Ini adalah sebuah kisah yang rumit, sebuah kisah yang menguras air mata dan sebuah kisah yang melelahkan hati dan pikiran.
Jika dalam rumah tangga adalah gerbang kebahagiaan yang selalu di tunggu manusia untuk mewarnai hidupnya, dalam kisah ini justru rumah tangga adalah gerbang neraka untuk mereka.
Sebuah kisah yang berawal dari perjodohan orang tua yang mengharapkan putra maupun putrinya mendapat pasangan terbaik dan bahagia dengan pilihannya nass jadi sebuah luka yang berlanjut di setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun.
Yuki rayana kato gadis ceria dan memiliki senyum manis ini harus menelan pil pahit ketika mulai hidup seatap dengan Al Syahreza Kohler yang angkuh, sombong bahkan layak di cap sebagai pria brengsek.
Al Syahreza Kohler pria yang dulunya memiliki jiwa pelindung dan juga care kini menjadi sosok yang kejam untuk gadis mungil yang sejak 1 tahun silam sah menjadi istrinya, jika kejam dalam bentuk tamparan atau bahkan lainnya tak masalah bukan? Tapi ini kejam dalam PERASAAN, apa yang akan dirasakan jika perasaan menjadi sasaran dari kekejaman? ENTAHLAH....
Sulit dibayangkan jika hidup serumah dengan sang suami tetapi tak pernah di sapa, bahkan di tatap pun tak pernah jika suami istri seranjang wajar bukan? Tapi ini Mereka mempunyai tempat singgah lelah yang berbeda bahkan arah tujuan hidup pun berbeda, lalu mengapa mereka menikah? Lagi dan lagi kata ENTAHLAH yang mampu menjawabnya.
Arka Dirgantara Kato dan Dhani Irawan Kohler adalah dua sahabat yang cukup lama karena persahabatan mereka di mulai sejak mereka menginjak sekolah menengah pertama dengan mengenali sifat satu dengan yang lainnya mereka sependapat bahwa anak mereka pasti memiliki watak dan sifat yang tak jauh dari mereka yaitu baik, kerja keras, disiplin dan yang pasti berpendidikan, sampai pikiran untuk menjodohkan putra putrinya pun tersirat dalam benak mereka masing-masing namun tak taukah jika putra dari Dhani Irawan Kohler telah mempunyai kekasih yang mungkin sudah lama bersamanya?.
Dan taukah mereka bahwa dalam kisah ini yang paling menyedihkan dan yang paling memprihatinkan adalah YUKI RAYANA KATO? Jika bertahan dalam keterpurukan tanpa perasaan bukan hal yang sulit, tetapi jika perasaan tak bisa terelakan lalu apa yang bisa di lakukan?
Kata ENTAHLAH yang menjawabnya.
Semua yang terjadi hanyalah rasa salah paham, dan tidak adanya niat saling terbuka antara satu dengan yang lainnya.
Tidak adanya rasa percaya bahagia saat berada diantara mereka.
Tidak mencoba untuk membuka hati, mata bahkan telinga untuk merasakan kehadirannya.
Semua dari perlakuan mereka adalah awal dari penderitaan mereka.
Lalu apa yang diharapkan dari kertas putih yang tertumpah tinta merah? Jika saja tak mencoba untuk menengok kertas putih yang masih bisa untuk di isi, setidaknya untuk berbagi?.
Jika tak sepaham lalu mengapa tak mencoba sejalan? Jika tak punya rasa lalu mengapa tak mencoba untuk bersapa? Jika ingin bahagia lalu mengapa tak mencoba untuk percaya?.
Yuki gadis malang itu harus menahan perihnya mencintai dalam diam dan sakitnya diabaikan bahkan hancurnya di hianati.
Bukankah witing tresna jalaran saka kulina??
" KAMU TERLALU JAHAT PERLAKUKAN DIRIKU SEKEJAM INI" YUKI RAYANA KATO
" PERSETAN DENGAN TANGISAN GADIS SIALAN ITU, KARENA DENGAN HADIRNYA DIA DI HIDUPKU ADALAH KESALAHAN" AL SYAHREZA KOHLER.
>>>
Gelap malam yang ditemani bulan dan bintang kini pudar tergantikan sinar mentari yang menandakan bahwa pagi tengah menjelang, gadis yang kini bergelut dengan perabotan masaknya membuat ia merasakan selayaknya seorang istri biarpun nanti ia akan kembali menelan pil pahit ketika hidangannya hanya di lewati begitu saja, baginya itu bukan hal baru untuknya, yah karena hampir satu tahun ini ia mulai kebal bahkan memasang mental bajanya untuk menghadapi kenyataan yang hanya ia dan suaminya tahu (Serumah tapi tak bersapa) ~> (dalam artian bersapa jika hanya ada perlunya dan jika sang gadis mencoba untuk menyapanya) bukankah bersapa adalah kewajiban? Namun nyatanya mereka tak pernah terlibat dalam satu ruang obrolan bahkan saling menatap pun jarang lalu apa yang pantas disandang untuk kehidupan rumah tangga mereka.
Tap
Tap
Tap
Sang suami menuruni anak tangga karena sudah waktunya untuk pergi kekantor.
Kalian bertanya bukan? Siapa nama sang suami dan sang istri? Yap kalian pasti benar menebaknya mereka adalah Al Syahreza Kohler dan Yuki Rayana Kato.
Yuki memperlihatkan senyum untuk sang suami namun dengan wajah datarnya Al melewati meja makan mereka.
" Mas aku udah buatin sarapan buat kamu" lembut Yuki
" Lo aja yang makan" dingin Al dan langsung melangkah keluar rumah.
Hufttt
Yuki menarik nafas panjangnya dan melihat makanan yang ia racik dengan susah payah namun apa yang didapat? Bahkan di lihat pun tidak, benar-benar memprihatinkan.
" Kasian sekali, kalian lagi-lagi nggak dimakan, yaudah aku aja yah yang makan kalian, nanti aku akan memberikan kalian ke anak-anak yang membutuhkan oke" gumam Yuki untuk penyemangat dirinya yah sebelumnya Yuki memang hanya membuang makanan yang tidak diterima oleh Al biarpun hanya berdua Yuki tetap memasakkan Al dengan berbagai macam masakan berharap akan menarik perhatiannya namun nassnya tetap saja tidak ada perubahan, namun ia tetap harus melakukan kewajiban sebagai seorang istri tak memperdulikan diterima atau tidaknya.
Setelah menyiapkan makanan yang tadi terlantar kini Yuki ada disebuah perumahan kardus yang terdapat banyak keluarga bahkan ada juga anak-anak yang tidak mempunyai orang tua.
" Bundaaaaa" sapa antusias oleh beberapa anak kecil mungkin mereka tidak mempunyai orang tua makanya menganggap Yuki yang baik hati menjadi bundanya.
" Haiiii sayang, sini bunda masakin yang special loh buat kalian" jawab Yuki dengan senyum palsunya biar bagaimanapun ia berusaha agar kekurangan rumah tangganya tidak tersebar kemana mana.
" Yeyyyyyy" girang anak anak
" Bunda masak apa?"
" Banyak dong sayang 'kan buat kalian"
Cupp.
Cupp
Cupp
Yuki geli kala mendapatkan bertubi-tubi ciuman dipipinya sungguh hanya disinilah ia dapat melupakan sakit hatinya.
" Terima kasih bunda"
" Sama-sama sayang"
" Bun kita ke rumah kebanggaan kita yuk" ajak Andre salah satu anak diantara mereka bisa dibilang dia yang paling besar.
" Siap boss" mantap yuki
Yuki dan anak-anak pun beranjak dari gang yang baru saja disinggahi untuk menuju rumah kebanggaan mereka yaitu rumah keluarga bunda RAYA. Rumah ini sangat sederhana hanya terbuat dari beberapa batang kayu jati dan kayu kelapa dan dengan beratap lembaran kardus jangan lupakan alas rumah tersebut yang sudah pasti adalah tanah namun jangan kalian bayangkan kalau rumah tersebut tidak layak untuk dihuni karena rumah tersebut adalah desainan dari seorang Yuki Rayana Kato untuk melepas penat mereka saat mereka lelah dan letih halaman yang cukup luas di pagarinya bambu dan banyak tanaman yang ditanan sehingga memperlihatkan rumah kebanggaan mereka indah, nyaman, dan asri (karangan belaka hehehe) jika Yuki menginginkan rumah yang mewah untuk mereka bisa saja namun Yuki ingin sesuatu yang berbeda saat mereka singgah di rumah tersebut.
"Bentar yah sayang bunda ambil piring sama sendok buat kalian"
" Nggak usah bunda kita ingin makan bersama dalam satu wadah bareng bunda juga"
" Tapi ..."
" Ayolah bunda kita kangen saat-saat itu"
Huf
Yuki menggembungkan pipinya dan mengangguk begitu saja sehingga membuat anak anak bahagia.
" Yeyyyyy makan bersamaaa" kompak semuanya dan Yuki hanya bisa tersenyum tulus.
" Ya Allah terimakasih karena engkau telah mempertemukan mereka sebagai pelipur lara hamba" batin Yuki.
Skip
Jam telah menunjukkan bahwa hari telah malam dan Al saat ini tengah menggenggam segelas minuman keras yang entah sudah berapa kali ia minum di lihat dari kesadarannya mungkin Al meminumnya lebih dari 3 gelas.
" Al Al udah dong lo udah terlalu banyak minum lo bisa hilang kesadaran kalau minum terus" peringat gibran sang sahabat.
" Al kita pulang sebelum lo tumbang di sini" tegas Axel
" Gue gak mau pulang gue mau disini gue bosen melihat wanita jalang ada dirumah gue, uhuk uhuk uhuk gue gak mau pulang" racau Al
" Gawat Gib, Al udah parah mabuknya"
" Yaudah kita antarkan dia pulang"
" Lo tau rumahnya?" tanya Axel dan mendapat gelengan dari gibran.
" Nih anak kalau mabuk pasti nyusahin kita mana kalau kita tanya rumahnya tidak pernah di jawab lagi" gerutu Gibran
" Hus udah Gib sama sahabat nggak boleh gitu, ya udah kita bawa aja keapartementnya"
_____
Terlihat Yuki mondar-mandir dan sesekali melihat jam besarnya.
Hoammm
Yuki menguap dan beralih ke sofa untuk menunggu sang suami pulang meskipun ia tidak tau suaminya pulang atau tidak setidaknya ia sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik.
23.30 wib
01.45 wib
03.00 wib
08.00 wib
Ting
Tong
Ting
Tong
Suara bel pintu menyadarkan Yuki dari tidur nyenyaknya dan tergagap saat melihat jam sudah menunjukkan jam 08.00 wib itu berarti suaminya tidak pulang dan ia juga kesiangan untuk memasakan suaminya.
Tap
Tap
Tap
Yuki melihat penampilan Al yang berantakan mulai dari baju hemnya yang kusut, wajah yang seperti kurang tidur dan juga rambut yang acak acakkan.
" Mas dari mana?" tanya yuki
Sret
Al melewati Yuki dan tanpa berniat menjawab ataupun menatapnya.
" Sini mas biar aku yang bawain tasnya" sabar yuki
Dug
Al mendorong Yuki sampai Yuki jatuh untung saja masih ada sofa didekatnya.
" Nggak usah sok lugu di depan Gue, Lo urus aja hidup lo" tekan al
" Biar aku siapin air hangat mas" acuh Yuki
" Lo dengar atau lo pura-pura tuli hah? gue bilang jangan lo urusi gue"
" Tapi kamu suami aku mas"
" Dan gue nggak sudi punya istri seperti lo" bentak al
Hiks
Hiks
Hiks
Yuki menangis dalam ringkukan badannya setelah terjatuh tadi. Sedangkan Al memandang sinis kemudian pergi begitu saja tanpa menghiraukan yuki.
" Hoh hoh hoh sabar Yuki kamu harus sabar biar bagaimanapun Al adalah suami kamu yang mulai kamu cintai" gumam Yuki seraya mengelus dadanya berharap sesaknya berkurang.
Yuki beranjak dan menuju dapurnya untuk memasakan sang suami biarlah jikapun harus terluka setidaknya ia masih punya Tuhan untuk bersandar dan meraih syurga melalui suaminya.
_____
Al berbaring di king sizenya tanpa berniat melepas sepatunya, ia meremasi kepalanya yang masih sedikit pusing karena efek minuman keras semalam.
Senyuman getir terlihat dari bibir tipis Al kala memandang bingkai foto yang terpajang tegak dinakasnya.
Sret
Al mengambil bingkai tersebut dan mengelusnya dengan seksama.
" Sayang kamu dimana? Kenapa kamu ninggalin aku?"
" Kemana janji kamu dulu?"
" Kenapa kamu pergi tanpa berpamitan kepadaku?"
" Maafin aku kalau aku menghianati kamu"
" Maafin aku kalau aku menghianati cinta kita, maafin aku sayang"
Lirih Al yang terdengar pilu dan juga menyesal.
Hup
Al memeluk sayang bingkai tersebut dan memejamkan matanya berharap bertemu dengan kekasihnya yang entah kemana.
_____
" Ayolah Kuy kita kan udah lama nggak kumpul" rengekan dari seberang
" Maaf Key gue nggak bisa"
" Pleaseeee"
" Key..."
" Sekali aja Kuy kangen nih sama kalian"
" Huf yaudah"
" Yess makasi Ikuy sayang" girang Keyna
" Hem" malas yuki
Klik
Yuki memutuskan telfonnya dengan sahabat karibnya itu.
" Kalau aku pergi, terus mas Al sama siapa?"
" Minta ijin nggak yah?"
"Minta ah kan juga merupakan kewajiban seorang istri" guman Yuki lalu menuju kamar Al yang terletak dilantai atas.
Tok
Tok
Tok
Yuki mengetuk pintu Al namun sepertinya tidak ada tanda-tanda pintu dibukakan.
" Mas"
Tok
Tok
" Mas Al" teriak Yuki namun tak ada jawaban dari dalam.
Tok
Tok
Tok
" Mas Al" panggil Yuki kembali
Pintu terbuka dan Al menatap tajam Yuki pertanda bahwa ia merasa terganggu oleh Yuki.
" Lo bisa nggak jangan mengusik gue? gue jengah lihat lo" sinis Al
" Ma ma maaf mas aku nggak ada niat mengganggu mas, aku hanya ijin mau keluar sebentar" lirih Yuki sambil menunduk
" Pergi sana sukur nggak pulang!"
Bragggh
Al membanting pintunya membuat Yuki reflek memejamkan matanya dan kembali merasakan sesak di dadanya.
" Ya Allah"
"Mas kalau mas lapar nanti mas kemeja makan yah disana udah aku siapkan semuanya" pesan Yuki
Pranggggg
Kembali Yuki kaget karena mendengar pecahan vas bunga mungkin Al sengaja melemparnya entah ditembok atau dimana yang pasti terdengar sangat nyaring.
Dengan air mata Yuki beranjak meninggalkan kamar Al.
_____
Kafe kasih sayang>>>
Terlihat beberapa orang tengah berkumpul dan bercanda ria yah siapa lagi kalau bukan Yuki dan teman temannya??
" Kuy lo tau nggak kalau Gio yang pernah naksir lo sekarang jadi dokter"
" Serius lo Key?" antusias satunya tentu saja bukan Yuki
" Serius Chik, kemaren gue tidak sengaja ketemu di Alfamart"
" Tambah ganteng nggak orangnya?" kerling Indah
"Gantengnya kuadrat Ndah, gue jamin kalau Ikuy ketemu sama Gio pasti nyesel pernah nolak dia" remeh Key
" Lo ngomong apa si Key? Gue udah nikah masih aja lo godain" kesal Yuki
" Tapi lo nggak cintakan sama suami lo?" selidik Keyna
" Kalau nggak cinta nggak mungkin nikah Key" malas yuki
" Kenapa lo dulu nolak Gio Kuy?"
" Ya karena gue udah nganggep Gio itu kakak gue"
" Masa si?"
" Serah lo pada deh"
" Hhhhhh" kompak semuanya saat melihat Yuki kesal dan malu juga.
______
Derrttt
Derrrtt
" Hallo" malas Al karena tidurnya kembali terganggu
" Al ini pesenan lo"
" Emang udah dapet?"
" Belum keseluruhan si, coba lo sini aja, di kafe biasa"
" Oke"
Klik
Al beranjak dan masuk kamar mandi untuk menyegarkan penampilannya.
_____
" Gimana?" tanya Al to the point pada sahabatnya itu.
" Gue cuma dapat info kalau cewe lo lagi berada di Paris, tapi tujuannya apa gue belum tau"
" Thanks gib"
" Bentar Al, lo kan udah punya istri kenapa lo masih cari Allysa?"
" Gue nggak merasa punya istri" datar Al
" Ayolah Al, lupakan kekasih lo itu dan mulai mencintai istri lo" bijak Axel
" Lo lupa kalau istri gue cuma wanita jalang?"
" Gue nggak yakin" remeh Axel
" Itu hak lo, dan sampai kapanpun gue akan tetap menganggap dia wanita jalang yang merusak alur hidup gue"
" Gue takut lo menemui karma al" sinis Axel
" Persetan dengan karma" sinis al
" Lo selalu berkata kalau istri lo adalah wanita jalang dan matre lalu kenapa lo nggak pernah memberi kami waktu atau kesempatan untuk sekedar melihat istri lo?" selidik Axel
" Karena gue tau kalian pasti akan tertipu muka polosnya"
" Lo yang menipu atau dia yang menipu?''
" Terserah apa pendapat kalian bagi gue dia seperti apa yang gue bilang sama kalian dia nggak lebih dari wanita jalang yang menghancurkan kebahagiaan orang"
" Hei bung lo berkata seolah-olah yang paling tersakiti, apa lo pernah berfikir kalau bukan hanya lo yang tersakiti?" remeh Axel
" Lo kenapa ngomong gitu?
" Ya karena feeling gue bilang gitu" santai Axel
" Persetan dengan feeling lo" datar Al lalu beranjak dari tempat duduknya.
Axel dan Gibran saling berpandangan sampai akhirnya Gibran menggelengkan kepalanya.
" Sahabat lo kenapa Gib?"
" Eh sarap lo lupa kalau dia juga sahabat lo?" tanya Gibran sambil menatap tajam ke Axel.
Axel hanya mengangkat kedua bahunya yang membuat gibran kesal.
" Xel gimana kalau kita cari tau tentang istrinya Al? Biar kita nggak buruk sangka gitu sama istrinya Al"
" Lo naksir sama istrinya Al, Gib?"
" Ya kalik naksir Gib, orang ketemu aja belum"
" Lah itu ngapain?"
" Ya gue cuma ngerasa bersalah aja bantuin Al cari informasi tentang Allysa"
" Gue nggak mau turut campur Gib, biarin aja semua berjalan sampai akhirnya Al ngasih tau kita tentang istrinya"
" Sok bijak lo"
Axel yang cuek langsung meninggalkan Gibran dikafe sendirian tanpa berpamitan.
" Aelah gue malah di tinggal emang dasar sarap" gerutu Gibran sambil melangkah keluar tanpa memperhatikan jalan yang keluar yang lumayan ramai.
Brugggh
Gibran menabrak seseorang sampai ponsel yang digenggam orang tersebut terjatuh.
" Sorry sorry, gue nggak sengaja" cepat Gibran
Axel menoleh kebelakang tempat dimana Gibran menabrak seorang gadis.
" I iya mas nggak apa-apa aku kok yang salah" senyum tulus gadis tersebut
" Bukan lo yang salah tapi gue"
" Yaudah kita sama-sama salah jadi nggak ada kata minta maaf"
" Gib kenapa?" tanya Axel yang sudah menghampiri keduanya.
" Lo si Xel ninggalin gue, gue jadi nabrak mbak ini"
" Sorry yah" Lembut Axel yang menatap lama gadis tersebut.
Setelah cukup lama gadis tersebut melepas kontak kedua matanya.
'' Kenapa dengan jantung gue?" batin Axel
" Hey Xel lo melamun?"
" Nggak" acuh Axel
Gadis tersebut mengambil ponselnya.
" Maaf mas aku duluan yah udah di tunggu temen soalnya" pamit gadis tersebut dan langsung melangkah menjauhi Axel dan Gibran.
" Mbak tunggu, hei" teriak Axel
" Ngapain Xel?"
" Mau nanya nama" polos Axel
" Sejak kapan lo perduli sekitar lo?"
" Sepertinya gue jatuh cinta pada pandangan pertama Gib"
" Drama lo" cibir Gibran
" Biarin"
" Tapi nggak mustahil si Xel gadis tadi cantik kok, sopan lagi biasanya kan kalau gadis lain yang ketabrak bakalan rempong"
" Gue nyaman aja Gib waktu tadi melihat mata dan senyumnya"
" Dasar korban drama lo"
" Serius Gib"
"Serah lo deh" final Gibran dan menarik tangan Axel untuk segera keluar dari kafe.
_____
21.00
Yuki menunggu Al yang samapi malam ini belum juga pulang meskipun ini bukan untuk yang pertama kalinya tetap saja Yuki menghawatirkan suaminya.
Ting
Tong
Ting
Tong
Yuki terkesiap dan setengah berlari untuk membukakan pintu sebelum sang suami murka dengan alasan lamban membukakan pintu.
Yuki terkesiap saat tubuh Al menubruknya dan dengan mengernyit Yuki mencium bau sang suami yang notabene nya berbau alkohol dengan susah payah yuki memapah sang suami.
" Mas..."
" usttt aku minta maaf sayang"
Nyess
Hati yuki berasa tersiram embun pagi saat mendengar al memanggilnya sayang dan juga meminta maaf.
" Sayang aku minta maaf aku menghianati cinta kita, aku minta maaf"
" Aku mohon jangan tinggalin aku, aku mohon kembali lah kepadaku aku tau aku salah uhuk tapi uhuk aku aku uhuk cinta aku uhuk sayang aku sayang kamu uhuk'' racauan Al yang terdengar sangat menyesal bahkan sangat menyayat
" Sebegitu hancurnya kamu mas hidup sama aku"
" Apa sebegitu sakit kamu hidup denganku?"
Hiks
Hiks
Yuki menahan tangisnya yang hampir pecah tak bersisa sungguh kicauan Al membuat luka Yuki bak ditaburi garam sungguh teramat perih.
Dengan menahan tangis Yuki kembali memapah Al untuk naik kelantai atas.
" Sayang kamu kok diam? Jawab dong" gumam Al
" Sayang please jawab"
" Kamu nggak akan ninggalin aku kan?"
" ALLYSA" bentak Al mungkin karena kesal tak kunjung mendapat jawaban.
Yuki memejamkan matanya mengapa dipanggil sayang dengan nama yang berbeda itu menyakitkan? Ini lebih dari kata sakit.
" Em em em mas a a aku bukan Allysa tapi aku Yuk yuk yuki" takut Yuki.
Brug
Reflek Al mendorong Yuki sampai tersungkur di bawah tangga beruntung pijakan mereka belum tinggi dari kata tangga atas.
" Jangan pernah lo sentuh gue apalagi cari kesempatan dalam kesempitan" teriak Al lalu mencoba beranjak meskipun sempoyongan Al tak perduli baginya bertatapan dengan Yuki adalah hal yang menjijikan.
Hiks
Hiks
Hiks
" Kamu harus kuat Ki, jika sampai akhirnya kamu menyerah, setidaknya kamu tidak menyesal saat kamu berpasrah dan memilih dia untuk bahagia tanpa kamu disampingnya".
Seperti malam-malam biasanya Al selalu menghabiskan malam ya di sebuah club yang biasa ia sambangi bersama kedua sahabatnya.
Mereka duduk tepat di depan bartender, Al terus meneguk habis minumannya, padahal keadaannya kali ini sudah sangat memprihatinkan.
"Al lo nggak a bosen terus-terusan kayak gini"
Al menoleh sesaat kepada Gibran.
"Emang kenapa kalo gue terus-terusan kayak gini?"
Bukannya menjawab, Al malah membalikkan pertanyaan kepada Gibran.
"Ya nggak apa-apa sih sebenarnya, tapi lo jadi kayak orang yang menyedihkan"
Ucapan Gibran membuat Al menegakkan tubuhnya, pria yang terlihat matanya sudah merah itu, langsung menatap tajam Gibran.
"Lo nggak bisa bilang gue menyedihkan, hanya karna melihat gue kayak gini, lo nggak tau rasanya tinggal bareng sama wanita jalang itu kan?" ucap Al.
Gibran meneguk minumannya, dan menatap Al yang juga telah meneguk habis minumannya.
"Tapi dia itu istri lo Al"
Ucapan Gibran membuat darah Al serasa mendidih, ia sungguh tidak suka mendengar gadis itu disebut sebagai istrinya.
Al mencengkram kerah baju Gibran dan tatapan matanya menyorot tajam Gibran.
"Gue peringatkan sama lo jangan pernah sekali-kali lo nyebut dia sebagai istri gue, karna bagi gue dia cuma jalang yang nggak berguna" tegas Al sambil melepaskan cengkramannya.
"Kalo emang dia Jalang, kenapa lo mau nikahi dia?"
Al mengalihkan pandangannya ke Axel yang sejak tadi hanya diam melihat kedua sahabatnya ini bertengkar.
"Itu semua bukan urusan lo" ucapnya kesal dan langsung bangkit dari duduknya, berjalan sempoyongan meninggalkan club.
Gibran dan Axel hanya menggelengkan kepala melihat kepergian sahabatnya itu.
"Gue yakin ada yang nggak beres" ucap Gibran menoleh ke Axel.
"Apapun itu, itu bukan urusan kita" ucap Axel sambil meneguk minumannya.
"Iya sih emang bukan urusan kita, tapi gue penasaran, kenapa Al segitu bencinya sama istrinya, emang lo nggak penasaran apa?"
Gibran bertanya serius sambil menatap Axel. Sementara Axel hanya menatapnya sekilas.
"Yang pasti semuanya itu ada alasannya" ucap Axel lalu bangkit dari duduknya, berjalan keluar.
"Woi... parah ni bocah, main tinggalin aja" ucap Gibran. Sebelum pergi Gibran meneguk habis minumannya dan berlari menyusul Axel.
*****
Tak akan ada yang pernah tau bagaimana rasa sakit yang di pendamnya. Kebencian suaminya yang harus dia tanggung sendiri, memberi luka yang makin teramat dalam di hatinya.
Impian-impian dan harapan yang dulu pernah di bangunnya sebelum menikah, telah lenyap di kala ia mendapatkan kesedihan.
Yuki tak pernah menyangka jika syurga yang dia inginkan dari pernikahannya, hanyalah harapan yang tak mungkin jadi kenyataan, karena yg selalu ia dapatkan adalah neraka dunia yang diberikan Al.
Yuki saat ini tengah berada di ruang tamu rumahnya, ia melirik kearah jam.
Disana jarum jam sudah menunjuk ke angka 02.35, namun belum ada tanda-tanda kepulangan Al suaminya.
Rasa kantuk pun sudah melanda dirinya. Sedari tadi dia terus saja menguap.
Yuki mengambil gelas yang ia letakkan di meja, dan meneguk air di dalamnya. Berharap dengan meminum air rasa kantuknya bisa hilang.
Namun percuma, semakin lama, matanya semakin berat untuk ia tahan.
Sudah tak sanggup lagi untuk menahan, Yuki pun memutuskan untuk tidur, ia meletakkan bantal di ujung sofa untuk alas kepalanya. Ia memilih tidur disofa, karena takut saat Al pulang ia telat membukakan pintu. Maka Al akan marah kepadanya.
Yuki memejamkan matanya. Menikmati tidur untuk sementara, mungkin dengan begitu adalah hal yang baik untuk melepaskan sejenak beban hatinya.
Ting..
Tong..
Ting..
Tong...
Yuki membuka lagi matanya saat mendengar suara bel berbunyi, padahal ia baru saja memejamkan matanya.
Dengan bergegas ia segera berlari ke depan, membukakan pintu untuk Al.
Cekllekkk...
Pintu terbuka, Yuki menatap Al yang seperti biasanya selalu dengan penampilan yang berantakannya.
"Kenapa lo lama banget buka pintunya"
Yuki menunduk takut saat Al mengeluh kepadanya.
"Maaf" Hanya itu yang mampu ia keluarkan dari bibirnya.
Al berjalan masuk kedalam, meninggalkan Yuki yang menatapnya sendu di ambang pintu.
Al merebahkan tubuhnya di atas sofa. Tas yang di bawanya ia campakkan di sembarangan arah. Ia membuka dasinya yang terasa seperti mencekik lehernya.
"Kenapa lo masih berdiri di situ"
Yuki tersadar dari lamunannya. Ia pun menutup pintunya dan mulai menguncinya. Setelah itu ia berjalan menghampiri Al. Yuki mengutip tas kerja Al yang tergeletak di lantai, dan menaruhnya di atas meja.
Yuki melihat mata Al yang terpejam, rasa sedih menghinggapi dirinya, melihat suami yang telah ia cintai dalam keadaan berantakan.
Dengan niat tulus Yuki membukakan sepatu Al juga kaus kakinya. Setelah itu dia berjalan meletakkannya di sudut ruangan di tempat sepatu.
Yuki terkejut saat sebuah tangan melingkar indah di perutnya. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat.
"Aku sangat mencintaimu"
Yuki membelalakkan matanya kaget, mendengar suaminya membisikkan kata-kata yang sangat membuatnya bahagia.
Bagaikan ada ribuan kupu-kupu terbang di hatinya. Yuki tak tau harus bersikap bagaimana saat ini. Ia terlalu bahagia, selama ini setelah setahun ini, ini lah yang sangat di impikannya. Penerimaan dari suaminya.
Al membalikkan tubuh Yuki. Matanya tak terbuka sepenuhnya. Mungkin efek dari alkohol yang membuat kepala sakit dan sulit untuk membuka matanya.
Yuki hanya diam tak bersuara saat Al membalikkan tubuhnya, bahkan dia tak mampu untuk menatap mata suaminya, ia hanya menunduk.
Al membelai wajah Yuki dengan sangat lembutnya. Tak dipungkiri, sentuhan Al memeberikan getaran-getaran tersendiri di tubuh Yuki.
Al terus mengelus tubuh Yuki, mulai dari pipi, bibir hingga leher. Sentuhan Al membuat Yuki menutup matanya dan helaan nafas Yuki pun terdengar menjadi tak teratur.
"Maafkan aku"
Yuki tersenyum saat Al mengatakan kata maaf kepadanya, sungguh, sebelum Al mengatakan maaf kepadanya, Yuki dengan tulus telah memaafkannya.
"Allysa"
Yuki membuka matanya dan mendongak menatap suaminya. Air mata jatuh tak tertahan saat suaminya mengatakan nama wanita lain tepat di hadapannya.
"Aku Yuki mas"
Dengan bibir bergetar Yuki mencoba menyadarkan suaminya. Tangan Al yang tadinya mengelusnya, kini terhenti, matanya terbuka lebar menatap Yuki tajam.
Dan dengan kasarnya, ia mendorong Yuki, hingga tubuh gadis itu menghantam rak sepatu.
"Dasar Jalang, udah berapa kali gue bilang sama lo, jangan sentuh gue"
Yuki menutup kedua matanya saat Al berteriak tepat di hadapannya.
"Tapi aku"
"Aku apa ha..."
Yuki hanya diam saat ia di bentak oleh suaminya. Ia tak ingin menambah kemarahan suaminya lagi. Jadi dia hanya memilih diam agar semuanya cepat berlalu.
Tanpa diduga, dengan kasarnya Al mencengkram lengan Yuki dan membawa gadis itu tepat di hadapannya. Yuki menatap mata Al yang mengisyaratkan penuh kebencian padanya.
"Gue peringatkan sekali lagi, jangan pernah lo nyentuh gue, kalau nggak gue nggak akan segan-segan untuk berbuat kasar sama lo, mengerti!" ucap Al kasar.
Yuki hanya mengangguki ucapan Al. Bibirnya dan lidahnya terasa keluh untuk berbicara. Air mata pun tak lagi mampu ia tahan, dan mengalir bebas tanpa ijin darinya.
"Hentikan sandiwara murahan lo itu, dasar jalang"
Ucap Al dan menghempaskan tubuh Yuki dengan kasarnya ke lantai. Setelah itu ia berlalu pergi kekamarnya.
Yuki menatap langkah Al yang semakin menjauh darinya. Ia meraba dadanya yang terasa sesak dan meremasnya.
Terasa hatinya sangat hancur, kebahagiaan sesaat yang dirasakannya tadi hanyalah sebuah mimpi yang berakhir pada kenyataan pahit yang harus di terimanya.
Lagi penolakan atas dirinya, membuatnya semakin terluka. Mengapa takdir begitu kejam padanya. Jika memang bukan berjodoh, lantas mengapa harus disatukan. Jika ini yang ia dapatkan mengapa tidak memilih pergi disaat ada jalan.
Yuki tidak pernah tahu apa yang di lakukannya, ia merasa tersakiti, tetapi mengapa ia harus bertahan. Dan mengapa ia enggan untuk pergi.
Jika luka ini terus menerus menusuk kedalam kalbu. Akankah ia mampu bertahan sampai akhir?
ENTAHLAH ia hanya ingin menjalankan takdir yang telah di gariskan kepadanya. Baginya ini adalah jalan hidup yang harus ia lalui. Hanya itu pegangan yang akan mampu menguatkannya sampai akhir.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!