Entahlah, kenapa aku memutuskan untuk ada di sini. Mengiyakan saja ajakan ketemuan teman kencan ku yang ku kenal dari hasil chat-ku di sebuah sosial media yang tengah naik daun saat ini. Pasti kalian mikir, apa istimewanya? Ya ku jawab aja, enggak ada istimewanya sih, cuma aku enggak nyangka aja, ternyata teman chating-ku itu CEO aplikasi start up tersebut.
"Hawanya di sini dingin yach, dek?" Suara berat itu tiba-tiba saja mengagetkanku yang sedari tadi hanya duduk melamun di tepian ranjang.
"Iya." Jawabku singkat dan sedikit gugup. Pria itu baru saja dari kamar mandi tadi.
Pria itu bernama Keynan, panggilannya Key, aku memanggilnya dengan sebutan, Kak. Dan dia sebaliknya memanggilku dengan sebutan, dek. Perlahan ia mendekat dan duduk di dekatku. Aku benar-benar merasa gugup waktu itu. Ini pertama kalinya kita bertemu setelah hampir beberapa bulan kami berkenalan lewat chating. Dan kalian tahu di mana tempat kami ketemu? Di vila, ya... Vila yang ada di puncak, Bogor. Tidak perlu di ceritakan lagi kan? Kemungkinan apa yang akan terjadi jika sepasang muda-mudi pergi ke sana, dengan alasan malam tahun baruan. Banyak yang bilang sih, pulangnya pasti ceweknya langsung enggak perawan.
Aku merasa ini keputusan gila yang ku ambil seumur hidupku, aku bahkan sempat bertanya pada diriku sendiri berulang kali, apa yang sebenarnya sedang aku lakukan disini? Dengan seorang laki-laki, yang jelas-jelas mesum, dan lebih parahnya lagi sudah punya calon istri. Lalu apa yang ku harapkan lagi dari hubungan ini?
"Kita masih FWB-an kan, dek?" Ucap Key lagi sambil membelai rambut panjang sebahu ku dengan lembut, tapi itu cukup untuk membuat tubuhku meremang.
FWB(Friend Whit Benefit), istilah yang lagi ngetrend di kalangan anak muda saat ini. Yang artinya tidak jauh beda dengan HTS(Hubungan tanpa status) atau sejenisnya.
Aku diam, aku tidak menjawab, aku hanya mengangguk ragu sambil memilin ujung bajuku, kebiasaanku kalo sedang gugup, aku juga suka menggigit bibir bawahku sendiri.
Pelan, aku merasakan dia mulai mengelus punggungku, lagi. "Kok kamu tegang gitu kelihatannya, kenapa? Kalo di chat kamu agresif, kenapa giliran ketemu diam aja?"
Ya... itu salah satu kebodohanku juga, kenapa di chat aku dengan agresif-nya godain cowok ini? Mungnkin karena aku saking exited-nya, pas tahu, kalo jabatan dia adalah CEO.
CEO....!
Ya... mungkin bagi sebagian kalian itu enggak terlalu wow... mungkin. Tapi bagiku, yang cewek dari keluarga sederhana, yang seharusnya enggak bermimpi bisa dekat dengan orang kalangan atas, karena kata orang-orang pasti jatuhnya akan sakit pada akhirnya. Tapi karena belum membuktikannya sendiri, jadi aku memutuskan untuk ngeyel. Atau hanya ingin sekedar coba-coba saja, demi memenuhi obsesiku tentang ingin memiliki hubungan dengan seorang CEO. Jadi ku pikir, kapan lagi, ya kan? Mumpung gayung itu sedang bersambut.
"Kamu pasti malu, ya?" Key meraih tanganku yang sudah berkeringat dingin, kemudian bibirnya segera mengecup pipiku mesra, mungkin juga dengan sedikit nafsu. Terbukti dari deru nafas pria itu yang mulai tak beraturan berhempus menerpa telinga dan wajahku. Nafasnya hangat dan beraroma mint, sangat menggoda, bau parfum yang menguar dari tubuhnya pun, seperti mengeluarkan aura ketertarikan yang kuat.
"Kak... kita pulang aja, yuk!" Kataku mulai memberanikan diri, tapi aku masih takut untuk mendongak dan menatap matanya, aku takut tersihir dengan tatapan matanya yang saat ini pasti sedang menatapku dengan intenst.
"Kenapa? Kok tiba-tiba ngajak pulang, bahkan kita aja belum sempet ngapa-ngapain?"
Mendengar dia bicara begitu, sepertinya ia sudah sangat berhasrat, dengan cepat Key merenggut bibirku dan ********** dengan rakus, seolah-olah ia sudah menahannya sejak bertahun-tahun lamanya.
Keinan, aku akui dia lumayan tampan, keren dan yang pasti masih muda, cocok banget jadi icon mileneal anak muda zaman sekarang. Hampir semua artikel yang memuat tentang dirinya, menjadi tranding topik head line di berbagai media online di internet. Tapi aku tidak menyangka, di balik pribadinya yang suple dan menyenangkan, juga idealis. Ternyata dia semesum ini. Dan sebenarnya, aku belum benar-benar jatuh cinta juga padanya, aku hanya baru sekedar ... suka saja.
Ada perasaan ingin merasakan yang lebih dari sekedar ciuman, tapi aku takut, di kepalaku aku masih bisa memikirkan takut dosa, lalu bagaimana masa depanku nanti kalo aku melakukan ini sekarang, apakah nanti masih ada yang mau menikah denganku? Karena berharap Key bertanggung jawab, sepertinya itu tidak mungkin. Karena pria itu sudah memiliki tunangan.
Sudah tahu cowok berengsek, mesum dan enggak setia, tapi kenapa aku tetap terpesona? Di mana otakku?
Tapi dia tampan, keren, juga seorang CEO. Dia terkenal. Kapan lagi punya hubungan dengan orang seperti itu? Kamu mau melepaskan kesempatan sebagus itu? Emang masih mau nungguin Reyhan yang enggak jelas jeluntrungannya? yang juga udah pergi, tanpa kabar dan cuma bisa menyisakan air mata?
Tapi ini kan dosa? Kalo hamil gimana? Siapa yang tanggung jawab?
Ya... siapa tahu nanti Key putus sama tunangannya dan lebih milih kamu? Bisa saja kan?
Nafsu dan logikaku masih terus saja beradu. Aku bingung harus mendengar yang mana, sementara bibir Key sudah mulai merambah ke leher dan tengkukku. Ada gelayar nikmat yang perlahan mulai merayap ke sekujur tubuhku. Apakah aku akan menyerah pada nafsuku kali ini?
Bayangan Reyhan tiba-tiba melintas di benakku, pria itu yang ku inginkan, bukan pria mesum ini. Cuma Reyhan yang bisa membuat hatiku berdebar, tapi cuma Key yang bisa memenuhi kriteria standart obsesiku. Karena kenyataanya, Aku tidak pernah benar-benar bertemu dengan pria bernama Reyhan. Yang diam-diam telah mengambil seluruh hatiku.
Reyhan teman chatingku yang lain. Yang entah siapa? Yang orang-orang bilang dia hanyalah cowok fake(palsu). Semua tentang dirinya adalah palsu.
Tapi, tak bisa ku pungkiri, hatiku hanya tertambat padanya. Aku enggak bisa begini, enggak bisa ... Aku sudah punya janji untuk menuggu Reyhan sampai kapanpun juga. Jadi aku harus menghentikan diriku sendiri, cukup sampai disini.
"Kak, aku takut." Aku mendorong dada bidang Keynan pelan sebagai tanda penolakan.
Matanya masih terlihat sayu dan begitu meminta, sebenarnya ada rasa tidak tega karena telah mengecewakannya.
"Kenapa?" Tanyanya dengan suara parau.
Aku terdiam dan hanya bisa menggeleng, tidak tahu harus menjelaskan apa padanya, kalo bukan karena aku yang menggodanya duluan saat chating, pasti cowok itu juga tidak akan begini, dan juga tidak akan menghianati tunangannya. Di dalam hati, aku merasa begitu bersalah. Kata-kata itu kembali terngiang dalam kepalaku.
Sebenarnya apa yang aku lakukan di sini?
Kenapa aku jadi cewek kayak gini?
Di mana ahlakku yang dulu?
Ini semua pasti karena tulisanku, yang berujung pada obsesiku. Entahlah. Yang pasti aku harus segera membereskan apa yang telah ku mulai hari itu.
Bersambung.
Tiga bulan yang lalu.
"Wah... lumyan nih, hadiah nya gede juga." Aku merasa exited sendiri ketika membaca sebuah artikel di internet tentang kompetisi menulis, dengan perasaan penuh semangat aku langsung mendownload aplikasi yang bersangkutan mengadakan lomba. Ya... iseng-iseng berhadiah, piikirku. Kali aja kan, menang. Kalo enggak menang, seenggaknya aku sudah berusaha. Itu lah prinsip hidup yang selalu ku tekankan pada diriku sendiri. Yang penting usaha dulu, berdo'a. Masalah hasil serahkan saja sama yang lebih tahu atas apapun diri kita. Yaitu Allah.
Menurutku, tampilan Platformnya cukup keren dan fleksible. Terdapat beberapa fitur utama dan beberapa fitur pendukung di dalamnya. Awalnya aku juga belum tahu tentang aplikasi ini dan belum berusaha untuk cari tahu. Dan jujur aku tertarik karena hadiah yang di tawarkan saja. Hehehe.
Seiring berjalannya waktu, aku coba-coba unggah naskah baruku disana. Mungkin karena seleksinya cukup ketat, aku merasa perlu bertanya, berapa lama naskah itu harus ngantri di meja editor? Paling enggak ya pertanyaan semacam itulah. Tapi aku bingung, mau tanya kemana?
Nomor telepon admind atau editornya saja aku enggak tahu, bertanya sesama member, jawaban mereka berbeda-beda. Oke... jadi aku putuskan untuk menunggu saja. Lagian cuma iseng ikut lomba, pikirku.
Dan aku sebenarnya lebih aktif di platform sebelah yang jelas ada bayaran nyatanya. Jadi di platform yang baru itu, aku bawa santai saja.
Seminggu sudah aku tak mengunjungi platform tersebut, karena penasaran akan perkembangan naskahku disana, jadilah aku tergelitik untuk mengintip kesana.
Tanda merah di pojok kanan halaman atas muncul begitu aku membuka aplikasinya, oh... rupanya itu adalah sebuah tanda notice masuk. Aku segera membukanya dan tertulis beberapa pemberitahuan.
*Selamat novel anda telah di setujui.
*Keynan Jehan menyukai chapter di novel anda.
Keynan? Batinku.
Awalnya biasa saja, tak ingin mencari tahu prihal nama tersebut. Jadi aku hanya menganggapnya sambil lalu.
Karena menurutku naskahku kurang menarik, akhirnya aku memutuskan untuk mengunggah naskah lain yang baru ku buat, masih di platform yang sama tentunya. Ya... seperti sebelumnya, butuh waktu lama menunggu naskah lolos hingga bisa muncul ke beranda. Jadi aku memutuskan untuk tidak perlu sering-sering muncul di sana. Penghuni platformnya pun belum terlalu banyak, masih terbilang sepi. Jadi ya... boring aja gitu. Nggak ada yang bisa di ajak diskusi.
Dua Minggu pun berlalu. Aku putuskan untuk kembali mengintip kesana. Sama seperti sebelumnya. Ada tanda merah bulat kecil di ujung halaman awal aplikasinya. Yang menandakan sebuah pesan pemberitahuan kembali masuk.
*Keynan Jehan menyukai chapter di novel anda.
Sekali lagi notice berasal dari nama cowok itu lagi. Tapi perasaanku masih abai dan tak terdorong untuk mencari tahu.
Sebelum meninggalkan halaman aplikasi, aku sempat menuliskan sesuatu di fitur timeline-nya.
'Hai salam kenal'
'Mau tanya dong, lolos naskah itu berapa lama sih?'
Setelah selesai menuliskan itu di halaman pengguna. Aku kembali keluar dan untuk beberapa hari kembali untuk tidak berkunjung. Balik sebentar, tutup, balik lagi, tutup lagi. Gitu aja terus. Sampai bosen.
Sampai pada akhirnya, sebuah komentar itu datang dari orang bernama Keynan Jehan itu lagi.
@RereMaria 'Di tunggu aja kak, naskahnya nanti pasti lolos, sambil nunggu, kakak bisa sambil nulis lagi.'
@KeynanJehan 'Oh... Makasih kak atas jawabannya.'
Balasku dalam komentar pada cowok itu.
Oh... iya, Rere Maria itu namaku, sudah cerita kemana-mana, malah kenalannya baru sekarang, hehe. Usiaku sekitar 21 tahun lebih dikit. Hobi aku kalo kalian mau tahu, kan sudah ku tulis di awal, sudah pada tahu kan? Ya bener... suka halu, hehe. Enggak... Aku tuh selain suka nulis, aku juga punya hobi lain. Kayak misalnya gambar gitu. Jadi aku juga punya rencana mau bikin komik kalo kesampaian. Eh... Emang ada yang nanya ya?
Oke balik lagi ke... Laptop. Eh... ralat. Ke cerita maksudnya.
Yach... Akhirnya, akhirnya nih ya. Aku sedikit penasaran dengan pemilik nama Keynan Jehan ini. Dan jadilah aku iseng-iseng buka profile-nya. Wah... Enggak nyangka aja gitu. Pengikut dia itu ternyata banyak banget, melebihi member yang lainnya. Dan foto yang di pakai di profilnya... Ya... Lumayanlah, masuk kireteria seleraku. Enggak tahu kenapa gitu. Aku suka aja cowok dengan muka inocent. Lucu juga, batinku.
Dan dari situ aku mulai ada kesan. Tapi belum terlalu menggebu, ceileh. Hehe. Hari demi hari pun berlanjut. Aku enggak hanya sibuk pada kegiatan menulis saja kan? Aku juga punya kegiatan lain di dunia real life-ku yang bisa di bilang, enggak menarik-narik amat.
Aku hanya terlahir dari keluarga sederhana dan hanya lulusan SMA pula. Pingin kuliah sih. Tapi nggak punya uang. Nggak pingin juga bebanin orang tua, jadi aku putusin untuk langsung cari kerja saja. Tadinya aku kerja sebagai SPG di mall. Tapi karena kalian tahu sendiri kan? Dimana COVID 19 saat ini lagi booming ngalahin ketenaran black pink. Jadi... yagitu deh. Banyak pekerja yang di rumahkan. Termasuk aku. Di rumahkan di sini maksudnya hanya kata-kata yang di perhalus saja, makna sebenarnya sih, di pecat.
Oke enggak apa-apa. Tapi sebagai anak muda yang berjiwa kesatria. Aku enggak mau nyerah begitu saja dong, sama keadaan. Karena virus Corona yang lagi naik daun, jadi anak sekolah banyak yang di liburkan juga. Loh... terus apa hubungannya? Kamu yang lagi baca pasti pada nanya gitu kan? Bentar... Makannya baca dulu, baru coment belakangan. Sabar. Ceritanya belum selesai. Masih panjang. Kalian bisa siapkan camilan untuk pembicaraan omong kosong ini. Eh... enggak. Ini serius kok.
Ya... karena sekolah banyak yang di liburkan, anak-anaknya sih pada seneng tapi justru orang tuanya pada pusing. Biasalah anak bocil. Pikirannya cuma pingin main doang. Enggak mikirin nanti ketinggalan pelajaran atau gimana. Enggak mereka mah. Yang penting adalah. Hidup main!
Aku tahu karena dulu aku juga sama kayak mereka, kalian juga pasti gitu. ya kan? Hayo ngaku?
Back again to story....
Ya... karena para orang tua yang sedang resah anaknya enggak bisa sekolah, dan aku yang resah karena tiba-tiba saja jadi pengangguran. Di sini aku baru benar-benar menyadari. Bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan hambanya. Tidak ada kesulitan yang tercipta tanpa ada jalan keluarnya. Akan selalu ada jalan bagi yang berusaha, berdo'a dan bertawakal kepadaNya. Kok... mendadak berasa jadi genre religi ya?
Ya... di saat-saat genting itupun ternyata selalu ada jalan. Nah akhirnya aku jadi guru les anak SD untuk anak-anak yang tinggal di sekitar rumahku. Tapi... namanya tinggal di perkampungan yang jauh dari kota. Bayarannyapun tak seberapa. Hitung-hitung ngamal. Pikirku. Hidupku sudah jauh dari.
kata sempurna. Ibadahku pun banyak cacat sana-sini. Jadi harus banyak-banyak di tambal dengan beramal. Siapa tahu jadi pemberat timbangan di akhirat kelak. Berasa berat Yach? Kalian mungkin saja bertanya. Cerita apa sih nih sebenarnya. Saran aku cuma satu. Baca aja dulu.
Lanjut. Karena gaji yang tak seberapa itulah, aku harus mencari tambahan lain. Dan entah ini kebetulan atau sebuah keberuntungan. Aku punya hobi menulis dan menggambar. Jadi... kenapa tak ku manfaatkan saja hobiku itu? Pertanyaan bagus bukan?
Nah... itulah awal mulanya aku menulis. Cerita selanjutnya ada di bab berikutnya.
Bersambung.
Maaf ya kalo ceritanya agak gaje. Emang pingin tampil sedikit beda. Ah... dasar penulisan amatiran ini. Emang banyak gaya. Wkwk
Find me IG : evayunita7458
Yg mau di follback bisa DM aku ya.
Happy reading. Jangan lupa, budayakan tinggalkan jejak agar authornya makin semangat update. Makasih :)
Itulah awal mulanya aku jadi ketagihan untuk menulis di berbagai platform. Aku mau sedikit cerita meskipun kalian enggak nanya. Enggak apa-apa kan kalo aku cerita? Bagi yang nyimak aku ucapin terimakasih, bagi yang tinggalin jejak aku ucapin berlipat terimakasih. Bagi yang bilang, cerita apaan sih nih? Enggak jelas. Aku cuma mau bilang. Aku emang enggak ada niat buat jelasin. Aku disini cuma mau cerita. wkwkwk.
Sebelum ceritanya melenceng kemana-mana, aku cuma mau jelasin sedikit tentang apa yang sering aku tulis. Awalnya... Aku menulis genre romance idealis. Dan itu sepi di pasaran. Akhirnya aku memutuskan untuk riset dan pingin tahu, cerita apa sih yang di minati di pasaran? Oh... ternyata tentang ala-ala drama Korea, yang alur ceritanya lebih mirip ke kisah klasik Cinderela. Dimana seorang gadis biasa bisa menikah dengan seorang pria tampan dan kaya raya.
Sebenarnya enggak gitu guys. Cinderela itu bukanlah gadis biasa, dia itu cantik, dan sebenarnya masih keturunan bangsawan gitu. Makanya pangeran mau sama dia. Coba kalo Cinderela itu anak petani atau buruh biasa. Terus badannya dekil dan enggak terawat. Kira-kira pangeran mau sama dia enggak ya? Coba pikir.
Makanya pas aku lihat ada judul novel yang kisahnya bos menikahi pembantunya sendiri, terus pembacanya langsung membludak. Aku cuma mikir satu hal saja. Ternyata pembaca suka dengan hal yang halu dan enggak realistis. Ya... walaupun di dunia nyata, ada beberapa cerita gadis yang begitu beruntung, bisa mencicipi kisah manis itu.
Akhirnya pelan-pelan aku menulis juga tentang genre semacam itu. Yang biasanya pemeran prianya adalah seorang CEO. Dan wow... enggak nyangka saja gitu banyak yang suka. Lumayanlah. Akhirnya dari situ mulai ketagihan. Tiap nulis temanya pasti masih seputar CEO. Sampai pada akhirnya aku bertemu dia. Seorang CEO di dunia nyataku.
Semakin hari pemilik nama Keynan Jehan itu semakin menarik perhatianku. Siapa sebenarnya cowok ini? Kenapa setiap status yang ia buat di timeline selalu ramai komentar? Sepertinya dia bukan orang biasa. Aku mulai mencari tahu sana sini. Aku cari profilnya di internet. Dan wow... Kalian tahu siapa? Ternyata dia adalah CEO platform tersebut.
Oke... iseng akhirnya aku mencoba menghubunginya lewat pesan pribadi. Masih pertanyaan yang wajar sekitar kepenulisan. Ternyata di respon. Orangnya sangat suple dan menyenangkan. Yach... tapi hanya sekedar pertanyaan basa basi saja sih. Jadi aku berpikir ia memang tipe orang yang baik pada semua orang.
Karena masih penasaran, bisa enggak sih aku menarik perhatian dia? Akhirnya aku iseng bikin status di timeline. Dan entah aku yang ke-GR an atau enggak. Aku merasa dia merespon status yang ku buat dengan cara membuat status yang hampir sama. Aku jadi mikir, lah... kenapa nih orang?
Aku pingin iseng hubungin Japri(Jalur pribadi) Tapi enggak ada bahan pertanyaan. Dan akhirnya aku sedikit melupakan akan hal itu. Aku sibukkan diri untuk menulis di platfoarm lain.
Hampir sebulan berselang. Aku mencoba untuk kembali berkunjung kesana dan iseng nekat japri dia setelah aku dapat ide apa yang harus ku tanya kan padanya.
To : Keynan Jehan
"Maaf kak ganggu. Mau tanya dong, itu naskah yang di kirim harus langsung tamat atau bagaimana?"
Tak berselang lama ada notice balasan.
From : Keinan Jehan
"Itu naskahnya bisa sambil on Going kak :)"
Yang menjadi ciri khas Keynan adalah, selalu ada emoticon senyum di akhir kalimat. Mungkin agar terlihat ramah dan humble.
To : Keynan Jehan
"Oh... makasih kak infonya, tapi kayaknya aku ketinggalan banyak, enggak tahu keburu atau enggak, udah mau deadline aja soalnya hehe"
Itulah aku kalo bicara suka apa adanya. Apa yang ada di kepalaku, aku selalu tuangkan secara spontan.
From :Keynan Jehan
"Ayo...Semangat kak, pasti bisa :)"
Entah kenapa aku merasa senang saat dia memberiku semangat. Atau emang aku yang terlalu terbawa perasan alias baper. Padahal mungkin saja ia begitu juga ke member lain. Entahlah. Tapi bukan aku namanya kalo kehilangan akal. Aku sebenarnya enggak ada niat sih untuk mancing-mancing agar percakapan ini terus berlanjut. Semua mengalir begitu saja. Dengan diriku yang selalu bertanya apa adanya. Percakapan itu akhirnya malah benar-benar berlanjut.
Iseng aku bertanya....
To : Keynan Jehan
"Kak... kapan-kapan unggah tentang gimana cara bikin komik dong, hehe."
SKSD banget Yach aku? Hehe... Tapi siapa sangka, di ladenin juga sama dia.
From : Keynan Jehan
"Hehe... Tapi aku kan enggak bisa gambar kak."
To : Keynan Jehan
"Ya... enggak apa-apa, temen kakak mungkin ada yang bisa gambar, terus share deh, hehe."
From : Keynan Jehan
"Emang kamu mau belajar gambar?"
What...? Aku sedikit tercengang dengan balasannya kali ini. Sekarang ia pake kata 'kamu'. Apakah ini pertanda, batinku.
To : Keynan Jehan
"Iya... kak, ajarin dong, wkwk."
Astaga... dengan PD-nya aku ngomong gitu. Tapi ternyata tetap di respon.
From : Keynan Jehan
"Tapi aku enggak bisa gambar dek :)"
Sepertinya percakapan ini berkembang terlalu cepat. Yang tadinya pake kata 'Kamu'. Sekarang naik level jadi 'Dek'.
Dalam hati aku pingin ketawa, kenapa nih orang? Aku enggak nyangka saja langsung bisa akrab.
Percakapan pun berlanjut dengan sedikit lebih intens tapi masih dalam batas kewajaran. Kami mengobrol di chat layaknya orang yang sudah kenal lama dan sangat dekat. Seperti tidak ada kecanggungan lagi di antara kami berdua.
Hari-hari berikutnya kami chatingan seperti biasa. Kami semakin akrab. Hingga lama kelamaan chatingan kami berubah menjadi suatu hal yang saling menggoda. Tapi bukan tentang gombalan biasa. Namun lebih menjurus kepada hal yang bisa membangkitkan gairah dalam jiwa. Gairah yang tidak biasa. Entah siapa yang memulai duluan. Tapi saat itu kami memang selalu chating di atas jam 12 malam.
From : Keynan Jehan
"Lagi apa kamu dek?"
Entah kenapa setiap ada notice pesan masuk dari cowok ini perasaan ku seneng banget (Halah lebay). Buru-buru saja aku balas.
To : Keynan Jehan
"Lagi nulis aja kak. Kalo kakak?"
From : Keynan Jehan
"Yaudah semangat, aku temani chat ya? :)"
Membaca pesan balasannya aku jadi senyum-senyum sendiri. Seneng pake banget karena di perhatiin gitu.
To : Keynan Jehan
"Yee... asik di temenin, KK lagi apa?"
Beberapa menit berselang, tapi tak ada notice balasan. Seketika aku merasa bad mood, katanya mau temenin, sekarang malah ngilang. Gerutuku dalam hati. Tanganku pun kembali bergerak menuliskan pesan baru.
To : Keinan Jehan
"Yee... kakak gimana sih, katanya mau temenin, aku malah di diemin."
Tak lupa aku tambahkan emoticon wajah cemberut di belakangnya.
Thing....
Suara notice pesan masuk. Buru-buru saja ku buka.
From : Keynan Jehan
"Maaf dek, hehe... aku abis baca beritanya artis yang lagi kena skandal video asusila dek. Kamu udah baca belum?"
Dengan segera mungkin ku ketikkan pesan balasan.
To : Keynan Jehan
"Oh... iya itu emang beritanya lagi tranding di head line, aku belum sempat baca, aku lewatin aja beritanya. Palingan tentang ilmu cocok logi lagi. Hehe."
Aku menanggapinya dengan santai. Aku tidak suka baca berita meskipun berita itu sedang heboh. Dan aku orangnya juga enggak suka percayaan begitu saja sebelum melihat buktinya, seperti yang sudah-sudah, itu bisa-bisanya netizen saja kan, main cocok-cocokin kalo itu beneran artis yang bersangkutan. Padahal belum ada bukti kongkritnya. Intinya, aku enggak peduli dengan hal-hal semacam itu.
From : Keynan Jehan
"Tapi ini beneran dek, aku baru lihat videonya, aku juga malah nemu video dia yang lain."
To : Keynan Jehan
"Hah... kakak nonton videonya? Bukannya udah di hapus ya? Kakak cari dimana? Dapet dari pesan WA?"
From : Keynan Jehan
"Aku cari videonya di internet, masih ada."
Oh... iya, sejenak aku melupakan sesuatu. Di internet memang sudah di hapus dan tidak bisa tayang. Tapi aku baru ingat, Keynan Jehan adalah seorang programmer, mudah baginya membuka akses sebuah video yang sudah di blok sekalipun.
To : Keynan Jehan
"Oh... iya, aku lupa. Kakak kan programmer ya?"
Sepertinya kami mengirim pesan di waktu yang bersamaan, dia juga sedang mengirim pesan tapi yang sedikit enggak nyambung.
From : Keynan Jehan.
"Ya... tapi gitu dek, adegannya cuma gitu-gitu aja."
To : Keinan Jehan
"Hah... gitu gimana? Pasti cowoknya yang Fak tuh."
From : Keynan Jehan
"Eh... enak aja, salah ceweknya lah, mau."
Dia tidak terima aku menjelekkan kaumnya. Hehe. Aku juga enggak terima kalo ada yang jelekin kaumku. Walaupun aku enggak tahu, siapa yang bener, dan siapa yang salah.
Obrolan itu masih terus berlanjut sampai terlontarlah pertanyaan itu darinya.
From : Keynan Jehan
"Kamu pernah nonton Video gitu-gitu dek?"
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!