Debora dan Steven berencana menikah di rumah orang tua Debora namun resepsi pernikahan mereka di hotel mengingat keluarga besar Steven adalah keluarga yang lumayan terpandang dan rasanya malu jika mengadakan pesta pernikahan di rumah kecil.
Mereka berempat berjalan dengan langkah cepat menuju ke arah kamar hotel nomer 808 dimana besok malam akan digunakan untuk kamar pengantin Debora dan Steven.
Brak
Deren membuka paksa kamar 808 dan matanya langsung membulat sempurna begitu pula dengan Debora dan ke dua orang tuanya. Bagaimana tidak, mereka melihat Valen dan Steven sedang melakukan hubungan suami istri dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun.
Steven sangat terkejut dengan kedatangan mereka membuat mereka menghentikan kegiatannya sedangkan Valen yang sudah tahu akan kedatangan ke dua orang tuanya pura - pura terkejut dan langsung menutupi tubuh polosnya dengan menggunakan selimut.
Dalam hati, Valen sangat bahagia karena bisa menggagalkan rencana kakak tirinya untuk menikah dengan Steven pria yang dicintainya karena Steven banyak uang.
Steven dengan cepat mengambil celana boxer nya dan langsung memakainya sedangkan Deren yang sangat kesal karena Steven melukai perasaan gadis yang sangat dicintainya membuat Deren berjalan ke arah Steven.
Bugh
"Ini hukuman untuk laki - laki breng**k sepertimu," ucap Deren sambil memukul Steven membuat Steven terhuyung ke belakang karena belum ada persiapan.
Bugh
"Ini akibat melukai perasaan Debora," ucap Deren sambil memukul kembali wajah Steven.
Cihhhhh
"Bagaimana denganmu?" tanya Steven sambil menatap tajam ke arah Debora dan Deren.
"Apa maksudnya dengan kami?" tanya Deren.
"Bukankah, kalian juga melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan saat ini?" tanya Steven dengan wajah sinis.
Plak
Debora yang mendengar ucapan Steven menampar wajah Steven dengan keras membuat Steven marah dan ingin membalas tamparan Debora dengan mengangkat tangan kanannya ke atas.
Grep
"Jangan pernah sekali - kali menampar atau pun menyakiti Debora," ucap Deren dengan nada dingin sambil menahan tangan Steven agar tidak menampar Debora.
Bruk
Deren mendorong tubuh Steven membuat Steven terhuyung ke belakang karena belum ada persiapan.
"Aku tidak pernah menyangka kalian berdua sangat tega menyakiti perasaanku," ucap Debora dengan berlinangan air mata.
Debora melepaskan cincin tunangan sewaktu mereka bertunangan dan melemparkan ke wajah Steven.
"Pernikahan kita batal dan semoga kalian bahagia," ucap Debora dengan wajah penuh kecewa.
Tanpa sadar Debora menarik tangan Deren untuk meninggalkan ruangan tersebut
"Tunggu dulu Debora," panggil ibu tirinya ketika melihat Debora ingin pergi meninggalkan ruangan tersebut karena mendapatkan kode dari Valen.
Debora menghembuskan nafasnya dengan perlahan sambil menghentikan langkahnya tanpa membalikkan badannya.
"Ada apa Bu?" tanya Debora.
"Kamu tahu, putriku juga korban dari ulah mu," ucap ibu tirinya.
"Apa korban?? Apa aku tidak salah mendengarnya?" tanya Debora sambil membalikkan badannya menatap ibu tirinya.
"Ya korban, gara - gara kalian berdua selingkuh makanya Steven mencari pelarian melalui putriku karena itu kalian harus menikah terlebih undangan sudah tersebar jadi jangan membuat kami malu," ucap ibu tirinya.
("Syukur rin kamu Debora, kamu menikah dengan pria miskin sedangkan putriku menikah dengan pria kaya dan ayah kandungmu akan semakin membencimu," ucap Ibu tirinya dalam hati).
("Akhirnya aku akan menikah dengan pria kaya sedangkan kakak ku yang malang menikah dengan pria miskin," ucap Valen dalam hati).
"Untuk putriku Valen menikah dengan Steven karena Steven harus bertanggung jawab dengan putriku karena sudah melakukan hubungan suami istri," ucap Ibu tirinya.
"Aku dan kak Deren tidak berselingkuh dan kami tidak saling mencintai jadi aku menolak menikah dengan kak Deren," ucap Debora dengan tegas.
Deg
Entah kenapa jantung Deren berdetak kencang bukan karena jatuh cinta tapi kecewa dengan ucapan Debora tapi Deren berusaha menyembunyikan rasa kecewanya.
"Kalian harus menikah karena kalian sudah mempermalukan keluarga kami dengan cara kalian berselingkuh padahal jelas - jelas kalau Debora sebentar lagi akan menikah dengan Steven." ucap Ibu tirinya.
("Kalian harus menikah jika tidak bisa menjadi boomerang untuk putriku jika Steven tidak mencintai putriku," ucap Ibu tirinya dalam hati).
"Tapi ...." ucapan Debora terpotong oleh ayah kandungnya.
"Apa yang dikatakan oleh Ibu mu benar adanya mulai besok kalian berempat sudah menikah dan tidak bisa di ganggu gugat," ucap ayah kandungnya sambil berjalan meninggalkan kamar tersebut dengan diikuti oleh istrinya.
Tiba - tiba Deren menarik tangan Debora dan pergi meninggalkan ruangan tersebut karena malas melihat mereka berdua membuat Steven menahan amarahnya terhadap mereka berdua.
"Sayang kita lanjutkan yang tadi," ajak Valen.
"Aku tidak minat untuk meneruskannya," jawab Steven dengan nada dingin sambil berjalan ke arah kamar mandi.
("***Si*l padahal aku sudah menyerahkan harta berhargaku tapi perasaan Steven masih ke Debora padahal rencana ku untuk menjebak Steven dan menggagalkan rencana pernikahan besok sudah berjalan dengan lancar tapi kenapa perasaan Steven masih ada untuk Debora," ucap Valen dalam hati sambil menahan amarahnya terhadap Debora).
("Hampir lupa aku harus menghapus panggilan ke Debora kalau tidak rencana ku akan ketahuan dan bisa saja kami tidak bisa menikah," ucap Valen dalam hati***).
Tanpa membuang waktu Valen mengambil ponsel milik Steven yang tergeletak di kolong tempat tidur kemudian menghapus panggilan keluar setelah selesai Valen menyimpan ponsel milik Steven di saku jasnya.
"Sudah beres, tinggal mencari cara agar perasaan Steven hanya untukku bukan untuk Debora," ucap Valen sambil duduk di ranjang sambil menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
Ceklek
Steven membuka pintu kamar mandi dengan mengunakan jubah handuk kemudian berjalan ke arah jas miliknya yang tergeletak di lantai lalu menghubungi anak buahnya. Setelah selesai Steven meletakkan ponselnya di meja.
"Aku akan bertanggung jawab menikah denganmu karena aku telah mengambil kehormatan mu yang berharga tapi kamu harus menandatangani surat perjanjian kontrak pernikahan," ucap Steven dengan nada dingin sambil memberikan kertas kosong.
"Aku tidak setuju dan aku tidak akan mau menandatangani surat perjanjian kontrak pernikahan apalagi kertas itu kosong," jawab Valen yang menolak permintaan Steven dengan nada tegas.
"Tanda tangani atau pernikahan besok batal," ancam Steven.
"Tapi ..." ucapan Valen terpotong oleh Steven.
"Tidak ada tapi - tapian tanda tangani atau pernikahan besok batal," ancam Steven.
Dengan wajah kesal Valen menandatangani surat kosong tersebut kemudian Steven menatap tajam ke arah Valen.
"Pakai pakaianmu dan pergi dari sini," ucap Steven dengan nada dingin.
"Aku mau ke kamar mandi dulu," ucap Valen.
Steven hanya menganggukkan kepalanya membuat Valen menahan amarahnya. Valen berusaha turun sambil menahan perih pada bagian privasinya menuju ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Akhhhhhhhh... Si*l jika aku menikah dengan Valen keenakan Debora dan laki - laki itu," ucap Steven.
"Ini semua salah Valen, awas kamu Valen akan aku buat hidupmu seperti di neraka," ucap Steven dengan rahang mengeras menahan amarahnya.
Di tempat yang sama hanya berbeda ruangan Debora dan Deren duduk di pojok restoran tersebut sambil menunggu pesanan minuman dan cemilan mereka.
"Kakak tahu kalau kamu tidak mencintaiku tapi kamu jangan kuatir setelah kita menikah kakak tidak akan menyentuhmu selama kamu tidak mengijinkannya." ucap Deren.
("Asalkan kamu setia dan menjadi istriku itu sudah cukup bagiku," sambung Deren dalam hati).
"Apakah kak Deren serius tidak akan menyentuhku jika aku tidak menyetujuinya?" tanya Debora.
Entah kenapa ketika mengatakan itu hati Debora terasa sakit begitu pula dengan Deren.
"Kakak serius, jika kamu merasa tidak yakin kita tidur di kamar berbeda," ucap Deren.
Debora menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Aku percaya dengan kak Deren dan Debora harap kak Deren jangan menyalahgunakan kepercayaan yang aku berikan," ucap Debora.
"Terima kasih kamu percaya dengan kakak," ucap Deren.
("Aku akan buat kamu jatuh cinta padaku dan aku akan melindungi mu dari ke dua wanita ular itu termasuk Steven yang ingin menyakitimu," sambung Deren dalam hati).
Debora dan Deren saling terdiam dan tidak berapa lama pelayan restoran datang sambil membawa minuman dan cemilan. Mereka mengambil cemilan dan sekali - kali mereka minum tanpa ada yang bicara sedikitpun.
Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing - masing tanpa menyadari dua pasang mata menatap Debora dengan kebencian siapa lagi kalau bukan Ibu tirinya dan adik tirinya.
"Bu, enak banget kak Debora," ucap Valen dengan wajah cemberut.
"Enak apanya? Dia dapat pria miskin sedangkan kamu dapat pria kaya," ucap Ibu nya.
"Iya sih tapi kan calon suaminya sangat perhatian dan sepertinya pria itu sangat sayang dengan kak Debora," jawab Valen yang selalu iri dengan Debora.
"Buat apa perhatian kalau pria itu miskin masih mendingan dirimu calon suamimu tampan dan kaya raya," ucap Ibunya.
"Tapi Bu, kak Steven memintaku menandatangani surat perjanjian tapi isinya masih kosong," keluh Valen.
"Apa maksudmu Valen? Kamu tanda tangani kertas kosong dan kamu setuju?" tanya Ibunya memperjelas ucapan putri semata wayangnya.
"Iya Bu dan Valen terpaksa menanda tanganinya," jawab Valen.
"Dasar anak bo doh, kenapa kamu tanda tangani ?" tanya Ibunya dengan nada kesal.
"Jika Valen tidak tanda tangani maka pernikahan kami bakalan batal," jawab Valen sambil menahan amarahnya terhadap Steven.
"Si*lan Steven berani mengancam putriku," ucap Ibunya sambil menahan amarahnya.
"Apa yang harus kita lakukan Bu?" tanya Valen .
"Kita harus bisa merebut kertas kosong yang kamu tanda tangani dari tangan Steven karena Ibu ingin menikmati harta milik Steven," ucap Ibu nya.
"Benar kata Ibu, kita harus bisa merebut surat itu karena aku juga lelah hidup miskin," ucap Valen.
"Kalau begitu lebih baik kita pulang karena besok hari pernikahan mu dengan Steven. Kamu harus berdandan cantik jangan sampai kalah dengan Debora," ucap Ibu nya.
"Baik Bu," jawab Valen.
Ke dua wanita itu pergi meninggalkan tempat tersebut dan tanpa sepengetahuan mereka berdua sepasang mata menatapnya dengan tatapan tajam.
"Aku sudah menduga kalau kalian hanya ingin hartaku dan aku merasa kalian membohongi aku dengan sengaja menjebak aku agar aku menikah dengan mu. Awas saja kalian akan aku balas dua kali lipatnya yang kalian lakukan padaku selain itu aku akan merebut Debora dari tangan pria miskin itu," ucap Steven sambil menahan amarahnya.
"Aku tidak perduli jika Debora sudah kehilangan harta berharganya karena aku masih mencintai Debora," sambung Steven kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.
xxxxxxxx
Tidak terasa waktu cepat berlalu dan kini Steven akan menikah dengan Valen adik tiri dari Debora sedangkan Debora menikah dengan Deren.
Semua tamu undangan sudah berkumpul di rumah milik orang tua Debora untuk melihat dua pasang pengantin yang sedang berbahagia.
("Si*l, kenapa kak Debora lebih cantik dariku, baik wajahnya, hiasannya dan gaun pengantin yang digunakannya," ucap Valen dalam hati)
("Si*l, putriku yang cantik kehilangan pesonanya gara - gara kedatangan wanita yang tidak punya malu itu," sambil berfikir mencari cara agar mempermalukan Debora).
("Si*l, kenapa aku baru tahu kalau Debora ternyata sangat cantik dan seksi ketika memakai gaun pengantin. Bagaimana caranya aku akan merebut Debora dari pria miskin itu," ucap Steven dalam hati).
("Awas kalian berdua, akan aku buat Valen menjadi pelayan di mansion ku," sambung Steven dalam hati sambil menatap calon istrinya dengan tatapan kebencian).
("Kenapa Steven menikah dengan gadis yang tidak punya sopan santun? Juga itu Debora kenapa juga selingkuh dengan pria miskin itu padahal jelas - jelas putraku sangat kaya di kota ini,'' ucap Ibu nya Steven menatap Debora dengan wajah kecewa).
("Seandainya putraku bisa menahan diri maka tidak mungkin menikah dengan wanita ular itu karena aku tahu Debora adalah korban fitnah dan keserakahan Ibu tirinya," ucap Ayah nya Steven sambil menatap Valen dan besannya secara bergantian dengan penuh kebencian).
"Bu, bukankah anak tiri mu Debora menikah dengan tuan Steven kenapa jadi menikah dengan pria itu?" tanya tetangganya yang usil.
"Memang benar itu karena Debora selingkuh dengan pria miskin jadi untuk menutup malu keluarga kami akhirnya putriku berkorban untuk keluarga kami dengan cara merelakan dirinya menikah dengan Steven," jawab Ibu nya Valen berbohong.
"Sungguh memalukan," cibir tetangganya.
"Kenapa acara pernikahannya disatukan? lebih baik tidak usah disatukan keenakan cowoknya," sambung tetangga satunya.
"Iya benar kenapa mesti disatukan?" tanya tetangganya satunya yang juga ikut julid.
Mereka pun sibuk bergosip membuat Deren menggenggam ke dua tangannya dengan erat menahan amarahnya. Berbeda dengan Steven, Steven diam saja ketika orang sibuk bergosip menjelekkan Debora dan Deren.
Steven hanya melirik ke arah Ibunya Valen dan Valen yang tersenyum puas karena berhasil menjelekkan Debora.
('Tersenyumlah dengan puas karena malam ini penderitaan mu akan segera di mulai,' ucap Steven dalam hati).
Tiga jam kemudian acara pernikahan sudah selesai dan para tamu undangan satu persatu pulang ke rumah masing-masing karena acara selanjutnya resepsi pernikahan di hotel.
Steven berjalan ke arah mobil dan diikuti oleh orang tua Steven, Valen dan ke dua orang tuanya menuju ke arah mobil.
"Kalian bertiga naik mobil satunya karena aku ingin duduk di mobil bersama ke dua orang tuaku," ucap Steven pada Valen dan ke dua orang tua Valen dengan nada dingin.
"Kita kan sudah resmi menikah, kenapa aku tidak boleh satu mobil dengan suamiku?" tanya Valen dengan nada kesal.
"Ikut denganku, maka acara resepsi pernikahan di hotel batal," ancam Steven sambil menatap Valen dengan tajam.
"Nak Steven, apa tanggapan orang kalau putri kami tidak bersama denganmu?" tanya Ibunya Valen sambil menahan amarahnya.
"Terserah kalian jika kalian tetap memaksa ikut kami maka aku tidak akan segan-segan membatalkan resepsi pernikahan," ancam Steven kembali.
"Jhonny, antar kan mereka ke hotel," perintah Steven.
"Baik tuan," jawab bodyguard tersebut.
"Sudahlah, lebih baik kita mengalah Bu," ucap Valen sambil menahan kesal terhadap Steven.
Ke dua orang tuanya menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian mereka bertiga naik mobil yang berbeda sambil menahan amarahnya terhadap Steven.
xxxxxxxx
Tamu undangan satu persatu datang dan memberikan ucapan selamat atas pernikahan Valen dengan Steven namun ketika mereka ingin mengucapkan selamat ke Deren dan Debora maka Ibu tirinya langsung menjelekkan mereka berdua hingga mereka membatalkan untuk memberikan ucapan selamat.
Bukan itu saja semua orang kantor di mana Debora dan Deren berkerja tidak luput dari ucapan pedas yang ditujukan ke Debora dan Deren hingga tidak ada satupun yang memberikan ucapan selamat malah mendapatkan tatapan sinis dari para teman kantornya.
Steven yang mendengarnya hanya diam saja dan menatap ke arah Debora dengan datar dan tidak mengambil tindakan apa yang dilakukan dan dikatakan Ibunya Valen ke tamu undangan.
("Seandainya saja kamu tidak menikah dengan Deren, aku pasti akan membelamu dari mulut Ibu tiri mu. Terlebih ketika aku melihatmu begitu sangat bahagia menikah dengan Deren membuat darahku mendidih," ucap Steven dalam hati).
Steven bisa melihat dengan jelas bagaimana Deren memeluk Debora mantan calon istrinya dari arah samping dan saling berbisik membuat darah Steven mendidih hingga Steven memalingkan wajahnya ke arah samping.
Valen yang melihatnya sangat senang karena Ibunya berhasil menjelekkan Debora dan sekaligus dirinya sangat senang karena dirinya sudah menjadi Nyonya Steven. Pria terkaya dan pria tertampan di kota itu di mana para gadis dan wanita berlomba-lomba untuk mendapatkan Steven.
"Kak Deren, lebih baik kita pulang saja," ucap Debora yang sangat kecewa sekaligus marah terhadap Ibu tirinya.
"Ok, jawab Deren yang mengerti akan kesedihan Debora.
Debora dan Deren pergi meninggalkan tempat pesta pernikahan tersebut menuju ke parkiran mobil.
Di tempat yang berbeda di mana pengantin baru siapa lagi kalau bukan Steven dan Valen yang masih berada di dalam hotel tersebut. Steven menatap kepergian Debora dan Deren dengan wajah yang tidak bisa di tebak, wajah yang tidak memiliki ekspresi.
("Debora, Deren, Valen dan ke dua orang tuanya, aku akan menghukum kalian satu demi satu karena kalian telah berani menyakiti perasaanku. Terlebih Debora kamu sudah mengkhianati diriku maka bersiaplah menerima hukumanku yang tidak pernah kamu bayangkan," ucap Steven dalam hati).
Steven menggenggam erat ke dua tangannya untuk menyalurkan kemarahannya hingga buku-buku jarinya memutih.
"Nak Steven, kan sudah menikah dengan putriku," ucap Ibunya Valen sambil tersenyum bahagia ketika para tamu undangan sudah mulai berkurang.
"Lalu?" tanya Steven dengan nada dingin.
"Ibu dan Ayah, bolehkan tinggal di rumahmu?" tanya Ibu nya Valen penuh harap.
"Boleh saja," jawab Steven sambil tersenyum menyeringai.
Ke dua orang tua Steven ingin membuka mulutnya kalau mereka ingin mengatakan ke Steven untuk tidak mengijinkan mereka tinggal namun Steven memberikan kode ke arah mereka hal itu membuat ke dua orang tuanya tidak jadi mengatakannya.
"Terima kasih nak Steven, nak Steven memang baik," puji Ibunya Valen.
"Tentu saja, aku sangat lelah ingin tidur di hotel ini," ucap Steven sambil berjalan ke arah pintu lift diikuti oleh ke dua orang tua Steven, istrinya yang bernama Valen dan ke dua orang tuanya Valen.
"Ibu dan Ayah, lebih baik pulang ke rumah dan ambil semua barang karena besok pagi sopirku akan datang menjemput Ibu dan Ayah," ucap Steven dengan nada lembut namun dalam hatinya ingin memaki ke dua orang tua yang tidak tahu malu.
"Baiklah, kami akan pulang dulu untuk mengambil barang kami," ucap Ibunya Valen sambil tersenyum bahagia.
"Ayo Ayah kita pulang karena besok kita tinggal di rumah yang besar dan tidak sempit lagi," ucap istrinya sambil menarik tangan suaminya tanpa punya rasa malu sedikitpun.
Mereka bertiga tidak tahu kalau sebentar lagi mereka akan mengalami kejadian yang tidak bisa dilupakan seumur hidup mereka.
"Ayo Bu, Ayah juga tidak sabar," jawab suaminya.
Tanpa berpamitan mereka langsung pergi meninggalkan tempat tersebut sedangkan Steven menatap ke arah ke dua mertuanya dengan tatapan kebencian.
("Gara - gara kalian Debora menikah dengan pria miskin itu dengan cara menjebakku memberikan obat perang sang," ucap Deren dalam hati sambil menahan amarahnya).
("Akan aku buat kalian menderita dan menyesal karena menikah dengan ku," ucap Steven dalam hati).
("Debora, bagaimana caranya kamu harus menjadi milikku dan aku akan menyiksamu karena telah berani mengkhianati ku," ucap Steven dalam hati).
Tanpa di sadari oleh keluarga Valen dan Debora kalau Steven adalah seorang psychopath yang sangat suka menyiksa orang terlebih orang yang telah menyakiti hatinya mengikuti sifat ke dua orang tuanya yang juga sama-sama psychopath.
Steven menekan tombol lift dan tidak berapa lama pintu lift terbuka lalu mereka masuk ke dalam kotak persegi empat.
Di dalam lift, Valen tidak berhenti tersenyum karena dirinya kini menjadi Nyonya Steven. Keluarga yang sangat kaya raya dan disegani di kota tersebut. Valen mengkhayal dirinya dan Ibunya berfoya - foya menghabiskan uang Steven.
("Tersenyum lah terus karena setelah kamu berada di kamar maka penderitaan mu akan di mulai," ucap Steven dalam hati sambil tersenyum jahat).
("Sepertinya putra ku sudah mempunyai rencana untuk wanita yang tidak tahu diri, Syukurlah jadi aku tidak perlu menasihati nya," ucap Ibu nya Steven).
("Sifat Steven sama seperti diriku, semua wanita yang mencoba mengkhianati maka hukuman nya adalah siksaan dan berakhir dengan ke ma ti an," ucap Ayahnya Steven dalam hati).
Ting
Pintu lift terbuka mereka keluar dari ruangan persegi empat tersebut dan berjalan ke arah kamar mereka masing-masing. Steven mengambil kartu akses dari saku jasnya kemudian menempelkan di pintu.
Klik
Terdengar suara pintu terbuka membuat Steven mendorong pintu tersebut dan masuk ke dalam kamar dengan diikuti Valen. Mata Valen membulat dengan sempurna karena biasanya kamar pengantin semuanya bernuansa putih namun yang dilihatnya sekarang semuanya bernuansa hitam.
Grep
"Kak Steven, kenapa semua serba hitam?" tanya Valen sambil memeluk suaminya dari arah belakang.
Bruk
"Akhhhhhhhh..." teriak Valen
Steven yang sangat membenci Valen mendorong Valen dengan kasar membuat Valen terkejut dan terjatuh di lantai bersamaan Valen berteriak.
Steven berjalan ke arah Valen kemudian berlutut sambil mengarahkan tangannya ke arah rahang Valen.
"Aku sangat suka dengan warna hitam jadi jangan pernah protes." ucap Steven kemudian menarik tangannya.
Steven kembali berdiri kemudian mengambil tisu yang berada di meja dan men lap nya. Setelah selesai Steven melempar bekas tisu tersebut ke arah wajah Valen.
"Satu lagi, jangan pernah menyentuh tubuhku ataupun menyentuh semua barang - barang kesayangan ku jika tidak aku tidak akan segan - segan menghukum dirimu,'' ucap Steven dengan nada dingin dan tegas.
"Bukankah kita sudah menikah? Kenapa aku tidak boleh menyentuh kak Steven?" tanya Valen dengan nada protes.
"Aku terpaksa menikah denganmu untuk membalas dendam atas apa yang kalian lakukan pada Debora selama ini," ucap Steven.
("Asal kamu tahu, kalau pernikahan kita itu palsu karena orang yang menikahkan kita adalah orang ku," sambung Steven dalam hati).
"Perempuan mu ra han itu lagi, kenapa sih kak Steven membela wanita yang tidak punya rasa malu itu?" tanya Valen dengan nada setengah oktaf sambil berdiri.
Plak
"Jangan pernah menghina Debora, cukup aku yang boleh menghina nya," ucap Steven sambil menampar pipi mulus Valen.
Tamparan Steven yang keras membuat wajah Valen berpaling ke arah samping hingga terlihat dengan jelas gambar tangan Steven di wajah Valen selain itu sudut bibir Valen menjadi pecah dan mengeluarkan darah segar.
"Debora ... Debora ... Aku sangat membenci DEBORA!!!" teriak Valen sambil menahan rasa perih pada pipinya.
Plak
"Jangan pernah memaki Debora di depanku, jangan berteriak di depan ku dan jangan pernah memanggil ku dengan sebutan kak Steven tapi panggil aku dengan sebutan tuan muda karena kamu adalah pelayan ku yang mengurus semua kebutuhan ku kecuali hubungan suami istri karena aku tidak sudi melakukannya," ucap Steven sambil menatap Valen dengan tatapan mem bu nuh kemudian menampar Valen kembali.
Valen hanya bisa menggenggam ke dua tangannya dengan erat menahan amarahnya terhadap Debora.
("Sia*an kenapa setelah kami menikah kak Steven masih saja memikirkan wanita yang tidak punya malu itu," ucap Valen dalam hati).
Steven kembali mengambil tissue dan men lap tangan kanannya karena tadi habis menampar Valen kemudian membuang tisu tersebut ke arah wajah Valen membuat Valen memejamkan matanya.
"Aku sangat alergi bersentuhan dengan wanita mu ra han termasuk kamu jadi jangan pernah sekali-kali menyentuh ku apalagi menyentuh barang berharga ku kecuali aku yang menyuruhmu," ucap Steven
"Bekas tisu, langsung di buang tong sampah, cepat!!!" teriak Steven.
Tanpa menjawab Valen mengambil bekas tissue dengan wajah jijik membuat Steven menampar Valen kembali.
Plak
"Aku paling benci, orang kerja sepertimu jadi cepat buang tisunya!!" Perintah Steven.
"Oh ya satu lagi setiap aku menyuruhmu jawab baik tuan jika tidak aku akan menghukum dirimu baik berupa tamparan dan bisa juga siksaan lainnya," sambung Steven sambil kembali mengambil tissue untuk men lap tangannya.
Setelah selesai tissue tersebut di buang ke wajah Valen membuat Valen kembali memejamkan matanya sambil menahan amarahnya.
"Baik tuan muda," jawab Valen sambil tersenyum walau dalam hatinya ingin mem bu nuh nya.
("Kalau seandainya aku tahu akan begini jadinya, aku tidak akan mau menikah dengan pria gi*a ini," ucap Valen dalam hati sambil mengambil tissue kotor dan membuangnya ke arah sampah).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!