perkenalan karakter
Dina gadis remaja yang berumur 19 tahun. Gadis yang selalu ceria. Dina kuliah disalah satu Kampus yang favorit di kotanya. Dina dapat kuliah dengan beasiswa yang diperolehnya karena prestasi yang didapatnya sejak dari bangku SMA. Dina siswa yang sangat pintar dari dulu, dia selalu berhasil juara di sekolahnya. Dia ambil jurusan arsitek, karena dia sangat menyukai dunia arsitek.
Gio seorang CEO diumur dia yang masih muda, dia berumur 24 tahun. Dia lulusan bagian bisnis S2 di LA. Dia menggantikan posisi papanya setelah lulus kuliah. Sejak dia memegang perusahaan papanya dia menjadikan perusahaan keluarganya jadi perusahaan nomor satu dimana negara. Dia tidak menyukai kedua orang tuanya, karena sejak kecil dia selalu diabaikan orang tuanya.
Nayla sahabat Dina yang memiliki sifat yang lembut. Dia sudah menganggap Dina adalah keluarganya.Dia satu kampus dan satu jurusan dengan Dina, rumah Dina dan Nayla sangat berdekatan.
Naya, ibu angkat dari Dina. Dia sangat menyayangi Dina. Dia selalu memenuhi kebutuhan Dina, meskipun Dina bukan anak kandungnya. Naya meninggal saat Dina berumur 19 tahun.
Nia ibu dari Nayla juga sekaligus sahabat dari Naya. Nia berkerja sebagai guru SMA. Dia berkerja disekolah tempat Dina dan Nayla menempuh pendidikan sewaktu SMA. Suaminya adalah Doni bekerja sebagai Notaris. Doni punya kantor, sendiri. Mereka sudah menganggap Dina sebagai anak mereka sendiri.
Toni kepercayaan Gio sekaligus sahabat dari Gio dari semenjak SMP. Dia tahu bagaimana keadaan Gio sebenarnya. Orang tahu Gio orang yang sangat tegar tapi dialah yang tahu bagaimana perasaan Gio sebenarnya
Tasya sahabat dari Gio dan Toni. mereka saling mengenal dari SMP. Sebenarnya dia menaruh hati kepada Gio. Tapi dia lebih memilih diam. Dia tidak ingin persahabat nya sama Gio hancur.
Adi Jaya seorang pengusaha yang sukses.
Dia mempunyai istri yang bernama Cantika dan anak mereka bernama Gio. Cantika selalu ikut kemana suaminya bertugas. Bagi Adi Cantika adalah seorang istri yang sempurna, yang selalu memenuhi dan mempersiapkan segala keperluan suaminya. Tapi dia gagal menjadi seorang ibu dimata anaknya. Semua orang mengira keluarga mereka keluarga harmonis. Mereka tidak tahu bagaimana perasaan anaknya bersama mereka.
Figo seorang dokter muda yang menjadi dokter keluarga Adi Jaya, setelah ayahnya meninggal. Ayahnya dulu seorang dokter keluarga Adi sebelum ayahnya meninggal. Dia juga sangat dekat dengan Gio. Dia sudah menganggap Gio seperti saudaranya, karena dari kecil mereka sudah sering bermain bersama.
Soni putra seorang pengusaha yang sukses, sahabat dari Adi jaya. Perusahaanya nomor 2 setelah Adi jaya, dia mempunyai istri yang sangat cantik, yang bernama Sari putra. Mereka mempunya seorang putri, tapi menghilang karena diculik sewaktu dibawa bermain ke taman bersamanya dan pengasuhnya. Anaknya menghilang disaat berumur 2 thn. Mereka sudah mencari kemana mana sampai menyewa detektif untuk mencari putrinya. Tapi sampai bertahun tahun tidak ada hasilnya. Semenjak mereka kehilangan anaknya, istrinya selalu sedih. Setiap hari dia menangis, termenung dan dia kadang tidak mau berbicara. Untuk mengembalikan senyum istrinya Soni membawa istrinya kelantai asuhan untuk mengadopsi seorang anak perempuan.
Jenny seorang gadis remaja yang berumur 19 tahun, anak angkat dari Pengusaha yang bernama Soni putra dan Sari Putra. Seorang gadis yang paling manja tapi kelihatan tomboy. Dari kecil dia sudah belajar beladiri untuk dapat melindungi dirinya dari kejahatan. Jenny anak yang baik hati, yang suka menolong orang. Dia mengetahui kalau dia anak angkat diumur 17 tahun. Awalnya dia marah sama orang tuanya, tapi dia akhirnya bisa menerima kenyataan. Jenny juga satu kampus dengan Dina dan Nayla mereka hanya berbeda jurusan, akibat satu peristiwa Jenny menjadi sahabat dari Dina dan Nayla.
Hidup Dina terasa seperti tidak ada artinya lagi sejak kematian bunda nya dia merasakan kesepian, apalagi sebelum bundanya meninggal bundanya mengungkapkan satu kebenaran yang meruntuhkan seluruh hidupnya.
"Sayang maafkan bunda, bunda sudah tidak sanggup lagi" kata Naya sambil menangis.
"Jangan bicara seperti itu, Bun. Dina yakin bunda pasti bertahan" kata Dina dengan suara yang tertekan akibat dari tangisannya.
"Dengar sayang, disaat bunda sudah pergi, bunda menyiapkan kan surat, yang berharga untuk mu. Bunda menyimpan nya didalam kotak kecil yang didalam lemari pakaian Bunda. Bunda sayang sama Dina putri kesayangan bunda" kata bundanya sambil menangis. Tidak lama kemudian, suara dari detektor detak jantungnya berbunyi
BIP....BIP....
Naya pergi untuk selamanya. Dina menangis sejadi jadinya, Nayla dan keluarganya yang menemani Dina untuk membantu mengguburkan bundanya, karena Dina tidak mempunyai keluarga yang lain.
Setelah 3 hari kematian bundanya, Dina membaca surat yang ditinggalkan bundanya
"sayang mungkin disaat kamu membaca surat ini, kamu pasti tidak bisa menerimanya, tapi yakinlah apapun yang terjadi kamu tetap anak bunda yang paling bunda sayang. Sayang sebenarnya kamu bukanlah anak kandung bunda, bunda menemukanmu didalam pondok pondok disaat hujan deras. Bunda langsung membawamu pulang, dan menjadikan mu sebagai anak bunda. karena bunda sudah jatuh cinta denganmu semenjak pertama kali bunda melihatmu. Bunda tidak tahu asal usul mu, bunda hanya melihat kalung liontin disaat kamu pakai. Carilah kedua orang tuamu. Supaya kamu tidak sendiri di dunia ini dan ada yang menjagamu. Bunda sayang Dina."
hiks.....hiks....hiks....
Dina selalu menangis tanpa henti setiap harinya. Dia tidak menyangka bahwa dia bukan lah anak kandung. Dina selalu bertanya tanya siapa orang tuanya? Kenapa orang tuanya membuangnya? Apa salahnya?
Kenapa Tuhan seakan mempermainkan kehidupannya.
Karena dari keputus asaannya dia sempat mencoba bunuh diri terjun ke sungai. Tapi gagal, karena seorang pria menyelamatkannya. Tapi Dina langsung pingsan setelah diselamatkan. Pria itu membawa Dina kerumah sakit. Dia jugalah yang membiayai rumah sakitnya.
"Maaf pak, apak bapak walinya perempuan itu?" seorang perawat menghampirinya didalam ruangan
"Saya hanya seorang yang menolongnya saja. Maaf kenapa?"
"Kami memerlukan tanda tangan sebagai walinya"
"Baiklah saya akan jadi walinya" kata Gio
Setelah pria itu mengisi datanya, pria itu
langsung kembali keruangan Dina. Dia melihat Dina masih tidur ditempat tidurnya. Pria itu terus mengamati wajah Dina. Tanpa sadar pria itu tersenyum melihat wajah Dina yang sangat cantik. Pria itu menelepon seseorang untuk membereskan administrasi dirumah sakit.
Setelah 3 jam menunggu Dina juga belum sadar. Mungkin Dina belum bangun akibat dari obat biusnya. Dia ingin sekali mengetahui namanya, karena waktu menolongnya Dina tidak ada membawa KTP nya atau pun Hp.
"Permisi!" pria itu datang ketempat perawat.
"Ya, ada yang bisa saya bantu pak?" kata seorang perawat.
" Begini, kalau pasien yang dikamar 102 sadar, tolong kabari saya. Ini kartu nama saya" ucap pria itu sambil memberi kartu namanya.
"baik pak, nanti kami akan hubungi" Perawat yang menerimanya kartu namanya kaget, ternya pria itu adalah Gio Jaya anak pemilik rumah sakit itu.
Setelah kepergian Gio, Dina akhirnya sadar. Dina memaksa dokter memberinya ijin pulang, dan perawat yang menjaga Dina menghubungi Gio, kalau Dina sudah sadar. Tapi Gio tidak bisa langsung kesana, karena dia sedang rapat penting. Setelah dia selesai rapat Gio langsung kerumah sakit. Tapi sayang Dina sudah pulang dari rumah sakit. Gio merasa kesal, karena tidak sempat bertanya jati diri Dina.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
maaf kalau ada salah typo karena saya masih pemula😊. Mohon dukungannya, 🙏
6 bulan kemudian
Sejak kejadian itu, Dina menjadi pendiam. Sahabat satu satunya merasakan kesedihan Dina, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Dina juga memutuskan untuk cari pekerjaan. Apapun akan dikerjakannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan biaya kuliahnya. Karena bundanya tidak ada meninggalkan banyak harta, bundanya hanya meninggalkan rumah yang sederhana dan uang tabungan yang sedikit, yang selama ini ditabung bundanya untuk masa depan Dina.
Dikampus
"Din, kenapa buru-buru sih?" tanya Nayla ketika dia melihat sahabatnya buru - buru masukkan bukunya ke dalam tas.
"Sorry, aku lupa kasih tahu sama kamu. Mulai hari ini aku sudah dapat kerjaan, jadi setiap aku pulang kuliah aku harus kerja" jawab Dina sambil tersenyum sama sahabatnya
"Ya, ampun Din. Kenapa sih nggak kabari aku? Ya udah kamu kerja dimana?" tanya Nayla dengan kesal sama sahabatnya
"Ya, maaf ! Aku lupa kasih tahu sama kamu. Jangan marah ya." bujuk Dina sama sahabatnya karena dia juga yang salah tidak kasih tahu.
"Iya, sekarang jawab dulu kamu dimana kerjanya?" tanya Nayla lagi dengan serius
"Aku, kerja di...." Nayla sangat gugup menjawabnya. Dia takut Nayla marah sama nya
"Tapi kamu jangan marah ya, ini kerjaan ku sementara kok. Kalau sudah dapat tempat kerjaan yang bagus, pasti aku tinggalkan" jawab Dina sambil pegang tangan sahabatnya untu meyakininya.
"Iya. Cepat deh, kamu kerja dimana?" jawab Nayla.
" Aku kerja di Bar Competion" jawab Dina dengan wajah yang ditekuk.
"Ya, ampun Din. Kenapa disitu sih? kamu tahu kan disitu tempatnya bahaya." jawab Nayla dengan wajah kaget.
"Maaf. Hanya tempat itu yang mau menerima ku, saat ini dan bisa mengatur jadwal kuliah ku" jawab Dina dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.
Nayla langsung memeluk sahabatnya itu. Dia tahu keadaan sahabatnya.
"Maaf, aku tidak bisa membantu kamu. padahal aku sahabat kamu. Aku akan dukung kamu. Tapi kalau ada apa-apa kamu harus cepat kabari aku." kata Nayla sambil memeluk sahabatnya dengan mengelus punggung sahabatnya itu. Dia tahu Dina saat ini hanya perlu dukungan.
" Aku akan bantu kamu untuk cari pekerjaan, yang tidak mengganggu kuliah mu" janji Nayla
"Makasih, kamu memang sahabatku yang terbaik" kata Dina dengan mata yang sembab akibab nangis.
Dikantor Gio
"Ton, bagaimana yang aku suruh? Kamu sudah menemukannya?" tanya Gio sama asistennya sekaligus sahabatnya. Semenjak kejadian itu Gio menyuruh Toni untuk mencari informasi Dina.
"Maaf, pak. saya belum bisa menemukannya" jawab Toni dengan wajah takut. Meskipun Toni sebagai sahabatnya Gio, dia selalu menghormati sahabatnya itu. Dia selalu bisa menempati posisinya, kalau dalam kantor dia selalu memanggil Gio dengan sopan, beda kalau diluar jam kerja.
Gio, hanya menghela nafas saja. Dia tidak pernah lupa dengan wajah Dina. Pertama melihat wajah Dina dia langsung jatuh cinta dengannya. Inilah pertama kalinya dia merasakan jatuh cinta.
"Ya, sudah. Terus cari dia! sekarang kita makan siang dulu." kata Gio
"Oke bos" jawab Toni dengan senyum.
Didalam perjalanan makan siang, dimobil Gio hanya diam saja. Toni yang melihatnya sudah hal yang biasa. Seluruh pegawai pun yang dikantor mereka juga tahu, bahwa Gio orang yang suka diam dan dingin. Tak satupun pegawai yang diperusahaannya berani menatap bosnya.
Didalam keheningan Toni membuka suara duluan
" Bro, wajah bisa dirubah ngak sih? Datar terus wajahnya." ngoceh Toni sama Gio, karena wajahnya terus saja dingin tak pernah berubah.
"Memang kenapa wajah ku?" tanya Gio dengan tatapan tajam ke Toni.
"Santai. maksud aku, ya sekali - kali kenapa senyum. Biar semua orang ngak takut lihat wajah mu." jawab Toni sambil senyum.
"Sialan. Sudah berani ya sama, ku?" jawab Gio dengan tatapan dingin, sambil menjitak kepala Toni.
"Ya, sory kali" jawab Toni tersenyum, sambil mengelus kepalanya akibat kena jitakan Gio.
Direstoran
"Oh, ya aku lupa kasih tahu kalau Tasya sudah balik dari LA" kata Toni sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Kapan itu anak balik ? Kenapa tidak ada kabari ke aku?" tanya Gio
"Ya, mana aku tahu. Tadi pagi dia nelpon kalau dia sudah balik ke Indonesia. Jadi ngajak ketemuan di bar tempat kita biasa. kamu bisakan?" kata Toni
"Oke. Ntar kamu jemput aku. Aku lagi malas bawa mobil" jawab Gio
"Oke bro!" kata Toni
*K**ediaman keluarga Adi Jaya*
Adi Jaya dan Cantika kedua orang tua Gio sampai di Indonesia jam 2 siang tadi. Sampai dirumah mereka langsung istirahat. Menjelang sore hari mereka bersama duduk santai didepan TV, sambil menunggu anaknya pulang.
"Bi,Arum." panggil Cantika untuk pembantunya
"Ya, nya! ada yang saya bisa bantu?" jawab bi Arum sambil menunduk.
"Bi, tolong siapkan makan malamnya ya. Biar nanti setelah pulang Gio kami bisa makan malam bersama. Karena sudah lama tidak makan bersama Gio" kata Cantika dengan tersenyum dan lembut
"Baik,nya. Bibi akan siapkan. Apa ada lagi,nya ?" jawab bi Arum.
"Tolong bawakan kopi untuk suami saya, ya bi!" kata Cantika
"Baik,nya. Permisi nya, tuan!" kata bi Arum sambil membungkukan tubuhnya ketika mau pergi dari ruang depan.
***
"Tuan permisi, ini kopinya" kata bi Arum
"Makasih ya, bi." jawab Adi yang lagi asik menonton TV
"Sama-sama tuan" kata bi Arum. Disaat dia mau pergi ke dapur Cantika bertanya dengannya.
"Bi, biasanya Gio jam berapa pulang dari kantor?"
"Biasanya tuan muda jam 6 sore sudah sampai dirumah, nya" kata bi Arum.
"Owh. Ya, sudah bibi bisa lanjut kerja lagi. Nanti saya akan panggil lagi kalau ada yang saya perlukan"
" Baik, nya"
Jam 6 sore, Gio tiba dirumah. Dia mendapati ibu dan ayahnya didalam rumah dan sedang duduk santai didepan TV.
"Gio, sayang sudah pulang? kenapa tidak beri salam sayang?" tanya ibunya ketika dia melihat Gio masuk kerumah.
Gio, tetap tidak peduli dengan pertanyaan mamanya. Dia langsung mau menuju kamarnya. Karena ayahnya melihat Gio tidak menjawab istrinya. Adi Jaya sangat marah dengan sikap cuek anaknya kepada istrinya.
"Gio! Kalau ibu mu bertanya, kamu jawab! Kenapa sekarang kamu menjadi anak yang tidak sopan?" teriak ayahnya. Gio tetap juga tidak mau menjawab mereka.
Setelah 1 jam dikamar, Gio keluar dari kamarnya. Dia langsung mau pergi keluar dari rumah. Cantika yang melihat anaknya mau pergi dia langsung bertanya pada anaknya.
"Sayang, mau kemana? Kita makan malam bareng dulu, yuk! sudah lama kita tidak makan malam bersama." bujuk ibunya.
Gio langsung berhenti pas depan meja makan.
"Maaf, saya tidak punya waktu. Saya makan diluar saja sama Toni" jawab Gio dengan dingin.
Cantika sangat sedih mendengar jawaban anaknya. Adi yang melihat kesedihan istrinya, dia langsung menghentikan Gio.
"Gio, gimana sih kamu. Apa lebih penting orang lain dari pada keluarga mu?" bentak Adi
"Bagaimana dengan kalian? Apa lebih penting pekerjaan kalian dari pada anak kalian? jawab Gio dengan suara tinggi.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
mohon dukungannya. Maaf apabila ada kesalahan Typo. Terimakasih sudah membaca karya saya 🙏🙏🙏🙏
"Bagaimana dengan kalian? Apa lebih penting pekerjaan kalian dari pada anak kalian?" tanya Gio dengan suara keras. Cantika sangat kaget dengan pertanyaan anaknya dan baru kali ini anaknya membentak mereka.
"Kami melakukan semua ini untuk mu." kata ayahnya dengan suara keras juga.
"Jangan jadikan aku alasannya. Aku pergi dulu, aku makan diluar saja!" kata Gio dengan wajah yang dingin.
"Gio...." teriak ayahnya ketika Gio tetap pergi dan lebih memilih makan diluar. Cantika hanya bisa menangis terus ketika Gio mengeluarkan amarahnya kepada mereka. Cantika tidak menyangka anaknya tidak bahagia selama ini, padahal mereka sudah memenuhi kebutuhan untuk Gio.
***
Adi Jaya dan Cantika hanya diam dikamar setelah selesai makan malam. Mereka duduk di balkon kamar mereka. Mereka sibuk dengan pikiran mereka sendiri.
Adi Jaya mengingat bagaimana ketika Gio lahir di dunia ini, dia sangat bahagia begitu juga seluruh keluarganya.
***Flasback*
Dirumah sakit**
Diluar pintu kamar ruangan bersalin, kelihatan Adi sangat cemas menanti kedatangan anaknya di dunia ini. Dia selalu berdoa kepada Tuhan untuk menyelamatkan istri dan calon anaknya, karena Cantika memiliki riwayat darah rendah, dia sangat takut terjadi hal yang buruk kepada istri dan anaknya. Beberapa detik kemudian, terdengar suara tangisan bayi dari luar ruangan.
"oek...oek...oek..."
Adi langsung bangkit dari tempat duduknya bersamaan dengan kedua orang tuanya dengan wajah tersenyum. Cantika perempuan yatim piatu, dia pun juga tidak memiliki sanak saudara. Karena dia anak tunggal didalam keluarganya. Orang tuanya meninggal setelah dia tamat kuliah.
Kemudian seorang suster keluar dari ruangan .
"Maaf, siapakah suami dari ibu Cantika?" tanya seorang suster.
"Saya, sus. Bagaimana keadaan istri dan anak saya?" ucap Adi dengan wajah yang cemas.
"Anak dan istri bapak baik-baik saja. Silahkan masuk pak." ucap susternya.
Gio dan kedua orang tuanya juga masuk bersama. Gio langsung memeluk Cantika. Sedangkan ibu dari Gio langsung menggendong cucunya.
"Sayang terimakasih telah melahirkan anak untuk ku, aku janji aku tidak akan pernah meninggalkan kalian. Kalian adalah harta yang paling berharga untukku" ucap Adi sambil mencium kening istrinya dengan mata berkaca-kaca.
"Mas, itu sudah kewajiban ku. Aku mencintai mu, mas" ucap Cantika dengan senyum bahagia.
Orang tua mereka tersenyum bahagia melihat kebahagian rumah tangga anaknya.
"Apa kalian sudah mempersiapkan nama untuk cucu ku?" tanya ayahnya Adi.
Adi berjalan kearah ibunya, dia ingin menggendong putranya.
"Kami sudah mempersiapkan kan namanya ayah. Kami beri dia nama Gio Putra" ucap Adi dengan tersenyum bahagia sambil menggendong putranya.
"Aku, akan memberikan yang terbaik untuknya. Dia adalah pewaris dari seluruh kekayaan ku. Dia tidak akan pernah mengalami kekurangan apa pun. Papa janji sayang, kau akan selalu mengalami kebahagian dalam hidup mu" ucap Adi dengan tersenyum, sambil memeluk Gio dan Cantika.
Flasback end
Gio dijemput sama Toni. Toni melihat wajah suram dari Gio. Dia yakin pasti lagu kesal.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Toni dengan melihat wajah Gio.
"Tidak ada. Fokuskan saja dirimu membawa mobilnya" ucap Gio dengan wajah yang dingin.
Toni hanya bisa menghela nafasnya. Dia tau kalau Gio tidak akan memberitahunya.
"Huf...Baiklah." ucap Toni.
Sesampai di Bar Champion, Toni dan Gio mencari keberadaan Tasya. Karena Tasya sudah memberi tahu Toni, bahwa dia sudah sampai.
"Itu, dia." ucap Toni sambil pengang bahu Gio.
Toni dan Gio menghampiri Tasya dimeja ya
.
"Tasya."jerit Toni karena tempat itu ribut sekali dengan suara alunan musik.
Tasya, melihat kedua sahabatnya sudah sampai. Mereka saling berpelukan.
"Gi, gimana perusahaan mu? lancar?" tanya Tasya.
"Ya, begitulah."jawab Gio dengan wajah datar sambil meminum wine nya.
"Hei, wajahmu tidak berubah ya? Ayolah tersenyum" kata Tasya dengan Gio smabil tersenyum.
"Hahahhaha" Toni ketawa mendengar perkataan Tasya. Dia ingat, kalau dia pernah mengatakan itu juga dengan Gio.
"Aku, sudah pernah mengatakan dengannya. Coba kau nasehati dia!" katan Toni dengan ketawa.
Gio hanya menggeleng kepalanya, karena ledekan kawannya.
"Kalau wajahmu seperti ini terus, tidak akan ada satupun para wanita mau dengan mu" ejek Tasya dengan ketawa.
"Eits, kalian salah. Mau bagaimanapun bentuk wajahku, semua para wanita akan tetap menyukai ku. Lihat semua para wanita disini melihat ku terus" ucap Gio
"Hahaha. Baiklah, terserah pada mu" kata Tasya.
Memang tidak bisa dipungkiri, Gio dan Toni memiliki wajah yang sangat tampan. Kemanapun mereka pergi, semua wanita itu tetap melihat wajah mereka dengan penuh kagum. Dikantor, pun juga seperti. semua pegawai wanita dikantor mereka juga mengagumi wajah mereka. Tak kala dari mereka selalu mencari perhatian dan ingin berkenal dengan mereka.
"Kalian, mau minum lagi?" tanya Tasya dengan Gio dan Toni.
"Eum" jawab Gio dengan singkat.
Tasya memanggil pelayan.
"pelayan!" teriak Tasya.
Akhirnya pelayannya datang, ternyata pelayan yang datang kemeja mereka adalah Dina.
Tapi Gio, tidak mau melihat sama sekali pelayannya.
"Kami pesan 2 botol wine nya" kata Tasya.
Toni melihat wajah Dina, Toni langsung terkesima dengan wajah polos dan kecantikan Dina. Tapi dia merasa seperti pernah melihat wajah Dina. Tapi dia tidak ingat dimana dia melihatnya. Toni tampak berpikir. Dina merasa risih dengan tatapan dari Toni. Setelah mencatatnya, Dina langsung pergi. Selang beberapa menit, pesannan mereka datang.
Disaat Gio, melihat wajah pelayan yang antar minumnya, Gio terdiam dan terkejut melihatnya. Setelah Dina pergi, Gio tersenyum. Toni dan Tasya terkejut Gio tersenyum.
"Apakah aku tidak salah lihat, Ton?" tanya Tasya dengan wajah yang kaget.
"Tidak salah. Apakah dia sudah mulai mabuk?" tanya Toni dengan bingung.
"Bro, apa yang membuat mu tersenyum?" tanya Toni melihat wajah Gio yang masih tersenyum.
ha..ha...ha...ha...
Tiba-tiba Gio tertawa dengan kencang. Kedua sahabatnya jadi bikin bingung. Tapi para wanita yang melihat Gio ketawa, mereka jadi tambah ricuh, mereka semakin terpesona dengan wajah Gio yang menambah wajah gantengnya.
Sedang Dina sewaktu dia mengantar pesanan Tasya. Dina terpesona dengan wajah gantengnya Gio. Ketika Gio menatapnya terus tanpa berkedip, Dina merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Dina lansung cepat-cepat pergi dari tempat Gio. Dia merasa jantungnya seperti lari maraton.
"Bro, apa yang membuat mu ketawa?" tanya Toni dengan pegang bahu Gio. Tasya pun juga bertanya hal yang sama dengan Gio.
"Apa yang membuat mu ketawa?"
"Kalian tahu, hari ini aku sangat bahagia" ucap Gio tersenyum, sambil meminum wine nya.
"Kalian tahu, aku sudah menemukannya" ucap Gio dengan tersenyum bahagia.
Toni dan Tasya bingung.
"Apa yang kau temukan?" tanya mereka kompak
Ha...ha...ha.
Gio tertawa mendengar mereka celotehan dengan wajah bingung sahabatnya.
"Kalian tahu, gadis yang pernah aku ceritakan, gadis yang selalu aku suruh kau untuk mencarinya, dia disini" ucap Gio dengan tersenyum.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Selamat membaca, jika ada kesalahan Typo mohon maaf🙏🏻
Terimakasih kepada teman-teman yang sudah membaca karya saya.🙏🏻😊
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!