Setelah melaksanakan shalat subuh, Ruby kembali memutuskan untuk melanjutkan tidurnya. Dia penasaran dengan kelanjutan mimpinya tersebut. Untuk pertama kalinya ia bermimpi seindah itu di dalam hidupnya.
Rubi berharap dengan tertidur pulas kembali, maka mimpinya itu diputar kembali sehingga dia bisa melihat wajah dibalik topeng tersebut.
Di dalam mimpinya itu Rubi bertemu dengan seorang pangeran berkuda putih, tapi wajahnya ditutupi oleh topeng berwarna putih sehingga ia tidak bisa melihat langsung kondisi wajah si Pria itu.
Seorang gadis terlelap dalam tidurnya, sesekali wajahnya terlihat guratan senyuman manis. Gadis itu tersenyum melihat seorang pria bertopeng yang hadir di dalam mimpinya.
"Pangeran aku sangat mencintaimu," gumamnya Rubi dengan kedua matanya masih terpejam.
Tok... Tok... Tok…
Suara ketukan pintu itu sama sekali tidak mengusik tidurnya. Rubi malah hanya menarik selimutnya saja.
Sari masih asyik mengetuk pintu itu, "Non Rubi… Nona Rubi!! bangun dong udah pagi nih," teriak Sari dari balik pintu yang mengetuk pintu kamarnya Rubi tak hentinya.
"Pangeran bertopeng apa kamu datang menjemputku?" Cicitnya Rubi dengan tangannya melambaikan ke arah tubuh sang pengeran.
Sari masih gigih untuk membangunkan Rubi, "Apa Nona lupa kalau hari ini acara perpisahan Non Rubi di kampusnya, ya Allah kalau terlambat pasti ujung-ujungnya aku lagi yang dimarahi," lirihnya Sari.
Sari masih berdiri tegak di balik pintu yang masih tertutup rapat itu. Ia belum menyerah, dia kembali mengetuk pintu itu dengan sedikit lebih kuat dan keras dari sebelumnya.
Tok... tok..
"Ya Allah non Rubi kok tumben yah hari ini susah amat dibangunkan, gak biasanya seperti ini," umpat Sari yang sudah kesal dengan tingkah Rubi Almeera Aziz yang hari ini susah dibangunkan seakan-akan hari ini hari libur panjang saja baginya.
Sari menggelengkan kepalanya, keheranan dengan sikap Rubi yang tidak biasa seperti hari-hari biasanya. Fariz yang baru saja keluar dari kamarnya tidak sengaja melihat Sari berdiri seperti patung di depan kamar adiknya.
Tangannya Sari masih menempel di pintu yang terus mengetuk pintu itu. Dia sudah menggedor pintu itu dengan sekuat tenaga, tapi sang pemilik kamar sedikitpun tidak bergeming.
Fariz menggelengkan kepalanya sambil berjalan keluar dari kamarnya melihat raut wajahnya Sari yang kebingungan. Kamarnya Fariz kebetulan jaraknya berdekatan dengan kamar adiknya hanya lima langkah saja jadi apa saja yang terjadi akan mudah Fariz ketahui.
Fariz berjalan ke arah Sari, "Ada apa Mbak Sari, apa yang terjadi dengan Rubi?" Fariz Elrumi Aziz kebingungan melihat wajah Mbak Sari yang keheranan itu dan juga kasihan dalam waktu yang bersamaan.
Raut cemas jelas nampak di wajah mereka, karena tidak pernah melihat adiknya dibangunkan. Biasanya malahan Rubi yang selalu membangunkan seisi penghuni istana itu. Dengan gaya khasnya yang ceria, aktif, suara cemprengnya selalu membuat rumah yang melebihi istana itu jadi ramai di pagi hari.
Fariz menyuruh Sari berpindah, "Tolong minggir sedikit, biar aku saja yang bangunin," jelasnya Fariz dengan raut wajahnya yang tegas.
Sari tanpa banyak pikir menuruti perkataan dari Tuan Mudanya tanpa banyak tanya. Ia pun langsung menyingkir dari depannya pintu untuk memudahkan Fariz mengetuk pintu itu.
Fariz tersenyum penuh kemenangan, "Rubi! kalau kamu gak bangun kakak akan tanya Kakek untuk batalin acaramu bersama teman-temanmu," tangannya Fariz masih setia menggedor pintu yang cukup bising di pagi hari itu.
"Tidak biasanya Non Rubi seperti ini," lirih Sari dengan wajah kebingungan.
"Kalau kamu tidak bangun juga, aku akan perintahkan kepada Sari untuk ikut bersama Kamu," ultimatum dan ancaman Fariz di depan pintu adiknya.
Fariz Alrumi Aziz dan Rubi Almeera Aziz adalah dua orang saudara dari anak Aziz Pradopo dengan istrinya Humairah Januari Aziz.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya terhadap First Love Rubi Salman dengan caranya:
Like Setiap babnya, Rate bintang lima, Favoritkan agar tetap mendapatkan notifikasi, Bagi gift poin atau koinnya dan klik iklannya juga yah kakak readers...
Mampir juga dinovel aku yang lain:
Merebut Hati Mantan Istri.
Duren, i love you
Bukan Yang Pertama
Cinta Pertama
Makasih banyak all readers… I love you all..
"Tidak biasanya Non Rubi seperti ini," lirih Sari dengan wajah kebingungan.
"Kalau kamu tidak bangun juga, aku akan perintahkan kepada Sari untuk ikut bersama Kamu," ultimatum dan ancaman Fariz di depan pintu adiknya.
Fariz Alrumi Aziz dan Rubi Almeera Aziz adalah dua orang saudara dari anak Aziz Pradopo dengan istrinya Humairah Januari Aziz.
Diluar kamar orang merasa khawatir, sedangkan di dalam kamar itu, Rubi tersenyum manis ketika sudah berhadapan dengan pemuda berkuda putih itu dengan topengnya yang masih setia melekat di wajahnya. Hanya hidung mancungnya yang sangat jelas kelihatan.
"Pangeranku… aku mencintaimu," gumamnya Rubi yang masih hidup di dalam dunia mimpinya.
Rubi ingin memegang topeng yang dipakai pria itu dan ingin membukanya, agar Ia melihat bentuk rupa pangeran itu. Tetapi tiba-tiba, menghilang bersamaan dengan telinganya menangkap suara seseorang mengetuk pintunya, Ia pun bangun dari tidurnya.
"Yah gagal lagi, padahal sedikit lagi Aku bisa melihat wajahnya pangeranku," cicitnya Rubi yang langsung lesu karena usahanya harus kembali gagal.
Fariz berteriak dengan lantang,"Kakak akan hitung mundur jika kamu tidak bangun kakak akan suruh bunda untuk menggagalkan liburanmu ke Bali, kakak akan hitung mundur 3, 2, sa...." hitungan terakhir Fariz pintu itu terbuka dengan cepat.
Dia berjalan sangat cepat ke arah pintu, jika tidak ingin rencana perayaan mereka akan digagalkan oleh bundanya. Fariz tertawa terbahak-bahak melihat adiknya itu, jika diancam dengan menggunakan nama Bundanya.
Reaksinya Rubi pasti akan tunduk seperti kerbau yang dicocok hidungnya menurut tanpa ada perlawanan apa-apa karena, ia sangat menghormati Bundanya dan selama ini ia belum pernah mengecewakan bundanya itu.
Rubi hanya tertawa cengengesan, "Tunggu aku yah kakak, aku akan segera mandi," ucapnya lalu menutup pintu kamarnya dengan terburu-buru.
Pintu kamar itu tertutup dengan sangat keras, karena terlalu tergesa-gesa dan tidak ingin terlambat. Tapi, pintu itu kembali terbuka.
"Tunggu aku yah kak, hanya lima belas menit aku sudah siap," ujarnya Rubi lalu menutup rapat kembali pintu kamarnya.
Sari dan Fariz tersenyum melihat tingkah laku adik satu-satunya itu tapi Rubi gadis yang tidak manja walaupun mereka mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tapi, sejak ayahnya dua tahun lalu meninggal dunia saat bertugas di Lebanon hidup mereka sudah berubah. Tapi Bu Humairah Januari Aziz cukup bijaksana dan sabar menghadapi kematian suaminya.
Menurut Bu Humairah itu sudah menjadi resikonya menjadi seorang istri prajurit yang ditugaskan diluar negri.
Fariz menatap ke arah Mbak Sari, "Makasih banyak Mbak Sari," ucapnya dibarengi dengan senyuman khasnya.
Sari hanya tersenyum menanggapi perkataan dari Tuan Mudanya," Sama-sama Tuan Muda," balasnya Sari.
Sari Nurlaila adalah asisten rumah tangganya yang sudah bekerja sudah 20 tahun lebih lamanya sejak Fariz masih dalam kandungan Bundanya.
Fariz berteriak di depan kamar adiknya, "Aku tunggu Kamu di meja makan, 20 menit saja dari sekarang," teriak Fariz lalu berjalan menuruni anak tangga.
Fariz masuk ke dalam kamar mandinya, dia hanya mandi kilat tanpa ada ritual mandi seperti biasa yang dia lakukan. Tidak treatment perawatan kulit dan wajah yang dia lakukan. Demi menghemat waktu yang diberikan oleh kakaknya. Ia tidak ingin mendapatkan ceramah di pagi hari.
Rubi seorang gadis remaja yang baru menginjak usia ke 19 tahun di tahun ini. Gadis yang kesehariannya memakai hijab. Rubi sampai melupakan mencharge hpnya yang tersisa sedikit saja. Dia berlari menuruni tangga dengan tergesa-gesa, hampir saja kakinya keseleo untung dia bergerak lincah untuk menghindari hal tersebut.
Dengan nafasnya Rubi yang ngos-ngosan, dia duduk di samping kakaknya. Fariz yang melihat sekilas adiknya sudah duduk di dekatnya segera menyodorkan piring yang sudah berisi makanan kesukaannya.
"Thanks kakakku yang paling terbaik sedunia." Balasnya sambil mengisi beberapa macam jenis makanan.
Rubi menoel pipi kakaknya, ia memperhatikan di meja makan hanya dia dan kakaknya saja, dia celingak-celinguk mencari keberadaan bundanya itu.
Fariz sangat mengerti dengan apa yang dicari oleh adiknya lalu berkata, "Bunda, sudah berangkat ke Bandara katanya mau ke Bandung, ada sepupunya bunda yang menikah malam ini," jelasnya Fariz yang mengetahui dengan pasti apa yang dicari oleh adiknya itu.
Rubi nampak sedih, "Oohh, kok gak pamit sama aku sih kak? biasanya Bunda selalu tanya saya kalau akan berangkat," dengan wajahnya yang ditekuk dan bibirnya dimonyongin.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya terhadap First Love Rubi Salman dengan caranya:
Like Setiap babnya, Rate bintang lima, Favoritkan agar tetap mendapatkan notifikasi, Bagi gift poin atau koinnya dan klik iklannya juga yah kakak readers...
Mampir juga dinovel aku yang lain:
Merebut Hati Mantan Istri.
Duren, i love you
Bukan Yang Pertama
Cinta Pertama
Makasih banyak all readers… I love you all..
Fariz sangat mengerti dengan apa yang dicari oleh adiknya lalu berkata, "Bunda, sudah berangkat ke Bandara katanya mau ke Bandung, ada sepupunya bunda yang menikah malam ini," jelasnya Fariz yang mengetahui dengan pasti apa yang dicari oleh adiknya itu.
Rubi nampak sedih, "Oohh, kok gak pamit sama aku sih kak? biasanya Bunda selalu tanya saya kalau akan berangkat," dengan wajahnya yang ditekuk dan bibirnya dimonyongin.
"Gimana caranya Bunda mau pamit sama kamu, situ saja masih ngorok yang suaranya kedengaran dengan nyaring" jelasnya Fariz yang bergurau dengan tangannya yang sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
"Masa sih kak, aku ngorok? Itu tidak mungkin lah kak, gadis cantik seperti aku mendengkur itu hal yang mustahil," kilahnya Rubi yang tidak percaya dengan penjelasan kakaknya itu.
Fariz menatap ke arah kakaknya," kalau tidak percaya tanya saja Mbak Sri," pungkasnya Fariz yang segera menghabiskan makanan dan minuman susu cokelat nya karena sudah jam 9 pagi.
Rubi masih keheranan dan tidak ingin mempercayai perkataan kakaknya karena, menurutnya ia sama sekali tidak pernah mendengar dirinya ngorok.
Beberapa saat kemudian, mereka pun sudah bersiap untuk berangkat ke Sekolahnya. Hari ini ia tidak ingin di antar khusus oleh supir pribadinya. Dia ingin ikut nebeng bersama kakaknya.
Sekolah mereka berbeda, tapi Fariz selalu mendahulukan adiknya diantar terlebih dahulu selanjutnya gilirannya kalau mereka bersama. Mobil mereka berhenti agak jauh dari salah satu kampus ternama di kota Jakarta, hal itu dilakukan agar tidak ada yang mengetahui siapa mereka yang bisa menimbulkan gossip baru.
"Makasih banyak Kak," pintu itu terbuka dia turun dengan wajah yang sumringah selalu menghiasi wajahnya.
"Jangan nakal, ingat kalau sudah selesai acaranya, harus hubungi kakak atau Mbak Sari kalau ingin pulang untuk dijemput," perintah Fariz.
Fariz mewanti-wanti adiknya dengan nasehat seperti seorang bapak kepada putrinya.
"Siap Bos, lagian aku masih pulang ke rumah untuk ambil barang-barang aku loh kak," jawabnya sambil menirukan gaya seorang prajurit TNI.
Baru beberapa menit Rubi Almeera Aziz duduk di dalam ruangan tersebut yang dipilih sebagai tempat pelaksanaan acara. MC kemudian membuka acara dengan kata-kata sambutan yang sangat menyentuh.
Acara pun berlangsung dengan khidmat dan sangat meriah. Di wajahnya sedari tadi terpancar rona kebahagiaan, karena banyaknya mahasiswa yang dinobatkan menjadi yang terbaik di kampusnya tahun ini.
Rubi hari ini menyempatkan diri untuk mengikuti acara perpisahan beberapa mahasiswa dan mahasiswi di kampusnya karena kebetulan ia bergabung dalam BEM fakultas ekonomi.
"Alhamdulillah Makasih banyak ya Allah semua temannya Rubi lulus dengan nilai yang sangat bagus," sembari mengusap wajahnya.
Rubi ikut duduk kembali bergabung dengan teman-temannya yang dari berbagai jurusan di kampusnya. Ia melihat ketiga temannya yang kebetulan duduk di kursi paling belakang.
"Hey selamat yah bebs, kamu kembali menjadi juara 2," ucapnya Rubi seraya memeluk tubuh Shasa.
Shasa adalah salah satu teman baiknya Rubi di kampusnya walaupun mereka beda jurusan selama ini sudah menjalin hubungan pertemanan dalam organisasi BEM.
"Kami bahagia loh dengan pencapaian prestasi Kamu bebs," timpal Jenar.
Mereka cipika-cipiki satu sama lainnya. Jenar sahabatnya Rubi yang selalu bersama kemanapun mereka pergi.
Mereka ikut bahagia dengan apa yang diraih oleh beberapa kakak senior mereka. Bahkan mereka berniat dan berjanji untuk ikut dalam perayaan perpisahan mereka yang diselenggarakan oleh BEM fakultas ekonomi.
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungannya terhadap First Love Rubi Salman dengan caranya:
Like Setiap babnya, Rate bintang lima, Favoritkan agar tetap mendapatkan notifikasi, Bagi gift poin atau koinnya dan klik iklannya juga yah kakak readers...
Mampir juga dinovel aku yang lain:
Merebut Hati Mantan Istri.
Duren, i love you
Bukan Yang Pertama
Cinta Pertama
Makasih banyak all readers… I love you all..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!