Tepat setelah pernikahan ku yang menyentuh angka satu tahun. Usaha yang ku mulai dari nol mulai berkembang, dan aku terpaksa bepergian ke luar kota. Karena usaha ekspedisi yang ku punya mulai semakin maju dan membuka cabang-cabang baru. Clarissa seorang wanita yang sangat ku cintai, mulai sedikit rewel ketika aku meninggalkan nya untuk urusan pekerjaan.
"Mas Tian, sudah satu tahun lamanya kamu sering meninggalkan ku sendiri di rumah. Aku kesepian gak ada kamu, apalagi kalau malam harus tidur sendirian." kata Clarissa bergelayut manja di pundakku.
"Maafkan aku sayang, kamu tahu kan semua ini aku lakukan untuk membahagiakan mu. Aku besar di keluarga yang sederhana, dan Ayahmu menjodohkan kita karena dia tahu kau tak memiliki siapa-siapa lagi setelah Ibumu tiada. Ibumu terlalu kecewa mengetahui bisnis Ayahmu bangkrut hingga ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Terpaksa aku buru-buru menikahimu dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan. Aku tahu kamu menderita hidup sederhana, dan karena tak tega melihatmu hidup susah, akhirnya aku memulai usaha yang kini mulai membantu perekonomian kita. Aku janji setelah cabang baru di kota B berkembang, aku akan lebih banyak menghabiskan waktu bersamamu." jelasku pada Clarissa, nampak ia hanya diam dengan mengerucutkan bibirnya.
Segera ku kecup bibir tipisnya dan membelai lembut rambut panjangnya. Kami pun tidak bisa menahan diri untuk melepas rindu pada malam itu, hingga kami berdua terkulai lemas dan tertidur sambil berpelukan di atas ranjang.
Keesokan paginya, aku terbangun karena panggilan telepon dari Maylani. Asisten pribadi ku itu memberitahu, jika semua team sudah menunggu di kantor pusat.
"Maaf Pak jika saya mengganggu, saya hanya ingin memberitahu kalau Bapak sudah ditunggu untuk berangkat ke Kota B." ucap Maylani diseberang telepon sana.
"Baik, saya akan segera menuju Kantor. Tolong siapkan semua yang saya perlukan untuk pembukaan cabang baru itu."
Setelah mematikan telepon, aku segera bangkit dari ranjang. Tapi kedua tangan Clarissa masih memelukku erat, nampaknya ia masih ingin menghabiskan waktu bersamaku. Tapi kewajiban terpaksa membuat ku meninggalkan nya untuk beberapa hari kedepan. Aku mengecup kening istriku, dan menyentuh wajah cantiknya. Ku bisikan di telinganya, jika aku harus segera pergi.
"Kenapa harus sepagi ini sih Mas? aku masih kangen tauk." katanya dengan manja sambil mendekap tubuhku.
"Iya sayang, semua pegawai yang akan berangkat bersamaku sudah menunggu di kantor pusat. Kau baik-baik di rumah ya, tunggu aku pulang dan kita akan mengulangi permainan semalam." ucapku dengan mengecup bibirnya.
"Tapi Mas Tian jangan lama-lama ya. Kita harus sering-sering olahraga malam, supaya cepat diberi keturunan."
"Iya sayangku, cantikku, belahan hatiku."
Setelah membujuk Clarissa, aku bergegas mandi dan berpakaian. Terlihat Clarissa sedang mengemasi pakaian ku, ia menata rapi di dalam koper hitam dengan beberapa pakaian dalamnya. Itu adalah kebiasaan aneh Clarissa semenjak aku sering bepergian keluar kota. Menurutnya tak akan ada wanita lain yang akan mendekati ku, jika mereka melihat pakaian dalamnya di dalam koperku. Memang sedikit posesif sifatnya padaku, tapi entah kenapa aku semakin mencintainya, meskipun kami sering berjarak setelah usaha ku makin berkembang.
"Mas Tian jangan genit diluar sana ya, awas aja kalau genit sama wanita lain." Clarissa mengerucutkan bibirnya seraya berkacak pinggo.
"Gak akan genit sayang, aku kan hanya ingin bekerja dan mencari uang yang banyak untukmu. Aku ingin kau bahagia seperti dulu saat bisnis Ayahmu jaya, aku tak tega melihatmu hidup pas-pasan seperti dulu di awal pernikahan kita."
"Terima kasih Mas, kamu memang suami terbaik di dunia ini."
Setelah taksi online datang, aku segera pergi meninggalkan rumah. Tak mungkin aku membawa mobil sendiri, karena aku akan pergi ke Kota B menggunakan pesawat. Dan beberapa pegawai beserta asisten pribadi ku sudah menunggu di Bandara.
Sesampainya di Kota B, aku disibukkan dengan pembukaan cabang baru. Banyak tamu yang datang, beberapa rekan kerja menemuiku. Mereka mengucapkan selamat atas cabang yang baru ku resmikan.
"Wah selamat ya Pak Sebastian, hanya dalam waktu satu tahun. Bisnis ekspedisi ini makin berkembang padahal jasa ekspedisi sangat banyak. Tapi Pak Tian dapat mempertahankan bisnis ini tetap stabil."
"Mungkin ini rejeki dari Tuhan yang dititipkan pada saya, untuk membantu semua orang yang membutuhkan pekerjaan. Dan alhamdulillah usaha saya berkembang."
"Maaf ya Pak Tian, saya tidak bisa lama-lama. Harus kembali ke Kota S, karena calon istri saya mengadakan pesta ulang tahun nya." kata salah satu rekanku.
"Loh kenapa gak bilang dari kemarin Den? tahu gitu kamu gak usah ikut kesini."
"Tidak apa-apa Pak, saya kan udah janji mau bantu meresmikan pembukaan cabang ini. Apa ada yang ingin Pak Tian titipkan untuk istri di rumah?" tanya Deny yang sangat hafal kebiasaan ku yang suka mengirimkan hadiah untuk Clarissa, ketika aku sedang berada diluar kota.
"Tahu aja kamu Den. Tolong berikan hadiah ini untuk istri saya, katakan padanya kalau saya akan segera pulang secepat mungkin." ucapku dengan menyerahkan bingkisan pada Deny.
Ya, setelah selesai meresmikan cabang ini, aku berniat istirahat di hotel. Dan beruntungnya aku memiliki asisten yang gerak cepat seperti Maylani. Tanpa memerintahkan nya, ia sudah menyiapkan kamar hotel untukku.
"Kamar Bapak ada di Hotel Green Garden lantai tujuh belas nomer lima ratus dua belas." ucap Maylani dengan mengirimkan kode vouchee hotel ke ponselku.
"Loh kamu dan team lainnya gak tinggal di Hotel yang sama dengan saya?"
"Tidak Pak. Saya dan Team akan menginap di Hotel bintang tiga saja, kebetulan saya sudah memesan kamar untuk kami tinggali."
"Terima kasih Lani, kerja kami sangat bagus. Besok kita bertemu disini jam sembilan pagi saja, supaya kalian bisa beristirahat lebih lama."
Kemudian aku pergi ke Hotel di antar taksi online. Sesampainya di kamar, aku merebahkan tubuh. Ku lihat jam di pergelangan tangan sudah menunjukan pukul sembilan lebih tiga puluh menit. Terbayang wajah cantik Clarissa, baru sehari tak berjumpa aku sudah sangat merindukan nya.
"Oh iya, Deny sudah memberikan hadiah untuk Clarissa belum ya?" batinku seraya menyentuh tombol panggilan telepon.
Beberapa kali aku menelepon Clarissa, tapi tak ada jawaban darinya. Tak biasanya ia tak menjawab panggilan telepon ku, dan biasanya jam segini Clarissa masih sibuk memainkan ponselnya. Karena cemas tak ada kabar dari Clarissa, aku segera menghubungi Deny dan memintanya segera pergi ke rumah.
"Den tolong pergi ke rumah saya sekarang juga. Beberapa kali saya menelepon istri saya, ia tak menjawab panggilan telepon sama sekali. Saya jadi cemas, takut ada apa-apa dengannya."
"Baik Pak. Kebetulan saya juga belum memberikan hadiah yang Bapak titipkan pada saya."
Setelah menunggu hampir dua jam lamanya. Belum ada kabar dari Clarissa ataupun Deny, hingga akhirnya aku terpejam di atas sofa.
...Hai semua ini karya baru othor, sedang mencoba menulis diluar tema yang biasanya. Semoga kalian suka, mohon tinggalkan Like atau Komentarnya. Terima kasih 😘💕...
...Bersambung....
Dreet dreet dreett.
Ponsel yang bergetar mengejutkan ku hingga aku terbangun. Ternyata aku tertidur di sofa sampai pagi hari. Ku raih ponsel di atas meja, terlihat panggilan telepon dari Maylani.
"Selamat pagi Pak Tian, apa ada yang Bapak perlukan? saya bisa menyiapkan apa yang Bapak butuhkan pagi ini." ucap Maylani dengan suara serak.
"Untuk apa kamu bangun sepagi ini Lani? saya sengaja memberi kamu waktu untuk istirahat lebih lama. Tapi kamu malah bertugas sepagi ini, istri saya saja tidak akan bangun sepagi ini kalau tidak saya bangunkan." kataku dengan meregangkan otot di tubuh.
Tiba-tiba aku teringat dengan Clarissa, karena sejak semalam aku belum mendengar kabarnya.
"Ya sudah, kamu istirahat lagi saja. Saya bisa menyiapkan semua yang saya butuhkan, kita bertemu lagi di kantor."
Setelah mengecek panggilan masuk dan pesan di ponselku. Aku membulatkan kedua mata tak percaya, karena tak ada satupun panggilan atau pesan dari Clarissa. Hanya ada beberapa panggilan telepon dari Deny, dan juga pesan darinya.
"Maaf Pak, saya tidak dapat bertemu dengan istri Bapak. Saya sudah memencet bel berulang kali, tapi tidak ada yang membukakan pintu. Dan setelah menunggu di depan pintu selama lima belas menit, hanya ada pembantu di rumah. Menurutnya istri Bapak sedang pergi bersama teman-teman nya. Jadi saya terpaksa menitipkan hadiah itu ke pembantu Pak Tian." begitu isi chat Deny di wassap ku.
Aneh, kemana perginya Clarissa tanpa berpamitan padaku. Tak biasanya ia seperti itu, dan sampai pagi ini, istriku itu belum menghubungi ku sama sekali. Tanpa berpikir panjang, aku menelepon ke rumah dan bertanya langsung pada Mbok Itoh.
"Hallo Mbok, apakah Nyonya sudah bangun?"
"Maaf Tuan, saya tidak tahu. Karena semalam saya langsung tidur. Dan tidak tahu Nyonya pulang jam berapa."
"Ya sudah, kalau Nyonya bangun, segera minta ia menelepon ku."
"Ba baik Tuan, ada lagi yang harus saya sampaikan?"
"Gak ada Mbok, itu saja terima kasih."
Pagi ini, aku mengawali hariku tanpa melihat ataupun mendengar suara istri tercinta ku. Rasanya hidupku kurang bergairah, dan aku tak begitu bersemangat. Tapi aku harus segera bersiap berangkat bertemu beberapa klien.
Sesampainya di kantor cabang, aku hanya duduk dengan menyandarkan kepala. Sepertinya aku kelelahan, karena tertidur sambil duduk semalaman. Dari kejauhan, Maylani datang dengan membawakan secangkir teh dan roti bakar.
"Saya tahu Bapak tidak sempat sarapan. Silahkan diminum Pak, setelah ini kita pasti sangat sibuk. Karena jadwal pertemuan dengan klien padat hingga sore nanti." kata Maylani dengan membaca jurnal di tangannya.
"Terima kasih Lani, saya memang belum sempat makan ataupun minum pagi ini. Pikiran saya tidak tenang, menghawatirkan istri saya tidak bisa di hubungi sejak malam tadi." aku memijat pangkal hidung dengan menghembuskan nafas panjang.
Tiba-tiba ponselku berbunyi, terlihat di layar ponsel, panggilan dari Clarissa My Lovely Wife. Dengan semangat ku sentuh tombol terima telepon.
"Sayang sorry ya, semalam aku pergi gak bilang ke kamu. Soalnya aku takut ganggu kamu. Ini aja aku baru bangun, karena semalam langsung tidur. Jadi lupa ngabarin kamu, dan makasih ya buat hadiahnya. Aku suka banget sama berlian yang kamu kasih. Love you suamiku muach." ucap Clarissa dengan manja.
"Lain kali kalau kemana-mana ijin dulu sayang. Jangan main keluar gitu aja, aku jadi gak tenang mikirin kamu tahu gak. Semalaman aku ketiduran di sofa karena nungguin telepon dari kamu. Tapi aku ikut senang kalau kamu juga senang sama hadiah yang aku kasih. Kebetulan rekan kerjaku baru balik dari luar negeri, ia membelikan beberapa berlian untuk istrinya. Dan aku membeli satu untukmu."
"Kamu kapan pulangnya? aku kangen sama kamu."
"Entahlah, nanti aku kabarin lagi ya. Kamu istirahat lagi aja kalau masih ngantuk. Aku harus bertemu dengan klien, bye sayang. Love you."
Rupanya sedari tadi Maylani berdiri di belakang ku, ia ingin mengatakan jika klienku mengubah tempat meeting di sebuah Mall. Akhirnya aku dan Maylani pergi ke Mall tersebut, nampak ramai dan dipenuhi pengunjung yang sedang mengikuti lomba pasangan terbaik. Karena kebetulan, klien ku adalah founder dari acara tersebut.
"Maaf Pak Sebastian saya mengubah tempat meeting. Karena istri saya ingin mengikuti acara ini. Bagaimana progres kerja sama kita? bisakah saya melihat berkasnya?"
Dengan sigap Maylani menjelaskan semua program kerja sama dengan tempat usahanya. Klienku sangat puas dengan materi meeting hari ini. Tanpa berpikir panjang ia menyetujui kerja sama, dan menyetujui pembagian hasilnya.
"Loh Tian, lu ngapain disini? bukannya semalam lu pergi sama bini lu di Club Starqueen? ini aja gue sampai terlambat datang kesini, untung gue gak ketinggalan pesawat." kata Rafael, sahabat dekatku.
"Maksud lu gimana Fa? sejak kemarin pagi gue udah disini. Ini aja gue baru kelar meeting sama klien. Emang lu beneran lihat Clarissa sama siapa?" aku mengerutkan kening melihat ekspresi wajah Rafael yang tak biasa.
"Eh sorry deh, mungkin gue salah lihat."
"Ngomong aja Fa, soalnya dari semalam bini gue pergi dan gak bisa gue hubungi. Kebetulan banget nih kalau lu lihat dia, tadi sih Clarissa bilang dia pergi sama teman-teman nya."
"Hmm. Lu kenal gak temen-temen nya Clarissa? soalnya yang gue lihat semalam bini lu sama temen-temen nya lagi kumpul sama beberapa cowok." kata Rafael setengah berbisik.
Deegh.
Jantung ku berdetak kencang setelah mendengar ucapan Rafael. Apa mungkin Clarissa pergi dengan pria lain, karena setahuku ia tak mempunyai teman pria selain Rafael. Karena Rafael adalah teman Clarissa sejak SMA, yang masih dekat sampai sekarang.
"Sorry nih Bro, bukannya gue mau ikut campur urusan rumah tangga lu. Tapi apa yang gue lihat semalam benar-benar gak pantes dilakuin seorang wanita udah menikah. Meski Clarissa sobat gue, gue gak mau nutupin kelakuan jeleknya dibelakang lu. Tapi gue gak bisa ceritain dengan jelas, apa aja yang gue lihat semalam. Lebih baik lu tanya sendiri ke bini lu, biar gue gak dikira ngibul. Tapi kalau Clarissa gak ngaku, baru gue tunjukin buktinya ke lu. Sengaja gue rekam semalam, karena gue kira semalam itu lu sama Clarissa. Agak aneh aja buat gue lihat lu di Club malam, makanya gue iseng videoin buat isengin lu. Eh gak tahunya malah begini." jelas Rafael dengan menggelengkan kepalanya.
Bagaikan tertimpa batu berton-ton rasanya. Aku tak percaya dengan ucapan Rafael, tapi ia tak mungkin berbohong padaku. Kami sudah lama mengenal, dan ia adalah sahabat terbaikku selama aku hidup.
"Nanti kita calling-calling aja ya, gue harus segera ketemu orang nih. Biasa Bro ada bisnis sampingan." Rafael menjabat tanganku lalu menepuk pundakku, ia meminta ku tak salah paham dulu. Dan bertanya baik-baik pada Clarissa.
Aku yakin ada sesuatu yang gak beres, karena itulah Rafael tak langsung mengatakan segalanya padaku. Apa jangan-jangan Clarissa selingkuh dibelakang ku?
...Jangan lupa tinggalkan jejak Like dan Komentarnya ya teman-teman. Tekan tombol favorit untuk mendapatkan update terbaru dari othor. Terima kasih 😘💕...
...Bersambung. ...
POV CLARISSA.
Sejak Mas Tian sibuk membangun bisnisnya, aku mulai merasa kesepian dan jengah berada di rumah seharian. Untungnya teman lamaku masih ada yang bisa di ajak keluar nongkrong. Dan kami sering berbelanja ataupun kumpul hanya sekedar untuk mengadakan arisan bulanan. Arisan bulanan untuk bulan ini belum di tentukan dimana tempatnya, jadi sewaktu-waktu teman-teman ku mengajak pergi untuk acara itu, mau tak mau aku harus kesana.
Pagi ini, aku terbangun dengan tubuh yang lesu. Karena setelah permainan panas dengan Mas Tian semalam, aku tak langsung tidur malah asyik chatingan dengan beberapa ibu-ibu komplek. Mereka sedang bergosip tentang seorang tetangga yang memiliki simpanan seorang daun muda.
Dan pagi ini Mas Tian membangunkan ku lebih cepat dari biasanya. Karena dia ada kunjungan keluar kota. Setelah bisnisnya berkembang, suamiku sering meninggalkan ku untuk mengembangkan usaha ekspedisi nya. Saat ini ia harus pergi keluar kota, dan terpaksa aku bangun untuk menyiapkan segala keperluannya.
Seharian ini aku bingung mau melakukan apa, setiap harinya aku hanya sibuk jalan-jalan ataupun nongkrong bersama teman-teman ku. Wenny menghubungi melalui panggilan telepon, ia mengatakan jika nanti malam arisan bulanan akan di adakan di sebuah Club malam. Tentu saja aku terkejut, bagaimana mungkin aku bisa pergi kesana. Pasti Mas Tian tak akan memberiku ijin.
"Ya udah lu bilang aja kalau acaranya di Cafe seperti biasanya. Lagian suami lu bakal percaya kan, sayang banget loh kalau lu gak dateng. Ntar malam bakal ada brondong-brondong ganteng yang akan nemenin dan ngehibur kita disana." kata Wenny dengan semangatnya.
"Hmm. Gimana ya Wen, pengen sih datang kesana. Tapi masalahnya acaranya malam, mana mungkin gue pergi meski ijin dulu ke suami, soalnya doi lagi keluar kota. Pastinya suami gue gak bakal kasih ijin." aku menghembuskan nafas panjang, pupus sudah harapanku untuk menghibur diri diluar rumah.
Tapi Wenny terus memaksaku dan mendesakku untuk pergi. Aku seperti terhipnotis dengan rayuannya, Wenny mengatakan sesuatu yang mengejutkan ku. Menurutnya yang namanya keluar dalam arisan semalam, bisa berkencan satu malam dengan brondong yang dipilihnya. Sontak saja aku terkejut, bagaimana mungkin aku datang ke acara arisan nanti malam. Tapi aku sudah terlalu jenuh berada di rumah sendirian sepanjang waktu.
"Ya udah deh gue datang, lu share lock aja ya. Tapi kayaknya gue gak ijin suami deh, takutnya malah gak dikasih pergi. Soalnya pantang buat gue keluar malam tanpa suami gue. Yang ada doi bisa ngamuk nanti."
"Oke deh Sa, gue tunggu di Club Starqueen. Tuh udah gue share lock ya, kita ketemu nanti malam."
Setelah mengakhiri panggilan telepon itu, aku jadi teringat obrolan di chat dengan ibu-ibu komplek semalam. Mereka membahas daun muda yang menjadi simpanan salah seorang tetangga kami. Tapi nanti malam, aku akan berkumpul dengan para berondong itu.
Ahh sudahlah, lagipula aku hanya ingin menghibur diri dengan teman-teman ku. Jadi aku tak perlu ambil pusing dengan keberadaan para berondong itu.
Malam ini aku mengenalan dresscode hitam di atas lutut, dengan high heels yang tak terlalu tinggi. Karena acara itu ada di sebuah Club malam, tentu saja aku berjoget di iringi alunan musik yang dj mainkan.
"Mbok Itoh, saya mau pergi sama teman-teman. Kalau Tuan telepon bilang saja saya sudah tidur. Dan Mbok Itoh tidur saja, gak usah nunggu saya pulang. Saya udah bawa kunci sendiri." ucapku pada asisten rumah tanggaku.
Sesampainya di Club malam, Wenny sudah menungguku di depan. Ia melambaikan tangan padaku, dan disampingnya ada seorang pemuda tampan yang sedang merangkulnya. Parah nih si Wenny, mentang-mentang suaminya lagi keluar negeri. Dia disini malah seneng-seneng sama berondong. Aku menggelengkan kepala melihat kelakuan Wenny, ia tak pernah berubah sejak kuliah sampai sekarang.
"Kenalin Sa, ini berondong yang bakal nemenin gue. Tapi lu tenang aja di dalam masih ada banyak stock berondong ganteng. Dan yang lebih spesialnya, yang menang arisan malam ini bebas pilih berondong mana aja yang kalian pengen." kata Wenny dengan wajah merah, sepertinya ia sudah terpengaruh minuman keras.
Akhirnya kami masuk ke dalam Club, disana banyak orang yang sedang berjoget dan menenggak minuman keras. Terlihat beberapa temanku sedang bermesraan dengan para pemuda. Tapi pandangan ku teralihkan dengan seorang pemuda yang memainkan ponselnya di sudut ruangan.
"Lihat tuh Sa, namanya Raymond. Dia yang paling spesial di antara berondong lainnya. Lu tahu gak kenapa? selain dia ganteng, doi masih perjaka ting ting loh!" seru Wenny pada semua orang.
Nampak Raymond tertunduk malu dengan ucapan Wenny. Ia hanya menyunggingkan senyumnya, menyapaku dengan menganggukan kepalanya. Sifatnya yang pemalu dan jual mahal membuatku penasaran. Tak seperti berondong lainnya yang ada disini, ia terlihat lebih sopan dan tak asal nempel ke perempuan. Beberapa berondong mulai berjoget bersama teman-teman ku, gerakan mereka sangat aktif, dengan tangan yang mulai meraba-raba bagian sensitif temanku. Aku bergidil keheranan melihat gaya hidup beberapa temanku, rupanya mereka menikmati hidup bebas seperti ini. Padahal beberapa dari mereka sudah memiliki suami dan anak.
"Perkenalkan nama saya Raymond, Kakak namanya siapa?" tanyanya dengan mengulurkan tangan.
"Namaku Clarissa, gak usah panggil Kakak. Kesannya tua banget tahu gak." jawabku seraya menjabat tangannya.
Setelah berkenalan dengan Raymond, kami mulai bicara banyak hal. Menurutnya, ia terpaksa melakukan pekerjaan ini. Karena orang tuanya sedang sakit dan membutuhkan biaya.
"Sebelumnya saya gak pernah datang ke tempat seperti ini, jadi saya gak bisa nemenin kamu joget-joget disana." kata Raymond dengan sopan.
Karena sifatnya yang sopan dan penuh kelembutan, aku merasa jika pemuda ini memang berbeda dari yang lain. Aku memutuskan tetap disana bersama Raymond, dan berbincang banyak hal. Sampai akhirnya puncak dari acara arisan tersebut dimulai. Dimana yang namanya keluar pada saat itu berhak memilih satu brondong manapun yang ia suka, untuk berkencan satu malam.
"Tenang ya teman-teman, untuk berkencan dengan salah satu dari mereka, kalian gak usah ngeluarin uang sepeserpun. Karena udah dipotong pajak dari hasil arisan kita, jadi ini free dan bebas kalian mau ngapain aja sama berondong yang kalian mau!" seru Wenny yang mulai sempoyongan ketika berdiri.
"Terus kalau kita mau kencan satu malam dengan mereka gimana dong Wen?" teriak Sinta dengan mengangkat satu gelas penuh alkohol.
"Ya bebas dong Sin, tentunya dengan budget masing-masing. Inget ya kencan kalian gak ditanggung pemenang arisan hahaha." sahut Wenny seraya mengangkat gelas minumannya.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala, melihat tingkah mereka semua. Sepertinya hanya aku dan Raymond saja yang tak terpengaruh minuman keras.
Satu botol berisi nama-nama semua orang sudah disiapkan. Mereka memperhatikan Wenny mengeluarkan satu nama dari dalam botol arisan. Semua orang berusaha mengembalikan kesadarannya, berharap nama mereka yang keluar. Dan satu kertas digulung sudah keluar, perlahan Wenny membukanya. Dan mengucapkan satu nama pemenangan arisan.
...Bersambung. ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!