NovelToon NovelToon

Cinta Manis Si Gadis Tomboi (Davina Hanoraga)

Prolog dan pengenalan karakter

Davina Hanoraga dan Devano Hanoraga adalah anak kembar dari pasangan Aberlie Cleva Wijaya dan Bram Hanoraga. Davina adalah gadis tomboi yang tak ingin dikekang oleh orang tuanya, beruntung Aberlie dan Bram juga tak mengekang ia dan sang kakak dengan peraturan yang berat. Devano adalah pria dingin sedingin kutub utara dan selatan, ia selalu menginginkan sesuatunya selalu rapi dan sempurna, Devano sangat cinta kebersihan dan kesempurnaan.

Riris Hanoraga, putri dari Risa Hanoraga dan Haris Hanoraga. Riris adalah gadis feminin dan selalu berbicara lembut. Namun, meski demikian ia memiliki sisi tengil karena memiliki teman-teman yang tengil dan somplak.

Boy Arsenio, putra dari Agam Arsenio pemilik rumah sakit dan seorang dokter pribadi keluarga Hanoraga yang juga sahabat dekat dari Bram dan juga Haris. Mamahnya, Veronica yang tak lain mantan karyawan dari Aberlie. Ia tak ingin mengikuti jejak sang Papah menjadi seorang dokter, Boy lebih tertarik dengan dunia tata boga sama seperti Davina dan juga Riris. Meski begitu, Agam dan Veronica tak pernah mempermasalahkan mimpi putranya tersebut.

Dan, putra dari seorang dokter kandungan yang tak lain adalah kakak angkat Agam yaitu Sandra Arsenio dan juga pengusaha sukses meski tak sesukses Bram yaitu Daniel Dareen. Dan bercita-cita menjadi dokter spesialis anak. Entah mengapa ia sangat ingin menjadi seorang dokter yang selalu ada untuk anak-anak kecil yang menurutnya sangat imut dan menggemaskan.

...

Davina Cleva Hanoraga, mahasiswi cantik yang berasal dari keluarga terpandang nomor satu di kotanya. Namun ia hidup dengan sangat sederhana, semisal berangkat ke kampus dengan menggunakan taksi online dan juga bekerja di Cafe milik Mamahnya sendiri, Aberlie, sebagai pelayan. Meski ia menjadi pelayan, tapi Davina tak pernah mengeluh karena ini adalah keinginannya sendiri.

Davina memiliki cita-cita menjadi seorang chef dan memiliki resto mewahnya sendiri. Ia memiliki tiga orang sahabat tengil dan somplak yang sudah bersama dengannya sedari dirinya kecil yaitu Riris yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Boy anak dari sahabat Papahnya dan juga mantan karyawan sang Mamah di Cafe, mereka berdua memiliki cita-cita yang sama seperti dirinya. Sedangkan Dan, ia anak dari dokter kandungan yang menangani sang Mamah melahirkan yang tak lain juga sepupu dari Boy, tapi Mamah dan Papah mereka saudara angkat.

Davina bertemu dengan pria tampan dan juga lembut yang menjadi sopir taksi online yang ia pesan, sopir tersebut pengganti dari sopir langganannya. Saat perjumpaan pertama, Davina sudah jatuh hati padanya dan bersikeras untuk bisa mendapatkannya. Namun, siapa sangka kalau ternyata pria tersebut sangat sulit untuk ditaklukkan olehnya, padahal wajah Davina terbilang sangat cantik dan juga modis meski penampilannya sangat tomboi karena tak pernah mengenakan dress.

Ronggo Putra, sopir taksi online yang ditaksir oleh Davina sebenarnya juga menyukai gadis cantik tersebut. Namun, Ronggo sadar diri bahwa dirinya adalah pria yang tak punya dan takut tak bisa memenuhi gaya hidup wanitanya. Sebab sepengetahuan Ronggo, wanita jaman sekarang terbilang mata duwitan dan selalu meminta untuk diajak jalan-jalan, nonton, makan juga belanja.

Ronggo tak mengetahui identitas Davina yang sebenarnya, karena Davina memang tak pernah mengatakan siapa dirinya pada siapa pun, tak terkecuali pada teman-temannya di kampus. Mereka hanya mengetahui Davina bekerja di Stay With Me Cafe, mereka pun tak mengetahui jika Cafe tersebut adalah milik Mamahnya Davina.

Bagaimanakah kisah cinta antara Davina dan Ronggo?

Mampukah Davina meluluhkan hati Ronggo dan mengubah pandangan pria tampan tersebut bahwa tak semua wanita sama?

Apakah Ronggo akan luluh dan menerima cinta Davina pada akhirnya?

Follow :

Ig: istikomah50651

Fb: Isti

Tiktok: bintangbiru311/Bintang_Biru

Snackvideo: bintangbiru553/Bintang_Biru

BAB 01

“Mah, Dad, aku berangkat dulu yah. Sudah siang, taksi onlineku sudah datang.”

Davina yang baru datang langsung menyambar roti isi yang tersedia di meja dan tak lupa menyeruput susu coklat kesukaannya hingga tandas. Setelah gelas itu kosong, ia lalu mencium Aberlie dan juga Bram yang tak lain adalah Mamah dan Daddynya.

“Habiskan dulu makananmu, Sayang,” sahut Aberlie yang sudah tak heran lagi dengan kelakuan putrinya yang berbanding terbalik dengan putranya yang notabenenya saudara kembar dari Davina.

Davina memiliki saudara kembar laki-laki bernama Devano Hanoraga yang berperan sebagai kakaknya. Devano sangat tampan, tapi sifat dan sikapnya sangat dingin sama seperti Daddynya, Bram Hanoraga. Devano sangat mencintai kerapian, semua miliknya harus terlihat sempurna dan tak boleh terlihat berantakan sedikit pun.

Saat ini Devano berkuliah di Harvard University businiss school yang berada di Amerika Serikat (AS). Bram meminta putranya itu untuk melanjutkan studynya di negeri paman Sam tersebut. Sebab, Devano adalah ahli waris atas dirinya kelak, sedangkan Davina menolak untuk bekerja kantoran seperti Daddynya, ia lebih suka menjadi karyawan paruh waktu sebagai pelayan di Cafe milik sang Mamah.

“Taksiku sudah menunggu, Mah. Aku pamit yah, bye. Muah... muah.” Davina pergi setelah mencium tangan dan juga pipi kedua orang tuanya sambil masih mengunyah dan membawa roti isinya.

Taksi onlinenya sudah menunggu di perempatan jalan yang tak jauh dari mansion tempatnya tinggal. Sopir taksi hanya mengetahui kalau gadis yang selalu menjadi langganannya tersebut adalah seorang asisten rumah tangga yang bekerja untuk biaya kuliahnya. Sebab, Davina memang mengatakan demikian pada semua orang yang bertanya siapa dirinya jika keluar dari mansion mewah tersebut.

Hanya orang-orang yang bekerja di Cafe Mamahnya saja yang mengetahui kalau dirinya putri dari Aberlie, tapi tidak yang lain. Namun, Davina meminta semua karyawan sang Mamah untuk tak mengatakan pada orang lain jika dirinya putri pemilik Cafe dan juga pemilik perusahaan berlian nomor satu di kota X.

“Pak, jalan yah,” ucap Davina saat ia sudah berada di dalam mobil, Davina duduk di kursi depan samping pak sopir, ia mengambil napasnya panjang dan menghembuskannya kasar karena ngos-ngosan.

“Terlambat lagi yah, Neng?” tanya sopir taksi yang sudah melajukan mobilnya.

“Iya nih, Pak. Maklumlah yah, namanya juga pelayan, jadi harus mengerjakan pekerjaan dulu baru bisa berangkat kuliah,” sahut Davina berbohong padahal ia terlambat bangun, ia masih mengatur napasnya sambil memakan roti isi yang tadi ia bawa saat keluar rumah.

“Semangat yah, Neng. Nanti kalau sudah lulus juga pasti bisa kerja yang enak kok,” timpal Pak sopir memberi Davina semangat.

“Hehe, makasih yah, Pak. Ini juga sudah enak kok, kalo pulang kuliah kan kerja di Cafe milik Ibu, yah biarpun jadi pelayan juga sih, hehehe.” Davina terkekeh garing dengan sandiwaranya yang selalu ia tutupi jati dirinya, karena ia tak ingin memiliki sahabat yang hanya memandang orang dari kedudukan dan materi saja. Sikap dan sifat Davina menurun dari Aberlie, sang Mamah.

Mobil berhenti di depan gerbang kampus tempat Davina berkuliah. Ia turun setelah memberikan ongkos taksinya. Davina berjalan menuju kelasnya karena memang ia tak pernah berkumpul dengan teman-teman lainnya kecuali dengan Boy, Dan dan Riris, teman sedari kecilnya yang tak lain anak dari sahabat Mamah dan Daddynya.

“Woi, ngelamun ajah kamu, kesambet loh nanti.” Boy yang baru datang menggebrak meja depan Davina membuatnya terkejut.

“Astaga, kamu yah ngagetin aku ajah, kalo aku jantungan bagaimana coba,” dengus Davina kesal dengan tingkah tengil sahabatnya itu.

“Kalo jantungan yah tinggal dibawa ke rumah sakit Papahku ajah, beres kan,” sahut Boy dengan entengnya. “Eh, si Riris mana? Kok belom dateng?” sambungnya bertanya ke mana teman satunya lagi.

“Au, belom dateng kali dia. Coba deh kamu telepon dia,” jawabnya memberi titah dan anehnya langsung dijalani oleh pria tengil yang selalu tak bisa diam tersebut.

Boy merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih miliknya. Saat ia akan menghubungi sahabat satunya, ternyata Riris baru saja sampai. Gadis feminin tersebut datang dengan ngos-ngosan seperti habis lari maraton.

“Sorry gaes, aku terlambat. Bangun kesiangan tadi, dan parahnya Mommy dan Daddy malah belum bangun juga,” ucapnya dengan napas yang tersengal-sengal.

“Ah, Tante sama Om mah sudah gak aneh kalo jam segini belom bangun. Kayak gak tahu saja bagaimana santainya mereka,” sahut Davina dengan santai.

Tak lama jam mata kuliah dimulai, mereka mendengarkan penjelasan dosen dengan seksama agar nantinya dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen tersebut. Sekitar jam sebelas lewat, mata kuliah selesai. Davina bersama dengan Boy dan juga Riri keluar menuju kantin kampus untuk makan siang.

“Hai, Dan. Udah lama?” sapa Boy duduk di sebelah cowok berkacamata yang juga teman mereka sedari kecil bernama Dan sambil membawa semangkuk bakso ditangannya.

Dan tak satu jurusan dengan Davina, Riris dan juga Boy, karena ia mengambil jurusan kedokteran. Berbeda dengan Boy yang notabenenya anak seorang dokter dan pemilik rumah sakit malah tak ingin mengambil jurusan kedokteran. Boy lebih tertarik dengan kuliner sama seperti Davina dan Riris, mereka bertiga bercita-cita untuk mendirikan resto mewah bintang lima miliknya sendiri suatu saat nanti.

“Baru mau nyaplok nih,” sahut Dan sambil memakan makanan empat sehat lima sempurnanya.

“Vina sama Riris mana?”

“Tuh lagi nunggu mie ayam mereka,” tunjuk Boy dengan dagunya dan Dan pun menoleh pada kedua gadis sahabatnya.

Tak lama kedua gadis tersebut datang membawa makanan dan minuman mereka duduk bergabung bersama dengan dua pria tertampan di kampusnya.

“Kalian itu suka sekali makan makanan yang mengandung banyak lemak dan gak sehat seperti itu, coba sekali-kali makan sayuran dan minum susu pasti kalian akan selalu sehat.” Dan menggelengkan kepalanya saat melihat menu makanan ketiga sahabatnya.

“Favorit kita kan berbeda, Dan. Kalo kamu suka makan makanan sehat dan bergizi, kalo kita yah senangnya makan makanan seperti ini, rasanya tuh kalo gak makan begini gak Indonesia banget,” sela Davina sambil menyeruput es jeruknya.

“Sudah makannya gak sehat, minumnya dingin lagi, nanti yang ada lemaknya bakalan menumpuk ditubuh kamu loh,” sahut Dan tanpa kesal sama sekali karena yang dinasihati malah berkilah.

“Tenang saja, nanti aku olah raga kok,” sahut Davina kembali, ia memang suka sekali ngegym saat sore hari setiap hari minggu. Sedangkan Riris dan Boy hanya asyik menikmati makanan mereka tanpa menggubris Davina dan Dan berbicara. Dan memang sangat perhatian terhadap teman-temannya.

“Yah terserah kamu deh,” akhirnya ujung-ujungnya Dan akan kalah jika Davina sudah membuka suaranya membela diri.

Mereka makan makanan favorit mereka dengan sesekali bercanda dan tertawa membicarakan sesuatu yang seru menurutnya.

...

jangan lupa like, komen, vote, rate lima, fav da hadiahnya yang bayak yah🙏😊

Salam hangat dariku

Tetap somplak dan jangan waras, oke

BAB 02

“Pulang bareng aku saja gimana? Aku juga mau mampir ke Cafe Tante Berl sama si Riris nih,” ajak Boy saat mereka sudah keluar dari kelas menuju depan.

Dan sudah menunggu di depan dengan bersandar pada tembok sambil membaca buku. Terlihat sangat cool dan penuh pesona dimata para gadis mahasiswi lainnya. Apa lagi dengan kacamatanya yang bertengger di atas hitung, menambah ketampanan pria yang bercita-cita sebagai dokter anak tersebut.

“Oke deh, lagian aku juga belum pesan taksi onlinenya.” Davina menyetujui ajakan dari sahabat tengilnya tersebut.

Mereka berjalan menghampiri Dan yang masih asyik dengan bukunya.

“Hai, Dan. Mau ikut kita gak?” tanya Boy menyadarkan tangannya pada pundak Dan, meski mereka sepupuan tapi sifat mereka berbeda jauh karena orang tua mereka saudara angkat.

“Kalian mau ke mana?” Dan menutup bukunya dan melihat temannya satu persatu meminta jawaban.

“Mau ngumpul di Cafe Tante Berl,” jawab Boy singkat.

“Oke deh, aku ikut kalian,” akhirnya Dan ikut dengan ketiga sahabatnya untuk bergabung nongkrong di Cafe milik sahabat orang tuanya.

Mereka menuju Cafe bersama dengan Davina dan Riris yang menumpang di mobil milik Boy. Sedangkan Dan berangkat menggunakan motor sportnya. Dua puluh menit lamanya mereka tiba di Cafe tersebut.

Sudah banyak yang berubah saat terakhir kali Aberlie baru melahirkan anak kembarnya. Cafenya direnovasi besar-besaran oleh Bram agar sang istri merasa nyaman, terlihat lebih besar dan juga luas dan terdapat beberapa ruang privat VIP untuk pengunjung yang ingin menempati ruangan privat tersebut. Masih ada beberapa karyawan lama yang masih bertahan bahkan sampai menikah dan memiliki anak dan ada beberapa yang baru.

Stay With Me Cafe sekarang lebih terlihat layaknya sebuah resto gaul tempat para ABG berkumpul untuk sekedar menikmati makanan, minuman dan juga camilan. Terkadang banyak siswa dan siswi yang datang untuk belajar kelompok sepulang sekolah, atau ada juga mahasiswa dan mahasiswi yang nongkrong sepulang kuliah yang masih mager pulang ke rumah mereka.

“Hai, cantik. How are you,” sapa Boy dengan gaya tengilnya pada salah satu pelayan Cafe yang bertugas menjaga pintu.

“Jangan ladeni dia, Put. Tengilnya sudah akut dia,” ucap Davina yang jengah dengan tingkah tengil sahabatnya, gadis tersebut hanya tersenyum manis.

Bagi mereka para pelayan dan karyawan Cafe lainnya sudah biasa melihat Davina dan teman-temannya yang terkadang bersikap tengil dan somplak.

“Sewot ajah kamu, Vin. Putrinya saja gak protes, huu,” protes Boy dan Davina hanya melenggang masuk ke dalam Cafe menuju meja kasir.

“Hai, Tan. Mamah datang tak?” tanya Davina pada Ashana yang masih bekerja sebagai kasir bersama dengan suaminya Rean yang saat ini menjabat sebagai manajer Cafe, keduanya adalah karyawan lama yang masih bekerja di tempat tersebut dan menjadi orang kepercayaan Aberlie.

“Mbak Berl bilang hari ini tak datang, kamu sudah makan?” tanya Ashana setelah menjawab pertanyaan anak dari bosnya tersebut.

“Belum, laper banget nih. Mas Satria masak apa yah?” tanyanya seraya meletakkan tasnya di bawah meja kasir alih-alih meletakkan di dalam ruangan Mamahnya.

“Yah seperti menu biasa saja, tapi hari ini dia masak nasi liwet loh, enak deh,” sahut Ashana memberitahu sambil masih mengecek keuangan hari kemarin.

“Oh yah! Oke deh, aku akan mendatangi Mas Satria.” Davina langsung menuju dapur untuk melihat menu yang dibilang oleh Ashana.

“Mas Satria, kata Tante Ana, Mas Satria masak nasi liwet yah? Masih gak, Mas? Mau dong, aku lapar banget nih, nanti gak bisa kerja kalau gak segera makan,” tanyanya memberondong Satria yang lagi fokus dengan makanan yang sedang ia sajikan untuk customernya.

“Kamu bisa diam dulu sebentar gak? Saya masih sibuk, nanti setelah ini saya sajikan buat kamu,” jawabnya dengan nada datar dan sedikit terdengar ketus, ia masih fokus dengan penyajiannya tanpa menoleh pada gadis yang tak lain anak dari pemilik Cafe tempatnya bekerja.

Satria adalah kepala koki muda yang diperkerjakan oleh Bram. Ia memang tampan, tapi sayangnya sangat dingin pada semua orang, tak terkecuali pada Davina yang notabenenya anak dari pemilik Cafe tempatnya bekerja, tapi dasarnya Davina yang keras kepala, ia tak pernah takut dengan Satria.

“Empat porsi yah, Mas Satria. Aku keluar dulu, bye Mas Satria yang kaku kayak kanebo kering.” Davina segera berlari setelah mengatai Satria seperti kanebo yang kering karena sikap kakunya, padahal ia masih muda dan juga sangat tampan.

Satria sudah terbiasa mendengar julukan itu keluar dari bibir Davina dan teman-temannya. Namun, karyawan lain tak berani mengatakan julukan itu pada Satria karena takut dengan wajahnya yang sangar meski tampan.

“Kamu lari-lari kenapa?” tanya Kevin yang melihat Davina sudah berada di meja barista.

Kevin juga karyawan lama di Cafe tersebut, ia sahabat dekat dari Rean. Kevin yang pemalu dan pendiam saat didekati Arumi dulu, kini malah sudah memiliki anak bersama dengan Arumi. Meski saat ini Arumi menjabat sebagai direktur di perusahaan milik orang tuanya, Kevin tak ingin berpindah profesi dari seorang barista, ia sudah cinta mati dengan profesinya tersebut.

“Hehe, gak apa-apa kok. Om, mau lemodanenya empat yah, aku duduk di sana bersama dengan teman-teman.” Davian menunjuk meja di mana teman-temannya berada.

“Lemonade doang?” tanya Kevin memastikan.

“Lemonadenya dua deh yang dua capucino latte,” ralat Davina merubah minumannya.

“Baiklah, nanti Om antar ke sana,” sahut Kevin mulai membuatkan minuman untuk anak majikan dan teman-temannya.

Davina berjalan menuju meja di mana ketiga temannya sudah duduk dan mengobrol bersama. Namun, dasarnya si Boy yang tengil dan matanya suka jelalatan, ia terus saja menggoda Putri yang sedang jaga di depan pintu masuk.

“Mata itu mata, tolong dikondisikan sebelum loncat dari tempatnya,” sindir Davina yang duduk di sebelah Riris dan Dan.

“Lagian kalau suka itu disikatlah, bukan malah dilihati terus begitu, nanti diambil orang baru tahu rasa kamu, nangis deh dipojokkan, kita sih ogah jadi pendengar kegalauan hati pria tengil kayak si Boy,” sambung Riris menimpali membuat Boy mendengus.

“What! Menangis? Galau? Bukan tipeku yah begitu. Lagian aku masih ingin bebas, tak ingin memiliki ikatan yang rumit kayak namanya pacaran begitu, nikmati dulu masa kesendirian yang bebas bisa lirik sana lirik sini tanpa ada yang cemburu, lagian hanya menggoda memangnya gak boleh, kalau dia diambil orang pun toh bukan urusanku juga because dia bukan milikku, oke,” jawab Boy dengan pendiriannya yang kuat sebagai jomlo sejati.

“Siiip, betul banget itu, aku setuju sama pemikiranmu, Boy. Buat apa kita memiliki cewek kalau gak bisa bebas bertingkah, yah gak?” kini Dan menimpali menyetujui penuturan Boy sambil mereka saling adu jotos kepalan tangan.

Boy dan Dan bukan tak bisa mencari gadis ideal dan impiannya. Banyak gadis yang mengantri ingin menjadi kekasih dari dua pria cool dan tampan tersebut. Namun, bagi mereka berdua ikatan seperti berpacaran akan sangat merepotkan jika mereka bertingkah dan ternyata pasangan mereka cemburu, keduanya paling tak ingin untuk merayu gadis yang merajuk.

“Whatever, terserah kalian saja.” Davina yang bosan mendengar ucapan tersebut yang selalu keluar dari bibir dua pria itu hanya bisa pasrah.

...

Salam hangat dariku

Jangan lupa like, komen, vote dan juga hadiahnya yang banyak yah

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!