NovelToon NovelToon

After Marriage

Bab 1 - Pernikahan

Hari pernikahan Ele dan Alex pun tiba. Mereka melangsungkan acara pernikahan outdoor di halaman rumah Richard. Setelah janji suci diucapkan, dilakukan sesi foto bersama keluarga.

Lalu, satu per satu tamu undangan mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin baru itu.

"Selamat ya sayang, mami harap kau kurang-kurangi sifat keras kepalamu. Kasian Alex nantinya. Ia pasti akan pusing," nasehat Mami Merlin ke Ele. Ele mengerucutkan bibirnya sedikit kesal.

"Dan juga selamat atas pernikahan kalian berdua. Semoga ini adalah pernikahan pertama dan terakhir kalian," lanjut dengan ucapan selamat pada anak perempuannya dan menantu laki-lakinya.

"Terima kasih mami," balas Alex.

Baik Ele maupun Alex mereka berdua bergantian berpelukan dengan mami Merlin.

"Kesayangan papi, kini tanggung jawab papi sudah berpindah pada suamimu. Kau turuti semua perintahnya. Jangan buat dia marah. Kunci dari harmonisnya sebuah pernikahan itu adalah saling percaya dan komunikasi. Kalian harus ingat itu!"

"Siap papi," jawab Ele.

"Dan untukmu Alex, jaga anak perempuanku dengan baik. Jika suatu saat nanti kau sudah tidak mencintainya. Tolong kembalikan saja padaku. Tapi semoga saja itu tidak akan pernah terjadi."

"Tentu tidak akan papi mertua. Aku akan menjaga Ele dan mencintai anak perempuan papi sepenuh hatiku. Jadi jangan khawatir."

"Baiklah, aku percaya padamu."

Setelah mendapatkan ucapan selamat juga dari orang tua Alex, dilanjutkan dengan ucapan selamat dari para sahabat Alex.

"Sialan! Kenapa kau malah menikah duluan? Kan sekarang aku jadi jomblo sendirian. Tapi, aku ikut senang juga, kau sudah menemukan tulang rusukmu yang hilang," ucap Ethan ada Alex.

"Ele, jika dia masih bermain wanita, kurung saja di rumah. Atau kau tatap saja matanya lama-lama. Pasti nyalinya akan ciut juga," saran Ethan pada Ele.

"Siap kak," jawab Ele.

Sementara Alex, ia berusaha menahan rasa kesalnya untuk tidak memukul kepala sahabatnya itu. Mulutnya tolonglah kenapa tidak bisa dijaga?

Ethan pun bergeser, beralih Richard yang mengucapkan selamat pada keduanya.

"Karena sedari tadi sudah banyak yang memberikan wejangan dan selamat. Aku cuma mau memberikan kalian satu kalimat saja. Menyatukan dua kepala jadi satu itu memang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi kalian harus menurunkan ego masing-masing."

"Terima kasih Rich."

"Kak Icad ... " panggil Ele. Entah kenapa dia malah jadi sedih, ketika Richard yang memberikan wejangan untuknya. Bagaimana tidak, sedari kecil Ele memang dekat sekali dengan Richard meskipun jahilnya nggak ketulungan dan selalu cari keributan. Tapi tetap saja, Richard selalu ada untuknya. Sosok kakak panutannya, meskipun mesumnya jangan dijadikan panutan.

"Sudah, jangan menangis, nanti riasan mu luntur. Memangnya kau mau jadi pengantin wanita terjelek di seluruh dunia?" ucap Richard meledek Ele.

"Is! Memang kau ini menyebalkan sekali!" umpat Ele. Richard hanya terkekeh melihatnya.

Dilanjutkan lagi, Naya yang kini giliran memberikan nasehat maupun ucapan selamat.

"Ele, kakak cuma mau berpesan padamu, seorang istri harus tau apa yang harus ia lakukan untuk menyenangkan suaminya. Baik itu urusan ranjang, rumah atau pun perutnya. Kakak yakin kau pasti bisa."

"Terima kasih kak, aku akan berusaha," ucap Ele menanggapi.

"Alex, jadilah suami yang selalu Ele andalkan. Karena pada kenyataannya, Ele memang mandiri, akan tetapi ada kalanya ia ingin dimanjakan." Alex mengangguk.

Selama tiga jam berdiri di pelaminan, membuat kedua lutut Ele terasa pegal. Bahkan setelah acara selesai pun, Ele malah duduk-duduk santai di sofa rumah Richard.

"Sepertinya aku tidak kuat untuk berjalan ke kamarku kak," ujar Ele sambil memijat pelan kakinya.

"Ayo aku gendong!" tawar Alex.

Akhirnya Alex benar-benar menggendong Ele ala bridal style ke dalam kamar Ele. Di dalam kamar, mereka mengganti pakaiannya dan membersihkan tubuh masing-masing. Lalu selesai itu, mereka keluar bersamaan dan mengajak orang tua Alex dan Ele untuk ke ruang keluarga.

"Ada apa? Kenapa kalian tidak tidur saja?" tanya Daddy Carlos.

"Jadi, begini, sebenarnya aku dan Ele tidak pernah melakukan apa yang dipikirkan oleh kalian. Kami hanya sebatas tidur, pure tidur tidak melakukan apapun kecuali berpelukan dan berciuman."

Semua yang ada disitu terkejut. Mereka merasa dibohongi. Namun, mau bagaimana lagi, semuanya sudah terjadi.

Daddy Carlos menghela napas kasar.

"Memang otakmu ini sudah geser, Lex. Bisa-bisanya kau membohongi kami. Kau juga Ele, kenapa mau-maunya ikut-ikutan rencananya Alex. Hadeh, anak muda!" Daddy Carlos menggelengkan kepalanya pusing.

Sementara Papi Eric setelah mengetahui kebenarannya. Ia malah merasa senang bahwa anaknya masih terjaga kehormatannya. Hal yang membuatnya kecewa kemarin, seketika menghilang begitu saja.

"Jika memang begitu kenyataannya, mau kah kau berjanji padaku, Lex? Jangan buat Ele hamil dulu sebelum ia lulus kuliah. Apa bisa?"

Alex terdiam. Ia mencoba mencerna permintaan papi mertuanya. Jika Ele tidak boleh hamil sebelum lulus kuliah, itu artinya hanya ada tiga pilihan. Antara dirinya yang memakai pengaman, tidak memakai pengaman tapi jangan keluar di dalam atau Ele yang mengkonsumsi pil KB. Benar-benar keputusan sulit baginya, walaupun masa kuliah Ele hanya tinggal 1 tahun lagi. Tetap saja hitungannya lama.

"Baiklah, aku berjanji," ucap Alex dengan pasrah.

"Bagus, kami harap tidak ada kebohongan lain yang kalian tutupi. Kalau tak ada lagi yang mau disampaikan. Daddy dan Mommy akan langsung pamit ke Itali. Kalian baik-baik disini ya."

Alex dan Ele mengangguk.

Perbincangan pun selesai. Mereka kembali ke kamar. Begitu juga dengan si pengantin baru. Untuk malam ini, Alex dan Ele akan menginap di rumah Richard. Esok harinya, Ele akan pindah ke rumah Alex.

Mereka tidak melakukan malam pertama mereka karena tubuh mereka benar-benar lelah. Alhasil mereka hanya tidur saling berpelukan.

****

Paginya, suara tangis si kembar membangunkan Alex dari tidur lelapnya. Sementara Ele, wanita itu masih asik tidur tanpa merasa terganggu.

"Putri tidur memang," ucap Alex kemudian mencium kening Ele. Wanita itu menggeliat dan memeluk Alex.

"Ternyata hanya di saat tidur saja kau terlihat tenang, jika sudah bangun, auramu itu menyeramkan sekali. Tapi disitulah daya tarik mu."

Alex pun mencoba memejamkan matanya kembali setelah tangis si kembar sudah tak terdengar lagi di telinganya. Sepertinya Naya sudah berhasil menenangkan si kembar.

"Aku jadi tidak sabar mendengar tawa dan tangis anak kita nantinya. Apa kau akan terbangun juga? Atau malah asik tidur seperti ini?"

Alex membayangkan hidupnya setelah memiliki anak dengan Ele. Lucu rasanya, padahal mereka baru saja menikah kemarin.

****

Yok ramaikan cerita Ele dan Alex dengan komentar kalian. Jangan lupa like, vote dan dukungannya supaya Ele dan Alex semangat menjalani kehidupan rumah tangga mereka yang sifatnya sangat jauh berbeda🤣

Jangan lupa follow akun Ig ku ya

@yoyotaa_

Bab 2 - Tunggu Nanti Malam

Paginya, keduanya terbangun dengan posisi saling berpelukan. Alex masih tidak menyangka ia kini sudah menjadi suami dari wanita yang ia cintai. Meski harus dilandasi kebohongan di awal akan tetapi semuanya kini sudah ketahuan atas pengakuan Alex dan Ele sendiri.

"Setelah ini, kita akan menghadapi kehidupan rumah tangga yang sesungguhnya," ucap Alex kemudian mengecup kening Ele dan beranjak ke kamar mandi.

Tak lama kemudian, Ele pun membuka matanya, ia juga masih tidak menyangka sudah menjadi seorang istri di kala masih menempuh pendidikan akhirnya. Namun, itu tidak jadi masalah baginya. Sembari berpindah posisi menjadi duduk, Ele menunggu Alex keluar dari kamar mandi.

Suara langkah kaki pun terdengar mendekat ke arah ranjang Ele, rupanya Alex sudah selesai mandi.

"Sana mandi!" suruh Alex.

"Iya sebentar lagi," jawab Ele.

"Mau aku mandikan apa mandi sendiri?" tawar Alex dengan senyuman devil di bibirnya.

Seketika Ele jadi panik sendiri. Meskipun keduanya sudah menikah. Tetapi mereka tak pernah melihat bagian-bagian keramat milik pasangannya. Dengan cepat Ele langsung bangun dan berlari ke kamar mandi hingga melupakan handuknya.

Alex yang melihat tingkah Ele pun langsung terkekeh. Rasanya ia merasa seperti diberi tambahan imun di pagi hari.

"Baru ditawari pertanyaan seperti itu saja kau sudah lari kalang kabut. Apalagi jika aku tawarkan untuk bercinta. Akan seperti apa respon yang kau berikan Ele?" ucap Alex sambil senyum-senyum sendiri.

Rasa bahagianya tak bisa ia sembunyikan. Hingga saat ia keluar dari kamar Ele, Richard melihat itu dan menganggap sahabatnya itu tidak waras.

"Lex, apa kau sudah gila?" ucap Richard.

Alex hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Lalu?" tanya Richard lagi.

"Sepupumu itu unik."

Hanya jawaban itu yang Alex berikan. Setelahnya, ia pergi ke taman yang ada di rumah Richard.

Suasananya masih sama seperti dulu. Tidak ada perbedaannya. Alex pun menghirup udara segar di pagi hari dengan perasaan senang.

****

Hari berganti menjadi siang, Alex dan Ele sepakat untuk langsung pindah ke rumah Alex. Mereka bahkan sudah berkemas sejak pagi. Mama Helen yang mendengar hal tersebut, agak sedikit tidak rela. Namun, ia bisa apa? Ele sudah menjadi tanggungjawab dari Alex.

"Mama tenang saja, meskipun aku sudah tidak tinggal di rumah ini. Aku akan meluangkan waktu untuk sesekali bermain. Lagipula aku pasti akan rindu pada ponakan-ponakan ku yang menggemaskan," jelas Ele.

"Janji ya? Kalau ada masalah kau harus langsung cerita sama mama. Kalau sampai Alex memukul atau berbuat jahat padamu, jangan pasrah saja, kau pukul saja dia ... "

"Harusnya disini yang diwaspadai itu Ele bukan aku Tante. Kalau nantinya Ele yang malah melakukan kekerasan padaku bagaimana? Secara dia kan jago beladiri Tante. Bisa-bisa aku dibanting."

Alex mendapatkan tatapan mata tajam dari Ele yang membuat dirinya seketika terdiam. Mama Helen yang melihat itu hanya menahan tawanya. Ketika sahabat anaknya sudah menemukan pawang yang cocok.

"Jangan dengarkan ucapan Kak Alex ya ma. Tenang saja aku akan cerita ke mama kalau Kak Alex berbuat jahat padaku."

Semua barang Ele dan Alex sudah diangkut semua ke dalam mobil. Ketika mereka akan pergi, tiba-tiba Richard muncul.

"Kalau butuh penjaga, atau pelayan di rumah hubungi kakak. Kakak akan mencarikan yang terbaik untukmu," ucap Richard.

"Kau tidak usah khawatir, aku akan memberikan semua yang diperlukan Ele. Jadi, tenang saja. Aku tidak mungkin membuat anak orang susah setelah menikah denganku," ucap Alex yang menanggapi ucapan Richard untuk Ele.

"Baguslah."

Mobil yang Ele dan Alex tumpangi pun keluar dari area kediaman Richard. Ele masih merasa berat hati, harus berpisah dengan keluarganya, akan tetapi kini ia sudah memiliki keluarga barunya.

Alex menyadari kesedihan Ele. Ia pun meminta Ele untuk bersandar bahunya.

"Meskipun kita sudah menikah, tapi mereka tetap keluarga mu. Aku tidak akan melarang kegiatan apapun yang kau sukai. Kau juga boleh menginap disana jika ingin. Asalkan izin dulu padaku."

"Benarkah?" tanya Ele yang menatap Alex. Alex pun mengangguk.

"Terima kasih sayang," ucap Ele sambil mengecup pipi Alex.

Wajah Alex langsung merona ketika mendapat kecupan dadakan dari Ele. Rasanya ia lebih menyukai inisiatif Ele sendiri yang menyentuhnya daripada disuruh olehnya. Di dalam pikirnya, Alex sudah membuat rencana untuk memberikan malam pertama yang indah dan tak akan bisa terlupakan oleh Ele.

Tunggu nanti malam ya sayang.

Akhirnya, setelah beberapa lama di perjalanan, Alex dan Ele sudah tiba di rumah Alex. Keduanya masuk ke dalam rumah saling bergandengan tangan. Sementara si supir membawa barang-barang majikannya ke depan kamar sang majikan.

"Rasanya aku baru saja kemarin mengunjungi rumah ini dan menginap semalam, kini di rumah inilah aku akan tinggal dan menetap."

"Ya memang harus seperti itu, kau tidak menyangka kan?" ujar Alex.

"Semuanya gara-gara rencana kakak sih. Pake bohong-bohongan segala. Sebenarnya aku merasa malu, jika apa yang kakak rencanakan itu justru jadi rumor yang menyebar di kampusku. Apa kata mereka coba? Nanti aku dibilang j*lang lah, ini lah, itu lah. Untung saja, setelah kita menikah kakak langsung menjelaskan semuanya. Jika tidak, ya aku harus mempersiapkan diri," jelas Ele yang jujur tentang isi hatinya.

"Aku tidak sejahat itu membiarkan orang yang aku cintai dengan seenaknya dibicarakan orang lain. Apalagi atas kesalahan yang memang tak pernah dilakukan. Jadi, jangan terlalu khawatir, aku akan jadi pelindungmu."

"Kenapa aku justru merinding ya dengar ucapan kakak? Mending jadi Kak Alex yang biasanya saja deh. Jangan begini tidak cocok!" ujar Ele. Alex pun gemas dengan Ele dan langsung mencubit pipi Ele.

"Awww, sakit tahu! Kubilang mama nih, kalau kak Alex sudah KDRT padaku!" ancam Ele yang kesakitan.

"Cubitan ini ungkapan sayang bukan kekerasan," ucap Alex berkilah.

Hanya tatapan mata Ele yang menjawab ucapan Alex tersebut. Ele pun melepaskan genggaman tangan Alex dan berjalan-jalan sendiri untuk berkeliling di rumah Alex. Sementara Alex, ia pergi ke kamarnya dan memasukan koper-koper yang ada di depan kamar ke dalam kamarnya.

"Penampilan feminim, tapi kelakuan tomboi. Masih agak heran, kenapa aku bisa tertarik dengan wanita sepertimu Ele. Anehnya lagi, perasaan itu muncul tiba-tiba saja. Padahal kita sudah kenal sejak kau kecil dulu. Bahkan aku juga turut mengasuh mu."

Alex menggeleng-gelengkan kepalanya. Cinta memang tidak bisa ditebak akan berlabuh kepada siapa. Seperti halnya Richard yang jatuh cinta pada wanita yang buka tipenya dan juga dirinya yang jauh cinta pada orang yang dulunya selalu ia anggap sebagai seorang adik.

****

Yok ramaikan kolom komentarnya.

Jangan lupa like vote dan dukungannya.

Bab 3 - Ele Belum Siap

Selesai berkeliling, Ele memasuki kamar Alex. Kamar yang akan menjadi kamarnya juga. Kini desain kamarnya sudah berubah, berbeda sekali dengan ketika Ele berkunjung terakhir kali. Saat itu desain interior nya berwarna gelap, kini berubah menjadi warna yang cerah yaitu biru. Warna kesukaan Ele. Seketika senyum Ele mengembang.

Matanya menelusuri kamar Alex dan mencari dimana laki-laki itu berada. Rupanya Alex kini sedang memasukan baju-baju Ele ke dalam lemari yang sama dengan Alex. Sontak saja Ele langsung berlari dan melarang Alex untuk melakukan hal tersebut.

"Stop! Biar aku saja kak!"

"Memangnya kenapa jika aku yang melakukan ini? Lagian kita kan suami istri," ucap Alex dengan entengnya.

Namun bagi Ele, meski mereka adalah suami istri, ia tetap saja malu jika barang pribadinya di pegang-pegang dan dilihat oleh suaminya. Apalagi mereka masih belum bercinta, jadi masih amat sakral bagi Ele.

"Pokoknya tidak boleh! Lebih baik kakak bereskan barang ku yang lain saja! Pokoknya yang ini biar aku saja."

Alex pun mengalah dan memilih mengeluarkan sepatu-sepatu Ele dan alat-alat make-up Ele.

"Untung saja, baru baju yang kak Alex keluarkan. Kalau sampai ia melihat barang pribadiku, bisa malu aku!" gumam Ele kemudian memasukan satu per satu pakaiannya ke dalam lemari. Untungnya, meski dalam satu lemari, akan tetapi pintunya berbeda, jadi aman bagi Ele.

"Sudah beres, setelah ini apalagi yang harus aku bereskan ya?" ujar Ele.

Sementara Alex, ia masih meletakkan alat make-up Ele di meja rias yang baru beberapa hari kemarin ia beli.

"Nah, sudah selesai. Semuanya sudah tertata dengan sempurna."

Setelah semuanya sudah selesai dibereskan, Ele dan Alex bersantai di ruang bermain, yang dimana semasa Alex muda dulu, tempat ini menjadi tempat untuk bermain game bersama Richard dan Ethan. Namun, kini disulap oleh Alex menjadi tempat untuk bersantai.

"Lelah?" tanya Alex pada Ele. Ele pun mengangguk.

"Biasanya jika aku pindahan, aku selalu dibantu oleh mama ataupun mami. Tapi, sekarang tidak lagi."

"Makanya mulai dari sekarang kau harus belajar melakukan semuanya seorang diri. Tapi, aku akan tetap menyewa pelayan untuk membantumu. Ketika aku masih tinggal sendiri disini, aku hanya menyewa mereka di pagi hari saja untuk menyiapkan sarapan dan membersihkan rumah, tapi sekarang aku akan menyewanya untuk tinggal di rumah ini."

"Jadi, kakak terbiasa melakukan semuanya sendiri?" tanya Ele. Alex pun mengangguk.

"Untuk segala keperluan pribadi ya, tapi jika urusan rumah tentu tidak."

Ele pun mengangguk-angguk mengerti.

Keduanya bersantai sambil menonton serial drama thriller kesukaan Ele. Sebenarnya Alex agak sedikit takut, hanya saja ia gengsi mengatakan hal itu pada Ele. Apalagi mengingat kejadian dirinya pingsan di rumah hantu. Rasanya harga dirinya merasa turun hingga ke dasar danau. Jika sekarang ia menolak untuk menonton itu, Ele pasti akan mengejek Alex.

"Sebenarnya apa yang kau sukai sih dari nonton drama genre ini? Pembunuhan, psikopat, detektif, biasanya kebanyakan wanita suka menonton yang romantis," tanya Alex.

"Aku juga suka nonton drama romantis kak, akan tetapi aku lebih suka nonton horror, action, dan thriller. Aku suka sensasi ketika menontonnya. Terkadang kita dibuat takut, terkejut atau dibuat bertanya-tanya. Kita jadi bisa ikut berpikir siapa dalang dari kejahatan yang sebenarnya. Ya, walaupun kadang tebakanku salah, karena biasanya di episode-episode akhirnya selalu ada plot twist yang tidak terduga. Berbeda dengan cerita romantis, endingnya pasti bisa ketebak, antara sebuah pasangan bersatu atau malah berpisah. Terlalu klise bagiku," jelas Ele.

Dari sini Alex bisa melihat sisi lain dari Ele, sisi yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Lalu menurutmu bagaimana akhir dari cerita kita?" tanya Alex.

Ele mengangkat bahunya tidak tahu.

"Yang aku tahu, kita baru saja memulai awalnya," ucap Ele setelahnya.

Alex mengangguk-angguk setuju. Kini ia hanya ingin menikmati kebersamaannya bersama Ele sebelum adanya anak di antara mereka.

"Mengenai ucapan papi kemarin, turuti saja ya kak," ucap Ele membuka pembicaraan.

"Iya, aku kan sudah berjanji pada papi juga. Mana bisa aku melanggar janjiku sendiri. Tapi, aku berjanji untuk tidak membuatmu hamil, bukan tidak melakukan hubungan suami istri. Jadi, siapkan dirimu nanti malam ya," ucap Alex sambil tersenyum devil.

Seketika bulu kuduk Ele berdiri, ucapan Alex begitu horror terdengar di telinganya. Apalagi ketika ia membayangkan sentuhan-sentuhan yang akan ia terima dari Alex, membuat pikiran Ele berjalan-jalan kemana-mana. Hingga tanpa sadar, Ele menggelengkan kepalanya.

"Jangan-jangan kau sudah tidak sabar menunggu nanti malam ya?" goda Alex, "Atau jangan-jangan kau sedang memikirkan apa saja yang akan kita lakukan nanti malam?" goda Alex lagi.

"Is! Sudah diam kak, jangan bicara itu lagi! Horror sekali!"

Ucapan Ele membuat Alex tertawa. Ia agak tidak percaya bahwa ucapan itu terasa horror bagi Ele. Setahu Alex, Ele sering berkata asal tentang hal-hal seperti itu ketika bersama Richard. Namun, kenapa ketika dengannya jadi seperti yang tidak tahu apa-apa.

"Jangan berpura-pura tidak tahu, padahal kau sudah tahu sayang."

"Apaan sih! Buat kesal saja!" Ele pun bangkit dari duduknya dan langsung pergi ke kamar.

Alex tertawa lagi. Bersama Ele sepertinya akan membuatnya awet muda. Bagaimana tidak, tingkah Ele selalu menyenangkan baginya hingga ia selalu merasa bahagia setiap waktunya.

Rupanya di dalam kamar, Ele menelpon Richard.

"Halo Kak Icad."

"Apa?"

"Belum sehari disini, aku sudah takut dengan Kak Alex, dia seperti penjahat yang mengejar buronan," ucap Ele.

"Memangnya Alex melakukan apa padamu?" tanya Richard.

"Masa dia bilang, tunggu nanti malam. Membuatku merinding saja."

Seketika tawa Richard terdengar.

"Ya wajar lah, kalian kan belum malam pertama. Lagian siapa suruh kemarin berbohong. Makanya kalau bertindak itu dipikir-pikir dulu apa akibatnya."

"Ish! Kenapa jadi marah-marah ke aku sih kak? Aku tuh takut, kata teman-teman ku wanita yang tidak pernah melakukan itu, akan keluar darah di area wanitanya. Dan rasanya sangat sakit. Aku kan jadi takut dan merinding."

"Ya sakit diawalnya tapi enak di akhir. Sudah ya, nikmati saja nanti malam. Kau pasti akan kewalahan menghadapi Alex. Jadi, siapkan stamina ekstra ya Ele. Bye."

Sambungan telepon pun berhenti. Ele merasa ia salah dengan bercerita pada Richard yang justru membuatnya semakin takut. Selama ini Ele hanya berpura-pura tahu segalanya, padahal ia masih sangat pemula dan polos.

"Ya Tuhan, semoga si merah datang. Jadi, aku tidak perlu melayaninya malam ini juga. Aku masih belum siap."

Ele berdoa semoga, takdir memihak padanya malam nanti. Bukannya mau jadi istri durhaka, hanya saja ia memang masih belum siap.

****

Yok ramaikan kolom komentarnya.

Jangan lupa like vote dan dukungannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!