Gemercik air yang keluar dari shower mulai membasahi tubuh polos seorang wanita, dari ujung rambut hingga jari kaki. Orang itu adalah Geraldine Gabriella Giorgio. Dia tengah membersihkan jejak percintaan yang semalam dilakukan bersama pria penghangat ranjangnya.
Geraldine mulai membalurkan busa hasil sabun cair ke seluruh tubuh yang tak terlalu seksi. Tapi, mampu membangunkan hasrat seseorang yang sepertinya sedang masuk ke kamar mandi. Nampaknya pria itu ingin ikut bergabung bersamanya.
Untuk memastikan dugaan, Geraldine berbalik badan. Ternyata benar, pria yang sudah dua tahun terakhir selalu berada di dekatnya dan menjadi lawan pemuas hasrat satu sama lain.
Wajah Geraldine nampak datar menatap pria itu seolah tak senang jika Roxy ikut bergabung mandi bersama. Meskipun biasanya mereka sering melakukan itu. Hanya saja, kali ini mulai berbeda. “Kenapa kau masuk ke sini?!” tanyanya dengan nada suara ketus.
“Tentu saja ingin mandi bersamamu, bukankah kita biasanya melakukan itu?” jawab Roxy. Tubuh kekar penuh otot yang tak terbalut sehelai benang itu pun berhenti tepat di hadapan Geraldine hingga ikut basah oleh air. Jarak keduanya begitu tipis, bahkan ujung jempol kaki juga saling bertubrukan.
Dengan santainya, pria yang memiliki nama lengkap Abelard Roxy Alphonse itu mengulurkan tangan ke sebelah kanan, sampai kulit saling bergesekan dengan lengan sang wanita. Dia tak langsung memulai percintaan panas di pagi hari, melainkan menekan botol sabun hingga telapaknya terisi cairan tersebut.
“Aku sedang tak ingin mandi bersamamu!” tolak Geraldine seraya mendorong dada bidang Roxy hingga pria itu terhuyung ke belakang. Untung tidak sampai tergelincir air sabun di lantai.
Namun, Roxy tidak mengindahkan penolakan tersebut. Dia sudah bergairah sejak menginjakkan kaki di kamar mandi, saat melihat tubuh polos wanitanya terpampang nyata memenuhi dua kornea mata. Justru kakinya kembali mendekat, lalu mengusapkan sabun yang masih ada di telapaknya ke lengan Geraldine. Sentuhannya begitu lembut karena sedang berusaha membangkitkan gairah bercinta wanita itu.
“Biasanya kau tak pernah menolak, ada apa?” tanya Roxy merasa ada yang aneh dan tidak biasa dari wanitanya.
Geraldine mengedikkkan bahu, wajah cantiknya sampai detik ini hanya mengulas sisi dingin, datar, dan tatapan muak. “Aku sudah selesai.” Ia kembali mendorong dada pria yang terus berusaha membangkitkan gairahnya.
Melenggang begitu saja, Geraldine mengambil bathrobe dan membungkus tubuh supaya tak polos lagi. Dia keluar kamar mandi tanpa menengok sedikit pun ke belakang. Tak peduli dan tak ingin tahu bagaimana reaksi Roxy karena sekarang yang diinginkan hanyalah mengakhiri ini semua.
Geraldine segera memungut kain yang teronggok di lantai. Dia memakai pakaiannya yang semalam. Siap pergi dari hotel tersebut.
Dari posisinya saat ini, Geraldine bisa mendengar kalau Roxy baru saja keluar dari kamar mandi. Tanpa berbalik badan, ia mengucapkan kalimat perpisahan yang mungkin menyakitkan bagi pria itu. “Mulai sekarang, kita tidak perlu bertemu lagi, anggap saja tidak pernah mengenal satu sama lain.” Tangannya meraih tas yang tergeletak di lantai.
Wanita itu baru berani berbalik setelah selesai mengakhiri hubungan tak jelas dengan Roxy. Mereka tidak pernah resmi menjadi sepasang kekasih, suami istri juga tidak. Tapi keduanya sering bertemu, memadu gelora gairah satu sama lain.
“Kenapa?” Suara Roxy begitu maskulin masuk ke gendang telinga Geraldine, ditambah wajah pria itu yang sangat dingin membuat aura ketampanannya terpancar begitu nyata.
Roxy segera mencekal pergelangan tangan Geraldine yang hendak melewatinya begitu saja. Sedikit menarik sampai keduanya saling berhadapan tanpa jarak. Tangan kekarnya sebelah kanan langsung merengkuh pinggul, sementara bagian kiri digunakan untuk mendongakkan kepala wanita itu hingga bisa merasakan hembusan napas hangat mengusap kulit mulus tersebut. Dia tidak akan melepaskan sebelum mendengarkan alasan yang jelas.
...*****...
...Untuk menyambut karya baru yang menceritakan tentang kisah cinta Geraldine dan Roxy, aku akan adain giveaway nih. Hayuk ikut bestie. Aku akan ambil 2 pemenang dengan hadiah masing-masing uang tunai sebesar Rp 100.000,-...
...Caranya gampang banget, karena di sini akan ada misterinya, jadi cukup kalian jawab secara detail pertanyaan ini. Apakah alasan utama Geraldine tidak ingin bersama Roxy lagi?...
...2 akun yang pertama menjawab paling benar, maka itu adalah pemenangnya. Selamat mencoba, semoga berhasil. Seperti biasa, periode giveaway ini akan berakhir ketika sudah terungkap. Jadi, tidak bisa diprediksi waktunya. Intinya, harus terus ikutin supaya gak ketinggalan apakah kalian menang atau tidak. Semangat....
...Semoga suka dan terhibur dengan karya baru aku. Selamat membaca dan mengikuti bajak laut merompak hati sang pujaan....
Geraldine menepis tangan kekar yang menyentuh dagunya. Begitu pula dengan satu lagi yang tengah meremas pinggul seakan tak mengizinkan ia keluar dari sana.
Tatapan Geraldine begitu datar menatap manik Roxy yang terus terpusat padanya. “Aku wanita lajang yang bebas memilih jalan hidupku sendiri. Bahkan termasuk meninggalkanmu!” Ia mendorong dada bidang tersebut sampai pria itu terhuyung ke belakang.
Geraldine melenggang lagi ke arah pintu. Mencoba tidak peduli dengan reaksi Roxy yang pasti tidak terima terhadap alasannya.
Benar saja, Roxy segera berlari sebelum Geraldine berhasil meraih handle pintu. Dia langsung berdiri tegak, menghalangi satu-satunya jalan keluar. “Kenapa baru sekarang kau ingin mengakhiri hubungan ini? Setelah dua tahun kita berbagi rasa tubuh satu sama lain.”
“Simple, aku sudah puas mencicipi seluruh rasa dari setiap gerakan erotis yang kau gunakan untuk memuaskan hasrat bercintaku. Jadi, waktunya mencari pria lain yang lebih nikmat.” Geraldine menarik sebelah sudut bibir sinis. Bahkan nada bicaranya itu terdengar sangat meremehkan serta merendahkan Roxy.
Roxy menelisik setiap mimik wajah Geraldine. Apakah wanita itu berbohong atau tidak. Tapi, entah kenapa ia tak terlalu percaya dengan alasan putri dari salah satu bosnya. “Apa kau seperti ini karena tak ada kejelasan status dariku?” tebaknya.
Tapi, justru ditertawakan oleh Geraldine. Tangannya penepuk pelan pipi Roxy seakan ia sedang mengejek pria itu. Lalu, mendekatkan wajah di telinga sang pria. Dia membisikkan sesuatu. “Aku cinta kebebasan.”
Memang dasar Roxy sudah terlalu ketagihan dengan tubuh Geraldine. Mendapatkan bisikan saja membuat bulu-bulu halus langsung berdiri. Ia berusaha keras mengepalkan tangan agar meredam hasrat karena tak cocok kalau bergairah saat situasi seperti ini.
“Jika kau cinta kebebasan, kenapa setiap kali butuh selalu datang padaku? Bukan mencari pria lain yang bisa kau bayar?” Roxy menaikkan dagu wanita yang sudah lama menjadi peneman hidup di atas ranjang, ataupun ketika mereka kesepian. Dia menganggap alasan Geraldine adalah suatu kebohongan.
Geraldine terdiam, dia belum terpikirkan alasan apa lagi yang akan digunakan untuk menjawab. Memang benar kalau selama ini selalu datang ke Roxy ketika butuh. Tidak pernah ada pria lain dalam hidupnya.
Geraldine berusaha memutus pandangan mata dengan menggerakkan kepala ke kanan. “Karena kau gratis dan tak meminta imbalan apa pun padaku. Jadi, anggaplah aku mengirit jika bercinta denganmu.” Hanya itu alasan yang terlintas dalam benaknya.
“Oh, ya?” Roxy berbicara tepat sekali bibir di dekatkan pada leher Geraldine. Membiarkan hembusan napas hangat Menari di atas kulit bagian sensitif wanita itu. Sampai membuat Geraldine mematung.
“Bukan karena kau ketergantuan denganku? Apa kau tak ingat ketika kita bercinta, kau selalu mengatakan bahwa tubuhku bagaikan narkoba yang membuatmu candu?” Suara Roxy sengaja dibuat sangat sensual. Apa lagi tangan kekar mulai mengusap lembut salah satu bagian sensitif Geraldine, yaitu leher.
Geraldine mengepalkan tangan, melawan terjangan hasrat yang sialnya membuat sesuatu di bawah sana tengah berdenyut. Matanya kini melotot, begitu tajam menusuk Roxy. Mendorong pria itu tak akan merubah posisi karena Roxy sudah terpentok di pintu. Maka, ia mengayunkan kaki ke belakang agar mulai ada jarak. “Kenapa kau tidak terima dengan keputusanku yang ingin mengakhiri hubungan ini? Apa sekarang sudah mulai memiliki perasaan padaku?”
“Kau ingin jawaban seperti apa dariku? Apakah yang ku lakukan padamu selama ini tidak mencerminkan perasaanku?”
...*****...
...Makanya Roxy, jadi laki jangan bucin-bucin amat lah, biar kaga nyesek kalo dicampakkan. Apa lagi lawan mainmu keturunan Giorgio, cuma bisa ngeselin...
Geraldine mengajukan pertanyaan tapi justru dijawab dengan pertanyaan juga. Membuatnya muak. Dia tak suka dibalas seperti itu.
“Kau bertanya padaku? Akan ku jawab, tidak! Semua yang kita lewati hanyalah sebatas teman ranjang tanpa melibatkan perasaan. Puas?!” Ketus sekali Geraldine saat berbicara pada Roxy. Terlihat kalau ia sudah mulai jengah berada di sana.
“Sebatas itu? Apa kau tak ingat ketika butuh bantuan datang ke siapa? Aku selalu menuruti semua keinginan yang kau mau, melindungimu, dan memberikan pundakku untuk sandaran ketika kau lelah dengan semua aktivitasmu. Masih kurang bukti apa lagi? Kau selalu menjadi prioritasku di atas segalanya.” Roxy masih mencoba mempertahankan diri supaya tak dicampakkan oleh Geraldine. Alasan wanita itu tak cukup kuat untuk meyakinkannya kalau tidak ada rasa diantara mereka.
Geraldine justru melipat kedua tangan di dada, menarik sebelah sudut bibir hingga wajah cantiknya nampak sinis. “Bukankah itu memang tugasmu sebagai orang kepercayaan Daddyku?” Dia justru meremehkan Roxy.
Roxy mengepalkan tangan, dia mengayunkan kaki hingga tak membiarkan ada jarak dengan Geraldine. Merengkuh pinggul wanita itu lagi dengan erat. Tangannya mendongakkan dagu. “Mulutmu sangat menyakitkan, tapi sayangnya aku tak akan melepasmu begitu saja.” Tanpa persetujuan, ciuman pun mendarat di bibir yang sudah membuatnya candu. Tidak peduli kalau Geraldine memberontak. Ia hanya ingin mempertahankan hubungan.
Geraldine tidak membalas, dia justru mendorong dada Roxy dengan sekuat tenaga. “Menyingkir kau! Jika tak pergi dari hadapanku, maka akan ku benci seumur hidup!” ancamnya.
Roxy melihat kilatan amarah dari Geraldine. Membuatnya berhenti memojokkan wanita itu. Tak ingin kalau sampai dibenci sungguhan. Hatinya telah jatuh pada sosok tersebut, seseorang yang galak, mandiri, terkadang juga bar-bar. Walaupun ada satu hal yang membuatnya mengganjal, selalu berbuat sesuka yang diinginkan. Namun, tetap saja, perasaannya sangat nyata berhenti untuk putri dari bosnya.
Roxy menggeserkan tubuh hingga memberikan jalan untuk Geraldine melenggang. Wanita pujaannya melewati begitu saja tanpa sepatah kata pun. Dia hanya bisa melihat punggung yang mulai di ambang pintu.
“Jika ada sifatku yang tak kau suka, katakan saja. Aku pasti akan berubah untukmu. Kalau ada masalah, kita bisa selesaikan secara baik-baik, jangan langsung memutus secara sepihak. Sedangkan aku tak tahu apa kesalahan yang sudah diperbuat hingga membuatmu muak seperti ini,” tegas Roxy, sengaja suaranya dibuat keras agar terdengar dan menusuk sampai hati sang pujaan.
Namun, Geraldine tidak menjawab. Dia justru menutup pintu secara kasar hingga menimbulkan bunyi. Sebelum menjauh dari kamar hotel tersebut, menyempatkan untuk menengok ke belakang, memastikan apakah Roxy mengikutinya atau tidak.
“Lebih baik kita seperti ini, demi kebaikan bersama,” gumam Geraldine. Dia seperti menyembunyikan sesuatu tentang alasan utama dibalik memilih untuk berpisah dan berhenti menjalin hubungan tak jelas dengan orang kepercayaan Daddynya.
Geraldine terlihat begitu sangar saat di dalam kamar bersama Roxy. Tapi, kini, ia berjalan lunglai menuju lift. Merasakan sesak di dada.
Dari posisi Geraldine saat ini yang ada di dalam lift, bisa melihat kalau pria itu sedang menatap ke arahnya. Namun, pintu stainless segera menghalangi pandangan keduanya.
Sesampainya di basement, langsung masuk ke dalam mobil, Geraldine segera mencari sesuatu yang sangat penting, obat kontrasepsi. “Shitt! Habis!” umpatnya seraya melemparkan sampah tersebut ke sembarang arah.
Geraldine tak ingin terlambat mencegah supaya dirinya tidak hamil. Ia melajukan kendaraan menuju apotek. Selama ini selalu mengkonsumsi obat kontrasepsi karena terkadang bermain bersama Roxy tanpa menggunakan alat pengaman. Sementara dirinya belum ingin mengandung.
...*****...
...Si Geraldine dapet julukan baru dari bestie readersku tercinta nih. Betadine katanya, boleh juga. Kalo Betadine kan menyembuhkan luka, yang spesies ini justru membuat luka buat si bucin Roxy....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!