NovelToon NovelToon

Gadis Dalam Pasungan

Problematika Kehidupan

"Ma, ini ada sedikit rizki buat Mama." Lelaki muda berwajah tampan itu memberikan amplop berwarna putih kepada perempuan yang duduk di hadapannya.

"Terima kasih banyak, Yuda. Kamu selalu berbakti dan perhatian sama Mama." Balas perempuan yang ternyata adalah mamanya.

"Sama-sama Ma. Ini buat Bapak." Lelaki bernama Yuda, memberikan amplop kepada lelaki berkulit sawo matang, yang duduk di samping mamanya.

"Simpan saja uang itu! Bapak tidak butuh uang darimu! Uang pensiunan Bapak tiap bulan sudah lebih daripada cukup!" Dengan sikap acuh tak acuh, lelaki yang ternyata adalah bapaknya Yuda, sibuk dengan sepiring nasi goreng.

"Kenapa Bapak selalu menolak uang pemberian dari Yuda? Kenapa Bapak selalu membenci dan bersikap tidak santun sama Yuda? Sedangkan sama Mas Dirga dan Mas Angga, Bapak selalu bersikap baik." Yuda kembali menarik tangan kanannya yang memegang amplop.

"Kamu mau jawabannya? Itu semua karena Kamu tidak mau menuruti keinginan dan kemauan Bapak!"

"Jadi, selama ini Bapak bersikap begini sama Yuda, itu semua karena Aku tidak mau jadi seorang TNI, seperti keinginan Bapak?"

"Ya! Bapak kecewa punya anak tidak mau nurut sepertimu! Bapak sangat malu punya anak tukang jahit sepertimu!

"Kenapa Bapak harus malu punya anak tukang jahit sepertiku? Yang penting kan pekerjaanku halal. Kalau Aku jadi pejabat yang korupsi, itu baru wajar kalau Bapak malu!"

"Betul yang dikatakan oleh Yuda, Pak. Walaupun Yuda jadi seorang desainer dan penjahit, tapi Yuda sudah berhasil membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang. Yuda juga sudah banyak menghasilkan pakaian. Karyawannya saja sekarang sudah lebih dari sepuluh orang. Jadi Bapak harusnya bangga mempunyai anak seperti Yuda." Mamanya Yuda ikut bersuara.

"Buat apa Bapak harus bangga dan kagum punya anak tukang jahit! Yang ada Bapak sangat malu! Seorang purnawirawan Letjend Angkatan Udara punya anak tukang jahit! Mau ditaruh mana muka Bapak kalau Bapak bertemu dengan kawan-kawan Bapak? Sebelum Kalian bertiga lahir di dunia, Bapak sudah punya prinsip. Apabila Bapak punya anak, maka anak-anakku harus menjadi seorang abdi negara. Kalian bertiga harus melanjutkan perjuangan Bapak dalam mengabdi kepada negara tercinta ini. Seperti dulu Bapak melanjutkan Kakek Kalian yang sudah berjuang melawan penjajah sampai Indonesia bisa merdeka. Tapi, harapan dan keinginan Bapak selama ini, Kamu tidak mau mengabulkannya. Kamu sudah membuat Bapak sangat kecewa! Tidak seperti Kedua Masmu yang sudah menjadi seorang TNI. Padahal Bapak memberimu nama Mandala Yuda itu karena Bapak ingin Kamu siap berjuang di medan pertempuran. Tapi kenyataannya sekarang Kamu memilih jadi seorang pengusaha."

"Apa hanya karena Mas Dirga dan Mas Angga jadi seorang TNI, Bapak jadi dipuji-puji dan disanjung-sanjung oleh banyak orang? Apa Bapak masih haus pujian? Ingat Pak! Hidup ini hanya sementara! Pangkat yang telah Bapak raih nantinya hanya akan berganti menjadi seorang almarhum. Seragam kebanggaan Bapak, hanya akan menjadi kain lapuk tiada guna! Pakaian yang akan Bapak pakai setelah Bapak tiada, hanya tiga lapis kain kafan!"

Bbbrrraaaaakkkkk...!!!

"Anak kurang ajar!!! Jadi Kamu mendoakan Bapakmu mati??? Dengan Kamu memakai seragam TNI, Kamu tidak akan dipandang sebelah mata! Kamu akan disegani dan dihormati oleh banyak orang! Kamu akan terlihat berwibawa! Banyak perempuan yang akan bersedia menikah denganmu. Jadi mencari seorang pendamping hidup bukan menjadi persoalan lagi. Lihat Masmu Dirga! Dia sudah menikah dengan seorang perawat dan sekarang sudah punya anak. Bapak mengharapkan semua ini kan bertujuan untuk kebaikan Kalian bertiga!" Bapaknya Yuda menggebrak meja makan dengan tangan kanannya.

"Yuda sama sekali tidak ada maksud untuk mendoakan Bapak meninggal. Tapi Kita semua tahu, hidup di dunia ini tidak akan selamanya. Yuda hanya berusaha mengingatkan Bapak kalau umur manusia tidak ada yang tahu. Yuda juga ingin Bapak tidak terus-menerus memikirkan soal duniawi saja. Tapi Bapak harus mempersiapkan bekal untuk di akhirat kelak. Niat Bapak agar Yuda, Mas Dirga, dan Mas Angga meraih kesuksesan itu sama sekali tidak salah. Tapi kalau boleh jujur, Yuda memang tidak ada niatan untuk terjun ke dunia militer. Untuk itu, Yuda minta maaf kalau Yuda sudah mengecewakan Bapak."

"Jadi, sekarang Kamu sudah pintar menasihati Bapak? Soal akhirat itu kan persoalan nanti! Bapak sudah puluhan tahun mengabdi pada negara. Tentu saja pahala Bapak sudah banyak! Lagi pula, bukannya Allah Maha Pengampun? Salah satu keinginan Bapak, menginginkan Kalian bertiga jadi seorang abdi negara, itu agar masa tua Kalian sudah terjamin. Apabila Kalian sudah menjadi seorang purnawirawan, Kalian akan tetap mendapatkan gaji, walaupun Kalian sudah tidak lagi bekerja. Seperti yang Bapak jalani sekarang."

"Semua rizki manusia sudah ada yang mengatur, Pak! Allah itu Maha Pemberi Rizki. Jadi Bapak tidak perlu khawatir, masa tua Yuda akan kelaparan dan hidup miskin. Ada satu hal yang perlu Bapak ketahui. Mas Dirga dan Mas Angga punya hutang sama Yuda!"

"Kenapa Kamu bongkar masalah hutang pada Bapak dan Mama? Kamu takut Aku tidak mau bayar hutang?" Lelaki yang duduk di samping kanan Yuda terlihat marah. Wajahnya yang berkulit sawo matang terlihat tidak jauh lebih tampan dari Yuda.

"Bukannya Aku takut Kamu tidak mau melunasi hutangmu Mas! Tapi Aku hanya ingin Bapak tahu kalau Mas Dirga dan Mas Angga punya hutang sama Aku."

"Berapa banyak hutang kedua Masmu?" Bapaknya Yuda menganggap remeh.

"Iya Yud! Memangnya berapa banyak hutang Dirga dan Angga?" Mamanya Yuda tampak terkejut.

"Kalau Mas Dirga jumlah hutangnya cukup banyak, Ma. Totalnya 45 juta!"

"Ya Allah! Hutang sebanyak itu memangnya dipakai buat apa, Yud?" Perempuan itu kaget bukan main ketika mendengar ucapan anak bungsunya.

"Buat beli motor sama handphone, Ma! Katanya malu pakai motornya yang sudah lawas!"

"Kalau Angga punya hutang berapa?"

"13 juta."

"Hutang sebanyak itu untuk apa, Angga? Padahal gajimu saja masih sedikit."

"Buat beli HP, Ma. Malu dong Ma! Masa seorang TNI HP-nya masih jadul! HP-ku kan sudah ketinggalan jaman." Jawab lelaki yang bernama Angga.

"Lihat dua anak kebanggaan Bapak! Hanya karena mereka seorang TNI, gaya hidup mereka sudah tidak sebanding dengan penghasilan mereka! Padahal di luar sana masih banyak TNI yang bisa hidup sederhana. Karena mereka tidak mengutamakan gengsi!" Seru perempuan itu.

"Ya sudah Ma, Pak! Angga berangkat dinas dulu! Takut telat!" Angga beranjak dari duduknya. Tanpa mengucapkan salam, lelaki berseragam loreng hijau itupun berjalan dengan cepat menuju pintu depan rumah. Angga pun pergi berlalu meninggalkan rumah menggunakan motor miliknya.

"Yuda juga mau berangkat Ma, Pak! Soalnya banyak pesanan!" Yuda pun mengajak kedua orang tuanya bersalaman. Namun dengan perasaan terpaksa, bapaknya Yuda menyambut tangan kanannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Jawab mereka berbarengan. Yuda menaiki mobil yang baru dibelinya sekitar tiga bulan yang lalu. Mobil jenis SUV berwarna biru itupun dengan cepat melaju meninggalkan rumah berlantai dua itu.

Suara Misterius

"Bapak lihat sendiri kan! Yuda atau Angga anak kebanggaan Bapak, yang sikapnya lebih baik?" Seru mamanya Yuda yang bernama Bu Erina.

"Walau bagaimanapun juga, tetap saja Angga jadi kebanggaan Bapak! Dia bisa menjaga harkat dan martabat keluarga Letjend Hendro Mulyawan!" Lelaki yang bernama Pak Hendro dengan penuh percaya diri menyebut pangkat yang telah berhasil diraihnya, sewaktu ia masih aktif berdinas sebagai anggota TNI Angkatan Darat.

"Apa Bapak masih belum sadar bahwa Yuda-lah yang lebih sukses dalam menjalankan usahanya! Belum ada tiga tahun Yuda bergelut dalam usaha konfeksinya, tapi Dia sudah mampu membeli mobil keluaran terbaru! Harusnya Bapak bangga mempunyai anak seperti Yuda!"

"Ngapain Bapak harus bangga sama Yuda! Sampai kapanpun Bapak akan tetap benci pada anak yang tidak mau diatur seperti Yuda!"

"Apa Bapak pikir anak Kita hanya jadi boneka Bapak, yang bisa dimainkan oleh Bapak sesuka hati?"

"Bapak melakukan semua ini kan untuk masa depan mereka bertiga! Kalau mereka sukses, kan mereka sendiri yang merasakan hasilnya!"

"Tapi bakat anak itu berbeda-beda Pak! Tidak semua anak punya bakat dan minat yang sama! Jadi Bapak tidak bisa memaksakan kehendak mereka! Bakat Yuda itu jadi pengusaha! Seperti Kakeknya yang sukses berdagang!"

"Ini semua, gara-gara Mama dulu menginginkan anak ketiga Kita seorang perempuan! Makanya Yuda tidak mentalnya tidak sekuat Dirga dan Angga!"

"Itu bukan alasan yang tepat, Pak! Walaupun dulu Mama menginginkan anak ketiga Kita seorang perempuan, tapi Mama berusaha mendidik Yuda layaknya seorang laki-laki sejati! Nyatanya sekarang Yuda tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan gagah! Kalau boleh jujur, dibandingkan Dirga dan juga Angga, wajah Yuda jauh lebih tampan!"

"Terserah Mama mau bilang apa!" Pak Hendro pun berjalan meninggalkan istrinya yang masih menikmati sarapan di ruang makan.

Sesampainya di depan ruko tempat usahanya berdiri, Yuda bergegas masuk ke dalam butik pakaian miliknya. Berbagai model pakaian hasil rancangannya terlihat menghiasi setiap sudut ruangan. Tampak beberapa pengunjung sedang asyik memilah-milah pakaian yang hendak dibelinya. Mengetahui Yuda muncul di hadapannya, seorang perempuan muda berwajah cukup cantik menyambutnya dengan senyuman manis.

"Selamat pagi, Pak!" Sapa perempuan yang memakai dress berwarna merah muda.

"Pagi Dina!" Balasnya dengan senyuman manis terpancar dari wajahnya.

"Senyuman manisnya membuat hatiku berbunga-bunga. Jantungku berdegup kencang. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Tapi, mana mungkin laki-laki sekeren dan sekaya Pak Yuda, mau denganku yang hanya seorang karyawan biasa dari keluarga tidak mampu." Ucap perempuan bernama Dina, dari dalam hatinya sedang dilanda cinta.

"Saya tinggal dulu ya Din! Soalnya ada pesanan yang harus diantarkan hari ini." Ucapnya. Namun Dina hanya diam terpaku menatap wajahnya yang karismatik.

"Dina! Kamu kenapa? Pagi-pagi kok sudah melamun?"

"Nggak apa-apa kok Pak! Silahkan Pak!" Jawabnya gugup. Yuda hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Lelaki itupun berjalan menuju pintu yang terhubung ke ruko sebelahnya, yang digunakan untuk usaha konfeksinya.

"Assalamu'alaikum!" Salamnya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab semua karyawan yang bekerja di usaha konfeksi milik Yuda. Yuda pun menghampiri salah seorang karyawannya.

"Nisa, pesanan punya Bu Lusiana sudah jadi?"

"Sudah Pak!"

"Alhamdulillah kalau sudah jadi. Soalnya tadi Beliau nelpon katanya bajunya mau dipakai besok lusa! Sekarang Kamu packing pesanannya. Biar Saya yang mengantarkan ke rumahnya."

"Apa Rudy saja yang mengantarkan Pak?"

"Biar Saya saja. Soalnya pesanan Bu Lusiana kan banyak. Lagi pula Rudy kan lagi sibuk."

"Pak Yuda selalu baik sama semua orang! Termasuk semua karyawannya! Saya bersyukur bisa bekerja disini."

"Kalau Kita berbuat baik kepada orang lain, Insha Allah orang lain akan melakukan hal yang sama terhadap Kita. Saya bersyukur punya karyawan yang rajin dan disiplin sepertimu, Nisa." Yuda balas mempujinya.

"Pak Yuda bisa saja." Nisa pun tersipu malu.

"Gimana Aku nggak rajin dan semangat bekerja, orang bosku aja setampan dan sekeren Kamu, Pak Yuda!" Ucapnya dalam hati. Selesai menaruh pesanan jahitan milik salah satu pelanggannya, di bagasi mobil miliknya, Yuda bergegas menuju rumah pelanggannya yang bernama Bu Lusiana.

Tinnnggg...tonnnggg...

Tidak berapa lama, dua daun pintu yang tingginya lebih dari dua meter itupun, perlahan terbuka. Yuda yang sudah beberapa kali berkunjung ke rumah mewah berlantai dua itu, langsung mengenali perempuan yang berdiri di balik pintu.

"Bu Lusiana-nya ada, Bu?"

"Ada Mas! Silahkan masuk!" Jawab perempuan yang umurnya lebih dari setengah abad itu. Yuda perlahan memasuki rumah berlantai granit berukuran besar. Lalu ia pun duduk di atas sofa mewah berwarna coklat muda. Sedangkan perempuan yang bukan lain adalah seorang pembantu di rumah Bu Lusiana, kembali berjalan menuju dapur.

"Mas Yuda gimana kabarnya?" Sapa perempuan berumur sekitar 40 tahunan. Namun wajahnya terlihat masih cantik dan awet muda.

"Alhamdulillah baik Bu. Ibu sendiri gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik juga. Pesanannya sudah jadi ya, Mas?"

"Sudah ini Bu. Semua totalnya 13 pcs." Yuda pun menaruh tumpukan pakaian yang telah dikemas ke dalam plastik, ke hadapan Bu Lusiana.

"Syukurlah kalau sudah jadi semua. Memang menjahit pakaian di tempat Mas Yuda tidak mengecewakan. Selalu tepat waktu. Hasilnya pun sangat memuaskan. Makanya Saya tidak mau pindah ke tempat lain." Bu Lusiana mengambil sehelai pakaian dari dalam plastik. Ia pun tersenyum bahagia memandangi pakaian di tangannya.

"Alhamdulillah kalau Bu Lusiana puas dan senang dengan hasil jahitannya. Kalau boleh tahu, pakaian sebanyak ini buat acara apa Bu? Ada yang mau nikahan ya Bu?"

"Iya Mas. Anak Budhe Saya mau nikah besok lusa. Kemarin Budhe Saya mendadak minta tolong Saya untuk menjahit pakaian buat sarimbitan keluarga besar. Untung saja waktunya masih keburu." Jawabnya. Tiba-tiba pembantu Bu Lusiana kembali muncul di ruang tamu sambil membawa nampan berisi dua gelas teh hangat. Ia pun menaruh dua gelas itu di atas meja di hadapan Yuda dan majikannya.

"Silahkan di minum Mas."

"Terima kasih Bu." Tanpa basa-basi Yuda mengambil gelas di hadapannya dan meminum teh hangat itu.

"Jadi totalnya berapa Mas?"

"Rp. 1.350.000 Bu! Maaf Bu, Saya mau numpang ke toilet."

"Oh iya silahkan Mas! Toiletnya ada di belakang. Soalnya yang depan lagi direnovasi. Bi, tolong antarkan Mas Yuda ke toilet belakang ya!"

"Baik Bu." Pembantu itupun menghentikan langkahnya. Begitu Yuda berdiri dan menghampirinya, ia kembali berjalan menuju toilet yang menghadap ke kolam renang berukuran besar.

"Ini toiletnya Mas." Ucapnya begitu sampai di depan pintu toilet.

"Terima kasih Bu."

"Sama-sama Mas. Saya tinggal dulu ya Mas."

"Iya Bu." Yuda memandangi tubuh pembantu itu bagian belakang. Tanpa ragu-ragu, Yuda masuk ke dalam toilet. Disaat ia sedang membuang hajat besar, di dalam keheningan suasana rumah milik Bu Lusiana, sayup-sayup Yuda mendengar suara.

Tinggg...tinggg...tinggg...

"Suara apa itu?" Ucapnya dalam hati. Mendengar suara misterius itu, Yuda mencoba untuk membuka telinganya lebar-lebar. Namun bunyi suara itu tidak terdengar lagi. Namun bunyi suara yang seperti lonceng itu, kini berganti dengan suara lain yang cukup keras.

Dukkk...dukkk...dukkk...

"Suaranya seperti berasal dari ruangan sebelah kanan." Serunya. Setelah selesai membuang hajat besar, Yuda bergegas keluar dari dalam toilet. Lelaki itu tidak langsung masuk ke dalam rumah. Melainkan ia berjalan selangkah demi selangkah menuju ruangan di samping toilet.

"Bunyi suara tadi sepertinya berasal dari ruangan ini. Tapi, ruangan ini seperti gudang! Apa suara tadi hanya suara tikus?" Yuda mencoba menerka-nerka asal suara misterius itu.

Gadis yang Malang

Dukkk...dukkk...dukkk...

"Siapa di dalam?" Tanya Yuda. Setelah menunggu beberapa saat, ia sama sekali tidak mendengar jawaban dari dalam ruangan di depannya. Yuda pun kembali melangkahkan kakinya mendekati pintu.

Tokkk...tokkk...tokkk...

"Apakah ada orang di dalam?"

Dukkk...dukkk...dukkk...

Lagi-lagi Yuda mendengar suara misterius itu. Karena rasa penasaran yang telah memuncak, Yuda mencoba memberanikan dirinya untuk membuka pintu di hadapannya. Jari-jari tangan kanannya memegang handle pintu yang terbuat dari besi. Ia menekan handle itu ke arah bawah. Yuda cukup terkejut ketika pintu di hadapannya perlahan terbuka.

Yuda menatap ke arah dalam ruangan yang dalam keadaan gelap. Ia melihat berbagai macam benda yang dilapisi debu cukup tebal. Lelaki itupun mencoba membuka pintunya lebih lebar lagi. Ketika pintu berhasil dibuka penuh, Yuda sangat kaget ketika melihat seorang perempuan duduk di atas sebuah spring bed. Terlebih lagi, ketika ia memandang ke arah kedua kakinya yang berkulit putih. Pada kedua kaki perempuan itu terdapat sebuah balok kayu yang mengapit pada bagian pergelangan kakinya. Pada kedua balok kayu itu dibuat dua buah cekungan. Sehingga telapak kakinya berada di depan balok kayu berukuran besar tersebut.

"Ya Allah Ya Tuhanku!!! Siapa perempuan itu? Mengapa ia berada di dalam gudang dalam keadaan dipasung begini rupa?" Seru Yuda dalam hati.

"Maaf sebelumnya! Kamu siapa Mba? Mengapa ada di dalam gudang yang ada di rumah Bu Lusiana?" Yuda memberanikan dirinya untuk mengajukan pertanyaan. Namun perempuan itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Dari balik rambutnya yang kusam, kedua matanya menatap ke arah pemuda di hadapannya. Perlahan Yuda menghampiri perempuan yang belum dikenalnya itu. Ia duduk di samping kaki kirinya.

"Mba! Kamu kenapa berada disini dalam keadaan dipasung begini? Siapa yang tega melakukan perbuatan biadab begini?" Yuda mencoba mengeluarkan pertanyaan.

"Khemmm...khemmm...khemmm..."

Yuda hanya mendengar suara erangan dari arah mulut perempuan di depannya. Karena rasa penasaran yang menguasai dirinya, perlahan Yuda menyibakkan rambutnya yang panjang tergerai menutupi wajahnya. Ketika rambutnya berhasil disibakkan, Yuda hampir terlonjak dari duduknya, ketika kedua matanya menatap ke arah wajah perempuan di hadapannya.

"Kamu!!! Ternyata Kamu masih sangat muda!!! Walaupun rambutmu terlihat kusam dan kotor, tapi wajahmu begitu cantik alami!" Puji Yuda tanpa ragu. Mendengar ucapannya, wajah gadis itu tampak bersemu merah.

"Sebenarnya, siapa laki-laki berwajah tampan ini? Mengapa Dia bisa masuk ke dalam rumah ini sampai menemukanku?" Ucapnya dalam hati.

"Khemmm... khemmm...khemmm..."

"Maaf! Apa Kamu tidak bisa bi..." Ketika Yuda belum selesai bersuara, tiba-tiba saja seseorang muncul di depan pintu.

"Maaf Mas!!! Kenapa Masnya masuk ke dalam sini?" Tanyanya dengan cukup keras. Mendengar seruannya, Yuda menolehkan kepalanya ke arah pintu.

"Tadi sewaktu di dalam toilet, Aku mendengar suara aneh! Setelah Aku selidiki ternyata suara itu berasal dari dalam ruangan ini! Siapa sebenarnya gadis ini Bu? Mengapa gadis secantik ini, dipasung begini rupa?"

"Sa...saya tidak bisa mengatakannya! Lebih baik sekarang Masnya kembali ke ruang tamu! Sebelum Bu Lusiana tahu kalau Mas sudah berani masuk ke dalam sini!" Pinta perempuan yang bukan lain adalah pembantu di rumah Bu Lusiana.

"Memangnya kenapa jika Bu Lusiana tahu, kalau Aku sudah masuk ke dalam sini?"

"Bu Lusiana dan suaminya bisa marah besar sama Masnya!" Katanya.

"Aku tidak takut!!!" Serunya. Yuda bangkit dari duduknya. Lelaki itupun berlari menuju ruang tamu.

"Maaf Bu! Sudah menunggu cukup lama. Soalnya tadi Saya sakit perut." Ucapnya ketika melihat Bu Lusiana tengah duduk di atas sofa.

"Tidak apa-apa kok Mas. Oh ya, Ini uangnya." Nu Lusiana memberikan beberapa lembar uang kertas seratus ribuan kepada Yuda. Yuda pun menyambutnya. Sebelum memasukkan uang itu ke dalam dompet, tidak lupa Yuda untuk menghitungnya.

"Bu, ini uangnya lebih 150 ribu."

"Disimpan saja Mas! Buat beli bensin!"

"Terima kasih banyak Bu. Oh ya Bu. Ada sesuatu yang mau Saya katakan sama Bu Lusiana."

"Kamu mau bicara soal apa Mas? Katakan saja!"

"Sebelum Saya bertanya, Saya minta Bu Lusiana mau menjawab pertanyaan Saya dengan sejujur-jujurnya." Pintanya. Mendengar ucapannya, Bu Lusiana merasa tidak nyaman.

"Kalau Saya bisa jawab, Insha Allah Saya akan jawab sejujurnya. Memang Mas Yuda mau tanya apa?"

"Tadi sewaktu Saya ke toilet, tanpa sengaja Saya mendengar suara aneh. Setelah Saya selidiki sumber suaranya, ternyata suara itu berasal dari gudang yang berada di sebelah toilet. Saya memberanikan diri untuk membuka pintu gudang. Ternyata pintu itu tidak terkunci. Saat Saya masuk ke dalam gudang, Saya kaget sekali ketika melihat ada seorang gadis cantik, berada di atas ranjang dalam keadaan kedua kakinya terpasung. Yang mau Saya tanyakan, siapa sebenarnya gadis malang itu, Bu?" Tanya Yuda. Mendengar ucapannya, Bu Lusiana tampak air mukanya langsung berubah drastis.

"Sialan! Kenapa Bi Waroh pakai segala lupa ngunci pintu gudang!" Serunya dalam hati.

"Maaf! Saya rasa Kamu tidak perlu tahu, siapa gadis itu!"

"Bukannya Saya mau ikut campur! Tapi Saya rasa, tidak ada orang yang akan tega memasung orang lain apalagi keluarganya sendiri! Kecuali orang itu memang sudah tidak punya hati nurani, perasaan, dan akal pikiran!

"Tahu apa Kamu? Kamu kan sama sekali tidak tahu permasalahannya!"

"Saya memang sama sekali tidak tahu permasalahan yang Ibu dan gadis itu hadapi! Tapi kalau Bu Lusiana mau bercerita mengenai gadis itu, siapa tahu Saya bisa membantu cari jalan keluarnya."

"Gadis itu bernama Windy. Dia putri tunggalku. Usianya sekarang 21 tahun." Balasnya dengan perasaan sangat sedih. Seketika air matanya membanjiri wajahnya.

"Apa ibu bilang??? Jadi, gadis cantik bernama Windy itu adalah putri kandung Bu Lusiana?" Yuda sangat terkejut mendengarnya.

"Iya." Bu Lusiana menundukkan kepalanya. Suara isak tangisnya terdengar menyayat hati.

"Kenapa ibu tega memasung anak kandung ibu sendiri?"

"Saya tidak bisa berbuat apa-apa, Mas! Semua ini kelakuan suami saya. Dia tega memasung Windy. Setiap kali saya menemui Windy, hati nuraniku selalu berontak! Ingin rasanya saya melepaskan Windy dari pasungan yang telah membuatnya menderita. Tapi, disisi lain saya tidak bisa melakukan hal itu."

"Jadi, suami Bu Lusiana yang sudah tega memasung Windy? Tapi kenapa Windy sampai dipasung begitu rupa? Sebenarnya apa yang terjadi dengan Windy, putri ibu?"

"Windy seorang tunawicara sejak lahir."

"Jadi, jadi hanya karena Windy seorang tunawicara, sampai suami ibu nekad memasungnya? Hidup dengan keterbatasan harusnya Windy mendapatkan dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya. Windy berhak untuk mendapatkan kehidupan yang selayaknya! Seperti yang orang lain rasakan. Bukan malah menambah penderitaan hidupnya!"

"Tapi suami saya juga terpaksa melakukannya! Suami saya adalah seorang anggota DPR. Jadi, suami saya tidak mau rekan-rekan kerjanya tahu, kalau dia mempunyai seorang anak yang cacat."

"Oh! Jadi hanya karena suami ibu seorang pejabat negara, jadi dengan teganya memasung anak kandungnya sendiri! Biadab!!! Ini benar-benar perbuatan biadab!"

"Sebenarnya Saya juga tidak setuju dengan keputusan suami saya untuk memasung Windy. Tapi saya tidak mempunyai pilihan lain." Air matanya kembali menetes di pipinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!