NovelToon NovelToon

Elang Timur

1. Dia janda.

Senja nyaris terbenam. Seorang gadis bersembunyi di sebuah truk besar yang terbuka lebar membawa tas tidak begitu besar di bahunya. Ia tak peduli dengan banyaknya pria yang sedang mengangkut patahan ranting kayu karena kemarin sore baru saja ada badai di daerah tersebut.

"Cepat naikan semua.. mau malam nih..!!" perintah seorang pria berpangkat Letnan satu bernama Arjerio Mahasura yang lebih akrab disapa Rey oleh rekannya.

"Jangan lupa gergaji mesinnya Rey...!!" kata Bang Giras teman litting Bang Arjerio.

...

Truk sudah berjalan kurang lebih tiga puluh menit lamanya dan Bang Giras baru menyadari ada satu balik kayu yang tercecer, ia pun melemparnya ke arah belakang.

"Awwhh.." pekik suara yang membuat satu regu di atas truk itu menoleh ke arah belakang.

"Siapa itu????" bentak Bang Giras.

Seorang gadis berdiri mengangkat kedua tangan dengan gemetar.

"Weehh.. wedhok bro" kata Bang Rey.

"Waaoo.. jarang sekali ada wanita mau mampir kesini??" ekspresi wajah Bang Giras berbinar nakal melihat ada seorang wanita di atas sana tapi karena banyak anggota di dalamnya.. Bang Giras menyimpan kelakuan buruknya.

"Mbaknya ada apa tiba-tiba naik truk ini?? Ini truk tentara, mau menuju Batalyon." Bang Rey mendekati gadis tersebut.

"Saya lari dari suami saya" jawab Gadis itu.

Kamu masih muda sekali. Memangnya kenapa harus lari??" tanya Bang Giras.

"Saya di paksa menikah dengan tuan tanah di kampung itu, istrinya ada lima. Saya istri ke enam, tapi mau di jual ke warung remang-remang di luar kota oleh istri pertama" jawab gadis itu.

"Jadi suamimu nggak tau kalau kamu pergi??" tanya Bang Rey.

Gadis itu terlihat sangat ketakutan sampai tangannya gemetar hebat.

"Belikan minum dulu Bro..!!" saran Bang Giras tidak tega.

:

"Iya, Anne di fitnah punya hubungan dengan pria lain dan sesaat usai pernikahan.. Anne di ceraikan dan tuan tanah itu membiarkan istri pertama dan istri kedua menjual Anne."

"Kurang ajar betul, tua bangka sialan" umpat Bang Rey.

"Berapa umurmu, mama orang tuamu??"

Anne menunduk menahan tangisnya. "Umur Anne delapan belas tahun Om. Anne hidup sendiri sejak nenek meninggal saat Anne umur sembilan tahun." jawab Anne.

Bang Giras dan Bang Rey saling menatap.

"Umurmu seumuran adik Abang" kata Bang Giras membetulkan sapaan Anne padanya. "Ikutlah bersama Abang. Abang akan mengenalkan kamu sama Niken..!!"

Bang Rey tersenyum lega karena gadis itu ada di tangan yang tepat.

...

"Hai.. aku Niken" sapa Niken saat Abangnya membawa seorang gadis cantik ke kost adik perempuannya.

"Aku Anne" jawab Anne malu-malu.

Niken tersenyum pada Anne lalu kemudian menunduk malu saat Bang Rey tanpa sengaja bertemu mata dengannya.

"Apa kabar dek?" sapa Bang Rey.

"Baik Bang"

Bang Giras menangkap ada sinyal yang tidak beres dari mata adik perempuannya. "Masuk kamu.. Buat kopi untuk Abang sama Rey..!!" perintah Bang Giras.

"Iya Bang..!!" jawab Niken. "Ayo masuk Ne, ini kost kecilku, cukup kok untuk kita berdua" ajak Niken menggandeng tangan Anne.

...

Bang Giras dan Bang Rey mengobrol di teras depan kost dan warga sekitar sudah mengetahui bahwa Niken adalah adik dari seorang anggota tentara dan bekerja di Batalyon belakang kost.

"Apa kita perlu menyelamatkan Anne?" tanya Bang Giras santai padahal dalam hati juga lumayan mencemaskan Anne.

"Perlu lah, bukankah menyelamatkan janda juga dapat pahala" jawab Bang Rey.

"Hahahaha.. dasar kau, kalau jandanya begini kau perjuangkan. Bagaimana kalau jandanya sudah tua?" ledek Bang Giras.

"Mungkin aku tawarkan Papaku saja" Bang Rey terkikik menjawabnya.

"Durhakim bin durjana lu bro" suara tawa Bang Giras tak kalah nyaring.

//

"Jadi begitu menikah kamu langsung di ceraikan???" Mata Niken seakan tak percaya dengan pendengarannya.

"Iya, aku dituduh selingkuh dan hamil anak pejabat padahal pacar saja aku tidak punya. Dulu aku punya pacar tentara, tapi putus" jawab Anne. "Kalau kamu??"

"Ehmm.. hhsstt.. sebenarnya aku suka sama Bang Rey, tapi sepertinya Bang Rey nggak suka sama aku deh" kata Niken.

"Masa sih, tapi sedari tadi Bang Rey melirikmu"

"Ya ampun, yang benar.. jangan donk..!!" Niken mulai ketakutan.

"Kenapa??"

"Kata Bang Giras sama Bang Galar kalau saling lirik nanti bisa hamil" jawab Niken.

"Ahahahah... kau polos sekali ya, yang parah tuh aku.. aku sudah menikah." tawa Anne mulai merekah seakan lupa dengan masalahnya. "Eehh tunggu..!! Bisa saja besok pagi aku yang hamil. Aduuhh gimana donk..!!" tanya Anne panik.

~

"Mereka berdua bicara apa sih Rey?" tanya Bang Giras.

"Apa dua perempuan tidak pintar sedang bersatu??" Bang Rey balik bertanya.

Tiba-tiba kedua gadis duduk melantai di hadapan Bang Rey dan Bang Giras.

"Ada apa nih??" tanya Bang Rey bingung.

"Abang.. Niken mau tanya"

"Apa?" Bang Giras menanggapi Niken dengan malas.

"Menurut Abang, kalau Bang Rey melirik Niken.. Niken bisa hamil atau tidak??"

"Uhuukk.." kopi yang ada di mulut Bang Rey langsung menyembur ke udara.

"Ya jelas lah, kalian khan laki dan perempuan. Kalau dekat, saling lirik.. bisa saja hamil. Makanya kalau Rey mendekatimu.. kamu pergi menjauh...!!!!!" kata Bang Giras.

Bang Rey terlihat kesal tapi tak mungkin dirinya frontal meladeni ucapan Bang Giras.

"Nah dengar tuh An..!!" kata Niken percaya diri. "Hmm.. bagaimana kalau persoalan Anne, dia sudah menikah. Apa besok pagi Anne akan hamil??" tanya Niken mewakili Anne dengan wajah mengangguk polos.

Bang Giras berdehem ringan sedangkan Bang Rey mulai salah tingkah. Wajahnya pun memerah.

Bang Giras menggaruk kepalanya apalagi saat melihat Anne serius menunggu jawaban tanpa di buat-buat. "Kamu nikah siri atau resmi?"

Anne menatap Niken dengan bingung. "Anne nikah sudah pakai penghulu Bang"

"Maksud Abang, apa kamu bawa buku nikah resmi dari KUA?" tanya Bang Rey.

Anne menggeleng karena memang tidak ada bukti apapun yang ia bawa.

"Apa ucapan terakhir suamimu?"

"Mulai saat ini.. saya ceraikan kamu Afianne Ananta Raziq dan mulai detik ini kamu bukan istriku lagi." jawab Anne.

Bang Giras dan Bang Rey kembali saling menatap. Mereka pun paham bahwa memang Anne sudah menjadi janda di usia yang baru genap delapan belas tahun.

"Tenanglah kamu disini. Abang akan menjagamu..!!" ucap Bang Rey.

Seketika Niken menunduk, ada sedikit rasa tidak nyaman saat Bang Rey mengatakan hal itu pada Anne.

"Terima kasih banyak Bang. Anne bisa menjaga diri sendiri" jawab Anne.

***

Malam hari. Bang Giras dan Bang Rey tidak bisa tidur.

"Tega sekali pria yang menceraikan mu dek" gumam Bang Giras. Terbayang wajah cantik Anne tapi Ia segera menepisnya.

//

"Pria seperti apa yang tega menceraikan kamu dek? Rasanya Abang ingin menghajarnya habis-habisan" Bang Rey geram sampai akhirnya matanya setengah terpejam namun.. wajah Niken terbayang dalam mimpinya, bahkan beberapa kali ini saat dirinya memohon do'a sepertiga malam.. wajah Niken tetap ada disana. "Astagfirullah..!!" Ia terbangun setengah kaget. "kenapa wajah Niken selalu merasuk dalam benakku?? Aku tidak mencintai dia"

.

.

.

.

2. Mengagetkan.

"Pakai bajuku lagi saja An..!!" kata Niken.

"Maaf ya Niken, aku belum punya uang untuk beli baju. Dimana aku bisa kerja disini??" tanya Anne.

"Nanti aku cari informasi di temanku ya.."

Tiba-tiba Bang Giras masuk ke dalam kamar kost Niken.

"Belikan Abang es batu di toko ujung jalan sana..!!" perintah Bang Giras.

"Di sebelah saja Bang..!!"

"Habis.. kamu pergi beli di toko ujung jalan..!!" ucap Bang Giras tanpa mengulang lagi perintahnya.

:

"Nggak boleh, disini bahaya untuk gadis sepertimu..!!" ucap Bang Giras melarang Anne.

"Tapi Anne butuh makan untuk hidup dan kebutuhan lain Bang" kata Anne.

"Kamu bantu Abang jaga Niken..!! Abang akan membayarmu untuk itu..!!" jawab Bang Giras.

"Memangnya Abang mau bayar Anne berapa?? Anne bisa segalanya??"

"Kamu minta berapa?"

"Lima ratus ribu" jawab Anne meremehkan. Dirinya yang berasal dari pelosok sudah menganggap sejumlah itu sudah bagai nominal tinggi tak tertandingi.

"Yakin cukup?? Semua kebutuhan disini harus beli"

Anne mulai ragu, ia mengambil kertas dan bolpoin di atas meja lalu mencatat segala kebutuhan hidupnya.

"Catat dulu sampai selesai. Siang nanti Abang kesini setelah Niken berangkat kuliah..!!"

~

"Mana Abang?" tanya Niken.

"Kembali ke tempat kerja"

"Lhoo.. es batunya bagaimana??"

"Kata Abang kamu buat mandi saja terus segera berangkat kuliah" jawab Anne.

"Abaaaanngg..!!!!" pekik Niken kesal.

-_-_-_-_-

Anne melirik makan siangnya. Ia melihat nasi Padang di meja. Baru kali ini ia melihat nasi campur yang begitu banyak padahal porsinya sangat kecil.

"Kenapa? Kamu nggak suka??"

"Ehmm.. ini makanan apa Bang? Nggak ada ikan asin kah?" tanya Anne.

"Ikan asin?? Ini lebih dari sekedar enak di banding ikan asin. Kamu nggak pernah makan ini??"

Anne menggeleng, memang dirinya tidak pernah makan makanan seperti itu. Malah jika di suruh makan daging ular, biawak dan hewan hutan lainnya.. dia sudah pernah, asal tidak memegangnya atau mungkin sudah berhasil menombaknya.

"Makan dulu.. sambil Abang lihat perincian kebutuhan mu..!!"

Anne menyuap nasi Padang tersebut ke dalam mulutnya, pertama kali dan terasa enak, ia pun menyukainya.

"Apa ini? Hanya sayur kangkung atau sayur bayam dan tempe atau tahu saja kali tiga puluh hari.. hitungan nominal pun salah. Baju dua potong harga lima belas ribuan dan celana harga dua puluh ribuan kali dua.. hitungan juga salah" kata Bang Giras mengoreksi. "Lalu kebutuhanmu yang lain seperti bedak, lipstik, pelembab atau mungkin..... pembalut misalnya.. nggak kamu catat?"

Anne tertawa mendengarnya, pasalnya ia sungguh tidak begitu tau macam apa hal-hal yang tengah di sebutkan Bang Giras tadi. "Anne biasa pakai bedak dingin.. dari tepung beras saja cukup"

Bang Giras tertegun mendengar ucapan Anne, gadis itu sangat polos dan berbeda dari gadis manapun yang pernah ia temui selama ini.

"Kalau pembalut ya pakai kain seadanya. Cuci, kering, pakai lagi" jawab Anne.

Hati Bang Giras tersentuh melihat gadis polos itu, ia seakan lupa sudah memiliki seorang kekasih yang menemaninya selama enam tahun ini.

'Berapa Abang harus membayarmu untuk bisa mengandung anak Abang?' ucap Bang Giras membatin.

"Tiga juta Abang akan membayarmu.." kata Bang Giras. "Ehm.. dalam masa training" imbuhnya beralasan.

Mata Anne berkedip-kedip. Training itu apa Bang?" tanya Anne.

"Masa percobaan"

"Oohh.." Anne mengangguk paham.

...

"Eehh.. kamu sudah sempat ketemu Anne lagi apa belum?" tanya Bang Rey.

"Sudah sebentar waktu mau berangkat pagi tadi" jawab Bang Giras.

"Waah curang lu. Gue naksir Anne" jawab Bang Rey dengan nada menggoda padahal dalam hati ia sungguh jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Apa sih, tadi aku sekalian kasih uang saku untuk Niken" kata Bang Giras lebih tenang.

"Oohh.. ku kira kamu naksir"

Bang Giras tersenyum kecut sampai akhirnya ponsel miliknya berbunyi nyaring.

"Hai sayang, dimana?"

"Assalamu'alaikum.." jawab Bang Giras mengangkat panggilan telepon dari Rachel, artis baru yang sedang mengejar karir.

"Wa'alaikumsalam.. dimana?"

"Di mess"

"Aku besok kesana Bang" kata Rachel.

"Hmm.."

Ya sudah, besok ku kabari lagi" Rachel menutup panggilan teleponnya.

Bang Rey melipat kedua tangan di depan dada melihat ekspresi wajah Bang Giras. "Calon nyonya mau datang kenapa wajahmu suntuk?" tanya Bang Rey.

"Nggak tau lah Rey, paling juga batal lagi. Dari kangen banget sampai hilang kangennya. Rachel di ajak nikah juga nggak mau, pacaran seperti ini terus apa gunanya." Bang Giras seakan kehilangan semangat.

"Apa kamu sudah berencana untuk pengajuan nikah?"

"Mau apalagi kita ini? Aku sudah lelah bermain banyak wanita, kalau Allah sudah menunjukan 'dia' cocok ya kenapa tidak menikah saja. Kurasa ta'aruf lebih baik daripada tidak jelas seperti ini. Umur akan semakin tua, lama-lama aku juga pengen punya anak, tapi Rachel pengen tunda punya momongan" Bang Giras membuka perasaannya panjang lebar.

"Kamu benar bro, sudahi masa nakal kita. Ta'aruf lebih baik, aku berniat begitu pada wanita yang kurasa cocok nanti"

\=\=\=\=

"Bagaimana makanan kota?" tanya Bang Rey setelah lima bulan kemudian mereka bertiga sudah saling mengenal dan lebih dekat.

"Enak Bang. Anne suka"

Di saat mereka sedang pergi bertiga. Bang Giras lebih banyak diam. Alasan utamanya adalah karena dirinya masih menghargai Rachel sang kekasih yang kedua adalah karena sebenarnya dirinya tidak ingin lagi bermain masalah cinta.

"Apa Rachel tidak jadi datang lagi?" tanya Bang Rey melihat kesedihan hati littingnya.

"Itu sudah biasa terjadi. Sudah delapan bulan ini aku tidak bertemu." jawab Bang Rey tersenyum getir kemudian menegak minuman setan yang ia pesan untuk menutupi perasaannya yang terasa sakit, apalagi saat mendengar berita Rachel sedang ada hubungan dengan pria lain meskipun Rachel beralasan semua itu hanya untuk menaikan pamornya.

'Artis mana yang tetap bersih untuk naik menjadi artis besar? Abang tau pasti kamu menjual tubuhmu hanya untuk sebuah nama' batin Bang Giras.

"Jangan minum lagi, kita bawa Anne..!!" kata Bang Rey.

"Aku benci hiduupkuuuu..!!!!!!!!!!!" pekik Bang Giras tanpa sadar.

Anne mundur perlahan. Ia takut melihat Bang Giras yang sedang mabuk minuman keras.

"Bagaimana kalau Abang lebih mencintaimu daripada Rachel??" entah sadar atau tidak Bang Giras berucap demikian.

"Bang, Anne takut" bisik Anne merangkul tangan Bang Rey, tangannya sampai gemetar dan dingin karena terlalu takut.

"Nggak apa-apa. Giras lagi pusing.. tapi dia nggak jahat" kata Bang Rey.

"Anne mau pulang saja Bang" pinta Anne.

"Iya, nanti kamu duduk di depan saja ya, biar Giras duduk di belakang sendirian. Takutnya dia ngamuk dan ganggu Abang nyetir"

"Iya Bang, Anne ngerti"

:

"Sebelum kita makan.. cuci tanganmu dulu..!! Menjaga kebersihan.. untuk kesehatanmu.. banyak-banyak makan.. jangan ada sisa.. makan jangan bersuaraaa...." Bang Giras terus bersenandung menyanyikan lagu murid PAUD dengan nada tak berarah.

"Itu bicara apa Bang?"

"Lagu anak TK, sebelum makan. Biar saja.. dia lagi mabuk. Nggak sadar ngomong apa" jawab Bang Rey.

"Aku pengen punya anak" gumam Bang Giras lagi sebelum benar-benar tertidur dan tak bersuara.

.

.

.

.

3. Keputusan singkat.

"Abaaang.. Abang kenapa??" Niken begitu kaget melihat Abangnya lunglai saat Bang Rey memapahnya.

"Capek.. sudahlah kamu bantu Abang dulu. Kasihan Abangmu" kata Bang Rey.

"Pasti gara-gara Mbak Rachel lagi. Niken sudah bilang putus saja. Jangan di pertahankan kalau memang hubungan mereka seperti ini. Abang sakit sendiri" oceh Niken tak tega melihat Abangnya sampai sakit.

***

Tidak ada yang tidur hingga menjelang pagi karena Bang Giras mabuk parah. Niken dan Anne saling memeluk ketakutan dan Bang Rey sibuk merawat Bang Giras. Littingnya itu harus segera sadar jika mereka tidak ingin mendapat masalah di Batalyon karena ada seorang komandan yang mabuk.

...

"Putus saja lah Gi. Banyak perempuan di luar sana yang lebih baik dari Rachel. Belum tentu juga dia bisa menjaga kehormatannya" ucap keras Bang Rey.

Bang Giras rasanya ingin sekali marah. Ia pun sudah tau pasti jawabannya tapi tetap saja hatinya merasa sakit menyadari pastinya Rachel tidak bisa menjaga diri. Sebenarnya sudah dua bulan ini dirinya menaruh perhatian lebih pada Anne, Anne yang lugu sungguh membuat hatinya sulit untuk berpaling.

"Semoga kamu mendapat pengganti yang lebih baik. Aku berniat melamar Anne" kata Bang Rey.

Seketika Bang Giras menoleh. Tak menyangka Rey sahabatnya bergerak cepat untuk melamar janda muda itu, sedangkan hatinya ingin sekali mendekat pada Anne.

"Selamat bro.. mudah-mudahan lancar semuanya. Semoga bahagia sama Anne" jawab Bang Giras. Sejak kecil mereka selalu bersama hingga ia tidak tega menyakiti hati sahabatnya hanya karena seorang wanita.

"Hehehe.. thanks sob" Bang Rey mengembangkan senyumnya.

...

"Apa Bang Giras orang yang jahat?" tanya Anne saat Bang Rey memintanya mengumpulkan ijazah dan keperluan untuk pengajuan nikah.

"Nggak lah, dia baik sekali."

"Kenapa mabuk?"

"Mabuk bukan berarti jahat. Giras hanya sedang tertekan karena keadaan. Pacaran enam tahun tapi pacarnya itu sulit di arahkan, sudah tunangan tapi sulit sekali di hubungi. Pacarnya artis tuh. Sebulan lalu foto Giras tersebar di media massa tapi Rachel jawab.. nggak mungkin pacaran sama tentara, gajinya nggak cukup untuk penuhi kebutuhan hidupnya dan lagi.. Giras itu mantan pengawal dan sopirnya dulu. Jadi nggak ada hubungan apapun"

"Oohh begitu, pantas Bang Giras sampai sedih begitu" Anne mengangguk paham

"Kamu nggak boleh gitu ya dek. Gaji Abang memang nggak seberapa tapi Abang pastikan cukup untuk menjalani hidup, bukan untuk gaya hidup. Kita di tuntut sederhana dan apa adanya" dengan sabar Bang Rey membimbing Anne.

"Iya Bang, Anne ngerti kok"

...

Bang Giras demam di kamar kostnya. Hatinya tak karuan harus melepas Anne yang sejak awal ia sayangi dan ia jaga. Waktu menunggu masa Iddah Anne harus ia relakan untuk sahabatnya Rey yang pernah menyelamatkan nyawa Niken saat tenggelam karena perkelahian beberapa tahun yang lalu.

'Jika kamu memang bahagia bersamanya, Abang akan berusaha untuk ikhlas dek' gumam Bang Giras mencoba berbesar hati.

"Astagfirullah hal adzim..!!" Bang Giras mengusap dadanya, nafasnya terasa begitu sesak memikirkan Anne.

Ponselnya berdering, ada panggilan telepon dari Papa Huda.

"Asaalamu'alaikum.. Iya Pa." jawab Bang Giras malas.

"Wa'alaikumsalam, tolong kamu jemput anaknya Om Leo ya Gi. Rey nggak bisa di hubungi dari tadi" kata Papa Huda.

"Memangnya Rey punya adik??" Bang Giras balik bertanya.

"Kamu ini bagaimana sih Gi.. waktu dulu kita pindah khan tante Geya lagi hamil" Papa Huda mengingatkan Bang Giras yang sama sekali tidak bersemangat. "Cepat jemput di bandara.. jangan telat. Anak om leo itu kalem, lugu sekali, Kasihan dia.."

Bang Giras masih terdiam sampai terdengar suara Mama Ayu.

"Tolong ya Le..!! Besok Om Leo menyusul kesana karena ada pekerjaan"

"Iyaa Ma. Siapa namanya."

"Kenes" jawab Mama Ayu

...

Bang Giras semakin malas saja, di penerbangan terakhir hingga penumpang habis tak ada yang bernama Kenes.

"Om Giras ya?" sapa seorang gadis yang masih sangat belia, ia melirik Papan nama Kenes.

"Kamu Kenes??" mata Bang Giras memperhatikan penampilan gadis itu, pakaiannya terbuka memperlihatkan kulit tubuhnya yang mulus dengan kaki yang jenjang, mungkin banyak orang tidak menyangka bahwa gadis seksi itu masih berusia belasan tahun.

"Bukan.. aku Nadine."

"Oohh.." Bang Giras kembali fokus pada tugasnya. "Eehh.. tapi kamu tau nama saya Giras??"

"Aku nggak mau di panggil Kenes. Namanku Nadine" jawab gadis itu.

"Astagfirullah.. hiiihh.. kenapa nggak bilang saja dari tadi. Siapa nama panjangmu??" Bang Giras sudah emosi saat baru pertama bertemu Kenes.

"Dewi Kenes Alta Nadine"

"Kalau bukan anak Om Leo, wes tak pithes kowe dek" kata Bang Giras.

"Om ngomong apa?" tanya Nadine tak begitu paham bahasa Bang Giras.

"Kamu cantik"

"Oohh.. kata Papa juga begitu" jawab Nadine dengan wajah polosnya.

Ada senyum geli yang Bang Giras simpan di wajahnya.

Bang Giras melepas jaketnya lalu menyerahkan pada Nadine. "Pakai.. di sini dingin"

"Iiihh Om ini. Mumpung Papa nggak tau lah Om"

"Ada Abangmu, lagi pula saya nggak suka lihat body lempeng macam triplek"

"Apa om bilang?? Jangan sampai Om tergoda lihat body seksi Nadine ya???" ucap kesal Nadine karena ejekan Bang Giras.

"Seksinya begitu, bagaimana jeleknya. Lihat saja saya nggak minat, nggak selera sama sekali"

:

"Kamu sudah makan dek?"

"Sudah om. Tadi di pesawat" jawab Nadine.

"Berhentilah panggil saya Om. Saya ini masih seumuran Abangmu..!!" kata Bang Giras mulai jengah mendapat sapaan Om dari seorang gadis yang umurnya sudah pasti masih di bawah Niken adiknya.

"Iya Mas Gi" Nadine nampak biasa saja tapi tidak dengan Bang Giras yang kembali tersenyum mendengar sapaan yang selama ini terasa asing di telinga. "Hmmm.. Mas, sebenarnya Bang Rey kemana?"

"Mas nggak tau, mungkin sibuk urus pernikahannya sama Anne" jawab Bang Giras.

"Apa Mbak Anne cantik?"

"Iya, cantik sekali" Bang Giras tidak bisa menjabarkan perasaannya saat ini. "Kamu punya pacar??" tanya Bang Giras tak tanggung-tanggung.

"Nadine baru putus Mas." Nadine menunduk dan mengalihkan pandangan membendung matanya yang hampir basah.

"Nikah sama Mas Gi mau nggak??"

"Apa mas?????"

"Kamu.. mau nggak nikah sama Mas Gi? Kamu sudah lulus sekolah khan?" Bang Giras mengulang lagi pertanyaannya. Sungguh ia ingin melupakan lima bulan kebersamaannya dengan Anne. Lima bulan berkesan yang sempat ia pikir Anne akan mengerti perasaannya, tapi cinta tidak bisa di paksakan karena Anne lebih memilih sahabatnya.

"Tapi Nadine nggak cinta sama Mas Gi" jawab Nadine.

"Tidak selamanya cinta dan waktu akan membuat sebuah hubungan menjadi langgeng. Mungkin memang Allah mempertemukan kita dengan cara seperti ini"

"Nadine memang anak-anak, tapi Nadine nggak mau di bercandain begini Mas..!!" kata Nadine kesal.

"Mas Gi nggak bercanda dek, Mas serius."

...

"Apa Rey nggak kembali ke Mess?? Kemana dia?? Pintu kamarnya juga si kunci, terus Nadine tidur dimana?? Niken juga belum pulang, kurang ajar betul itu anak" gumam Bang Giras pusing sendiri.

Bang Giras melihat Nadine tertidur di kursi. Tidak mungkin dirinya membiarkan Nadine tidur di kursi dengan pakaian terbuka. "Kalau Mas belum tobat, kamu pasti sudah jadi bahan praktek biologinya Mas Gi dek" tangannya menutup bagian dada Nadine yang terbuka dengan jaketnya. "Bismillah.. niat Mas Gi baik kok dek"

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!