Tentang aku???
Hidup ku???
Atau mungkin dunia ku???
Tidak ada banyak cerita, semuanya berjalan sebagaimana yang aku inginkan. Tentang keluarga pun tak ada yang begitu istimewa, aku lahir dan mama pergi untuk selamanya dan papa pun menikah lagi. Iya aku tinggal bersama papa, mama tiri dan juga saudara tiri tapi semua itu baik-baik saja karena mama tiri aku bukan mama tiri dalam sinetron-sinetron yang kerap kali di gambarkan sebagai mama yang jahat. Dia begitu baik dan peduli pada ku, begitu pula dengan Rival adik aku.
Aku bekerja sebagai seorang sekretaris pribadi CEO di perusahaan ternama di negeri ini, kalian pasti ngebayangin kalau bos aku itu pria muda, tampan dan juga lajang, udah berhenti menghayal ini hidup aku bukan cerita romantis novel-novel cinta. Bos aku seusia dengan papa yah pertengahan 50-an mungkin dan juga memiliki istri yang begitu cantik serta dua orang anak yang cukup membuatnya darah tinggi setiap kali mereka membuat masalah.
Nama lengkapku Khumaira Azzahra binti Syakil Darman, biasa di panggil dengan nama Ira, dan semua kehidupan normal ku mulai terusik karena kedatangan dirinya, yang dalam sekejap menyulap bahagia ku menjadi petaka yang begitu memusingkan akal sehat ku, mau bagaimana lagi, mengajukan protes sekalipun akan berakhir sia-sia, saat papa telah membuat keputusan maka tidak ada seorang pun yang bisa membantahnya termasuk aku, mama Luna dan juga Rival sekalipun.
Aku tidak tau dari sebalik mana papa melihat kalau keputusannya itu adalah yang terbaik untuk aku, karena sekuat apapun aku mencoba untuk mencari tau baiknya, tetap saja aku tidak bisa menemukannya.
Mungkin jalan terakhir yang harus aku tempuh adalah kabur dari rumah, atau mungkin......?
Sore itu, layaknya rapat keluarga, kami berempat berkumpul di ruang keluarga, dengan tema membujuk papa tuk membatalkan rencana perjodohan antara aku dengan anak temannya.
"Pa, aku bukan lagi anak SMA, aku udah dewasa aku berhak menentukan masa depan aku! pa, ini bukan lagi zamannya Siti Nurbaya, aku nggak mau menikah dengan orang yang sama sekali tidak pernah aku temui!" Protes Ira dengan amarah yang terus dia kendalikan.
"Pa, setidaknya kita dengarkan dulu penjelasan Ira, ini masa depan dia loh pa, dia yang menjalaninya, kalau sejak awal sudah kita mulai dengan paksaan lalu apa papa bisa menjamin kalau nantinya Ira akan bahagia?" Jelas Luna yang sejak tadi memang terus memihak pada Ira.
"Papa nggak sedang musyawarah dengan kalian, papa sudah membuat keputusan dan kalian harus mengikutinya." Tegas Syakil.
"Pa, gimana kalau nantinya menantu kesayangan papa itu justru akan menyiksa kakak? setidaknya pertemukan mereka lebih dulu baru setelahnya papa pertimbangkan kembali keputusan papa!" Jelas Rival yang mulai angkat bicara.
Meski Ira dan Rival tidak terlahir dari rahim yang sama namun ikatan keduanya luar biasa, Ira selalu menjadi andalan bagi Rival, apapun masalahnya Ira lah yang selalu membantu dirinya, Ira adalah orang yang selalu melindungi Rival dalam keadaan apapun.
"Rival, jangan ikut campur, ini bukan urusan anak SMA!" Tegas Syakil.
"Gimana aku nggak ikut campur, ini tentang hidup kakak, aku nggak mau kalau sampai nantinya kakak menderita!" Tegas Rival yang mulai emosi.
"Pa, setidaknya kita ikuti usulan Rival, ayo kita adakan pertemuan lebih dulu." Jelas Luna.
"Ayo pa, setidaknya sekali saja." Pinta Ira.
"Baiklah, papa akan buat janji dengan keluarga mereka tapi keputusan papa tetap, tidak akan berubah meski apapun yang terjadi setelah pertemuannya nanti!" Jelas Syakil dan lekas pergi.
"Huffff! setidaknya kita masih punya waktu untuk memikirkan cara lainnya!" Ungkap Rival lega.
"Hmmm, kakak harap juga gitu! setidaknya kita bisa mencari cara lainnya untuk membatalkan keputusan papa!" Ujar Ira.
"Mama akan berusaha untuk merayu papa agar mengubah keputusannya, semoga saja mama berhasil!" Ujar Luna
"Aamiin!" Jawab Rival dan Ira penuh semangat.
"Kak, gimana dengan abang Vino? apa kakak udah cerita ke dia?" Tanya Rival yang tiba-tiba teringat dengan kekasih kakaknya.
"Belom, kakak nggak bisa cerita, kakak takut dia kecewa dan juga kakak nggak mau meninggalkan dia." Jelas Ira.
"Mama juga nggak setuju dengan keputusan papa mu, jelas-jelas Vino adalah lelaki yang paling baik buat kamu, punya kerjaan, rajin ibadah dan juga baik, mama ingin Vino yang jadi menantu mama." Jelas Luna yang memang sudah begitu dekat dengan kekasih Ira.
"Mama benar, demi abang Vino, ayo kita lawan papa, kalau perlu kakak kawin lari aja sekalian!" Jelas Rival kesal.
"Rival....!" Ujar Luna
"Ya maaf ma, habisnya papa sih!" Cetus Rival.
"Kalu memang buntu, Rival ada benarnya ma!" Ujar Ira.
"Ira....." Tegas Luna yang semakin kesal.
Dan semenjak waktu itu, kami bertiga terus saja berkerja keras untuk memikirkan cara yang tepat agar papa mengubah keputusan sepihaknya.
Dua minggu semenjak hari itu, dan hari ini adalah hari dimana keluarga kami membuat janji untuk bertemu denga keluarga mereka. Papa sudah sepakat untuk menemui mereka di salah satu restauran, dan tepat jam delapan malam kami sudah siap untuk berangkat.
"Ganti baju!" Tegas Syakil saat Ira dan Rival menghampiri mereka teras.
"Nggak mau!" Tegas Rival.
"Bukan kamu tapi kakak mu!" Jelas Syakil.
"Aku? pa, aku nyaman dengan pakaian ini!" Jelas Ira.
"Papa bilang ganti!" Tegas Syakil.
"Ma...." Rengek Ira yang meminta bantuan dari Luna.
"Mas, apa salahnya sih dengan pakaian Ira, biasanya juga penampilan dia gitu kan? udah ntar telat, papa nggak mau kan calon besan kesayangan papa nungguin kita!" Jelas Luna
"Ayo pa berangkat, aku juga udah lapar banget nih!" Jelas Rival yang langsung masuk ke dalam mobil.
"Baiklah, kali ini papa nurut sama kalian!" Jelas Syakil yang langsung masuk ke dalam mobil.
Luna dan Ira pun ikut masuk ke mobil, lalu keluarga tersebut langsung berangkat menuju alamat yang telah mereka janjikan untuk bertemu.
Dua puluh menit berlalu, kini mobil Syakil berhenti di parkiran dan keempatnya langsung keluar.
"Waah pasti mereka keluarga kaya kan pa? restauran yang begitu mewah jadi nggak sabar mau langsung makan!" Ujar Rival setelah menatap gedung restauran yang begitu megah.
"Pantes aja papa ngotot, ternyata orang kaya toh!" Cetus Ira.
"Mas, mas masih waras kan? jangan sampai calon yang papa bicarakan itu seusia papa, atau bahkan lebih tua, mama nggak akan setuju kalau Ira harus menikah dengan lelaki yang lebih cocok di panggilnya papa." Tegas Luna yang mulai was-was.
"Ma, papa nggak gila harta. Papa masih waras, papa nggak akan mungkin menjual putri kita untuk lelaki tua kaya!" Jelas Syakil.
"Papa beneran kan? aku bakal bunuh diri kalau sampai semua itu terjadi!" Tegas Ira.
"Papa yang akan lebih dulu membunuh mu kalau kamu buat ulah!" Jelas Syakil dengan mengusap jilbab Ira.
"Ya udah ayo masuk!" Ajak Luna
"Ayo!" Ujar Syakil lalu keempatnya segera masuk.
Mereka terus saja berjalan menuju meja yang telah menjadi tempat pertemuan dua keluarga tersebut. Di saat mereka terus mencari meja nomor 13 di saat itu pula tiba-tiba Rival berlari mendekati sebuah meja.
"Hai Bro!!!" Seru Ruval saat melihat sahabat karibnya disalah satu meja restauran tersebut.
"Hai..." Sambut sang sahabat dengan penuh semangat.
Keduanya bahkan langsung melakukan salaman khas mereka lalu mengakhirinya dengan saling mengajukan tinju.
"Pak Bima!" Ujar Ira saat mendapati sang bosnya yang duduk semeja dengan sahabatnya Rival, karena memang bos pemilik perusahaan dimana Ira berkerja merupakan ayah dari sahabatnya Rival.
"Selamat datang Ira!" Ujar Bima.
"Bima..." Ujar Syakil
"Selamat malam Syakil!" Ujar Bima yang langsung merangkul tubuh sahabat baiknya.
Syakil bahkan langsung mengisi kursi yang kosong di sebelahnya Bima hingga membuat yang lainnya beralih menatap kearah Bima dan Syakil.
"Pa, bukannya kita ada janji malam ini? Kenapa papa malah duduk di sini?" Tanya Rival kebingungan.
"Kerena papa janjinya sama mereka!" Tegas Syakil yang sontak membuat yang lainnya semakin kebingungan.
🦋🦋🦋🦋🦋
Jangan lupa like n komen ya manteman semuanya☺️
khamsahamida😘😘
Meski masih kebingungan perlahan Luna mengambil tempat di sebelahnya Syakil, sedangkan Ira dan Rival masih saja berdiri dengan terus menatap yang lainnya satu persatu berharap mereka memberi penjelasan atas apa yang sedang terjadi.
"Ira, duduklah dulu!" pinta Bima yang merupakan sang bos di tempat ia bekerja yang juga merupakan sahabat baik papanya.
"Rival, ayo sini duduk!" Ajak Dewi yang tak lain adalah istri Bima.
"Terima kasih tante." Ujar Rival sambil duduk lalu sejenak menoleh kearah sang kakak dan seakan mengirimkan kode agar Ira juga ikut duduk.
Ira yang paham dengan maksud Rival langsung duduk di sebelahnya Luna.
"Jadi yang akan menjadi suami kak Ira adalah Abang Samudra? Kenapa papa nggak bilang sejak awal? Tau gini aku bakal setuju banget, ya kan Bar? Secara hubungan kita semakin erat!" Jelas Rival setelah berekspektasi bahwa yang akan dijodohkan dengan Ira adalah Samudra anak pertama dari keluarga Bima.
"Oh, jadi Sam orangnya? Pastas saja papa begitu kekeh ingin menjodohkan mereka. Ira, kalau Sam orangnya mama setuju banget dengan keputusan papa mu!" Jelas Luna.
"Luna, saya rasa kalian salah paham!" Jelas Bima.
"Salah paham? Terus siapa yang kalian jodohkan?" Tanya Luna.
"Bara! Bara yang akan menikahi Ira." Jelas Dewi.
"Bunda! Apa-apaan ini? Kenapa nggak bicara dulu sama aku? Ini masa depan aku? Dan yang lebih penting aku sama sekali tidak menyukai kak Ira!" Gumam Bara yang langsung bangun dari tempat duduknya.
"Tante, bukannya aku mau ikut campur tapi bukannya anak tante yang sudah siap nikah itu abang Sam, lalu kenapa harus Bara, dia masih seusia aku, kami masih sekolah." Jelas Rival yang bahkan membuat langkah Bara terhenti.
Bara terus saja menatap sang sahabat yang justru lebih mengerti dengan dirinya dibadingkan dengan kedua orang tuanya.
"Rival, kamu belum mengerti dengan dunia itu, banyak hal yang belum kalian ketahui, dan om melakukan semua itu karena om tau ini adalah yang terbaik untuk sahabat dan kakak kamu." Jelas Bima.
"Kalau begitu papa saja yang menikah dengan kak Ira! Jangan paksa aku!" Tegas Bara dan langsung pergi.
"Rival, tolong bujuk sahabat mu itu, tante tau kamu jauh lebih dewasa dari dia, dan semua ini adalah yang terbaik untuk dia!" Jelas Dewi sambil menyentuh lembut bahu Rival.
Sejenak berfikir akhirnya Rival ikut pergi menyusul Bara yang telah lebih dulu meninggalkan mereka. Setelah kepergian Rival kini semua orang yang masih ada di situ langsung menatap kearah Ira yang terlihat jelas masih begitu kebingungan dengan keadaan saat ini.
"Ira, tolong terima permintaan om, menikah lah dengan Bara!" Pinta Bima dengan tatapan yang begitu penuh dengan harapan.
"Ira, tante mohon sama kamu sayang!" Jelas Dewi.
"Sayang, mama harap kamu bisa membuat keputusan yang bijak. Ira, meski Bara masih SMA dan juga kerap kali membuat masalah tapi mama tau kalau hati dia itu baik, dia hanya tidak tau cara menjelasakan perasaannya dengan baik, jadi mama minta kamu bisa memberi keputusan yang tidak akan melukai siapapun dari kita." Jelas Luna.
"Lalu bagaimana dengan perasaan aku? Dan juga keinginan Bara? Kalian juga taukan kalau aku punya pacar dan tidak menutup kemungkinan kalau Bara juga punya kekasih. Ok fine, aku nurut lalu bagaimana dengan perasaan Bara? Dan juga aku jauh lebih tua dari Bara. Tante, om, usiaku sekarang sudah 27 tahun sedangkan Bara dia masih sangat muda, masih banyak hal yang ingin dia capai." Jelas Ira.
"Ira, jika tidak bersama kamu, om takut Bara justru tidak akan bisa mencapai apapun itu, dan om tau kamu tidak ingin Bara menjadi lelaki yang gagal dalam segala hal kan?" Jelas Bima.
"Lalu bagaimana dengan Samudra?" Tanya Luna.
"Dia bisa menjaga dirinya dengan baik." Jelas Dewi.
"Bukan itu maksud aku,,," Sanggah Luna.
"Kalau soal melangkahi, Samudra sama sekali nggak masalah, dia mengizinkannya." Jelas Dewi.
"Ira, apapun keputusan mu, kamu tetap harus mengikuti keputusan papa. Pernikahan ini tetap akan berlangsung dua bulan kemudian, setelah Bara mengikuti ujian semester ganjilnya, maka kalian akan langsung menikah!" Jelas Syakil.
"Pa...."
"Papa beri kamu waktu satu bulan untuk menyelesaikan hubungan kamu dengan Vino, setelah itu papa nggak mau lagi melihat kamu berhubungan dengan lelaki itu." Tegas Syakil.
"Sayang, kali ini saja, dengarkan papa mu ya!" Pinta Luna.
"Beri aku waktu untuk memikirkan semua ini." Jelas Ira dan lekas pergi begitu saja.
"Apa kita terlalu kejam pada Ira? Rasanya aku benar-benar tidak tega mengikat Ira seperti ini!" Jelas Dewi.
"Dewi, semuanya akan baik-baik saja, justru Ira akan bahagia jika bersama Bara." Jelas Syakil meyakinkan.
"Benarkah semuanya akan baik-baik saja?" Tanya Dewi kembali memastikan.
"Hmmmm, semuanya akan baik-baik saja mbak!" Ujar luna lalu menyentuh lembut tangan Dewi membuat keduanya saling memandang dan tersenyum satu sama lain.
_______________
"Apa papa dan bunda sudah gila? Aku masih sekolah lalu kenapa aku yang harus menikah? Kenapa tidak abang saja!" Gumam Bara penuh dengan amarah, ia bahkan membanting vas bunga yang terletak di atas meja.
Sejak tadi Bara memang menunggu kedua orang tuanya di ruang depan, dia terus berusaha menahan amarahnya. Saat kedua orang tuanya masuk suara lantangnya langsung menggema di seluruh ruangan.
"Bara..." Panggil Dewi lalu segera mendekati sang anak bungsu.
"Bunda, aku mohon batalkan pernikahan ini atau nikahkan saja abang, jangan aku!" Pinta Bara setelah memeluk erat tubuh sang bunda.
"Yang akan menikah dengan Ira adalah kamu bukan abang mu." Tegas Bima.
"Pa! Yang harusnya nikah itu abang, bukan aku! Kenapa papa begitu membenci ku, kenapa selalu saja mengekang aku? Segala hal papa tentukan, kenapa abang boleh melakukan semua keinginannya sedangkan aku tidak? Apa aku ini anak tiri papa?" Gumam Bara yang kembali dipenuhi amarah.
"Jadi kamu benar-benar ingin membatalkan pernikahan ini?" Tanya Bima.
"Iya, batalkan semuanya!" Tegas Bara.
"Baik, papa akan membatalkannya tapi dengan dua syarat." Jelas Bima.
"Pa...." Ujar Dewi mencoba menenangkan sang suami.
"Baik, aku terima apapun syarat dari papa, termasuk jika aku tidak akan mewarisi apapun dari papa. Ok fine! Mulai hari ini aku nggak akan lagi menggunakan semua fasilitas dari papa. Papa puaskan sekarang!" Gumam Bara.
"Kamu pikir papa akan mengajukan syarat yang seperti itu? Kamu keluar dari sini lalu dengan mudah kamu akan pulang ke rumah oma mu dan fasilitas? Disana kamu justru akan mendapatkan fasilitas tujuh kali lipat dari yang papa berikan. Bara, papa tidak pernah mengajukan syarat yang seperti itu..." Jelas Bima.
"Lalu? Apa persyaratan papa?" Tanya Bara yang mulai khawatir.
"Sardi, sardi....!" Teriak Bima memanggil sang satpam.
"Iya tuan!" Jawab Sardi yang berlarian menghadap sang mejikan.
"Bawa keluar semua peralatan olah raga dari kamar Bara, semuanya dari mulai baju, sepatu dan juga semua bola kaki yang ada dan satu lagi drum, yah bawa semuanya keluar dan bakar sekarang juga." Perintah Bima.
"Papa jangan bercanda, aku mana bisa hidup tanpa bermain bola dan drum, kenapa nggak sekalian aja papa bunuh aku!" Gumam Bara.
"Pa, tenangkan diri papa, jangan seperti inj!" Pinta Dewi.
"Sardi, lakukan sekarang juga!" Tegas Bima.
"Baik tuan" Jawab Sardi.
"Pa....." Seru Bara yang semakin kalang kabut.
"Mulai malam ini kamu tidak boleh lagi bergabung dengan club bola dan juga band mu itu dan satu lagi berhenti menemui Ratu atau papa akan memecat ayahnya dari kantor papa!" Tegas Bima dan lekas pergi.
"Pa, aku mohon pa! Papa...." Pinta Bara dengan air mata.
Bima bahkan tidak berkutik sama sekali, ia tetap pergi begitu saja, dan perlahan Sardi pun beranjak melaksanakan perintah sang majikan.
"Aku akan menikah! Aku akan menikahi kak Ira, jadi jangan pernah menyentuh semua barang-barang aku, dan juga jangan sakiti Ratu. Aku akan nurut sama keputusan papa." Jelas Bara dan lekas keluar rumah begitu saja.
"Pa,,," Ujar Dewi.
"Ini semua demi kebaikan Bara bunda, jadi papa harap bunda paham dan ngerti dengan semua hal yang papa lakukan!" Jelas Bima lalu merangkul sang istri tercinta.
🦋🦋🦋🦋🦋
Jangan lupa like n komen ya😉😉
Terus langsung di jadiin favorit🤭
Kamsahamida 😘😘😘😘
Gimana??" Tanya Rival yang perlahan turun dari motor lalu duduk lesehan diatas pasir tepatnya di samping Bara.
Sepulang sekolah tadi keduanya memutuskan untuk pergi ke laut, meski masih siang dan begitu panas namun keduanya tetap menikmati suasa laut yang begitu mereka rindukan.
Di atas pasir keduanya duduk dengan kedua kaki yang seakan di cium mesra oleh ombak yang pecah menjadi buih yang indah. Mata keduanya terus saja menatap kearah lautan dengan angin yang seakan bermain nakal dengan rambut mereka.
Sejenak hanya terdiam mendapat pertanyaan dari Rival, dan setelah menghembuskan nafas kasar, akhirnya Bara angkat bicara.
"Tentang perasaan aku? Atau keputusan aku?" Tanya Bara datar.
"Dua-duanya, tentang perasaan mu dan juga keputusan mu. Apapun itu, ceritakan semuanya pada ku!"
"Aku sama sekali tidak mencintai kak Ira, kamu sendiri taukan kalau aku begitu mencintai Ratu, dan soal keputusan aku, aku bahkan tidak punya hak untuk bicara apa lagi membuat keputusan."
"Jadi, kamu akan menuruti keputusan om Bima?"
"Terpaksa, tidak ada pilihan lain!"
'Plaaaaak' Tangan Rival mendarat sempurna di pipi kanannya Bara.
"Bajingan!" Gumam Rival kesal.
"Iya, aku memang bajingan."
"Aku akan cari cara untuk menggagalkan pernikahan ini. Aku tidak ingin kalian terluka, baik kak Ira atau pun kamu." Jelas Rival.
"Sudahlah Rival, percuma, nggak akan ada gunanya. Pada akhirnya kamu justru yang akan tersakiti." Jelas Bara lalu berdiri dan melangkah semakin mendekati deburan ombak.
"Apa om Bima mengancam mu?" Tanya Rival yang masih betah di tempat semula.
"Aku janji aku tidak akan menyakiti kak Ira, apapun yang terjadi aku pastikan dia tidak akan pernah terluka! Dia kakak mu, maka aku akan menjaganya dengan baik, percayalah pada ku!" Jelas Bara tanpa menoleh pada Rival.
"Aku pegang janji mu!" Seru Rival lalu segera menyusul sang sahabat.
"Bagaimana dengan band kita? Apa lagu baru kita sudah selesai?" Tanya Bara yang mengalihkan pembahasan mereka.
"Sedikit lagi, besok kita latihan, nanti aku kabari Gibran.." Jelas Rival.
"Oke!" Ujar Bara dengan senyuman.
____________
Tok tok tok
"Boleh aku masuk?" Tanya Rival dari balik pintu kamar sang kakak.
"Masuk aja!" Jawab Ira dari dalam kamar.
Rival membuka pintu lalu perlahan melangkah masuk dan langsung duduk di dekat Ira yang saat itu sedang duduk di sofa sambil memeriksa beberapa file yang berserakan di atas meja.
"Ada apa sayang? Apa ada masalah? Kamu nggak bikin onar di sekolah kan? Atau di club sepak bola, semuanya baik-baik saja kan?" Tanya Ira memastikan.
"Ini bukan tentang aku, tapi tentang kak Ira!" Jelas Rival.
"Apa ini ada hubungannya dengan perjodohan kakak dengan sahabat mu itu?" Tanya Ira.
"Apa kakak sudah membuat keputusan?" Tanya Rival.
"Apapun keputusan kakak pada akhirnya kakak tetap harus menikah dengan dia kan? Jadi percuma."
"Kak, tolong jaga Bara dengan baik, meski terlihat kasar dan bar bar, sebenarnya dia anak yang baik dan perhatian."
"Apa sekarang kamu memihak padanya?"
"Aku sama sekali tidak berpihak pada siapapun. Kakak adalah wanita yang aku sayangi dan juga begitu aku hormati sedangkan Bara adalah sahabat terbaik aku sejak SMP dulu, aku mengenal dia dengan sangat baik jadi tau bagaimana dia sebenarnya. Kak, jadi lah istri yang baik untuk Bara, janji sama aku kalau kakak akan bahagiain dia." Jelas Rival dengan wajah yang begitu serius bahkan kedua tangannya menggenggam erat tangan Ira.
"Apa kamu yakin kalau sahabat mu itu tidak akan menyakiti kakak?"
"Hmmm aku yakin, aku yakin kak!"
"Baiklah kakak janji, kakak akan memperlakukan dia sama seperti kamu, akan kakak jaga dan sayangi dia seperti kakak menyayangi mu." Janji Ira.
"Terima kasih kak, terima kasih banyak!" Ucap Rival yang langsung memeluk erat rubuh Ira.
(Baiklah Rival, kakak percaya sama kamu. Dan jika sudah kamu yang meminta maka kakak benar-benar tidak lagi bisa menolak. Kamu tau sendiri kan kalau kakak tidak pernah bisa mengatakan tidak pada semua permintaan mu. Semoga kayakinan kamu itu benar adanya, kakak menyayangi mu, Rival.) Ungkap hati Ira dengan tangan yang terus mengusap lembut punggung lebar milik Rival yang kini berada dalam dekapannya..
_______________
"Aku akan menikah!" Jelas Ira.
Resi yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya seketika langsung syok mendengar penjelasan dari Ira. Sejak beberapa menit yang lalu keduanya memang sedang rebahan diatas tempat tidur milik Resi.
Sejak SMA keduanya adalah sehabat dekat, terlebih saat ini keduanya juga bekerja di kantor yang sama meski di posisi yang berbeda. Resi adalah seorang gadis yang baik, setia dan juga begitu pengertian. Resi hanya tinggal besama seorang bibi yang menjaga dan merawatnya sejak SMA karena kedua orang tua Resi harus tinggal di luar kota karena pekerjaan mereka. Sejak dulu Ira kerap kali mondar-mandir ke rumah Resi dan menghabiskan waktu bersama, ntah itu hanya sekedar nonton bareng, ngerjain tugas atau bahkan sekedar berbagi cerita, sehingga hubungan yang mereka bina melampoi segalanya.
Saat SMA Resi pernah di rawat selama satu minggu karena menyelamatkan Ira dari tabrakan mobil, dan sebaliknya Ira pernah di bawa ke kantor polisi karena berkelahi dengan cowok yang terus menguntit Resi.
"Nikah? Kamu yakin?" Tanya Resi yang bahkan langsung bangun.
"Hmmmm, dua bulan lagi aku akan menikah." Jelas Ira yang masih saja berbaring dan terus bermain dengan ponselnya.
"Jangan bercanda!" Gumam Resi yang langsung menarik tubuh Ira untuk duduk.
"Aku nggak masalah saat kamu pacaran sama Vino, tapi tidak untuk menikah. Ra, dia bukan pria baik-baik, aku nggak setuju kamu menikah dengan lelaki yang pura-pura baik tapi nyatanya buaya darat." Gumam Resi penuh amarah.
"Benar aku akan menikah, tapi bukan dengan Vino. Dan aku nggak tau dari sisi mana kamu melihat Vino sampai kamu begitu membencinya."
"Ra, aku tau gimana Vino sebenarnya. Sudahlah percuma aku ngejelasin panjangan lebar toh kalau sudah dimabuk cinta kamu akan buta. Tapi...."
"Iya Re, bukan dengan Vino!" Jelas Ira saat Resi mulai terdiam dan larut dalam pikirannya yang entah sedang diserang oleh syaitan mana.
"Bukan Vino, waaaaah aku lega banget!" Ujar Resi yang terlihat jelas begitu senang.
"Dasar maniak!" Cetus Ira dan kembali rebahan.
"Tunggu!" Cegah Resi dan kembali menarik tubuh Ira untuk duduk.
"Lalu siapa lelaki itu? Apa dia tampan? Kaya? Terus apa dia CEO? Polisi? TNI? Pilot? Actor? Idol?"
"Jangan gila!"
"Terus siapa? Kenalkan aku padanya!"
"Tidak perlu aku kenalkan toh kamu sudah mengenalnya!"
"Apa mungkin Faisal? Guru olah raganya Rival, secara dia kan satu kelas sama kita saat SMA, dan dia jelas menyukai mu! Atau mungkin pak Michel? Orang yang paling keren di kantor kita, atau...jangan bilang itu anak pak Bima, waaaaah lelaki idaman wanita seluruh dunia, jadi pak Sam orangnya?"
Tangan Ira langsung menjitak kepala Resi berharap sang sahabat berhenti berhayal terlalu tinggi.
"Jika salah satu dari mereka orangnya maka aku tidak akan sekacau ini."
"Lalu siapa? Siapa?"
"Bara, temannya Rival."
"What??? Bara? Bukannya dia masih SMA? Dia sahabat ayang ValVal, so pasti masih SMA dong, kamu gila mau menikahi bocah SMA?"
"Ciiiih ayang ValVal, geli aku dengarnya, sampai kiamat pun aku nggak sudi adik kesayangannya aku di nistakan sama maniak!" Cetus Ira yang memang selalu saja kesal saat mood Resi berubah menjadi lebay dan terobsesi pada adiknya.
"Hahhhh! Aku rasa ini karma!"
"Karma dari mananya?" Tanya Ira kebingungan.
"Karena karena selalu ngeledekin perasaan aku buat ayang ValVal!" Seru Resi.
"Dasar maniak gila!" Gumam Ira yang bahkan langsung melempari Resi dengan bantal, dan perang bantal pun kembali terjadi
"Mak lampir!" Gumam Resi yang langsung membalasnya.
Setelah beberapa menit pertempuran berlangsung membuat nafas keduanya ngos-ngosan, sejenak terdiam lalu perlahan Resi mendekap erat tubuh sahabat baiknya.
"Selamat bahagia Ra. Aku yakin, ini adalah pilihan terbaik untuk hidup mu. Bahagia selalu belahan jiwa ku!" Ucap Resi yang seketika langsung mewek.
"Hmmmmm" Ujar Ira disela-sela air matanya.
🦋🦋🦋🦋🦋
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!