NovelToon NovelToon

VAMPIRE LOVE TRAP

Tersesat

Mata indah gadis  cantik itu mulai mengembun kala memungut pecahan piring di atas lantai. Air matanya kian mengalir kala mengingat semua perlakuan kasar dari kedua orang tua angkatnya tersebut. 

Hatinya begitu sakit dan menderita setiap kali mendapat perlakuan kasar dari keduanya. Tak ada salah apapun yang Claudia lakukan di rumah itu, namun tetap saja kedua orang tuanya akan berusaha menyiksanya setiap kali ada celah.

"Kau bahkan tak becus memungut pecahan piring itu! Dasar anak bodoh!" kepala Claudia dipukul dengan keras oleh wanita yang selama ini ia panggil sebagai ibu.

Sakit sudah pasti Claudia rasakan saat ini. Hampir setiap hari ia mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya dan adiknya pun hanya menertawakannya dengan keras seolah puas melihat dirinya yang sangat menderita.

Claudia tahu bahwa ia bukanlah anak kandung dari pasangan suami istri yang ia panggil dengan sebutan ibu dan ayah. Namun, Claudia sangat tulus memberikan kasih sayangnya sepenuh hati pada kedua manusia itu tanpa membatasi bahwa keduanya bukanlah orang tua kandung.

Claudia Mirae adalah seorang gadis yatim piatu yang kedua orang tua angkatnya temukan di dalam hutan kala mereka sedang menghabiskan waktu di salah satu pusat hiking.  Kala itu kedua orang tuanya sangatlah iba dan kasihan pada bayi mungil yang tergeletak begitu saja di balik semak semak sehingga mereka berdua memilih untuk membawanya pulang.

Bahkan ketika mereka berdua mengganti pakain bayi yang mereka temukan, matanya tertuju pada liontin biru yang indah menempel di leher Claudia saat itu. Liontin yang indah itu sangat diminati oleh ibu angkat Claudia sehingga ia berusaha keras melepaskannya dari leher Claudia namun gagal karena tangannya tiba tiba saja merasa panas dan melepuh ketika mencoba melepaskannya.

Namun anehnya, setiap kali ibu angkat Claudia memandikannya pada saat bayi dan tanpa sengaja ia menyentuh liontin itu tangannya baik baik saja dan tak terjadi reaksi apapun. Maka dari situlah mereka percaya bahwa Claudia adalah anak dari penyihir yang nantinya akan membawa keberuntungan bagi kedua manusia kejam itu.

Hingga sampai saat ini mereka pun tak berani berniat membuka kalung liontin yang Claudia pakai karena takut tangannya akan terbakar kembali.

"Cepat pergi ke sekolah dan jangan buat pengaduan apapun lagi! aku sudah muak berurusan dengan orang orang kaya yang mengganggumu itu! bahkan jika kau mat* aku pun tak masalah sebab asuransi atas nama dirimu akan cair dan kami pun akan mendapatkan uang sebagai bayaran selama ini membesarkanmu"

Claudia menyeka air matanya dengan kasar dan segera pergi menuju kampusnya. Belum sembuh luka kekasaran yang ia alami di rumahnya, kini ia pun harus siap siap mendapatkan kekerasan dari teman teman di kampusnya yang merupakan orang orang kaya.

Claudia hanya mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dari pihak kampus dan itulah penyebab dirinya sering mendapatkan bullyan dari teman teman sekelasnya.

"Besok malam kita akan melakukan camping di hutan belantara. Disana kita akan diajarkan bagaimana kuatnya ikatan kebersamaan, saling peduli satu sama lain dan tentunya kita akan mendapatkan makna dalam kekompakan. Diharapkan semuanya ikut besok malam sebab jika ada yang tak mengikutinya maka akan saya kasih nilai buruk di mata pelajaran saya. Paham!" Dosen itu pun pergi berlalu meninggalkan ruangan kelas.

Sekelompok gadis gadis yang senang mengganggu Claudia saat ini tengah berdiskusi membuat rencana seru untuk meninggalkan Claudia di hutan belantara. Mereka berinisiatif untuk membuat Claudia tersesat dan mendapatkan  trauma berat.

Hingga keesokan harinya tiba, angin tiba tiba saja bertiup dengan kencang dan awan kian menghitam. Claudia yang saat ini tengah duduk termenung sendiri di dalam tenda tiba tiba saja di panggil oleh salah seorang gadis yang sering mengganggunya.

"Claudia bisa temani aku pipis sebentar. Kumohon " 

Claudia tersenyum dan menganggukan kepala. Ia kemudian berjalan beriringan dengan gadis itu menuju dalam hutan dan akhirnya ia pun sampai di tengah hutan yang gelap.

"Kamu tunggu saja disini. Aku akan pipis disana. Ingat! jangan tinggalkan aku ya Claudia"

"Tentu saja Mia, aku akan menunggumu disini. Tapi kumohon kamu cepat ya, perasaanku tak enak"

Mia tersenyum mendengar perkataan Claudia, sebab ia memang menyiapkan kejutan yang hebat untuk Claudia yaitu meninggalkannya di dalam  hutan ini.  Mia kini berjalan menuju belakang semak semak dan berputar arah menuju tendanya tanpa memperdulikan Claudia yang senantiasa menunggunya di dalam hutan.

Hingga akhirnya jam di tangan Claudia sudah menunjukkan pukul dua belas malam tepat. Ia yang merasa takut serta kedinginan mulai mencoba mengecek Mia yang tak kunjung keluar dari balik semak semak.

"Mia sudah belum? ini sudah terlalu lama"

Tak ada jawaban dari Mia membuat Claudia mulai gusar.

"Mia kumohon cepatlah aku takut"

Claudia masih berpikir positif pada Mia yang mungkin saja saat ini masih buang air kecil. Hingga tiupan angin yang semakin kencang membuat Claudia merasa ketakutan dan mengecek di balik semak yang kosong tak ada siapapun.

Akhirnya ia pun sadar bahwa Mia sudah mengerjainya. Claudia mulai berjalan menyusuri jalanan setapak di dalam hutan. Ia bahkan tak membawa ponsel ataupun senter untuk menerangi jalannya.

"Aku sangat takut" ucapnya lirih.

Gadis itu terus mengikuti jalanan di depannya sampai sampai ia pun  tahu bahwa jalanan itu jalan menuju ke arah tengah hutan. Matanya terus berusaha fokus pada jalanan agar kakinya tak tersandung batu batu yang cukup besar didalam hutan.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Claudia berusaha untuk tetap tenang walaupun suara suara hewan kecil diatas pohon sesekali membuat bulung.

Hingga akhirnya saat ia pun mulai menemukan sebuah batu besar di hadapannya, Claudia pun mulai berusaha menaikinya agar agar posisi tubuhnya menjadi lebih tinggi dari dataran hutan.

Sayup sayup terlihat sebuah cahaya dari arah barat yang membuat Claudia tampak begitu senang. Ia sesekali berteriak untuk membuat siapapun yang dekat dari tempat keberadaannya tahu bahwa Claudia sedang tersesat.

"Tolong! tolong aku! aku tersesat!" Claudia beberapa kali berteriak seraya melambaikan tangannya kearah cahaya.

Namun cahaya itu semakin menjauh dari jangkauan matanya hingga membuat Claudia pun kembali turun dari batu besar tersebut dan berlari sekuat tenaga menuju sumber cahaya yang ia lihat.

Rasa lelah dan kantuk tak pernah ia rasakan saat dalam keadaan panik seperti ini. Ia bahkan tak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir padahal jelas jelas kedua orang tuanya pun tak pernah menginginkan Claudia untuk hidup.

"Kemana perginya cahaya yang tadi kulihat?" Claudia kembali bergumam dengan pelan.

Srak! Srak!

semak semak di dekatnya mulai terlihat bergoyang akibat angin yang begitu kencang. Langkah kakinya mulai terhenti kala mendengar sebuah suara orang tertawa dibalik pohon besar.

"Apakah ada orang disana!" Claudia berteriak dengan kencang namun tak mendapatkan jawaban.

"Siapa itu?" tanyanya kembali.

Pasrah

Claudia terus saja mencari Mia yang tak kunjung ia temui. Ia bahkan mulai meneteskan air mata meratapi kebodohannya yang percaya bahwa Mia memang benar benar membutuhkan bantuannya.

"Andai saja aku terlahir sebagai anak pintar, mungkin saja aku tak akan semalang ini" Claudia mulai menangis sesegukan di balik semak semak hutan belantara.

Keadaan gelap dan dingin membuatnya sangat takut dan kini terpaksa berlindung di balik pohon yang rindang.

Claudia berpikir bahwa ini mungkin adalah akhir dari hidupnya. Inilah tempat kematian untuknya yang sudah menjadi doa terbaik dari ibu angkatnya kemarin.

"Aku akan mati sekarang dan ku harap semua orang akan bahagia atas kematianku"

Claudia mulai duduk dan terdiam ditengah hutan yang gelap dan sepi. Ia bahkan sudah mulai merasa sangat lelah dan ketakutan sebab tak ada sedikitpun cahaya yang meneranginya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang" Claudia mulai duduk dan memeluk lututnya seraya mulai menangis.

Ia bahkan menangis dengan tersedu sedu sebab tak pernah terbayangkan sebelumnya, aksi bullying yang dilakukan teman sekelasnya bisa sefatal ini.

Gadis itu bahkan tak mendapatkan dukungan dari kedua orang tua angkatnya disaat para siswa di kampus Claudia melakukan tindakan bullying di sekolah. Padahal ibu serta ayahnya masih berada di kalangan menengah ke atas, namun mereka tak sedikitpun mengupayakan agar tindak bullying yang menimpa Claudia.

Bayang bayang tindak kekerasan yang dialami di kampusnya bahkan kini terngiang ngiang di kepalanya. Pukulan, jambakan, serta lemparan sampah dari Mia serta teman teman di kampusnya membuat Claudia semakin menangis dengan sangat kencang.

Kini Claudia sudah tak peduli dengan hidupnya lagi. Ia mulai pasrah dan membiarkan dirinya saat ini di dalam hutan yang masih rawan binatang buas sebab ia pun tak sanggup jika harus terus mendapatkan perlakuan yang sangat membuatnya tertekan.

"Kini aku pasrahkan semuanya tuhan. Jika kau mau membuatku sengsara dan tak berdaya maka aku akan terima. Aku bahkan tak mempunyai pundak untuk bersandar. Dan aku pun tak memiliki tempat nyaman untuk mengeluhkan semua sesah yang aku derita selama ini"

Claudia mulai menatap langit yang tampak hitam pekat dengan taburan bintang yang begitu indah dipandang. Suara angin bertiup lembut di telinganya serta suara gesekan ranting pohon yang saling beradu mulai menenangkannya.

Rasa takut yang sejak tadi ia rasakan kini perlahan mulai sirna oleh rasa pasrah yang ia alami. Namun, tiba tiba saja semak semak di dekatnya kembali bergoyang dan tak lama kemudian seekor serigala hutan tengah menatap ke arahnya dengan tatapan yang sangat mengerikan.

Sontak saja Claudia terkejut dan perlahan lahan mulai berjalan mundur untuk menghindari terkaman serigala yang tengah menatapnya sebagai mangsa.

"Pergilah! Kumohon pergilah!" Claudia mengibaskan tangannya berharap serigala itu menjauhi tubuhnya yang mulai terasa sangat lelah.

Tatapan tajam dari sang pemangsa, membuat Claudia ketakutan dan kembali bertekad untuk bisa keluar dari hutan dengan selamat. Tanpa menunggu waktu yang lama, Claudia pun berlari sangat kencang, menghindari sosok serigala yang saat ini tengah mengejarnya dari arah belakang.

Beberapa kali gadis itu bahkan memungut kerikil yang cukup besar dan melemparkan kerikil tersebut pada seekor srigala yang tengah mengejarnya. Lelah, dan takut sudah jelas terlihat diwajah Claudia saat ini.

Bahkan kakinya yang tadi memakai sendal, kini tak beralaskan apapun sebab tanah di dalam hutan ini benar benar membuat sendalnya terasa sangat berat.  Mantel serta celana yang ia kenakan bahkan kini mulai terselimuti oleh lumpur yang sangat kotor sebab Claudia terus berlari walaupun genangan air harus ia injak dan lalui.

"Aku tarik kembali kepasrahanku tuhan. Aku masih ingin hidup dan membalaskan rasa sakit yang aku alami selama ini" Claudia terus memohon pada tuhan agar nyawanya bisa terselamatkan.

Deru nafasnya mulai sangat cepat seiringan dengan gerakan larinya yang begitu kencang menembus jalanan hutan. Claudia benar benar tak peduli dengan bajunya yang mulai sangat kotor serta rambutnya yang acak acakan sebab yang ia pikirkan saat ini adalah bagaimana ia bisa hidup dan selamat dari terkaman binatang buas yang saat ini tengah mengejarnya.

"Tolong! tolong aku! kumohon selamatkan aku!" Claudia terus berlari seraya berteriak dengan sangat kencang.

Suaranya begitu menggema sehingga terdengar oleh salah satu panitia patroli yang menjaga di batas area camping.

Petugas itu berlari menuju panitia lainnya untuk mengecek semua anggota mahasiswa yang ada.

"Ada suara minta tolong dari dalam hutan! segera absen seluruh murid yang ada untuk memastikan siapa yang sudah hilang dan melewati batas!"

Panitia pun segera berpencar dan menyuruh semua mahasiswa untuk berkumpul di dekat api unggun. Dalam keadaan seperti ini, sekelompok gadis yang memang sudah merencanakan jahat untuk Claudia hanya diam seolah acuh dan tak tahu apapun.

Mereka hanya diam dan tak menanggapi kepanikan para panitia saat ini sebab mereka tak peduli akan nasib malang yang akan menimpa Claudia saat ini.

Para panitia tengah mengabsen semua siswa hingga giliran nama Claudia di panggil, Claudia tak nampak terlihat di antara kerumunan para siswa.

"Claudia Mirae! Claudia Mirae!" beberapa kali panitia memanggil Claudia sampai akhirnya mereka sadar bahwa Claudia lah yang telah hilang dan kemungkinan suara minta tolong dari dalam hutan adalah suaranya.

"Gawat pak, mahasiswi yang bernama Claudia sudah hilang. Dan kemungkinan ia berada didalam hutan sana"

Dosen sekaligus pemilik kampus itu pun terdiam. Ia tak menyangka bahwa rencanya untuk membangun kerja sama antara siswanya malah menjadi sebuah bencana. Hingga akhirnya ia yang tak mau disalahkan pun membisikan rencana jahat pada panitia tersebut agar reputasinya tidak hancur.

Dosen yang merupakan ayah dari Mia pun menatap putrinya penuh dengan pertanyaan. Ia yakin bahwa putrinya terlibat dalam kasus ini sebab beberapa kali putrinya itu menjadi dalam pembullyan pada Claudia.

Kali ini kelakuan anaknya benar benar sudah sangat kelewatan. Ia sebagai dosen sekaligus pemilik kampus ternama di kota akan mendapatkan reputasi buruk jika semua irang tahu bahwa anaknya telah membuat salah satu siswi di kampusnya hilang dan tersesat. Selain itu dia dia juga pasti akan mendapatkan cacian bahkan makian dari orang orang yang tahu bahwa anaknya melakukan tindak kekerasan di sekolah atau yang sering dibilang dengan tindakan bullying.

Ayah Mia pun berjalan mendekati anaknya dan memegang tangannya dengan sangat kencang. Ia bahkan sangat muak dengan tingkah laku putrinya tersebut yang selalu membuat onar di sekolahnya sejak kecil.

"Ikuti ayah dan kau katakan semua dengan jujur" ayah Mia berbisik dengan pelan tanpa membuat kecurigaan pada seluruh siswa yang saat ini tengah panik dengan tragedi Claudia yang menghilang tiba tiba.

Pria Asing

Ayah Mia dan Mia pun segera pergi menuju tenda untuk membahas semua tindakan yang telah putrinya itu lakukan pada Claudia. Ayah Mia bahkan tak segan segan menghukum anaknya itu dan menampar pipinya yang mulus dengan sangat keras.

"Apakah kau tak punya otak Mia!? Melakukan hal ini pada salah satu siswa di saat pelajaranku sedang berlangsung! Kau sungguh anak tak tahu diuntung dan sangat menyusahkan. Kau bahkan bodoh! Dan tak memiliki otak yang jernih seperti Claudia"

Mia yang marah dan tak terima dirinya dibandingkan pun mulai mengatakan semua keluh kesah dihatinya yang selama ini ia pendam sendiri. Ia benar benar muak dengan ayahnya yang hanya peduli dengan prestasi serta gelar yang harus ia dapatkan dari bidang akademis maupun non akademis.

Ia bahkan sudah sangat lelah dan kecewa dengan ayahnya yang selalu menjadikan Claudia sebagai emas di kelasnya ketika pelajarannya sedang berlangsung. Padahal semua orang tahu bahwa Mia adalah putrinya dan ia lah yang paling populer disekolah.

"Apa yang ayah inginkan hah?! Apa ayah ingin aku mencarinya ke dalam hutan dan ikut tersesat di sana!? Apa ayah benar benar tak sayang padaku dan lebih menyayanginya? Ayah itu selalu saja membandingkan aku dan dia. Aku sungguh jijik melihat gadis itu sebab ia seorang penjilat! Aku yakin ayah pun tertarik padanya bukan!"

Tamparan keras kembali mendarat dipipi Mia. Ia tertawa dan mulai mendekatkan tubuhnya pada ayahnya tersebut.

" Tampar yah! Tampar! Ayah benar benar membela jal**ng itu dibandingkan aku!"

"Cukup! Cukup Mia! Ayah hanya melakukan tugas sebagai pengajar. Didikmu selama ini yang kuberikan  benar benar salah. Ayah bahkan tak pernah mengajarkanmu untuk berkata kasar dan kotor seperti itu. Apalagi kau bertanya pada ayahmu ini tentang hal demikian dan mengatakan orang tuamu ini menyukai gadis itu. Hah, yang benar saja. Kau benar benar bukan putri kecilku yang kukenal dulu Mia"

Atah Mia pun segera pergi berlalu meninggalkan Mia seorang diri di dalam tenda. Sebagai ayah, ia benar benar telah merasa gagal mendidik putri semata wayangnya itu sehingga putrinya tersebut berani mengatakan hal yang tak pantas sebagai anak katakan.

Kini ia harus banyak berpikir tentang bagaimana agar putrinya itu bisa terbebas dari semua masalah dan ia pun harus tetap memiliki reputasi yang baik dimata masyarakat setelah kejadian hilangnya Claudia.

Hanya dengan uanglah ia bisa membungkan orang tua Claudia dan menyuruhnya agar tak melaporkan semua hal ini pada awak media. Selain itu beberapa siswa yang menjadi teman Mia pun harus ia sogok agar bungkam dan tak melaporkan semua tindak bullying yang dilakukan Mia pada Claudia.

********

Disisi lain saat ini Claudia sudah melangkahkan  kakinya cukup jauh, berlari menyusuri hutan dengan sandal yang terlepas serta baju yang mulai kotor akibat dedaunan yang basah mengenai tubuhnya. Hingga pada akhirnya ia pun jatuh tersungkur ke atas tanah dan mulai merangkak mencoba menjauhi serigala yang kini tepat berada di depan matanya.

"Hush hush! kumohon pergilah!" Claudia terus melempari serigala itu dengan bebatuan yang ia ambil dari atas tanah.

Hingga saat Ia menemukan batu yang cukup besar, Claudia pun melempar serigala itu dengan batu tersebut tepat mengenai kepalanya hingga terluka.

Claudia segera bangkit berlari menjauhi serigala yang saat ini tengah merintih kesakitan menuju  samping kiri hutan. Dengan sekencang mungkin Claudia berlari menjauhi serigala itu sampai ia pun kembali terjatuh ke sebuah jurang yang untungnya tak terlalu dalam.

Tangannya terluka dan kakinya sedikit terkilir. Ia pun merintih kesakitan sampai akhirnya ia pun hilang kesadaran sebab kelelahan serta kehausan.

Malam kian larut,  berganti dengan fajar yang mulai mengintip dari balik awan dan mengenai wajah Claudia yang saat ini masih memejamkan matanya. Rasa silau yang ia rasakan membuatnya terbangun dan perlahan mulai membuka matanya.

"Ahh" Claudia merintih kesakitan memegang kakinya yang sakit.

Ia berusaha untuk bangkit dan membenarkan jam tangannya yang mati.

"Aku harus bertahan" gumam Claudia pelan.

Ia berusaha untuk bangkit dan mulai menapakan kakinya yang terkilir. Bengkak di kakinya semakin parah hingga membuatnya sangat sulit untuk berjalan. Claudia mengambil sebuah ranting pohon yang cukup kokoh agar bisa dijadikan sebagai penopang tubuhnya untuk berjalan.

Gadis lugu itu kini bisa berjalan walaupun sedikit demi sedikit, menyusuri hutan dengan bantuan tongkat dari ranting yang ia bawa.

"Haus sekali" Claudia yang merasa kehausan mulai berusaha menajamkan indra pendengarannya agar bisa mendengar sumber mata air di dekatnya.

Dan benar saja, ia mendengar suara air mengalir yang tak jauh dari dirinya. Claudia  yang merasa sangat senang, mulai berjalan menuju sumber suara dan akhirnya menemukan aliran sungai yang airnya cukup jernih untuk diminum.

Rasa  haus yang ia rasakan seketika hilang ketika ia meneguk air yang sangat sejuk dari aliran sungai. Namun, belum puas ia minum akhirnya ia harus dihadapkan dengan masalah lain yaitu serigala yang semalam ia lempari batu, kini berada tepat di depannya dengan tatapan yang sangat tajam.

Terlihat kebencian di mata serigala itu pada Claudia mungkin karena dirinya yang melukai kepala serigala tersebut dengan batu.

"Kumohon jangan!" Claudia yang saat ini sangat sulit berjalan hanya bisa pasrah kala srigala itu perlahan lahan mulai mendekati dirinya.

Mata Claudia mulai terpejam kala menunggu terkaman serigala itu pada tubuhnya yang kaku.

Hingga suara air yang cukup keras mengenai serigala itu berhasil membuat Claudia membuka matanya.

Claudia hanya bisa terdiam menyaksikan aksi yang dilakukan pria di hadapannya terhadap srigala buas itu.

"Ikutlah denganku" 

Tiba tiba saja tubuh Claudia dipeluk erat oleh pria asing di depannya dan akhirnya Claudia pun dibawa pergi berlari dengan sangat kencang oleh pria asing yang saat ini tengah menggendong dirinya.

Antara terkejut dan lelah, Claudia akhirnya kehilangan kesadaran tepat di pangkuan pria asing yang saat ini membawanya entah kemana.

Samar samar wangi tubuh dari pria yang saat ini tengah menggendong tubuhnya mulai bisa tercium oleh hidung Claudia. Namun tetap saja, wajah pria di hadapannya tak mampu terlihat olehnya sebab memakai penutup wajah berwarna hitam pekat.

Baju yang digunakan pria itu pun tampak aneh sebab disaat mentari sedang bersinar dengan terik seperti ini, pria itu mengenakan  pakaian serba hitam yang sangat tebal.

Hingga detik kemudian juga, Claudia baru sadar bahwa pria yang saat ini tengah menggendong dirinya, berlari cukup kencang bahkan dirinya seolah berjalan tak menapak tanah.

"Kau sangat cantik" gumam pria itu dengan pelan.

Claudia yang masih lemas dan lelah bahkan tak mampu mendengar ucapan pria itu dengan jelas

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!