NovelToon NovelToon

Balas Dendam Si Kembar

Kembali ke Indonesia

Seorang gadis duduk termenung di sebuah rumah mewah yang terletak di daerah belahan timur negara Malaysia. Dia tengah bersiap untuk kembali ke negaranya yaitu Indonesia.

Gadis cantik, muda berusia 23 tahun bernama Luna alexandria. Dia seorang perancang busana yang cukup terkenal di negaranya.

Ibunya yang selama ini di kenal bernama Alexandria ternyata memiliki nama asli Miranti, yang juga seorang desainer berasal dari Indonesia.

Kedatangan Luna ke Indonesia bukan tanpa alasan, dia ingin bertemu dengan saudara kembarnya yang dia sendiri belum tahu namanya, hanya dia tahu alamat yang diberikan oleh ibunya dan juga foto ayahnya.

Berbagai macam perasaan muncul di dalam dada Luna. Bagaimana pertemuannya nanti dengan ayahnya dan juga saudara kembarnya.

Apakah mereka akan mengakuinya atau justru mengusirnya?

Lalu semirip apakah dia dengan saudara kembarnya?

Apakah mereka kembar identik?

Apakah mereka memiliki kesamaan?

Argh... membayangkannya saja Luna sudah merasa sangat bahagia.

Sebagai seorang anak yang terlahir sendirian, dan dibesarkan sendirian tentu saja Luna merasa kesepian.

Dan kini saat ibunya menceritakan bahwa sebenarnya dia memiliki saudara kembar, perasaan nya membuncah, Luna merasa bingung, sedih tapi juga sangat bahagia.

Saking bahagianya hingga gadis itu langsung mencari informasinya di internet.

Luna bahagia dengar bahwa dia memiliki seseorang yang memiliki kesamaan dengannya, setidaknya mungkin mereka mirip, karena sejak awal mereka tumbuh di rahim yang sama, berbagi makanan yang sama, hingga akhirnya mereka dilahirkan namun mereka dibesarkan secara terpisah.

Luna duduk di tepi tempat tidur, setelah selesai mengepak barangnya ke dalam koper, besok pagi dia akan terbang ke Indonesia.

Ibunya mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal bernama Surya Atmadja.

Flash back.

Satu Minggu yang lalu Miranti menceritakan kisah masa lalunya kepada putrinya yaitu Luna.

Miranti rasa inilah waktu yang tepat untuk memberitahukan sebuah rahasia besar yang telah dia simpan rapat-rapat selama berpuluh tahun.

Rasanya dia sudah tidak kuat lagi menyimpannya sendiri, sedangkan dia tau penyakit nya tak mungkin bisa disembuhkan.

Sebuah masa lalu kelam yang telah dia kubur dalam-dalam, namun dia tidak ingin membawa rahasia itu ke dalam kubur bersamanya.

Putrinya juga berhak mengetahui Siapa dirinya dan siapa Ayah kandungnya, walau dia bersumpah tidak ingin bertemu kembali dengan pria itu.

"Bik, to-long pang-gilkan Luna," ucap Miranti terbata.

Dadanya naik turun, napasnya tersengal menahan sesak yang terus mendera dadanya. Meskipun dia sudah menggunakan alat bantu pernapasan.

"Baik, nyonya." sahut Bik Asih berjalan keluar. Luna tampak masih mengobrol dengan seseorang di telpon.

Luna masuk ke dalam bersama Bik Asih, "Mama.."

"Lu na, mama mau bi-cara."

"Ma, Mama istirahat saja Ma, enggak usah bicara dulu, nanti kalau udah baikan Luna akan ajak Mama ngobrol."

Miranti menggeleng pelan, "Mama rasa usia Mama tidak lama lagi. Mama mau menceritakan siapa kamu Sebenarnya."

"Aku? aku kenapa Ma?"

"Sebene-narnya ayahmu masih hidup. ayahmu bernama Surya Adtmaja,"

"Apa? Surya Adtmaja pengusaha sukses yang berasal dari Indonesia itu?" tanya Luna tak percaya.

Miranti mengangguk lemah, "Iya, dia adalah ayah kandung mu,"

Luna terdiam di tempatnya tidak tahu harus merasa senang atau merasa sedih.

Perasaan yang membuncah antara perasaan bahagia, sedih, kecewa dan marah, semua bercampur aduk menjadi satu menyesakkan dadanya, rasa penasaran kenapa ini semua harus di rahasiakan. Napasnya tersengal dengan bahunya naik turun menahan emosi.

Bagaimana bisa ibunya tega menyimpan rahasia sebesar itu selama berpuluh tahun tanpa memberitahunya.

Tahukah ibunya bagaimana perasaan Luna selama ini, dia begitu kesepian, dia begitu merindukan kasih sayang seorang ayah? dan yang paling menyakitkan teman-temannya sering mengejeknya anak haram karena dia tidak memiliki ayah.

Lalu kini dengan mudahnya Miranti mengatakan bahwa dia memiliki seorang ayah, apakah ibunya tidak--"

Lamunannya buyar karena ibunya kembali berucap, "Luna, Maafkan Mama karena telah menyimpan rahasia ini selama berpuluh tahun, Mama melakukan ini semua juga demi kamu."

"Tapi apa alasannya Ma? mengapa Mama tega sama Luna."

Miranti kembali meringis menahan sakit di dadanya. "Mama hanya tidak ingin mereka menemukan mu, dan bisa jadi mereka akan mengambil mu, Mama cuma punya kamu, dan satu lagi nak, Kamu...kamu tidak sendirian,"

Luna kembali terbelalak, "Apa Luna memiliki adik atau kakak?" tanya luna penuh harap.

Pelan Miranti menggeleng, "Tidak, kamu memiliki saudara kembar, dia juga perempuan."

Duar!!!

Luna bagai di sambar petir mendengar nya?

'Mimpikah aku? aku tidak salah dengar kan? aku memiliki saudara kembar? seperti apa dia? apakah dia mirip denganku?

Apakah...

"Argh...." Luna berteriak, Dia benci kenyataan ini.

Gadis itu kembali menatap tajam ibunya, mencari kebenaran atau kebohongan, namun ternyata ibunya tidak bohong, bisa dia lihat di matanya ibunya yang menyimpan kerinduan terdalam untuk saudara kembarnya.

"Mama, rahasia apa lagi yang masih Mama simpan, aku benar-benar tidak tau harus percaya atau tidak, ini sangat..sangat-" Luna terduduk dan menggeleng pelan, berat rasanya mempercayai apa yang baru saja dia dengar.

"Maafkan Mama,"

Luna menggeleng, dia masih belum bisa memaafkan ibunya sebelum dia mendapatkan kejelasan

Semoga saja penjelasan Mamanya mampu meyakinkan hatinya.

"Mengapa Mama merahasiakan nya Ma? dan mengapa Mama berpisah dari mereka?" jerit Luna sedih

Gadis itu akhirnya tak kuasa menahan gejolak di dalam hatinya, dan luruh sudah cairan bening itu mengalir dengan deras tanpa bisa di bendung lagi.

Bagaimana bisa ibunya menyimpan rapat rahasia itu.

Semua diam, Miranti menutup mata, dia bisa merasakan kesedihan yang Luna rasakan.

Bik Asih sampai terduduk mendengar cerita hidup majikannya itu. Dia sendiri hampir tak percaya mendengarnya.

"Mama terpaksa Nak, karena Mama ingin kamu selamat. Dan nama Mama bukan Alexandria tapi Miranti."

Luna menatap jengah, semakin banyak rahasia terkuak yang sulit dia percayai, apalagi setelah ini.

"Mama mau kamu kembali menemui saudara kandung mu dan rebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik kalian?"

Mendengar penuturan ibunya, Luna memicingkan matanya, "Maksud Mama apa?"

"Surya Adtmaja--" tiba tiba Miranti mendapatkan guncangan hebat, tubuhnya bahkan sempat beberapa kali terangkat.

"Ma...mama..."

"Dokter..dokter..." jerit Luna dengan wajah panik.

Perawat dan dokter langsung menangani ibunya, dan dia diminta untuk keluar.

Lima menit kemudian dokter keluar dengan wajah sedih, dokter menyampaikan berita buruk itu, ibunya tidak mampu di selamatkan.

"Maafkan kami Bu, kami sudah berusaha," ucap dokter dengan wajah sedih.

Luna berlari ke dalam dan menghambur ke jasad ibunya. Luna menangis dan menciumi ibunya yang sudah tiada.

"Ma, kenapa Mama pergi? kenapa Mama meninggalkan Luna, Mama...mama bangun Ma, Ma....." jerit Luna.

"No , sabar non!" ucap bibik dengan perasaan sedih.

Luna sedih, hancur dan gadis itu menangis. Untungnya ada Bik Asih yang selalu mendampingi nya hingga proses pemakaman selesai.

"Tidak jauh beda, Bik Asih juga merasa sangat kehilangan, dia teringat pertama kali bertemu Miranti di jalanan, saat itu dia baru saja kabur dari rumah majikannya yang coba menodainya.

Dan tak sengaja bertemu Miranti, wanita itu merasa iba lalu membawanya ke rumah. Sejak saat itu Asih berkerja untuk Mira dan juga anaknya.

Flashback off.

Luna menarik napas dan menghembuskan nya dengan keras, "Kenapa begini ya Bik? apa yang dirahasiakan Mama sebenarnya?" tanya Luna

"Bibik juga kurang tau non, karena bibik ketemu nyonya disini dan nyonya juga nggak pernah cerita tentang suaminya. Bibik juga tidak pernah bertanya, bibik takut non."

"Apa yang harus aku lakukan Bik? apakah aku harus menemui mereka? tapi buat apa? bukan kah kata Mama, mereka jahat?"

Miranti belum sempat menceritakan semua masa lalunya karena dia sudah pergi untuk selamanya. Hanya sebuah informasi bahwa dulu dia menikah dengan Surya Adtmaja.

Muncul banyak pertanyaan di kepalanya.

Apa yang menyebabkan ibunya pergi, apakah mereka bercerai?

Mengapa Miranti hanya membawa Luna tidak membawa kedua putrinya sekaligus?

Mengapa Mama mengatakan aku harus merebut sesuatu? apa yang dimaksudkan adalah perusahaan besar milik pak Surya?"

Dan untuk menyingkap semua tabir itu Luna memutuskan akan pergi ke Indonesia mencari tahu langsung sendiri.

"Non yakin mau berangkat besok?" tanya wanita tua yang masuk dan duduk di samping Luna. Wanita tua itu bernama Asih, dia adalah orang yang merawat Luna sejak kecil.

"Yakin Bik." sahutnya

"Tapi kamu harus hati-hati, bibik yakin bukan hal mudah untuk bisa di akui dan di terima di keluarga Adtmaja. Kamu bisa lihat sendiri kan, dia juga memiliki dua orang putri, mungkin salah satunya adalah saudara kembar mu."

"Tapi aku tidak menemukan kemiripan dengan wanita itu Bik." sahut Luna menunjuk gambar anak Surya yang seorang model terkenal.

Sudah tiga hari ini dia mencari data tentang Surya di berbagai surat kabar dan juga melalui di internet.

Luna.terkejut melihat aset dan kekayaan yang dimiliki oleh Surya, hampir di seluruh provinsi di Indonesia dia memiliki anak cabang perusahaannya belum lagi bisnis-bisnis lain seperti restoran cafe dan juga hotel.

" Apakah yang dimaksud Mama adah perusahaan itu yang sebenarnya adalah miliknya?"

"Non Luna melamun?".

"Eh, enggak Bik, aku hanya memikirkan sesuatu."

"Apa mungkin wanita yang dimaksud Mama adalah istri barunya Papa?"

Belum selesai membuat kesimpulan, seseorang datang dan mengucap salam membuat lamunannya buyar.

"Siang Nona."

"Duduk,"

"Ini data yang anda minta." Jack menyerahkan amplop coklat kepada Luna.

Apa isinya, ikutin terus ya.

Cerita ini adalah kisah yang sama dengan novel yang berjudul aku bukan milikmu, dan di lanjutkan disini.

Jangan lupa berikan like, love dan juga komentar nya..Makasih.

Cowok jutek

"Nona hati,-hati,"

"Iya Bik, aku akan jaga diri, bibik juga ya." ucap Luna memeluk satu-satunya orang yang dia sayangi.

"Desi, tolong urus butik selama aku pergi," ucapnya pada sekretaris sekaligus sahabatnya itu.

"Kamu yakin lun, mau pergi sendirian?"

"Iya, kenapa?"

"Bukan apa-apa, kamu kan nggak pernah pergi sendiri, aku khawatir aja." sahut Desi.

"Desi, aku udah gede, dan aku-"

"Iya aku tau, tapi aku khawatir sama kamu lun, apalagi sama phobia kamu itu." sahut Desi bersikukuh.

"Jadi kamu mau ikut? terus yang ngurus butik siapa? aku belum mau bangkrut Des, emangnya kamu mau kita jadi gelandangan?"

"Ya nggak gitu juga kali, ya udah deh tapi janji ya, kalau ada apa-apa kamu harus segera hubungi aku."

"Iya aku janji. Makasih ya!" ucap Luna memeluk sahabatnya.

"Bik, Luna berangkat, bibik jaga diri ya."

"Iya non, harusnya bibik yang bilang gitu ke non Luna." ucap bibik memeluk Luna.

Desi dan berangkat menuju bandara, siap terbang ke Indonesia. Jarak antara Malaysia Indonesia dekat, jadi tidak butuh waktu lama bagi Luna untuk tiba di Indonesia.

"Luna, ingat jangan lupa hubungin aku ya,"

"Iya aku janji, kamu juga jaga butik. Jangan sampai kita bangkrut, ok!"

"Iya, iya..." sahut Desi mencebik kesal.

Luna memeluk sahabatnya, dan dia menangis. Luna sudah menceritakan semuanya pada Desi, dan gadis itu juga mendukungnya.

"Jangan takut, kamu pasti bisa, dan jika kamu mengalami kesulitan segera hubungi aku dan Jimmy, kami pasti datang membantumu. Ok."

Luna mengangguk pelan.

"Kamu enggak sendirian lun, kami selalu bersama mu dan selalu mendukung mu."

"Aku pergi." Luna melambaikan tangannya dan berjalan menjauh.

Hingga pesawat berangkat barulah Desi kembali ke butik.

Di dalam pesawat gadis itu duduk dengan gelisah. Luna memiliki satu kelemahan, dia akan merasa takut, panik dan tegang saat pesawat akan lepas landas. Olehkarena itu dia jarang bepergian, jika terpaksa dia pasti akan mengajak Desi, jadi Desi yang akan ada disampingnya dan menenangkannya. Dan tidak seorang pun yang tau akan kelemahannya itu.

Tapi ini untuk pertama kalinya dia akan pergi sendirian. Luna duduk dengan perasaan gelisah. Pesawat bahkan belum lepas landas, tapi gadis itu sudah berkeringat.

Tiba-tiba duduklah seseorang disebelah nya, Luna tidak ambil pusing, bahkan dia tidak melirik, siapa yang duduk disebelahnya.

Pramugari menjelaskan tata tertib dan menyuruh mereka semua bersiap, memasang sabuk pengaman karena pesawat akan segera berangkat.

Kepanikan kembali menyerang diri Luna, bahkan kali ini lebih mendominasi, gadis itu menutup matanya dan tanpa sadar dia memegang tangan orang yang duduk di sampingnya.

Pria itu menoleh, awalnya dia ingin marah, namun pria itu membatalkan niatnya setelah melihat apa yang terjadi pada gadis cantik disebelah nya itu

Dia bisa melihat jelas jika gadis itu ketakutan, mulutnya komat-kamit, entah ala yang dia ucapkan, mantra atau doa, pria itu tak tau, Melihat Luna di serang panik, pria itu membiarkannya, dia hanya tersenyum tipis melihat Luna yang lucu.

Lima menit berlalu penerbangan sudah berjalan normal, Luna juga sudah mulai bisa menguasai dirinya. Dia pun membuka matanya dan menoleh ke samping, gadis itu terkejut melihat ada pria duduk di sebelahnya. Dan yang membuatnya semakin kaget, tangannya masih disana menggenggam bukan meremas tangan pria itu dengan kuat.

"Maaf, aku..aku tidak sengaja." ucapnya panik

Sungguh Luna malu, dia pikir yang duduk di sampingnya adalah Desi. Karena memang biasanya Desi yang duduk di sebelahnya.

"No problem," sahut pria itu dingin.

"Sekali lagi aku minta maaf, " ucap Luna tulus

Pria itu tak lagi menjawab, dia memilih menutup mata dan memasang headset di telinganya.

Luna menatap takjub pada pria tampan di sebelahnya itu. Wajahnya tampan hidung mancung, kulitnya putih bersih, tinggi dan proposal, tampan sekali, argh...Luna terpesona.

Luna tersadar, dan kembali ke posisinya. Dia juga coba memejamkan mata.

Tiba-tiba terjadi guncangan, saat pesawat menabrak awan, lagi Luna di serang rasa panik,. refleks dia meremas kuat tangan pria itu dan menyembunyikan kepalanya ke dada kokoh yang terasa nyaman itu.

Lagi pria itu terkejut. Gadis itu semakin menjadi, tadi tangannya yang dipegang, sekarang justru dia menempelkan kepalanya di bahunya itu.

Dengan tatapan sinis dia mulai bicara, "Apa kamu tidak pernah naik pesawat?"

"Pernah. Maaf, tapi aku memang sedikit phobia."

"Cih merepotkan, harusnya kalau takut, tidak usah naik," ejek pria itu.

"Kok kamu nyolot, aku kan sudah minta maaf." sahut Luna sedikit terpancing emosi.

Gadis itu bungkam saat beberapa orang melirik mereka.

Pria itu berbisik, "Iya, tapi asal kamu tau, phobia mu itu mengganggu." sahut pria itu.

Pria itu memanggil pramugari dan dari pembicaraan yang Luna dengar, dia minta pindah, tapi sayangnya semua kursi penuh, mau tak mau pemuda itu harus duduk di sampingnya sampai tiba di tujuan, yaitu Jakarta.

Luna berpura-pura tidak tau dan menutup matanya, dia sengaja melakukan itu untuk menghindari pertengkaran dengan pria disebelah nya itu.

Luna masih bisa mendengar pria itu berdecak kesal.

Keduanya diam hingga pesawat mendarat, Luna berusaha keras untuk tidak memegang lengan pria itu. Dia harus berkeringat dingin dan menutup rapat mata dan mulutnya.

"Sudah sampai, apa kau masih mau disini?" bisik pria itu. refleks Luna membuka mata, benar adanya mereka sudah mendarat dan sebagian penumpang sedang berjalan turun, begitu pun dengannya.

Pria muda itu bernama Daren Dirgantara, seorang CEO di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Dan dia baru saja kembali ke Indonesia, Setelah satu bulan ini mengurus anak cabang perusahaan ayahnya yang berada di Kuala lumpur.

Daren tampan, dengan hidung mancung kulit putih bersih dan tubuh atletis. Sosok sempurna yang selalu di idolakan banyak wanita tapi jangan salah, Regan adalah cowok dingin dan kaku. Dia tidak memiliki pacar, pengalamannya memiliki seorang kekasih membuatnya pusing tujuh keliling. Baginya cewek itu merepotkan dan juga menyebalkan.

***

Luna menginap di hotel, dia mencari hotel yang letaknya dekat dengan kantor Papanya.

Gadis itu sudah menyusun rencana, jika dia ingin mendatangi kantor papanya besok, dia juga akan membawa photo ibunya sebagai bukti.

Luna berbaring di atas ranjang, tiba-tiba dia teringat pada amplop coklat yang belum sempat dia buka.

Luna berdiri membuka tas dan mengambil amplop itu, lalu perlahan membukanya dengan perasaan was-was.

Dia membaca lembaran demi lembaran, wajahnya pucat dan tangan nya gemetar.

Dalam laporan itu, Luna menemukan fakta bahwa ibunya dinyatakan meninggal pada kecelakaan di hari dimana dia dilahirkan.

Tangan Luna gemetar, bahkan gadis itu tak mampu menahan dirinya, dia terjatuh ke lantai.

Pertanyaan demi pertanyaan berputar di kepalanya.

'Apa yang telah terjadi sebelumnya?

Mengapa ibunya tidak mengklarifikasi berita itu, dan menata dia masih hidup?

Lagi Luna membaca surat itu, satu bulan setelahnya ayahnya menikah lagi dengan Miranda, kakak kandung ibunya.

Luna terus membaca dan dia tahu jika Surya Adtmaja memiliki dua orang anak perempuan, satu bernama Rena Adtmaja dan satunya bernama Sakila Adtmaja.

"Salah satunya pastilah saudara kembar ku?" bisiknya pelan.

"Besok aku akan mendatangi rumahnya, aku ingin memastikan dulu yang mana saudara kembar ku." ucapnya berbinar.

Luna bangkit dan berjalan ke tempat tidur, dia ingin mengistirahatkan tubuh nya yang lelah. Tak butuh waktu lama dia pun terlelap.

Pagi ini Luna membuka mata dengan perasaan bahagia, dia akan melihat saudara kembarnya.

Luna mandi dan bersiap, lalu gadis itu sarapan di lobi hotel.

Luna yang asyik makan terkejut mendengar berita yang menyebut nama Surya Adtmaja, dia melihat ke layar televisi dan terkejut mendengar berita jika salah satu putri Surya Adtmaja yang bernama Sakila Adtmaja dinyatakan meninggal dunia karena kecelakaan.

Airmatanya luruh, jatuh berderai tanpa bisa dia tahan. Gadis itu membeku, tak tau harus berbicara apa, hari ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan di dalam hidup nya harus hancur, mendengar berita ini.

Ditempat lain, tepatnya di sebuah kamar hotel, seseorang tengah memaki melalui ponselnya.

"Dasar bodoh, kenapa itu bisa terjadi?"

"Saya tidak tau, tapi kami sudah melaksanakan tugas kami dengan baik,"

"Tapi mayatnya belum ditemukan!",

"cepat cari!" maki pria itu.

Curiga

Keramaian terjadi di rumah keluarga Adtmaja.

Tak hanya para keluarga dan kerabat serta koleganya yang datang memberi Ucapan turut berduka cita, banyak juga para pencari berita yang mengantri dan menunggu kabar terbaru mengenai kecelakaan yang menimpa anggota keluarga Adtmaja itu.

Sementara di dalam rumah, suasana duka sangat terasa sekali.

Surya terbaring sakit di dalam kamarnya. Dia mendapatkan serangan jantung.

Berita tentang kecelakaan putrinya membuatnya syok, hingga penyakit jantung yang sudah lama dia derita kambuh.

Ironisnya istri dan putrinya Rena tak mau membawanya ke rumah sakit, mereka hanya memanggil dokter keluarga untuk memeriksa dan mengobati nya.

Di dalam rumah mewah Adtmaja, Miranda istrinya dan juga Rena putrinya menangis sedih.

Setiap orang yang datang menjadi sangat iba dan kasihan.Para pelayat baru sunyi saat malam hari.

"Ma,"

"Hemm..." sahut Miranda sambil menikmati buah di depannya.

"Sampai kapan sih aku harus akting kayak gini?"

"Kenapa? udah capek?" tanya Miranda

"Ya iyalah, mana muka aku jadi kucel gini gara-gara nangis terus-terusan. Dasar si Upik abu, dah mati tetap aja masih nyusahin." omel Rena.

"Sabar sayang, apa kamu pikir Mama juga nggak capek. Justru Mama yang lebih capek dari kamu, harus pura-pura dan harus terlihat benar-benar kehilangan dia."

"Sampai kapan ini Ma?"

"Besok, setelah itu Mama akan meminta polisi menghentikan pencarian mayatnya."

"Tapi Ma, bagaimana kalau dia belum mati? nanti dia bisa datang dan balas dendam?"

"Hahaha, kamu bercanda sayang, kamu tau kan, itu jurang sayang dan jika dia selamat, dia juga pasti akan di makam hewan buas disana. Siapa yang akan menolongnya tidak ada." sahut Miranda

"Mama benar,"

"Sudahlah kau tenang saja, sebentar lagi semua kekayaan Adtmaja akan menjadi milik kita, dan kita akan kaya raya. Hahahhah" ucap Miranda bahagia.

Dan mereka berdua tertawa bersama.

Tanpa mereka sadari seseorang tengah mendengarkan pembicaraan keduanya. Dia mengepalkan tangan, namun tak berani muncul apalagi menghardik kedua perempuan itu.

"Ma.."

"Apalagi!" omel Miranda

"Terus Papa gimana?" tanya Rena

"Maksudmu tua bangka itu?" tanya Miranda sambil tertawa

"Hahaha lupakan saja sebentar lagi dia juga akan menyusul istri dan anaknya, tinggal kita disini menguasai semua hartanya, hahahaha" lagi Miranda tertawa lebar.

Senyum jahat muncul di wajahnya cantiknya yang sudah terlihat agak tua.

Miranda lalu berdiri, "Mama mau kemana?" tanya Rena

"Mama mau lihat si tua bangka itu, dan memastikan dia tidak meminum obatnya, Mama mau dia segera mati." sahut Miranda lagi.

"Tapi Ma, kalau papa mati kita gimana?"

"Maksudmu apa?"

"Ma, kita kan belum tau si Lila selamat atau nggak?"

"Sudah pasti enggak, percaya sama Mama!"

"Iya, ok aku percaya. Tapi gimana dengan wasiat papa? bisa juga kan? Papa membuat wasiat sebelum dia mati dan kita enggak tau apa bunyinya, bisa jadi.."

"Maksudmu papa mewariskan ini semua sama Lila?"

"Nah itu, Ma, sebaiknya untuk jaga-jaga dan memastikan kekayaan ini tetap milik kita , Kita meski menemukan surat wasiat itu dan menggantinya dengan yang baru, kita merombaknya beralih menjadi milik Mama."

"Bagus juga, besok mama akan menghubungi pengacara Papa. Mama ingin memastikan bahwa semua ini menjadi milik kita."

"Gitu donk, itu baru maka Rena.* sahut gadis itu.

Miranda melanjutkan langkahnya menuju kamar yang letaknya diatas, kamar yang di dalamnya ada suaminya Surya Adtmaja sedang terbaring sakit.

Pelan Miranda membuka pintu. Dan masuk lalu duduk di samping ranjang Surya.

Pria itu terbaring lemah sejak mendapat berita kecelakaan putrinya. Dan sampai saat ini enggan untuk membuka mata.

Miranda menarik kursi dan duduk di samping suaminya yang terbujur, diam dan tidak bersuara.

"Apa kabar suamiku tercinta." ucapnya mengejek.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!