NovelToon NovelToon

Suamiku Dan Suamimu

Menikahlah Denganku?!

"A-apa? Tidak mungkin saya bisa Tuan"

Ayra tidak percaya dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh majikan dari Ibunya ini. Tuan Aiden yang terkenal dingin dan selalu menakutkan dimata Ayra jika dirinya sedang datang ke rumah ini hanya untuk menemui Ibunya dan membantu pekerjaannya di sela waktu kuliahnya.

"Kau bisa, aku hanya butuh waktu satu tahun untuk bisa mendapatkan darah dagingku dari kamu. Kau tahu sendiri jika istriku tidak bisa mengandung, dia pasti akan sedih jika tahu kalau orang tuaku memaksa aku untuk menceraikannya dan menikah lagi hanya untuk penerus keluarga Narendra"

Tangan Ayra bergetar, apa yang di katakan Tuan Aiden benar-benar tidak bisa di terima akal sehatnya. Hanya satu tahun untuk bisa mendapatkan keturunan darinya. Lalu, bagaimana dengan Nyonya Saqila?

"Tap-tapi Tuan... Ibu saya bagaimana?"

"Kau tenang saja, aku sudah mempunyai rencana yang aman untuk perniakahan ini. Kita hanya perlu menikah secara agama dan yang terpenting kau tidak melakukan hal terlarang denganku karena kita sudah terikat dalam sebuah perniakahan. Ibu dan istriku tidak perlu tahu, hanya orang tuaku yang tahu"

Ini gila.. Bagaimana bisa dia berada di posisi seperti ini. Dirinya seolah masuk ke dalam cerita fiksi yang selalu dia baca. Pulang kuliah tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tangannya masuk ke dalam sebuah mobil mewah. Dan saat tahu siapa yang menariknya, Ayra benar-benar terkejut. Dan lebih terkejut lagi saat dia di bawa ke perusahaan terkenal di kota ini. Masuk ke dalam ruangan sepi dan hening, duduk berhadapan di sebuah meja kerja dengan papan nama bertuliskan Presdir Aiden Narendra. Dan kegugupannya semakin bertambah saat kalimat pertama yang keluar dari mulut pria itu.

"Menikahlah denganku dan lahirkan anak untukku"

Kalimat yang berhasil membuat Ayra mematung di tempatnya untuk beberapa saat. Menikah? Hanya untuk melahirkan anak? Apa sehina itu dirinya, meski sebenarnya memang iya. Dilihat dari segi mana pun Ayra memang tidak akan sebanding dengan keluarga Narendra yang selalu dia kagumi. Dia hanya anak dari seorang pembantu yang bahkan tidak tahu siapa Ayahnya sendiri.

"Aku akan melunasi kuliahmu sampai selesai, semua kebutuhanmu akan aku tanggung. Jadi, kau tidak lagi perlu membantu Ibumu bekerja hanya karena membutuhkan uang tambahan"

Ibunya sudah tua, dan di usianya itu dia masih bekerja untuk membiayai kuliahnya yang tidak sedikit. Ayra tidak seberuntung tokoh dalam cerita yang sering dia baca, selain dirinya terlahir miskin tapi dia juga terlahir dengan kecerdasan yang biasa-biasa saja. Jadi untuk bisa kuliah di universitas swasta saja sudah sangat perjuangan untuknya. Dan sekarang yang menjadi bebannya adalah biaya kuliah yang tidak sedikit. Apalagi dengan universitas swasta yang biayanya cukup membuat kepalanya pusing. Jika saja bukan karena Ibunya yang selalu menyemangatinya agar lanjut ke bangku kuliah, mungkin Ayra akan memilih bekerja saja sejak lulus sekolah menengah atas. Namun Ibunya selalu memberinya semangat.

"Kamu harus punya pendidikan yang tinggi agar bisa merubah kehidupan kita. Jangan mau bekerja menjadi pembantu kayak Ibu, kamu harus jadi pekerja kantoran"

Keinginan Ibunya hanya melihat anak semata wayangnya ini menjadi pekerja kantoran dan bisa merubah kehidupan mereka. Jadi, Ayra tetap berusaha menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya setelah apa yang dia lakukan untuk dirinya.

Tapi, apa jika dia menerima tawaran dari majikan Ibunya ini termasuk berbakti padanya?

"Kasih saya waktu untuk memikirkannya Tuan"

Aiden mengangguk kecil, tidak ada perubahan di wajahnya. Tetap datar dan dingin. "Baiklah, aku beri kau waktu dua hari untuk memikirkan semuanya. Ingat, Ibumu sudah tua dan kau bisa membiayainya hanya dengan menikah denganku dan melahirkan anak untuku"

...🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲...

Pulang ke kontrakan yang di tinggalinya sejak kecil dalam keadaan hati yang tidak tenang. Ayra duduk di sofa usang yang kulitnya sudah mengelupas karena di makan usia. Menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Kembali memikirkan pertemuannya dengan Tuan Aiden tadi siang.

Menikah denganku dan lahirkan anakku.

Kata itu seolah musik yang terus berputar berulang-ulang di telinganya. Menikah hanya untuk melahirkan anak saja. Apa bisa seperti itu? Oh ayolah ini kehidupan nyata, bukan hayalan yang biasa dia baca di cerita fiksi. Tapi, dengan ini dia bisa membantu meringankan beban Ibunya. Tapi apa dia bisa melakukannya. Usianya saja baru 19 tahun, apa dia bisa melahirkan seorang anak untuk Tuan Aiden. Apa dia sanggup?

"Hidup ini pilihan Ayra, ayolah kau harus segera memutuskannya. Waktu dua hari terlalu singkat"

Ayra berdiri dan berjalan ke arah kamarnya, mengambil handuk dan baju ganti lalu keluar lagi menuju kamar mandi yang berada di dapur. Ayra mengguyur kepalanya dengan air dingin agar fikirannya bisa jernih sekarang.

Menikah? Melahirkan anak? Aaa.. Dia pusing sendiri dengan semua itu. Tuan Aiden, pria tampan yang nyaris sempurna dengan kekayaan yang dia miliki. Hanya satu kekurangannya, dia memiliki istri yang tidak akan bisa mempunyai keturunan. Nyonya Saqila mengalami kecelakaan 2 tahun lalu saat dirinya sedang hamil muda, kandungannya keguguran dan dengan terpaksa rahimnya harus di angkat. Sehingga sudah tidak ada lagi harapan untuk dirinya bisa hamil dan melahirkan anak untuk suaminya.

Namun, melihat sifat Nyonya Saqila memang bukan wanita lemah yang hanya bisa menangis seperti Ayra. Dia juga terlahir dari keluarga terpandang, jadi pantang baginya untuk mengalah. Meski itu pada mertuanya sendiri. Meski bagaiamana pun mertuanya meminta Aiden menikah lagi dan memiliki keturunan. Saqila tetap tidak mengizinkannya. Katakanlah jika dia egois, karena nyatanya dia tidak siap berbagi suami. Untuk mengadopsi seorang anak pun dia tidak mau, karena dia merasa sia-sia mengurus anak yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri.

Alasan itu yang membuat Aiden nekat menawarkan tawaran gila ini pada anak dari pembantunya. Dia juga seorang pria dewasa yang merindukan kehadiran seorang anak yang akan memanggilnya Ayah. Tapi, Aiden juga tidak bisa meninggalkan istrinya. Dia terlalu mencintai istrinya itu. Saqila adalah segalanya untuk Aiden.

Namun, tekanan dari orang tuanya membuat Aiden stres sendiri. Selain karena orang tuanya yang terus menyuruhnya menikah lagi agar mereka bisa memiliki cucu, kalaupun Saqila tidak mau di ceraikan. Tapi hal itu langsung di tentang keras oleh istrinya. Hingga membuat Aiden semakin frustasi. Hingga satu ucapan yang keluar dari asisten nya membuat dia langsung terfikirkan ide gila ini. Menikahi wanita lain hanya untuk melahirkan anak untuknya dan memberikan cucu pada orang tuanya.

Aiden keluar dari bathup dan mengambil jubah mandi yang menggantung lalu memakainya. Di tempat lain Ayra juga baru selesai mandi setelah dia terus mengguyur kepalanya dengan air dingin agar fikirannya bisa jernih. Memakai handuknya.

Bersambung

Kisah baru semoga pada suka.. Jangan lupa dukungannya.. Like komen di setiap chapter..

Menerima Tawarannya

"Ayra Diandra"

Panggilan seseorang berhasil mengalihkan Ayra dari lamunannya, dia menoleh ke arah orang yang memanggilnya itu. "Iya Pak?"

"Ikut keruangan saya sekarang"

Ayra mengangguk, sudah tahu kenapa dosennya menyuruhnya ke ruangannya. Ayra hanya mengikuti langkah kaki dosen yang masuk ke dalam ruanganya.

"Silahkan duduk Ayra"

Gadis itu hanya mengangguk saja dan segera duduk di kursi depan meja dosen itu. Pak Dosen duduk di kursinya, menatap bingung pada Ayra. Seolah ingin mengatakan sesuatu, namun dirinya ragu.

"Bagaiamana ini Ayra? Sudah habis waktu yang pihak kampus berikan pada kamu untuk segera membayar uang semester. Apa kamu sudah bisa melunasinya sekarang? Sudah dua semester dan kamu belum juga melunasinya, kami sudah memberikan toleransi. Tapi, kali ini pihak kampus tidak bisa memberikan lagi waktu untuk kamu"

Ayra tahu itu, dia sudah cukup di beri waktu untuk membayar biaya kuliahnya. Tapi, sampai hari ini belum bisa juga membayarnya. Kedua tangannya saling bertaut di bawah meja, dia hanya menunduk dalam karena bingung harus bagaimana. Beberapa saat dirinya hanya diam, hingga akhrinya dia berani mendongakkan wajahnya menatap ke arah dosen.

"Lusa saya lunasi Pak"

"Benar ya, jika lusa kamu harus sudah melunasinya. Bapak tunggu kabar baiknya"

Ayra mengangguk cepat "Iya Pak, saya janji akan melunasinya lusa"

Kamu harus kuliah Ra, biar bisa jadi pekerja kantoran dan gak susah kayak Ibu.

Lagi-lagi ucapan Ibunya selalu membuat dirinya semangat dan tak bisa berhenti sampai disini saja. Tidak peduli apapun yang akan terjadi kedepannya. Ayra hanya ingin membuat Ibunya tidak terus kefikiran tentang uang kuliahnya.

Ayra keluar dari ruangan dosen dengan wajah pias. Bagaimana ini. gumamnya. Dia sudah tidak punya pilihan lain lagi, selain menerima tawaran dari Tuan Aiden. Dia hanya perlu bertahan satu tahun, atau setidaknya sampai bisa melahirkan anak untuk Tuan Aiden. Dengan tangan gemetar Ayra merogoh isi tasnya untuk mengambil ponselnya, dengan gemetar jarinya menekan nomor ponsel Tuan Aiden untuk menghubunginya. Menempelkannya di telinga masih dengan tangan yang bergetar.

"Hallo"

"Ha-hallo, Tu-tuan saya terima tawarannya"

...🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲...

Setelah menelepon Tuan Aiden di kampus, dan sekarang disinilah Ayra berada. Duduk tegang di temani seorang pria dingin yang dia ketahui sebagai asisten Tuan Aiden yang bernama Rega.

Duh.. Kenapa dia lebih menyeramkan daripada Tuannya.

Rega menatap ke dingin ke arah gadis di depannya. Sebenarnya hatinya sangat merasa bersalah saat melihat wajah gadis polos itu. Jika bukan karena mulutnya yang asal berucap, mungkin gadis itu tidak akan menjadi korban dari Tuannya.

"Kenapa kau tidak menikah lagi saja tapi dengan syarat hanya melahirkan anakmu saja. Kau beri dia uang dan penuhi semua kebutuhannya, maka anakmu akan menjadi milikmu selamanya. Dia bisa pergi setelah melahirkan anakmu"

Sebenarnya Rega hanya asal berucap, dia hanya pusing saja saat mendengar keluhan dari Aiden yang hanya berputar tentang anak dan tuntutan dari orang tuanya saja. Rega benar-benar hanya asal bicara. Namun, tidak menyangka jika Tuannya malah terlihat senang dan menyetujuinya.

Dan sekarang gadis polos ini yang menjadi korbannya. Rega merasa bersalah pada gadis di depannya, tapi dia juga tidak bisa melakukan apapun saat ini karena keputusan ini sudah di ambil oleh Aiden dan bodohnya gadis itu menyetujuinya.

"Baca dan pahami!"

Rega menyodorkan sebuah map coklat ke depan Ayra. Gadis itu hanya mengangguk dan mengambilnya dengan tangan bergetar. Tuhan.. Inikah akhir dari hidupku. Hatinya hanya bisa meratapi nasibnya. Dengan perlahan Ayra membuka map coklat itu, mengambil selembar berkas di dalamnya lalu segera membacanya.

Dilihat darimana pun memang dirinya yang paling di untungkan. Bisa kuliah sampai lulus tanpa harus memikirkan biayanya. Di belikan sebuah rumah dan modal usaha untuk Ibunya agar berhenti bekerja menjadi seorang asisten rumah tangga di kediaman Aldevaro. Semua kehidupannya akan terjamin selama dia menjadi istri dari Aiden. Dan dia juga akan mendapatkan tunjangan besar jika sudah melahirkan seorang anak untuk Tuan Aiden.

Namun, satu pasal yang sedikit merugikannya. Setelah dia melahirkan anak untuk Tuan Aiden, maka dia tidak boleh menganggap anak itu adalah anaknya. Ayra harus benar-benar pergi jauh dan tidak sekalipun menemui anaknya.

"Tidak ada penwaran untuk semua yang tertulis di kertas itu. Kau hanya perlu patuh dan menurut saja. Lahirkan keturunan untuk Tuan Aiden, maka kau akan hidup tenang setelah itu. Satu lagi, jangan sampai kau jatuh cinta pada Tuan Aiden!"

Ayra langsung menutup kembali mulutnya yang sudah terbuka untuk memprotes pasal satu ini. Namun, ucapan Rega berhasil membungkam mulutnya. Ayra tidak bisa melakukan apapun selain menganggukan kepalanya.

"Besok semuanya akan di persiapkan, kau masih punya waktu satu hari untuk memberi penjelasan pada Ibumu tentang kau yang mendapatkan uang untuk membeli rumah dan modal usaha untuknya. Semua itu adalah urusanmu"

...🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲...

Ayra turun dari ojek yang dia tumpangi, setelah membayarnya. Membuka pintu gerbang rumah mewah itu dan menyapa dua penjaga keamanan rumah ini dengan senyumannya. Seolah hidupnya tidak ada masalah apapun. Ayra melangkah pelan menuju pintu utama rumah ini. Dia ingin menemui Ibunya, map yang di berikan oleh Rega masih berada dalam pelukannya di dada.

Masuk ke dalam rumah dia mendapati Saqila sedang bermanja di pangkuan suaminya. Pantas saja tadi hanya Rega yang menemuinya, ternyata karena ini. gumam Ayra. Dia mengangguk sopan pada kedua majikan Ibunya itu. Aiden melirik sekilas Ayra dan tersenyum tipis saat melihat map coklat yang berada di pelukan gadis itu.

Rega telah mengurusnya. Baguslah.

"Ehh. Ayra, baru pulang kuliah ya. Ibu kamu ada di dapur" kata Saqila dengan ramah

"Iya Nyonya, kalau begitu saya permisi dulu" Ayra sedikit membungkukan tubuhnya sebagai tanda hormat pada majikan Ibunya itu.

"Ehh, tunggu Ay. Boleh ambilkan buah untuk kami"

Ayra mengangguk dan segera berlalu ke arah dapur, namun ujung matanya jelas melihat kemesraan di antara pasangan itu. Tatapan mata Aiden yang terlihat begitu mencintai istrinya. Wajar saja jika dia tidak ingin menyakiti istrinya dengan memberi tahukan tentang pernikahan mereka ini.

"Bu"

Ayra melihat tubuh tua yang sudah sangat rentan itu sedang mencuci piring di wastafell. Memang di usia Ibunya sudah tidak seharusnya dia masih bekerja. Ibunya sudah harus berhenti bekerja dan beristirahat di rumah. Lagi-lagi Ayra merasa jika keputusan yang dia ambil sudah benar.

Ayra berjalan ke arah lemari es dan mengambil beberapa buah dari sana. Mencuci dan memotongnya kecil-kecil. "Ayra dapat rezeki banyak Bu hari ini"

Ibu yang baru selesai mencuci piring langsung menghampiri putrinya yang sedang duduk di kursi meja makan sambil mengupas dan memotong beberapa buah. "Rezeki darimana?"

"Ayra mendapatkan pekerjaan yang Ayra sendiri tidak menyangka akan mendapatkannya. Ayra hanya harus bekerja sebagai editor majalah di sana dan mendapatkan uang sebanyak itu"

"Maksudnya bagaimana Nak? Ibu benar-benar tidak mengerti"

"Ayra iseng ikut melamar kerja sebagai editor majalah, kerjanya itu bisa di rumah saat kita ada waktu senggang. karena ini masih perusahaan yang kecil, jadi Ayra masih bisa sambil kuliah dan bekerja juga"

Maafkan Ayra Bu.

"Bagus dong Nak, jadi kamu sudah menjadi pekerja kantoran?" Ibu selalu antusias jika membahas pekerja kantoran karena dirinya selalu mendambakan anaknya bisa menjadi pekerja kantoran.

"Ya bisa di bilang begitu Bu, jadi mulai sekarang Ibu berhenti bekerja saja. Perusahaan tempat Ayra bekerja ini menyediakan fasilitas rumah untuk kita tinggali. Jadi kita tidak perlu membayar kontrakan lagi. Ibu juga bisa buka usaha di rumah itu. Jadi, Ibu tidak perlu bekerja lagi ya.. Kan Ibu sudah janji kalau Ayra sudah menjadi pekerja kantoran maka Ibu akan berhenti bekerja"

"Ibu menurut sama kamu saja Nak, asalkan semuanya adalah kebaikan untuk hidup kita ini"

Ayra berkaca-kaca mendengarnya, semuanya memang untuk kebaikan hidup mereka agar Ibu bisa bahagia dan tidak capek bekerja lagi. Biarlah kali ini Ayra yang berkorban.

Bersambung

Jangan lupa dukungannya.. Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya juga..

Hasil Dari Menyewakan Rahimku

"Loh kenapa Bi? Apa Bibi tidak betah bekerja dengan saya?" tanya Saqila, sedikit terkejut saat mendengar permintaan pengunduran diri dari asisten rumah tangganya yang sudah cukup lama bekerja dengannya

"Tidak Nyonya, saya sangat senang bisa bekerja dengan Nyonya. Anda sangat baik pada saya dan putri saya. Hanya saja, putri saya sudah mendapatkan pekerjaan dan dia meminta saya untuk berhenti bekerja"

Saqila langsung menatap ke arah Ayra yang berada di samping Ibunya. "Loh Ay, dapat kerja dimana?"

Menjadi istri suamimu. Ingin sekali Ayra berteriak seperti itu. Tapi, dia tidak mungkin melakukannya. "Di perusahaan penerbit majalah remaja Bu"

Saqila mengangguk-nganggukkan kepalanya. "Baiklah jika itu sudah keputusan kalian, aku tidak bisa melarang juga. Kalau begitu tunggu sebentar ya"

Saqila berdiri dan berjalan ke lantai atas, menuju kamarnya. Sementara Tuan Aiden yang sejak tadi hanya diam, menatap ke arah Ayra. Dia tidak menyangka jika gadis itu bisa menemukan cara untuk menjelaskan pada Ibunya secepat ini. Cih. Mungkin karena dia ingin segera menikah denganku dan mendapatkan semua uang dariku. Murahan!

Tak lama kemudian Saqila datang kembali, dengan membawa sebuah amplop berwarna coklat. Dia memberikan amplop itu pada Ibu. "Ini untuk Bibi, semoga kehidupan selanjutnya lebih baik ya. Maaf kalo selama ini aku sedikit bawel sama Bibi"

Ibu menerima amplop itu dengan perasaan tidak enak. Meski sebenarnya yang lebih merasa tidak enak dan merasa bersalah adalah Ayra. Sebentar lagi dirinya akan menjadi perebut suami Nonya Saqila yang sudah baik pada dirinya dan Ibu. Tapi, semuanya sudah terlanjur. Tidak mungkin Ayra membatalkan semua kesepakatan dengan Tuan Aiden yang sangat menyeramkan.

"Terimakasih Nyonya, anda sangat baik. Semoga keluarga kalian akan selalu bahagia"

"Iya Bi, terimakasih do'anya"

Akhirnya hari ini adalah hari terakhir Ibu bekerja di rumah Aiden dan Nyonya Saqila. Ayra langsung membawa Ibunya ke sebuah rumah yang sudah menjadi miliknya. Bahkan surat-surat rumah ini sudah atas namanya. Memang apalagi yang ingin dia tuntut dari Tuan Aiden. Dalam pernikahan ini, dirinya sudah sangat banyak mendapatkan keuntungan. Hanya melahirkan seorang anak untuknya, bukanlah hal yang sebanding dengan semua yang Ayra dapatkan dari Tuan Aiden.

"Ini rumah kita, Nak?" tanya Ibu dengan mata yang berkaca-kaca. Sungguh reaksi Ibu yang seperti ini semakin membuat Ayra merasa bersalah.

"Iya Bu, kita akan tinggal disini. Nah yang itu adalah toko untuk usaha ibu. Jadi, selama aku bekerja Ibu tidak akan kesepian karena bisa melayani pelanggan yang datang ke toko kita ini"

"Ya ampun Nak, terimakasih. Ibu tidak menyangka jika hidup kita akan benar-benar berubah karena kamu. Makasih ya Nak"

Ibu memeluk Ayra dengan tangisan haru. Dia sangat bahagia bisa memiliki usaha sendiri yang hanya diam di rumah saja. Memang ini impian Ibu sejak dulu, punya toko atau warung kecil yang bisa menunjang kehidupannya. Namun, semuanya tidak terwujud karena modalnya yang tidak sedikit. Dan sekarang keinginannya itu terwujud, anaknya telah mewujudkan semuanya.

"Iya Bu, lagian Ibu tidak perlu berterimakasih sama Ayra, semua yang Ay berikan pada Ibu tidak sebanding dengan semua perjuangan Ibu selama ini saat membesarkan aku"

Maafkan aku Bu, aku mendapatkan semua ini karena menyewakan rahimku.

...🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲🌲...

Ayra hanya benar-benar menginap satu hari di rumah baru yang di berikan oleh Tuan Aiden itu. Semalaman dirinya terlelap dengan memeluk Ibunya. Menangis diam-diam tanpa ingin di ketahui oleh Ibunya. Hidupnya akan berubah mulai esok hari. Kehidupannya tidak akan lagi sama setelah dirinya memilih keputusan ini.

Pagi ini, Ayra segera mengompres kelopak matanya yang terlihat sembab. Tidak ingin Ibunya melihat itu.

"Kenapa Nak?"

Benar saja, Ibu malah datang di saat dia belum selesai mengompres matanya. "Tidak papa Bu, semalam aku susah tidur karena terlalu senang untuk bekerja hari ini. Jadi mata aku kayak panda deh, jadi kompres dulu sebelum pergi. Kan harus tampil rapi dong, hari pertama kerja"

Berbohong lagi akhirnya..

Ayra jadi kesal sendiri dengan dirinya, kenapa dia jadi pandai sekali berbohong. Ibu adalah orang yang selalu mengajarkannya agar menjadi anak yang jujur. Tapi, kini Ayra malah berbohong pada Ibunya sendiri.

Akhirnya selesai sarapan, Ayra langsung pamit pada Ibunya. Rega telah mengirimkan nomor pesan yang mengancam dirinya jika datang telat maka dia akan mendapatkan hukuman. Ayra tahu jika ucapan Rega bukan sekedar ancaman belaka. Dia benar-benar serius dengan setiap ucapannya.

"Bu, Ay harus langsung pergi karena sudah harus mulai bekerja. Mungkin akan pulang seminggu sekali karena Ayra harus fokus sama pekerjaan dan kuliah. Disana juga di sediakan tempat seperti asrama untuk para pekerjanya"

Tuhan, pandai sekali aku berbohong dan mengarang cerita pada Ibu. Maaf Bu.

"Iya Nak, kamu kerja yang baik dan kuliah yang benar biar kamu bisa menjadi orang sukses"

Ayra mengangguk dengan air mata yang dia tahan sekuat tenaga agar tidak meluncur begitu saja di depan Ibunya ini. "Iya Bu, Ibu baik-baik di rumah ya. Nanti Ayra akan pulang seminggu sekali kalau sedang tidak banyak pekerjaan"

Ayolah Ayra, pekerjaan apa? Kau hanya bekerja sebagai alat pencetakan anak.

Akhirnya Ayra pergi dengan perasaan bersalah. Pada Ibunya dan juga Nyonya Saqila. Bagaimana wanita cantik itu sudah begitu baik padanya, tapi dia malah akan merebut suaminya. Meski mungkin hanya raganya saja, karena hatinya tidak mungkin bisa Ayra rebut. Hati Aiden sudah sepenuhnya untuk Saqila. Tidak mungkin Ayra bisa memiliki hati pria dingin itu.

Ayra turun dari ojek onlien yang di tumpanginya di persimpangan jalan. Disana Rega sudah berdiri menyandar di mobilnya dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Wajah datar tanpa ekspresi, membuat tidak ada satu orang pun yang akan berani mendekat padanya atau hanya sekedar menyapa. Sebenarnya Ayra juga takut untuk menemui pria itu. Namun, ini sudah menjadi perintah yang tidak bisa dia bantah.

"Selamat pagi Tuan"

"Masuk! Saya tidak punya banyak waktu"

Ayra mengangguk tanpa membantah, dia segera masuk ke dalam mobil Rega. Hanya keheningan yang menakutkan bagi Ayra di dalam mobil ini. Sejak mobil melaju, benar-benar sepi dan tidak ada percakapan apapun. Sebenarnya Ayra ingin bertanya, kemana Rega akan membawanya. Tapi, dia tidak seberani itu saat melihat wajah dingin Rega.

Hingga tanpa terasa mobil yang dia tumpangi di tengah keheningan itu berhenti di sebuah parkiran apartement mewah yang dia tidak bisa hitung berapa harga sewa sebulannya. Apalagi kalau membelinya.

"Turun, lantai 30 apartemen nomor 108"

Ayra mengerjap lalu dia menatap ke arah punggung tegap Rega yang duduk di kursi kemudi. "Saya turun sendiri Tuan?"

"Lalu, kau fikir aku harus menemanimu. Pekerjaan saya di kantor masih lebih penting daripada menemanimu"

Iya, iya. Ayra tahu jika dirinya tidak sepenting itu. Ayra turun dari mobil Rega dan segera berjalan menuju lobby apartemen itu. Masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai 30 sesuai yang di jelaskan oleh Rega. Hati Ayra semakin dag dig dug saat nomor di lift itu semakin dekat dengan lantai yang di tujunya.

Ting...

Pintu lift terbuka dan Ayra mulai berjalan keluar dari dalam kotak besi itu dengan perasaan yang gelisah dan tak tenang.

Bersambung

Jangan lupa dukungannya.. Like komen di setiap chapter.. Kasih hadiahnya dan votenya juga..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!