NovelToon NovelToon

Di Tikung Sahabat Sendiri

[1] Pernikahan Tanpa Cinta

POV AUTHOR

"Aku pergi dulu ke kantor " pamit Dimas kepada Aisyah. Saat wanita itu sedang sibuk membereskan bekas mereka makan.

"Tunggu Mas " Teriak Aisyah berlari menghampiri Dimas sang suami.

"Ada Apa? " Tanpa Menengok Dimas menjawab teriakan Aisyah dengan dingin tanpa senyum.

Tidak seperti pasangan suami istri lainnya, Dimas dan Aisyah menjalani biduk rumah tangga tanpa adanya raut kebahagiaan dari keduanya. Terlebih mereka menikah karena perjodohan kedua orang tua mereka menjadikan mereka terpaksa menjalani kehidupan rumah tangga.

Bukan hanya Dimas dan Aisyah yang menikah karena perjodohan mungkin sebagian orang lain juga ada yang menikah karena di jodohkan. Tergantung masing-masing orang apakah akan menerima pernikahan dengan ikhlas atau terpaksa.

Ketika Ijab kobul di ikrarkan maka berarti dia menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya.

"Mas besok kan hari sabtu, gimana kalau kita berkunjung ke rumah mamah? Sudah lama kita tidak kesana. Aku kangen sekali sama mamah." pinta Aisyah kepada Dimas suami nya.

"Kamu bisa pergi di antar supir kan ?" Sahut Dimas melangkahkan kaki nya hendak pergi ke kantor.

Dan lagi jawaban itulah yang di dapat Aisyah jika Aisyah meminta mengantarkan ke rumah mertua yang berarti Ibu nya Dimas sendiri.

Meski sudah hampir 1 tahun mereka menjalani kehidupan rumah tangga, tak pernah sekalipun Dimas bersikap baik kepada Aisyah istrinya, cuek dingin tanpa mau tahu keinginan sang istri. Bahkan mereka berbicara hanya seperlu nya saja.

Jangankan cinta hak Aisyah sebagai istrinya tak pernah Aisyah rasakan bahkan sampai detik ini Aisyah masih gadis walaupun status nya ia sudah bersuami.

Tidak hanya hari ini Dimas bersikap dingin kepada Aisyah. Bahkan setiap hari Aisyah menelan kekecewaan atas sikap Dimas suaminya. Entah bagaimana Aisyah menjalani kehidupan rumah tangga seperti itu.

Di usia nya yang masih belia 21 tahun. Seharusnya Aisyah menikmati masa muda nya dengan pekerjaannya. Menikmati hasil kerja keras nya sendiri sehingga dirinya mampu memiliki butik yang saat ini sedang berkembang. Namun selama menikah ia hanya fokus menjadi ibu rumah tangga saja dan berkunjung sesekali saja ke Butik miliknya itu.

Dan sekarang Aisyah terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Dimas tidak pernah mau berusaha menerimanya menjadi istri. Kalau bukan permintaan terakhir sang ayah mungkin dia akan menolak perjodohan itu. Impiannya adalah menikah dengan pria baik yang memandang dirinya penuh cinta. Tapi semuanya tidak sesuai yang ia harapkan.

Melihat Aisyah terdiam, Dimas segera berpaling melangkahkan kaki ke luar rumah.

Grep!!!

Dimas menoleh melihat Aisyah memegang tangannya.

"Ada Apa lagi ??"

"Mas, mau sampai kapan pernikahan kita seperti ini? aku capek Mas "

"Lalu apa yang kamu harapkan ? pernikahan ini bukan kehendak kita berdua. Sudahlah. kamu urus urusan mu sendiri dan aku akan mengurus urusanku sendiri".

"Apa maksudmu Mas, aku ini istri mu. walaupun pernikahan ini karena perjodohan tapi aku akan tetap menjalankan tugas sebagai seorang istri. aku harap mas juga menjalankan tugas mas sebagai seorang suami "

"Aku tidak bisa Aisyah, aku tidak mencintai kamu" Jawab Dimas

"Cinta karena terbiasa, aku yakin suatu hari nanti kita akan saling mencintai. Mas tolong hargai pernikahan ini".

"Diam kamu Aisyah. sudah aku katakan aku tidak akan menerima pernikahan ini sampai kapanpun, Karena aku tidak mencintai mu. Pernikahan ini ada karena terpaksa dan kamu jangan pernah membicarakan hal ini lagi. TITIK!" Bentak Dimas setelah memotong ucapan Aisyah sambil berlalu meninggalkan pekarangan rumah dengan mobil nya.

Aisyah hanya menatap nanar kepergian sang suami. Selalu saja seperti ini jika Aisyah membahas tentang pernikahan mereka.

Namun Aisyah selalu berdoa di sepertiga malam, semoga suami nya Dimas bisa berubah menerima pernikahan ini dan mencintai Aisyah sepenuh hati ....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

[2] Kenangan Masa Lalu

Hidup tidak seindah dan sejalan apa yang kita inginkan. Begitupun dengan apa yang di rasakan Aisyah. Menikah dengan Dimas Anggara seorang Ceo tampan dan kaya tidak menjadikan hidup Aisyah bahagia. Bahkan, terasa kosong sepi dan hidup seperti di neraka.

Seperti saat ini Aisyah sedang menunggu kepulangan Dimas.

Waktu menunjukan jam 10 malam tetapi Dimas belum juga pulang. Setelah perdebatan mereka tadi pagi, sepertinya sosok lelaki 30 tahun itu enggan pulang ke rumah.

Aisyah teringat 1 tahun yang lalu saat pernikahan ini terjadi. Saat itu Ayah nya sedang terbaring sakit di rumah sakit meminta Aisyah untuk segera menikah.

......................

1 Tahun yang lalu

"Aisyah Ayah mohon supaya kamu menikah dengan anak teman Ayah, yah? Ayah ingin melihat pernikahan kamu, Nak. Sebelum Ayah di panggil sang pencipta " ujar Ayah Aisyah Bramastya.

"Ayah pasti sembuh, Insyaalloh Ayah pasti akan melihat pernikahan Aisyah bahkan sampai Aisyah memiliki anak jadi jangan berpikir seperti itu, hiks hiks".

"Tapi Nak, Dokter mengatakan umur Ayah tidak akan lama lagi".

"Shuutt Ayah, umur ga ada yang tahu. Jadi sebaiknya ayah istirahat aja yah jangan terlalu banyak berpikir. yang terpenting bagi Aisyah adalah kesehatan Ayah".

Setelah mengatakan hal itu Bramastya tertidur.

" Bun, Aisyah pergi keluar sebentar nya mau nyari makanan buat kita" ucap Aisyah kepada Ibunya yang saat itu sedang mengaji.

"Tunggu Aisyah, apakah sebaiknya kamu memikirkan keinginan Ayah mu itu. Bunda hanya takut itu adalah permintaan terakhir Ayahmu"

"Entahlah bunda, Aisyah belum siap untuk menikah"

"Coba,." sebelum Bunda menyelesaikan kalimat nya, tiba - tiba bunyi mesin kehidupan menandakan bahwa Ayah sedang tidak baik - baik saja.

"Ayah, Ayah apa yang terjadi,, tolong Dokter tolong Ayah ku" Aisyah berlari ke luar ruangan mencari Dokter. Tidak lama kemudian Dokter pun tiba bersama perawat lain nya.

"Ibu maaf, tolong tunggu di luar sebentar" ujar seorang perawat kepada Aisyah dan bundanya.

"Tapi suster, Ayah saya tidak apa-apa kan?"

"Berdoa saja yang terbaik saat ini Bapak Bramastya sedang dalam kondisi kritis" ucap suster itu

"Ya Allah sembuhkan lah Ayah hamba, hiks hiks" Aisyah dan bundanya pun keluar dari ruangan itu

Tiba - tiba dari arah samping kiri beberapa orang datang menghampiri Sonya (Ibunya Aisyah)

"Maaf Sonya, bagaimana keadaan Bram?" Lelaki paruh baya yang datang bersama istri nya dan juga seorang pemuda yang seperti nya anak dari pasangan itu.

"Edmund, Ruli terima kasih sudah datang, Bram barusan sedang di tangani Dokter karena tiba-tiba dia kritis" Jawab Sonya Ibu Aisyah.

"Yang sabar yang kuat Djeng Sonya, semoga tidak terjadi apa-apa kepada Bram dan Bram lekas pulih biar bisa berkumpul kembali bersama keluarga" Jawab Ruri istri dari Edmund sahabat Bramastya dan Sonya.

"Terima kasih"

POV AISYAH

Setelah menunggu cukup lama akhirnya Dokter keluar juga.

"Bagaimana keadaan Ayah saya Dokter?" Aku langsung menghampiri Dokter menanyakan keadaan sang Ayah.

"Alhamdulillah Bapak Bramastya saat ini kondisi nya sudah stabil, mohon di jaga perasaan nya yah dan kurangi pikiran yang membuatnya stres" Jawab dokter.

"Terima kasih Dokter"

"Sama-sama, saya permisi semuanya"

"Baik dokter"

Aku memikirkan apa yang di katakan Dokter. Apakah Aku harus mengabulkan permintaan ayah tadi Aku bingung,

"Aisyah kemarilah" bunda memanggil

"Ada Apa bunda?" tanyaku

"Ayahmu memanggil" Jawab Bunda ku

"Aisyah?" ucap Ayah

"Ada Apa ayah? apakah Ayah butuh sesuatu?" tanyaku sambil menggenggam tangan Ayah yang terasa dingin.

"Aisyah kabulkan permintaan ayah yah?"

"Baiklah Ayah" jawabku pada akhirnya. Aku berharap pernikahan ini walaupun pada awalnya terpaksa aku akan berusaha menerima dengan ikhlas dan berusaha menjadi istri yang baik untuk calon suamiku.

Saat ini ruangan rawat Ayah di sulap sedemikian rupa supaya bisa di jadikan tempat untuk ijab kobul. Tidak ada persiapan apapun seperti hal nya persiapan pernikahan pada umumnya, persiapan nya begitu singkat bahkan penghulu yang akan menikahkan kami segera di hubungi oleh Om Edmund untuk datang secepatnya ke ruangan rawat Ayah.

Sekarang di ruangan ini Aku dan Mas Dimas sebagai pengantin nya, kedua orang tuaku dan Mas Dimas serta beberapa saksi dari kalangan Dokter dan Perawat.

Ketika penghulu sudah datang maka ijab kobul akan segera di mulai. Mas Dimas di bimbing langsung oleh penghulu, "Saya nikahkan ananda Aisyah Saraswati bin Bramastya dengan Dimas Anggara dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar Tunai!"

"Saya terima nikah dan kawin nya Aisyah Saraswati bin Bramastya dengan mas kawin tersebut di bayar Tunai" ucap Dimas dengan sekali nafas mengucapkan ijab kobul.

Gimana para saksi " Sah...!" para saksi berteriak Sah. Aku dan Mas Dimas sudah resmi menjadi sepasang suami istri.

Detik itu juga Aku menikah dengan Dimas Anggara anak dari sahabat kedua orang tuaku Om Edmund dan tante Ruli. bahkan mengenal saja belum karena sepanjang Aku menunggu Ayah di tangani Dokter tadi pemuda itu tidak mengatakan apapun hanya sibuk dengan benda pintar milik nya itu.

Aku tak kuasa menahan tangis manakala mas Dimas mengucapkan ijab qobul pada saat itu juga ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Aku kehilangan cinta pertama pertamaku.

Flashback End

...****************...

Masa Kini

Tak terasa Aku meneteskan air mata saat mengingat peristiwa yang seharusnya menjadi moment membahagiakan tetapi juga moment kesedihan karena Aku juga kehilangan cinta pertama ku. Ayah semoga engkau tenang di alam sana.

Entah berapa lama Aku menunggu kepulangan mas dimas. Sepertinya ia tidak pulang, Aku melirik jam dinding dan ternyata sudah jam 1 malam. Sebenarnya kemana kamu mas?.

Rasa kantuk datang menghampiri bersamaan dengan angin malam Aku tertidur di sofa. Aku berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan suamiku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

[3] Aisyah & Gamisnya

Entah berapa lama Aku menunggu kepulangan Mas Dimas. Sepertinya ia tidak pulang, aku melirik jam dinding dan ternyata sudah jam 1 malam. Sebenarnya kemana kamu mas?.

Rasa kantuk datang menghampiri bersamaan dengan angin malam Aku tertidur di sofa. Aku berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan suamiku.

****************

Adzan subuh berkumandang, Aku lekas bangun dan kemudian melaksanakan sholat 2 rakaat itu.

Bruumm

Terdengar suara mobil masuk, sepertinya itu Mas Dimas baru saja pulang.

Aku berlari menghampiri Mas Dimas.

"Mas,..."

"Aku capek aku mau tidur sebelum berangkat ke kantor" Jawab Mas Dimas

"Mas semalam kamu kemana? Mas tidur di mana? Aku khawatir terjadi apa-apa dengan kamu mas" tanyaku.

Mas Dimas memijat kening nya "Berisik,... jangan ganggu Aku. Aku mau tidur sebelum berangkat ke kantor " Mas Dimas membentakku

"Tapi, Mas ???"

"Dengar Aisyah, Aku tidak mengharapkan pernikahan ini jadi jangan mengurusi urusan ku urus saja urusanmu sendiri."

"Kenapa mas? Aku ini istrimu. Bisakah kamu sedikit saja menghargai pernikahan kita." Rasanya aku benar-benar sudah tidak tahan lagi. Namun aku berusaha untuk tetap bertahan.

"Kamu mau aku menghargai kamu, Aisyah??" tanya mas Dimas

Aku hanya terdiam menunggu mas Dimas menyelesaikan kalimatnya.

"Aku kira kamu tidak akan protes dan aku pikir kamu itu Robot."

Degh

Aku sakit mendengar itu dari mulut mas dimas, jadi selama ini dia menganggap ku robot?.

"Robot?" Aku prihatin terhadap diriku sendiri. Selama ini aku diam karena aku tidak ingin mengatakan hal yang salah pada mas Dimas. Dia malah menganggapku Robot? Sekarang aku tahu betapa buruk penilaian mas dimas padaku selama ini.

Mas dimas mengangguk "Iya Robot, Apa kalau bukan Robot namanya? Bahkan selama kita hidup bersama selama 1 tahun bisa aku hitung berapa kali kita bicara. Itu pun terjadi hanya ketika kamu merengek minta di antar ke rumah mamah, selebihnya, kamu yang bertanya mau makan apa mas ? kopi atau teh ? mau pakai baju apa besok Mas?. kamu hanya mengulang semua itu. aku muak mendengarnya. Aku mikir apakah aku ini menikah dengan manusia atau Robot heh.. ?" bebernya mengungkapkan semua unek-unek yang tertahan selama menikah dengan ku.

Ngilu hati ini mendengar keluhan kesah sang suami. mulut ini terbungkam rapat memikirkan jawaban untuk laki-laki itu. tapi tak menemukan jawabannya.

"Kali - kali kamu berkaca kek Aisyah. Liat penampilan kamu setiap hari pakai gamis , Pagi, siang sore pakai gamis bahkan malam pun . Setidaknya kamu sebagai seorang istri itu harus mampu menyenangkan suami. Apakah kamu tidak pernah belajar agama ? percuma berjilbab tapi hal seperti itu kamu tidak tahu. Aku kalo lihat kamu itu bawaan nya males tahu ga. Apalagi kalau ada acara kantor kamu bisa di bilang mamah aku bukan sebagai istri aku" tutur mas Dimas di sertai tawa mengejek.

Tes tes air mata tak kuasa jatuh menahan tangis ungkapan hati mas Dimas membuat hatiku sakit. Aku merasa sudah melayani suami ku dengan baik, menyiapkan segala keperluannya. Ternyata aku salah, semua itu tidak cukup bagi Mas Dimas.

"Jadi perempuan itu harus pandai merias diri, kalau bukan buat orang lain, setidaknya lakuin buat diri kamu sendiri." tegas Mas Dimas.

Mungkin Aku tidak bisa seperti wanita-wanita yang diharapkan oleh Mas Dimas. Kali ini aku merasa terusik karena mas dimas mengomentari gaya berbusana sebagai seorang muslimah. Apakah ada yang salah dengan pakaian gamisku? Seharusnya Mas Dimas merasa bangga karena aku mampu menjaga aurat dan kehormatan.

"Memang nya apa ada yang salah dengan gamisku? Aku hanya mengikuti syariat islam. Teganya kamu mengatakan apa yang Aku kenakan. Kayaknya bukan gamis ku deh yang salah, tapi cara berpikir kamu yang salah, mas"

"Buat apa kamu menjadi perempuan taat beragama, kalau enggak bikin hati suami bahagia. Aku itu butuh istri yang bisa bikin aku betah di rumah, yang elok di pandang. Makanya kalau belajar agama jangan setengah- setengah tau nya menjadi seorang muslimah, tapi engga tau bagaimana cara berbakti kepada suami." ungkapan mas Dimas membuat Aku mati kutu dan terpojok.

Perkataan Mas Dimas mungkin membuatku sedikit tersentil, karena apa yang dikatakannya tidak sepenuhnya salah. Aku yang belum sepenuhnya mencintai Mas Dimas hanya menjalankan tugas-tugas istri seperti memasak, mengurus rumah saja dan menyiapkan segala keperluan Mas Dimas untuk bekerja tanpa berusaha menyenangkan hati suami. Mungkin itu yang membuat Mas Dimas kecewa saat menikah denganku, apalagi kami menikah karena perjodohan yang sebelum kami belum pernah mengenal satu sama lain.

Di dalam rumah tangga komunikasi adalah hal yang penting untuk keharmonisan rumah tangga. Tapi apakah seperti ini cara menegur yang baik? Jika sang Istri memiliki kekurangan alangkah lebih baik sang suami menasehati istri dengan cara yang baik bukan dengan cara mengabaikan sang istri?. Benar Tidak?

Drttt Drttt Drttt

Sampai kemudian, dering ponsel milik mas Dimas memecah kebekuan di antara kami.

Aku diam menyaksikan suami ku mengeluarkan benda pipih dari saku celana nya. Bisa ku lihat senyum terbit di bibir nya.

"Ya Sayang, aku sarapan di sana yah, tunggu aku" Jawab Mas Dimas untuk seseorang di sebrang sana.

Degh!,

Aku kaget mendengar ucapan Mas Dimas yang baru saja menerima telepon.

Begitu jelas nya Mas Dimas mengucapkan kata 'sayang' dia saja tidak pernah di panggil dengan sebutan kata special itu oleh Mas Dimas. Tapi kenapa itu seperti di tujukan untuk orang lain.

Apakah Mas Dimas memiliki seseorang di luar sana yang layak di panggil sayang di bandingkan aku sebagai seorang istrinya ?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!