masih disini? Cepat lari kalau masih sayang nyawa!

"Anu... dek. Hari ini tempat ini tutup lebih awal dari jam biasa. Jadi kalian datangnya lain kali aja ya. Mohon maaf dek.."

Resepsionis itu memberi kode dengan menggerakan mulut dan kedua bola matanya. Sepertinya Ia mengisyaratkan kami untuk segera meninggalkan tempat ini.

Cih. Gara-gara preman seperti mereka. Kami jadi tidak bisa bertanding deh.

"Kalau begitu apa boleh buat. Semoga om lancar-lancar aja ya buat ngurusin beberapa pelanggan ber-uang yang sok merasa menjadi PELANGGAN disini."

Aku sedikit menekan nada bicaraku pada kata "pelanggan". Membuat mereka tersinggung dan melirik tajam padaku.

"Ah si*l!? Kau sengaja ya meremehkan kami?"

Salah satu pria gemuk itu berjalan kemari, kemudian berdiri di hadapanku.

Tubuhnya tidak begitu tinggi. Perkiraanku tingginya hanya sekitar 170-an cm, kurang lebih sedikit lebih tinggi dariku. Bentuk tubuhnya juga gemuk, kelihatan seperti orang yang pemalas dan hanya tau makan. Teman disebelahnya pun serupa. Sama-sama kelihatan cupu dan sok jagoan. Dimataku, mereka hanyalah orang bodoh yang kelebihan lemak.

"Hei, kau yakin ingin menhajar bocah lagi?" Tanya teman pria gemuk yang dibelakang.

"Tunggu dulu.. kalau dilihat-lihat cantik juga ya?"

Pria gemuk itu melihatku dari bawah ke atas.

"Anak SMP zaman sekarang memang terbaik ya~ "

"Ingin gabung dengan kami? Hehe.."

Aku merasa jijik melihat ekspresi wajah mereka yang melihat diriku. Tatapan mereka terlihat mesum.

"Boleh juga om~" Sambil tersenyum manis.

Akan kuberi pelajaran dasar om-om brengs*k!

"Asikkk.. kalau begitu ayo kita kesana aja yuk."

Pria gemuk itu nampak senang dan mau merangkul pundakku.

Tetapi sebelum itu..

BUAKKKK!!!???

Bukkkk..

Sebuah pukulan keras melayang tepat di wajah pria gemuk tersebut dan saat itu juga ia langsung kehilangan kesadaran.

Anak ini, Adam. Ia masih saja protektif seperti dulu dan paling benci jika ada orang yang menggangguku. Aku tau dia melakukan itu karena peduli padaku tapi disetiap aksinya ia selalu menghajar lawannya habis-habisan bukannya terlalu berlebihan ya?

"He-heyy apa yang kau lakukan bocah?! Padahal cuman anak SMP."

Greppp..

Melihat temannya yang pingsan tergeletak di lantai. Pria gemuk satunya lagi meraih kerah bajuku dan bersiap melontarkan tinju ke arahku.

Takkk..

Swutt..

Dengan sekuat tenaga aku melepaskan tangan pria gemuk itu dari kerah bajuku kemudian aku menyamping menghindari tinjunya.

"Kau!! Kemari cepat!"

Sekali lagi pria gemuk itu melontarkan beberapa pukulan tinju ke arahku. Tapi yang aneh.. gerakannya lambat sekali.

Kalau begini mana bisa kena hadeh.. lebih baik segera ku akhir-

Tap.. GREPPPP..

??!!

"Uekhhh.." (Suara orang tercekik)

Apa-apaan bocah yang satu ini. Kenapa bocah SMP sepertinya bisa punya kekuatan sebesar ini? Jangan-jangan ia monster.

Seperti dugaanku tanpa kuakhiri pun Adamlah yang akan mengakhirinya untukku.

"Huftt.." aku menghela nafas melihat Adam.

"Udah Dam lepasin aja. Nanti dia juga ikutan pingsan kayak temannya itu."

"Apa kamu yakin? Om ini sepertinya senang saat mau nyentuh kamu tadi."

"Uekhh uekhh." (Suaranya makin mengeras dan melengking)

"Udah Dam lepasin aja."

"Oke Kaira~ seperti yang kamu minta."

Adam melepaskan cekikannya pada pria gemuk tersebut. Pria tersebut sempat terbatuk-batuk sebentar setelah nafasnya kembali normal.

"Kau tidak perlu sampai sejauh itu kan saat menghajar mereka?"

Aku mendekati Adam dan bertanya padanya tentang yang dia lakukan untukku.

"Bagiku kamu hanya boleh untukku seorang."

Adam mengucapkan itu dengan senyum tampannya. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya aku luluh dengan ketampanannya apalagi ia mengatakan itu sambil ngegombal.

"Ya.. aku senang sih. Tapi kalau orang yang kamu habisi mati gimana? Kamu bisa urus pemakaman mereka? Minimal cobalah sesuaikan kekuatanmu dengan lawan kita. Mereka kan hanya orang biasa."

"Orang biasa atau bukan. Kalau mereka mencoba menyentuhmu. Akulah yang akan menghancurkan mereka."

Jarang sekali aku melihat wajah Adam berubah menjadi serius. Aku tau dia mengatakan itu dari hatinya yang terdalam. Ini juga alasanku bisa selalu nyaman berada didekatnya.

"Hadeh kamu ini.. lain kali jangan sembarang memukul orang yang lemah ya!"

"Oke deh. Khusus orang biasa aku tidak akan memukul mereka dengan serius."

Kuharap dia mengingat kata-katanya sendiri.

"Oohh~ pantesan kalian tidak balik-balik."

???!!!!

"Rupanya sedang main perang-perangan sama anak SMP ya?

Apa-apaan orang itu.. Pria gemuk lagi dan satunya seperti anak SMA.

"Maaf boss.. cowok disebelahnya bukan anak SMP biasa. Dia sangat kuat boss."

Pria gemuk yang pingsan tadi terbangun dan melapor pada bossnya.

"Kalian aja yang ga becus kerjanya. Masa suruh ngusir semua pengunjung bar malah main-main sama bocah SMP."

"Beneren boss.. kami tidak berbohong."

"Yah kalau begitu bagaimana kalau kau buktikan sendiri?"

Pria gemuk yang dipanggil Boss tersebut menoleh ke arah anak SMA yang berdiri disebelahnya.

"Deandra."

?

Nama anak itu Deandra ya? Dilihat dari penampilan anak itu, dari rambut coklat berantakan dan tubuh yang sepertinya lumayan terlatih di bidang olahraga. Aku tau dari melihatnya sekilas saja. Orang ini...

Dasss..drap.. drap.. drap..

Srakkk...

Duakkk.. (Suara tertendang)

Orang ini lemah.

Ia berlari mendekatiku sambil melayangkan pukulan. Aku sempat terkejut karena kukira ia akan mengincar Adam dan bukan aku.

Aku menendang ke arah depan, dengan ujung kaki dan tepat mengenai kepalanya. (Nama serangan itu adalah Ap Chagi.)

Tidak menyerah sampai disitu setelah ia memegang sebentar bagian kepalanya yang sakit. Ia langsung mencoba menangkapku dari samping dengan kedua tangannya.

"Kuakui kegigihanmu kak. Tapi kali ini akulah yang akan menang."

Aku melompat mundur ke belakang dengan kaki yang sedang terangkat. Kemudian menggunakan dinding sebagai pijakan untuk melompat kembali.

Badanku berputar sekali seperti roda dan aku berhasil menendang bagian bahunya dengan keras.

Bukkkkk....

"Ukh.."

Brukkkkkk. (Suara terjatuh)

Tap..

Aku berhasil mendarat dengan sempurna.

Nama anak itu Deandra ya. Padahal kukira dia adalah seorang jagoan karena anak SMA.

Boss gemuk itu sepertinya kecewa besar dengan hasil pertarungan bawahannya tersebut karena 2 pria dewasa dan seorang anak SMA bahkan tidak bisa mengalahkan 2 anak SMP.

Setelah itu ia sempat marah-marah sebentar. Mengucapkan kata-kata yang tidak penting kepada kami dan pastinya karena sudah kalah, ia tidak jadi mengusir seluruh pelanggan di bar. Boss tersebut bersama bawahannya pun keluar meninggalkan bar dan dengan kasar menutup pintu bar.

BRAKKKK.. (Suara pintu bar)

Fyuhh untung saja masalah kami tidak bertambah besar. (Kata Resepsionis dalam hati)

"Baiklah adek-adek sebagai ucapan terima kasih sebesar-besarnya karena kalian sudah membantu menjaga kenyamanan konsumen di bar kami. Pihak kami akan memberikan kartu VIP gratis selama 3 bulan kepada adek-adek sekalian. Selamat bersenang-senang ya~"

"Terima kasih bapak ~ semoga Tuhan membalas kebaikan bapak."

Adam dengan percaya diri menerima kartu VIP dari resepsionis tersebut.

Ya.. kami memang sudah membantu sih. Harusnya wajarkan kalau kita terima hadiah begini. Tapi apa boleh kami terima?

"Ehmm.. tidak usah repot-repot pak."

"Kenapa memangnya dek?"

"Lho Kaira kamu gamau kita bisa main Billiard gratis?"

"Bukan gamau Tol*l! Itu kitakan bantu bapak ini bukan karena mau dapetin hadiah atau apa. Kami bantu dengan iklas kok pak."

"Tapi gimana cara bapak balas budi ke kamu nak?"

"Udah gapapa pak. Ga perlu balas budi. Yang penting bapak tidak terkena masalah."

Memang seharusnya beginikan kalau membantu orang lain.

"Wah kalau gitu. Sekali lagi bapak berterima kasih ya sama kalian berdua. Semoga kalian bahagia sehat selalu dan selalu berada di bawah perlindungan Tuhan. Kalau kalian sudah menikah nanti jangan lupa undang bapak ya."

Apa maksudnya dengan.. Menikah?

"Baik pak~ akan kami undang hehe~"

Jangan jawab begitu tanpa mikir mikir dulu cowok si*lan!

Apa dia ga mikir tentang perasaanku?

Hadeh.. Ya sudahlah.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan resepsionis. Kami pun menyewa salah satu meja di bar tersebut. Akhirnya Adam menepati janjiku. Walau banyak hal yang terjadi barusan. Tapi aku merasa senang karena ia selalu bersamaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!