NovelToon NovelToon

Kejar Aku, KALAU BISA!

Perusahaan DITAMA Group

Perusahaan DITAMA Group

Pagi pukul 09.00, di perusahaan Ditama Group. Seorang pria dengan setelan jas berwarna cream, sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menghadap laptop yang sedang menyalah.

Adnan Haditama, pria berusia 27 tahun, CEO perusahaan Ditama Group. Adnan diangkat sebagai CEO sekitar 6 bulan yang lalu. Menggantikan ayahnya, yang telah mengundurkan diri.

Tok tok to tok

"Masuk!" Pinta Adnan dari dalam ruangan.

Ceklek

Seorang pria masuk ke dalam ruangan Adnan dengan postur tubuh tinggi di atas rata-rata dan memilki rubuh yang atletis.

"Pagi Bos," Sapa pria itu.

"Pagi." Jawab Adnan cuek, melihat asistennya datang dengan membawah beberapa lembar map di tangannya. "Felix, kamu darimana saja?" Tegur Adnan tidak bersahabat.

Felix Admaja, asisten Adnan. Sebelumnya Felix adalah Asisten ayahnya Adnan, Virgo Haditama. Setelah Tuan Virgo mengundurkan diri dan digantikan oleh Adnan, Felix merasa bukan hanya jadi asisten, namun juga pesuruh Adnan, karna semua kebutuhan Adnan dan kapan pun Adnan butuhkan Dia harus menyelesaikan saat itu juga, apalagi masalah wanita.

"Maaf, Bos. Saya baru saja menyelesaikan berkas-berkas untuk miting kita!" Jawab Felix, lalu duduk di kursi depan Adnan.

Adnan hanya ber O ria, sambil menganggukan kepalanya.

"Bos!" Panggil Felix, Adnan hanya mengangkat alisnya mengahadap Felix. "Mitingnya mau di mulai sekarang!" Tekan Felix.

"Apa!" Adnan tampak kaget. "Kenapa baru bilang sekarang!" Seru Adnan panik. "Ayo!" Adnan berdiri dari kursinya dan berjalan cepat.

Felix hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bosnya itu, selalu saja seperti itu! Pikirnya.

Akhirnya Adnan dan Felix pergi menuju ruang miting.

.

.

******

Di peusahaan yang sama dengan Adnan sebagai pemimpinnya. Seorang wanita berada di balik bilik kaca, sedang berbincang dengan seorang pria.

Pria itu adalah Menejer keuangan di perusahaan Ditama Group. Viko Haditama, adiknya Adnan.

"Na, gue ke atas dulu ya! Mau ada miting." Ujar Viko pada Reina.

Reina Kasim, karyawan staf keuangan di perusahaan itu. Dia bersahabat dengan Viko, sejak pertama bekerja di perusahaan itu. Viko yang datang ke perusahaan saat ingin menemui ayahnya, tidak sengaja bertemu Reina di kantin kantor bersama sahabat-sahabatnya yang sedang asik makan. Saat ingin bergabung dengan mereka, Viko bingung karena mereka menanyakan usia Viko, jika ingin bergabung.

"Ok." Jawab Reina singkat.

Viko pun pergi meninggalkan Reina, menuju ke ruang miting tanpa Viko sadari, dia meninggalkan map yang seharusnya dia bawah untuk keperluan mitingnya hari ini.

Reina yang sedang sibuk di depan laptopnya, tak sengaja melihat sebuah laptop lain yang berada di atas mejanya. "Laptop siapa ini ya?" Pikirnya. Reina mengambil dan membuka laptop tersebut, dan membolak-balikannya.

"Haa!! Ini punya Viko! Inikan untuk mitingnya." Kaget Reina. "Dasar, anak itu. Bikin tambah kerja aja." Gumam Reina, mengumpati Viko yang teledor.

Reina melihat jam tangannya, waktu menunjukan pukul 09.42. "Ah, pasti sudah mulai nih, harus cepat!" Sambil berjalan dengan sedikit berlari, Reina menuju lift.

Sementara Viko yang sudah berada di ruang miting dan Adnan memintanya untuk mempresentasikan miting kali ini.

"Vik, ayo mulai saja!" Pinta Adnan.

Viko celingukan, mencari sesuatu yang dia butuhkan untuk presentasinya.

"Kenapa?" Tanya Adnan penasaran.

"Maaf, Tuan! Sepertinya laptop saya ketinggalan di ruang kerja!" Jawab Viko dengan hati-hati. Dia tahu bagaimana sifat Adnan dengan pekerjaan. Adnan tidak pernah main-main dengan pekerjaannya, apalagi ada orang yang sampai tidak becus dengan pekerjaannya.

"Apa ini Viko!" Gertak Adnan, tegas. "Kamu orang penting di perusahaan, dan kamu lalai!" Cerca Adnan lagi.

Disisi lain, Reina keluar dari lift. Dengan sedikit berlari Reina menuju ruang miting. Tanpa aba-aba Reina menerobos masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ceklek

Suara pintu ruang miting terbuka. Netra Adnan tertuju pada seorang wanita yang berdiri di daun pintu itu. Dengan mengerutkan kening, Adnan menatap Reina, yang berkeringat dingin karna ulahnya sendiri.

"M-ma-a-af..!" Ucap Reina gugup.

"Reina," sapa Viko.

"Eh, ump... Ini, saya mengantarkan ini!" Ujar Reina masih dengan keadaan yang sama. Reina berjalan mendekati meja panjang yang telah di kelilingi banyak orang.

"Owh, iya. Makasih ya! Tadi aku lupa." Ucap Viko sambil tersenyum.

Tanpa suara, Reina hanya menganggukan kepalanya sedikit.

"Maaf! Saya permisi sekarang!" Reina membungkukan badannya pada orang-orang yang berada di ruang miting termasuk Adnan. Saat hendak berbalik menuju pintu keluar tanpa sengaja Reina menyenggol cangkir yang berisi air putih, bagai adegan slow mosion air dari cangkir itu jatuh tepat mengenai Adnan.

Reina yang kaget, hanya dapat membulatkan bibirnya lalu menutup mulut dengan kedua telapak tangannya.

Adnan menutup mata dengan raut wajah yang sungguh kesal atas kecerobohan Reina.

"Ma-ma-a-af, Tu-aan!" Ucap Reina terbata-bata.

"Kamu!!" Sentak Adnan, menunjuk wajah Reina. "Pergi keruanganku sekarang. Jangan keluar sampai aku kembali.

"Si-siap, Tuan!" Setelah mendengar perkataan Adnan, Reina segera berlari keluar.

Sekertaris Felix, segera memulai mitingnya untuk mengalihkan perhatian peserta miting dari Adnan yang sedang kesal.

Sementara di luar ruangan Reina berjalan dengan ragu menuju ruangan CEO perusahaan Ditama Group.

******

Mansion Haditama

Mirahana Putri, 45 tahun. Masih terlihat awet muda, dengan wajah yang masih kencang, hidung mancung dengan tubuh yang masih ideal, membuat pria yang di sampingnya tak bisa menjauh dari sang istri. Virgo Haditama, 51 tahun, ayah Adnan dan ibu Mira, masih sangat mesra walau di usia mereka yang sudah lanjut.

Mira dan Virgo, sedang duduk di sofa ruang tamu sambil berbincang.

"Pa, bagaimana kalau kita mencarikan jodoh untuk Adnan?" Ujar Mira pada suaminya.

"Papa rasa itu tidak perlu Ma. Sebaiknya biarkan dia memilih pilihannya sendiri!" Tukas Virgo.

"Tapi, mama sudah punya calon untuknya!"

"Papa tetap tidak setuju. Biarkan dia menemukan jodohnya sendiri. Adnan tidak akan setuju, dengan rencanamu, Ma." Ujar Virgo pada istrinya.

"Kita coba dulu mempertemukan mereka. Siapa tau cocok!"

"Terserah, Mama. Bicarakan saja dengan Adnan." Jawab Virgo, tak mau mengambil pusing dengan acara perjodohan istrinya, karna dia yakin Adnan tidak akan setuju sama sekali.

"Siang, Tante. Om." Sapa seorang wanita yang tengah berjalan menuju kearah mereka berdua.

"Siang." Sapa Mira, pada wanita yang datang lalu cipika-cipiki bersamanya. "Claudya, kamu udah datang."

"Seperti permintaan Tante," jawab wanita yang terlihat seksi itu. Claudya hanya menggunakan gaun ketat sebatas lutut dengan belahan dada nampak menonjolkan dadanya.

"Ayo, duduk!" Seru Mira. Claudya langsung duduk di samping Mira.

Virgo segera berdiri, meninggalkan mereka tanpa bersuara.

.

.

.

.

Mohon dukungannya.

Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya.

Love you all...💞

Bisakah Kita berteman?

Masih di Masion Haditama

Virgo segera berdiri, meninggalkan mereka tanpa bersuara.

Mira tak memperdulikan suaminya yang pergi tanpa sepatah kata pun. Mira pun langsung mengajak Claudya bicara tentang rencana perjodohan Adnan.

"Clau, bagaimana menurutmu jika tante menjodohkanmu dengan Adnan?" Ucap Mira, yang ingin mrnjodohkan Adnan dengan Claudya.

"Apa!! Tentu saja Tante. Aku dengan sukarela akan menerima perjodohan itu." Jawab Claudya, sumringah.

"Benarkah, tante senang jika kamu mau!" Mira, tersenyum.

"Apakah Adnan, sudah setuju? Tante!" Tanya Claudya, karena sejak dulu Adnan sangat susah untuk didekati.

"Pokoknya, kamu tenang saja. Tante akan bicara dengannya, dan dia pasti setuju." Mira yakin bahwa Adnan akan setuju dijodohkan dengan Claudya.

Kenapa tidak menurut Mira, Claudya adalah wanita sukses, seorang model, dan cantik.

......................

Perusahaan Ditama Group

Reina sedang berada di ruangan Adnan. Dia melihat seisi ruangan itu, begitu besar dan mewah menurutnya. Netra Reina tertuju pada kursi kebesaran Adnan. 'Ada cctv 'kah di sini' tanya Reina pada dirinya sendiri. Sambil melihat-lihat kearah atas ruangan.

"Ah, ternyata ada!" Gumam Reina. "Eh, tapi kok nggak nyala! Kayak yang lain." Gumamnya lagi penasaran.

"Rusak kali ya!" Ucap Reina sambil terkekeh. Dia memilki rencana, yang bisa di bilang sedikit usil. Tapi bukan untuk Adnan.

Reina maju menuju kursi kebesaran yang biasa Adnan duduki. Tanpa rasa ragu Reina duduk di kursi itu, sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan sambil terkekeh.

Dengan santai Reina duduk dan bersandar di kursi Adnan. Tiba-tiba mucul sesuatu di kepalanya.

Reina duduk tegap di kursi, lalu dengan ekspresi yang dibuat- buat. Reina mepraktekan gaya Adnan ketika bicara padanya tadi.

"Kamu! Pergi keruanganku sekarang. Jangan keluar sampai aku kembali!" Aju Reina sambil terkekeh geli saat menirukan suara Adnan.

"Eh, tapi gimana nasibku sekarang." Gumam Reina. Menyadari bahwa dia sudah melakukan kesalahan.

"Apa aku minta ampun saja ya!" Reina memikirkan cara agar dia tidak sampai di pecat. "Ahh..! Kenapa lagi, aku tuh cerobo bamget sih. Dasar gobl*k" marah Reina kepada diri sendiri.

"Huu..huu..." Reina mengaduhkan nasibnya dengan wajahnya yang menempel di atas meja dan kefua tangan yang di rentangkan. Seperti orang yang telah berputus asa.

"Ayah, tolong aku! Dari si bos yang kaya singa kelaparan itu." Gumam Reina.

Reina memang seperti itu. Saat kecil Reina selalu mengaduh pada ayahnya, jika ada masalah dan sulit di selesaikan, dia lebih suka bermanja ayahnya dari pada ibunya sendiri. Sampai dia berpikir jika ayahnya adalah pria pertama yang ada di hatinya.

Dari arah luar, terdengar suara kaki yang melangkah mendekat ke ruangan itu. "Apakah itu mereka!" Batin Reina. Segera dia bangkit berdiri dari kursi dan berpindah ke sofa. "Ahh, tidak-tidak." Reina kembali berdiri berpindah dari Sofa, dan berdiri di balik pintu.

Ceklek

"Auuwh" Reina meringis ketika pintu terbuka dan pintu itu pun mengenai jidatnya.

"Kau, kenapa kau selalu ceroboh!" Umpat Adnan yang melihat Reina memegang jidat dan meringis.

"Tidak apa-apa Tuan!!" Jawab Reina dengan menahan rasa sakit. Adnan hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Reina.

Adnan masuk dan disusul oleh asistennya bersama Viko. Adnan langsung saja menuju kursinya dan duduk di sana sementara Viko dan Felix, duduk di sofa.

"Kau kemari!" Pinta Adnan.

"Saya Tuan?" Tanya Reina, saat melihat kedua lelaki yang bergeming di tempat duduk masing-masing.

"Menurutmu?" Jawab Adnan.

"Maaf Tuan." Reina segera melangkah menuju depan meja Adnan.

"Maaf, Tuan! Tapi kejadian tadi itu bukan sepenuhnya kesalahan Reina, namu ndia hanya membatuku saja." Selah Viko tiba-tiba berdiri mendekat ka arah Adnan.

"Apa aku memintamu untuk bicara?" Adnan menatap Viko dengan tatapan yang tidak suka dengan sikap menyelah Viko.

"Maaf!!" Jawab Viko.

Adnan begitu tegas dengan sesuatu yang terjadi di perusahaannya. Walaupun Adnan dan Viko adalah kakak beradik, namun Adnan Tidak membiarkan Viko semena-mena, di perusahaan. Saat Viko melakukan kesalahan pun Adnan akan memberikan peringatan bahkan hukuman jika Viko melakukannya.

"Jika tidak ada yang di perlukan lagi, sebaiknya kalian berdua kembali keruangan kalian!" Seru Adnan, pada Viko dan Felix. Mereka tahu bahwa Adnan tidak bisa dibantah saat berada di perusahaan. Mereka pun segera angkat kaki dari ruangan itu.

"Hei!!!" Adanan Berteriak saat melihat Reina mengekori Viko dan Felix dari belakang. "Apa kau mendengar ucapanku?" Tanya Adnan ketus, saat Reina berbalik menghadapnya.

"Maaf Tuan! Tadi anda berkata kembali ke ruangan!" Jawab Reina.

"Bukan kau! Tapi mereka. Apa mengatakan 'Kalian berdua' bukan bertiga." Jelasnya dengan kesal.

Reina menundukan kepalanya seraya meminta maaf. "Maaf Tuan!!" Ujar Reina.

Adnan berjalan menuju sofa yang berada di ruagannya. "Duduk!" Pinta Adnan.

Reina segera duduk, agar tak membuat bosnya itu kesal.

"Apa kau tau kesalahanmu tadi?" Tanya Adnan.

"Iya, Tuan! Untuk itu saya minta maaf. Sungguh saya tidak sengaja melakukannya." Ungkap Reina.

"Jelaskan dengan detail kesalahanmu, dan berikan alasan!" Jawab Adnan.

"Maksudnya, Tuan?" Tanya Reina kebingungan.

Adnan, menghembuskan nafas kasar, menatap Reina yang berdiri di depannya.

"Ba-baik Tuan!" Ucap Reina lagi gugup.

"Pertama, saya menerobos masuk di ruangan miting anda. Alasannya, karna saya tau hari ini ada miting dan Tuan Viko meninggalkan laptopnya di meja saya tadi. Yang ke-2," Ucapan Reina terputus karna mendengar suara Adnan.

"Apa kau dan Viko saling mengenal?" Tanya Adnan menyelah.

"Haa!! I-iya pak. Kami berteman." Jawab Reina.

"Lanjutkan," pinta Adnan.

"Emp... "

"Kenapa?"

"Saya boleh bertanya, pak?" Ujar Reina sambil mencondongkan badannya ke depan dengan kedua tangan ditumpuhkan di atas meja. Adnan memicingkan matanya menatap kearah Reina. "Ma-maaf pak!" Reina sadar atas apa yang di lakukannya.

"Katakan, pertanyaanmu?" Adnan memberikan ijin Reina untuk bertanya padanya.

"Ahh, sungguh 'kah?" Tanya Reina tersenyum sumringah bagai mendapatkan maskot, hanya karena di beri ijin untuk bertanya pada bosnya.

"Sebelumnya maaf, Tuan." Reina agak ragu dengan pertanyaannya, namun tetap dia lanjutkan. "Apa Tuan, tidak marah saya berteman dengan Tuan Viko.

"Apa!! Apa hanya itu pertanyaanmu?" Ketus Adnan.

Reina meringis dan menunduk mendapat bentakan dari Adnan. "Maaf Tuan. Saya bertanya seperti itu, karna saya tau Tuan Viko adalah adik anda." Jelas Reina lagi.

"Apa kau dan Viko begitu dekat?" Tanya Adnan lirih.

"Ahh, tidak Tuan." Jawabnya cepat. "Kami hanya berteman, tidak ada hubungan apa-apa!"

"Kalau begitu, bisakah kita berteman?" Lanjut Adnan lagi.

"Haa. Jangan bercanda Tuan. Lagi pula, saya berteman punya tim, dan harus dengan persujuan mereka juga." Jelas Reina.

.

.

.

.

Mohon dukungannya...

Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya.

Love you all...💞

21 pas

Masih di perusahaan Ditama Group

"Kalau begitu, bisakah kita berteman?" Lanjut Adnan lagi.

"Haa. Jangan bercanda Tuan. Lagi pula, saya berteman punya tim, dan harus dengan persujuan mereka juga." Jelas Reina.

"Aku tidak bercanda!" Kesal Adnan. Entah apa yang terjadi, dia tak menerima jika Reina menolaknya walau hanya untuk berteman.

Reina menundukan kepalanya, "maaf!" Reina menjadi bingung dengan sikap bosnya itu. Kenapa juga harus berteman dengannya. Orang-orang akan berpikir macam-macam padanya, jika seorang bos di perusahaan sebesar itu berteman dengannya yang hanya staf karyawan biasa.

"Duduklah. Lalu apa alasannya?" Pinta Adnan, sambil menunjuk kursi di depannya.

Dengan perlahan dan juga hati-hati, Reina duduk ditempat yang Adnan tunjuk padanya. Reina berpikir, apa jawaban yang pas dengan pertanyaan Adnan. Dia mulai bosan di sidang oleh Adnan, yang permasalannya apa dan arah tujuannya ke mana, pikirnya.

"Berapa usia Tuan sekarang?" Tanya Reina tiba-tiba.

"Apa maksudmu? Apa kau pikir aku sudah tua dan tidak pantas berteman dengan kalian." Ketus Adnan.

Reina mulai bosan, "bukan begitu Tuan! Tapi itu penting dalam tim kami." Jelasnya.

"Baiklah. Aku 27 tahun." Jawab Adnan sambil bersandar di kursinya.

"Nah, itu masalahnya!" Ucap Reina dwngan sedikit keras. "Opss, maaf Tuan. Reflek." Belah Reina, yang melihat Adnan telah melotot kepadanya.

"Dulunya kami bersahabat hanya 3 wanita saja, sebelum Tuan Viko bergabung." Ujar Reina, dan Adnan mendengarkan dengan seksama. 'Sekarang kenapa kaya aku yang jadi bosnya! Kenapa dia hanya diam saja.' Batin Reina😁 "Tuan kami sudah sepakat, kalau kami bersahabat dengan usia kami yang sama. Dan sekarang usia kami semua 21 pas, termasuk Tuan Viko. Kalau Tuan 'kan sekarang sudah 21+." Jelas Reina panjang lebar.

Adnan memicingkan matanya. "Kenapa, harus seperti itu?"

Reina bingung, sambil menggaruk keningnya yang tidak gatal. "Bagaimana ya. Intinya seperti itu, saya jadi bingung."

"Apa kau mengerti arti 21+!" Tanya Adnan tiba-tiba.

"Haa!!! Bu-bukan yang seperti itu Tu-tuan." Jawab Reina terbata saat Adnan berdiri dan mulai berjalan kearahnya.

"Siapa namamu?" Adnan duduk di meja samping Reina duduk sambil mencondongkan kepalanya kearah Reina.

"Rei-reina Tuan."

Adnan menegakan badannya, "hmm, wangi!" Ucap Adnan, sambil menyembunyikan senyumnya.

"Tuan, apakah sudah selesai?" Tanya Reina dengan hati-hati. Reina mulai merasa tak nyaman.

"Belum!" Tegas Adnan. "Kau telah membuat kesalahan, jadi kau harus menerima hukuman." Ujar Adnan.

"Tuan. Tolong jangan pecat saya Tuan. Saya masih ingin bekerja di sini Tuan." Minta Reina, dengan menyatukan kedua telapak tangannya.

"Baiklah! Aku tidak akan memecatmu, tapi..." Adnan menjeda ucapannya.

"Tapi, nanti akan ku beri tahu. Sekarang kau ambil tugas pada tim kerjamu. Dan kerjakan sendiri. Itu satu hukuman untukmu." Adnan kembali ke kursinya.

"Apa hanya itu saja Tuan!"

"Tidak. Kau pintar juga menangkap kata-kataku. Itu hanya satu hukuman untukmu. Karna kau mempunyai 2 kesalahan, jadi kau harus mendapat 2 hukuman." Terang Adnan.

"Apa yang satu lagi Tuan?" Tanya Reina penasaran.

"Akan ku beri tahu nanti setelah hukuman pertama selesai!"

"Baiklah." Reina berdiri dengan malas memikirkan hukumannya, yang harus membuat lembur malam ini. "Saya permisi." Reina membungkukan sedikit badannya lalu berbalik hendak pergi.

"Apa tidak kissbay, untuk teman 21+ ini?" Goda Adnan.

"Haa, tidak Tuan!" Reina segera mempercepat langkahnya menuju luar ruangan. Sedangkan Adnan tersenyum melihat tingkah Reina. "Fiuuhh..." Reina membuang nafasnya, serasa bisa bernafas lega setelah keluar dari ruangan itu. "Dasar, bos 21+." Umpat Raina.

Hari sudah menunjukan pukul 06.30. Reina masih berkutat dengan berkas-berkas di mejanya, padahal badannya sudah serasa pegal sejak siang tadi pekerjaan tambahan karna hukumannya. Sampai, Viko tiba di bilik Reina dan menyapanya.

"Belum selesai Na?" Tanya Viko.

Reina menatap Viko yang berdiri tak jauh darinya. Reina hanya menganggukan kepalanya.

"Sori ya Na. Gara-gara aku, kamu harus menerima pekerjaan sebanyak ini." Ujar Viko.

"Nggak apa-apa kok!" Ucap Reina sembari tersenyum. "Lagian memang akunya aja yang ceroboh. Masuk nggak ngetuk pintu, tumpahin air lagi." Rutuknya pada diri sendiri.

"Udah! Aku bantuin ya!" Tawar Viko.

"Ehh, nggak usah!" Ucap Reina sambil mengambil berkas dari tangan Viko.

"Nggak apa-apa kok Na. Aku cuma mau bantuin kamu aja, biar cepet." Jawab Viko.

"Iya, Aku tau! Tapi nanti kalau ketauan, nanti pekerjaannya nambah loh. Apalagi ini baru hukuman pertama." Aduh Reina.

"Emangnya ada lagi?" Viko mengernyitkan dahinya.

"Ada! Tapi, belum tau apaan tugas selanjutnya." Jawab Reina dengan sumbang.

"Nanti, aku bicara sama kak Adnan, besok." Ujar Viko lagi.

"Nggak usah! Aku bisa kok!" Ucap Reina.

"Ya sudah. Aku tau kamu nggak suka di bantah. Aku nungguin kamu pulang aja ya." Ujar Viko sambil mengambil kursi dan duduk di samping Reina.

Reina tak menjawab, namun membiarkan saja Viko duduk dan melihatnya bekerja. tiga puluh lima menit kemudian, akhirnya pekerjaan Reina selesai. "Huuf..! Akhirnya." Reina merenggangkan tangannya karena merasa sedikit pegal.

"Udah?" Tanya Viko di angguki oleh Reina. "Hebat! Pekerjaan sebanyak ini kamu kerjakan dalam hitungan jam saja." Puji Viko.

"B aja kali. Nggak usah muji-muji, nggak mempan akunya di puji." Ucap Reina tersenyum.

"Bener loh. Kalau orang lain belum tentu akan selesai hari ini." Belah Viko.

"Udah-udah. Aku capek. Mau pulang sekarang." Reina mengambil tas slempangnya lalu mengaitkan ke bahunya.

"Ok. Berangkat." Viko berdiri lalu mengikuti Reina dari belakang. "Serasa jadi anak buah aku." Sindir Viko, karna Reina berjalan dengan langkah cepat.

Reina berbalik, lalu meraih jemari Viko. "Ayo! Aku udah lapar juga." Viko menatap genggaman tangan Reina, sedangkan yang menggenggam nampak biasa saja.

Viko, sangat bahagia dengan reaksi Reina. Kenapa tidak, semenjak bertemu dengan Reina, Viko sudah menaruh simpatik padanya. Namun apa daya dia tak berani mengatakan perasaannya pada Reina.

Tiba di lobby kantor. Reina melepaskan genggaman tangannya pada Viko. Ada perasaan tak Rela saat Reina melepas jemari-jemarinya. "Baiknya kita kemana ya? Aku mau makan dulu!" Ujar Reina pada Viko. Namun yang di tanya, hanya diam entah apa yang ada dipikirannya. Pikir Reina. "Woy!! Kesambet loh." Teriak Reina di dekatnya.

Viko mengusap-ngusap telinganya. "Kenapa teriak sih Na." Kesal Viko.

"Gimana nggak teriak, orang nanyain malah begong!" Reina berjalan menuju taksi yang di parkir di pinggir jalan.

"Na, mau ke mana?" Panggil Viko lalu mengejarnya.

"Mau pulanglah!" Jawab Reina berbalik.

"Sama aku aja! Aku bawah mobil, masa pulang sendiri." Ajak Viko.

.

.

.

.

Mohon dukungannya.

Jangan lupa LIKE, COMENT and VOTEnya.

Love you all...💞

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!