***
Nur khalifah putri al- fariz (29) gadis berhijab dengan tinggi badan 160 cm memiliki wajah baby face, cantik, manis, bahkan cendrung lebih imut, berkulit kuning langsat dengan hidung sedikit mancung, serta mata yang bulat dan bibir tipis yang mungil adalah putri dari pengusaha sukses batu bara asal Kalimantan. Khalifah lahir dari pasangan Muhammad al-fariz (60) dan Annisa azzara al-fariz (55). khalifah merupakan putri ke empat dari empat bersaudara Ahmad ilham putra Al-fariz (35), Nur fatimah putri Al-fariz (33), dan Ahmad rizky putra Al-fariz (31).
Menjadi keluarga pengusaha yang sukses dan kaya raya tidaklah menjadikan anak-anak dari keluarga Al- fariz menjadi sombong, angkuh, bahkan bertindak sesuka hati atau bahkan sampai melupakan kewajiban sebagai umat muslim. akan tetapi justru dengan kekayaan lah kedua orang tua nya mendidik dan mengajarkan serta mengarah kan kepada anak-anak nya bahwa penting nya ilmu agama yang mampu menjadi tuntunan dalam kehidupan baik untuk di dunia mau pun untuk akhirat.
Begitu pula dengan Khalifah atau yang biasa di panggil dengan neng Khalifah merupakan panggilan akrab atau panggilan kesayangan dari keluarga dan orang-orang terdekat. bahkan sejak usia 5 tahun Khalifah sudah mampu menutupi aurat nya dengan sempurna.
Walau pun pada dasar nya menutupi aurat pada anak-anak hukum nya tidak lah wajib. akan tetapi bukan kah sebagai orang tua mengarahkan dan mendidik anak sejak dini adalah kawajiban orang tua, terutama dalam hal berpakaian untuk seorang muslimah. bukan niat hati untuk memaksakan kehendak pada anak, akan tetapi niat nya adalah membiasakan diri si anak agar kelak anak akan menjadi terbiasa. justru ketika dewasa kelak anak akan merasa risih dengan sendiri nya apa bila menggunakan pakaian yang terbuka. bukankah di dalam agama islam kita sebagai muslimah di wajib kan untuk menutupi aurat nya dengan sempurna.
Khalifah tumbuh menjadi gadis yang sedehana, rendah hati, cerdas, mandiri, dan tangguh. hal itu terbukti dalam masa pendidikan nya Khalifah selalu mendapatkan beasiswa prestasi dan mampu mengikuti program akselerasi mulai dari tingat MI/SD hingga sampai dengan pendidikan Aliyah/SMA di salah satu pondok pesantren moderen di kota nya. dan itu berlanjut pada tingkat pendidikan di bangku kuliah yang dapat di tempuh nya dengan waktu yang cukup singkat. terbukti di usia nya yang ke 27 tahun Khalifah mampu menjadi seorang dokter bedah militer. semua itu tidak lepas dari dukungan dan didikan kedua orang tua nya terutama sang bunda Annisa Azzara.
Kecerdasaan serta kemampuan fisik yang di miliki oleh Khalifah tidak lah tanggung - tanggung. Khalifah memiliki kekuatan fisik di atas rata-rata gadis pada umum nya bahkan bisa di kata kan hampir setara dengan kekuatan fisik seorang pria. saat masa pendidikan di salah satu pondok pesantren di kota nya Khalifah mampu meraih prestasi tidak hanya pada nilai akademik saja yang sempurna, akan tetapi pada kegiatan-kegiatan ekstra lain nya terutama dalam kegiatan seni bela diri. baik seni bela diri silat mau pun seni bela diri karate bahkan dia mampu meraih medali emas tingkat nasional saat mewakili sekolah nya.
Khalifah juga merupakan mahasiswi lulus Universitas Pertahanan Akmil pada jurusan kedokteran. di usia nya yang baru menginjak ke 27 tahun Khalifah mampu menjadi seorang dokter militer wanita spealis bedah. Dokter militer merupakan salah satu profesi yang menggabungkan dua peran, yaitu sebagai dokter sekaligus juga sebagai perwira TNI. Khalifah juga mampu menjadi seorang perwira dengan pangkat Lettu (letnan satu). pada saat ini di usia nya yang ke 29 tahun Khalifah bergabung dengan komando pasukan khusus (kopassus) dengan memiliki kemampuan khusus, serta merupakan bagian dari komando utama (kotama) tempur yang di miliki TNI AD.
***
" Drett .. drett .. " ponsel Khalifah berdering terlihat di layar ponsel kontak bunda yang menelpon.
" Assalamu'alaikum bunda, gimana kabar bunda sehat kan ? ayah juga sehat kan bun ? maaf yaa bun .. eneng baru bisa kasih kabar, soal nya eneng udah 3 minggu ini masuk kawasan di pedalaman bun .. jadi susah jaringan, ini aja eneng harus panjat pohon dulu, kaya monyet biar dapat jaringan. he .. he .. he .. " terdengar kekehan khalifah yang membuat nya lucu sendiri dengan tingkah nya saat ini.
Saat ini diri nya memang benar- benar sedang nangkring di atas pohon hanya untuk mencari jaringan ponsel. sejak awal Khalifah memang berniat untuk menghubungi sang bunda karna sudah hampir 3 minggu lebih diri nya tidak dapat memberikan kabar pada sang bunda dengan kendala jaringan ponsel yang sangat sulit.
Pada saat berada di atas pohon untuk mencari jaringan agar bisa menghubungi sang bunda. namun ternyata justru sang bunda lah yang terlebih dahulu menghubungi nya. Pada Saat ini Khalifah sedang menjalankan masa bertugas nya di sebuah desa perbatasan tepat nya di perbatasan malaysia.
Mendengar putri nya yang terkekeh geli bunda pun tersenyum. " wa'alaikumus sallam neng, allhamdulilah bunda sama ayah sehat, eneng sehat kah ?"
" Iya bun .. allhamdulilah eneng juga sehat, sekali lagi maaf yaa bun .. baru sempat kasih kabar. " Khalifah kembali meminta maaf pada sang bunda karna merasa bersalah. walau pun diri nya jarang berkumpul dengan keluarga, tapi Khalifah tidak pernah absen untuk selalu memberikan kabar pada keluarga terutama sang bunda.
" Iya sayang bunda juga ngerti, yang penting eneng di sana jaga kesehatan yaah .. ingat, jangan lupa makan, sama sholat juga, bunda kengeeenn ... kapan eneng pulang ?" bunda berkata dengan lirih, ibu mana yang tak merindukan anak nya yang hampir sembilan bulan tidak bertemu.
" Insya Allah bun, eneng pasti ingat sama pesan bunda, eneng juga kangen sama bunda sama ayah juga. kalo masalah kapan pulang mungkin Insya Allah masih tiga bulan lagi bun, soalnya masa tugas eneng kan dua belasa bulan." ujar Khalifah memberitahukan sang bunda.
" Masih lama yaa neng, huuhh ... " terdengar helaan nafas berat dari sang bunda, diri nya saat ini betul - betul merindukan sang putri.
" Ada apa bun ? bunda ada masalah yaa ? " mendengar helaan nafas berat dari bunda membuat Khalifah merasa curiga, diri nya takut sang bunda memiliki masalah saat ini.
" Neng, bunda cuma kuatir mau sampai kapan eneng kaya gini ? " terdiam beberapa saat menjeda kalimat yang akan disampaikan sang bunda.
"Maksud bunda kapan eneng punya waktu buat cari pendamping ? terus kapan juga eneng mikirin kehidupan pribadi eneng sendiri ? ingat ..! usia eneng bahkan sudah lebih mampu untuk berkeluarga. bunda sama ayah sudah tua neng, bunda pengen lihat anak perempuan bunda menikah sebelum bunda engga ada." akhir nya apa yang bunda ingin sampaikan pun terucap sudah.
" Ya Allah buuunn .. kok bunda ngomong nya gitu sich ? Bunda masih sehat, bunda juga masih muda masih cantik kok, kalo cari yang baru juga masih bisa. he..he..he.." kembali Khalifah terkekeh, berharap dengan sedikit kebanyolan nya mampu membuat sang bunda tersenyum.
Mendengar hal itu bunda pun kembali tersenyum. " terus ayah mau di kemana in kalo bunda cari yang baru ?. eneng ada -ada saja, lagian bunda masih cinta sama ayah engga mau cari yang baru. bunda kan sudah laku, nah sekarang tinggal eneng yang belum laku cepat cari, jangan sampai kaya alamat palsu engga ketemu - ketemu juga." kelekar sang bunda pada putri nya.
" Ayu ting -ting donk bun .." ujar Khalifah menambah kan kelekaran sang bunda. Khalifah sadar selama ini diri nya terlalu bersemangat untuk mengejar impian dan cita-cita nya untuk menjadi seorang dokter militer bahkan diri nya terkesa cuek dengan kehidupan pribadi nya sendiri.
Sebenar nya tidak sedikit lelaki yang menyukai Khalifah, hanya saja masih belum ada keinginan untuk menikah. lelaki mana yang tidak menyukai seorang gadis yang bisa di kata kan mendekati sempurna. seorang putri yang terlahir dari keluarga baik- baik dan mapan, memiliki fisik yang sempurna, pendidikan bahkan karir yang cemerlang.
" Insya Allah bun, kalo Allah sudah berkehendak maka semua nya pasti akan terjadi, dan untuk kapan itu terjadi eneng juga engga tau. eneng cuma percaya rencana Allah lebih indah, dan pada saat ini eneng hanya menjalani apa yang di takdir kan Allah untuk eneng. bunda yang sabar yaa bun .. do'a kan yang terbaik untuk eneng, jangan pernah lelah berdo'a untuk kebaikan eneng. eneng sayang bunda, eneng juga sayang ayah, jangan berfikir yang macam-macam ". Khalifah sangat berusaha untuk memberikan penjelasan agar bunda mengerti dan tidak sampai menyakiti perasaan sang bunda.
Pada akhir nya sang bunda pun hanya mengiyakan apa yang di kata kan oleh anak gadis nya. karna memang sejati nya jodoh dan maut adalah rahasia dan ketentuan Allah. kita sebagai manusia hanya mampu berdo'a dan berusaha dan untuk bagai mana akhir nya maka kita kembali kan pada sang pencipta. setelah beberapa saat setelah melepas rindu dengan obrolan - obrolan lain, Khalifah pun mengakhiri sambungan telpon nya karna saat ini ada kegiatan yang memang harus di lakukan nya.
***
***
" Huuhh .. " hanya helaan nafas berat yang mampu keluar dari mulut sang dokter serta terpa'an angin sejuk yang mengenai wajah sang dokter saat ini. pandangan nya pun tak lepas dari langit yang cerah bahkan sekarang mulai terasa panas, karena waktu hampir menunjukan jam 10.00 siang.
Kembali merenungi kata-kata sang bunda, di mana saat ini untuk yang kesekian kali nya sang bunda meminta nya untuk segera memikirkan kehidupan pribadi nya dalam artian menikah.
Sebenar nya diri nya bukan tak ingin untuk menikah, hanya saja banyak faktor yang menimbulkan keraguan dalam diri Khalifah untuk mencari pendamping hidup yang betul-betul mencintai nya karna Allah. bukan karna apa yang ada pada diri nya saat ini. karna Khalifah menyadari apa yang ada pada diri nya saat ini adalah seluruh nya milik Allah yang hanya di titipkan sementara pada nya.
Di tengah lamunan nya tiba-tiba saja terdengar seseorang yang mengucapkan salam, seketika itu pula Khalifah pun menoleh ke bawah.
" Assalamu'alaikum bu dokter, bu dokter sedang apa di atas pohon ? " ujar pria paruh baya yang merasa bingung, sedang apa sang dokter nangkring di atas pohon dengan termenung.
" Apa bu dokter lagi jadi Intel ya bu ? " belum sempat Khalifah menjawab bapak itu pun kembali mengajukan pertanyaa. mungkin pria paruh baya itu tidak menyadari jika pertanyaan terakhir nya membuat Khalifah tersenyum geli.
Pria paruh baya itu adalah salah satu penduduk desa yang kebetulan lewat hendak ke kebun. saat hendak pergi ke kebun pria paruh baya itu melewati pohon yang di gunakan Khalifah.
Diri nya tadi memang sempat kaget saat melihat ada sesuatu di atas pohon yang pria paruh baya itu kira adalah sesosok monyet basar yang sedang nangkring. ketika diri nya mendekat ternyata sesosok bidadari yang jatuh dari langit dan kebetulan nyakut di atas pohon.
Mendengar ada seseorang yang memberi salam maka Khalifah pun bergegas untuk segera turun dari atas pohon, setelah sampai di bawah Khalifah pun menjawab salam dari pria paruh baya itu.
" Wa'alakumus sallam pak, itu pak tadi saya habis telpon, karna jaringan nya di bawah kurang stabil. jadi terpaksa saya manjat pohon, agar saat telpon suara nya terdengar lebih jelas. " Khalifah menjelas kan pada bapak itu, tentang alasan mengapa sampai diri nya nangkring di atas pohon.
" Apa bapak mau ke kebun ? " Khalifah kembali bertanya.
" Ohhh ... iya bu, tadi nya saya kira bu dokter lagi jadi Intel nangkring atas pohon. he .. he .." kekehan pria paruh baya tersebut. yang di perkirakan umur nya sekitar 60 tahunan. Khalifah yang mendengar nya pun kembali tersenyum geli.
"Kalo begitu saya mau lanjut dulu, permisi dulu bu dokter, assalamu'alaikum .. " setelah mengucapkan salam pria itu pun kembali melanjutkan perjalanan nya yang sempat terhenti karna ada bidadari nangkring di pohon.
" Waalaikumus sallam .. iya pak silah kan, hati- hati pak. " Khalifah pun langsung mempersilah kan pria paruh baya itu untuk pergi.
Setelah beberapa saat sang dokter pun memutuskan untuk kembali bertugas, yaitu tugas sebagai seorang perwira TNI sekaligus tugas sebagai seorang dokter. Seperti yang di ketahui menjadi seorang dokter militer tidak hanya mempunyai kemampuan sebagai dokter pada umum nya.
Dokter militer juga harus mampu menguasai tehnik-tehnik pada pertempuran, karna sang dokter militer akan terjun secara terbuka ke medan pertempuran. maka sang dokter juga di bekali senjata untuk membantu prajurit yang terluka. cara menangani pasien di medan pertempuran pun tentu tidak mudah berbeda dengan pasien yang ada di rumah sakit. oleh karna itu dokter militer pun harus mengikuti beberapa pelatihan yang tentu saja tidak mudah, pelatihan ini biasa nya di sebut dengan combat ATLS ( Advanced Trauma Life Support ).
Setelah sampai di salah satu rumah warga
desa yang di jadi kan base camp kesehatan, Khalifah pun di kaget kan oleh salah satu patner nya dalam bertugas selama di sini.
" Lapor ... ! pasokan obat sedang ada di perjalanan menuju ke mari laporan selesai. " ujar salah satu rekan dokter Khalifah.
" Astaghfirullahalazim. " sambil memegang dada nya karna terlalu terkejut dengan suara lantang Raditya dari dalam rumah. Raditya sendiri adalah seorang dokter militer dengan pangkat Letda (letnan dua). saat Khalifah akan masuk ke dalam rumah maka saat itu pula lah Raditya memberikan laporan tentang pasokan obat-obat yang hampir sampai.
" Radit , apa tidak sekalian saja kamu pakai toa yang ada di mesjid ? terus kamu bawa ke mari, biar sekalian satu kampung denger suara kamu. " sambil mendengus kesal dan langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengubris laporan dari Radit.
" Eehhh ... emang tadi suara nya kurang jelas yaa ? atau kurang keras kali ? kok, bu letnan suruh pakai toa mesjid segala. " gumam Radit sambil berjalan ke luar untuk menunggu kiriman pasokan obat-obatan.
" Woyy .. kenapa tuch muka, udah kaya kertas lecek aja lo." salah satu anggota prajurit yang baru saja datang dari arah belakang. biasa nya mereka memang memilih bahasa yang terbilang akrab dan santai agar menghilangkan kesan kaku antara atasan dan juga bawahan. tapi, hal itu hanya berlaku dengan atasan yang memang bisa untuk di ajak santai. atau dengan sesama anggota prajurit yang memang seumuran.
" Bingung gue . " diri nya masih saja berpikir apa yang salah dengan laporan nya tadi.
" Bingung ?, Bingung kenapa lo ?. " sambil memandangi wajah Radit dengan sedikit aneh sampai mengerut kan dahi nya.
" Gue bingung sama bu letnan,tadi kan gue laporan tuch tentang obat-obatan yang sudah ada di perjalanan. perasaan gue, suara gue udah keras banget plus jelas lagi. kok, bu letnan masih nyuruh gue pakai toa di mesjid yach .. apa iya, dengan jarak yang begitu dekat suara gue masih kurang jelas ? aahhhh .. puyeng gue. " diri nya pun memilih untuk tiduran di lantai teras rumah.
" Eeehh ... masa sich ? elo aja kali yang salah ?. " ujar rekan nya berpendapat lain, tidak mungkin juga sang atasan benar - benar memerintah kan untuk mengambil toa mesjid.
" Tau ahhh .. "Radit berujar sambil memejamkan mata nya karna benar - benar pusing.
Sebenar nya Khalifah adalah seorang atasan yang berwibawa, tegas, dan selalu peduli dengan para prajurit bawahan nya. hanya saja para prajurit pria itu justru merasa sungkan, apa lagi Khalifah seorang muslimah yang benar- benar taat akan agama. jadi sebisa mungkin Khalifah membatasi intraksi dengan para rekan sesama prajurit laki-laki. itu sebab nya para prajurit pria sangat segan dan menghormati dengan keberada'an Khalifah meraka hanya mampu mengagumi dalam diam sang dokter militer yang mempunyai segudang prestasi baik dalam bidang kedokteran atau dalam bidang kemiliteran'.
***
***
Waktu telah menunjukan angka setengah dua belas siang. "brumm .. brumm .. brumm .. "
terdengar suara mobil mendekati rumah dan berhenti tepat di depan rumah.
Setelah mobil berhenti, keluar lah seorang prajurit bintara dengan pangkat serda ( sarsan dua ). " Lapor pak, ini obat-obatan yang di minta dua hari yang lalu. semua nya sudah di cek, sesuai dengan list yang di kirim kan kemaren." Laporan seorang prajurit bintara yang bertanggung jawab mengantarkan pasokan obat-obatan pada letnan aditya.
" Okey, kalo semua nya sudah sesuai dengan list langsung bawa masuk aja ke dalam." ujar aditya masih sambil rebahan di lantai teras.
Kadang kata tegas, berwibawa, gagah, dan berani mati bahkan mampu melumpuhkan musuh selalu melekat pada diri seorang prajurit TNI. tapi jangan salah, banyak juga tingkah para prajurit TNI yang absurt bahkan sampai membuat geleng - geleng kepala.
" Siap laksanakan. " sambil memberi hormat dan langsung melaksana kan tugas yang di perintah kan oleh Radit.
Sedang kan Khalifah yang masih berada dalam kamar pun keluar ketika mendengar bahwa pasokan obat-obatan yang di minta nya dua hari yang lalu sudah sampai. dan ketika melihat Khalifah keluar dari kamar prajurit itu pun langsung memberi kan hormat, dan di tanggapi dengan anggukan kepala oleh Khalifah.
" Apa sudah sesuai list ?. " tanya Khalifah pada sang prajurit.
" Siap sesuai bu, semua sudah di cek." sang prajurit pun menjawab dengan tegas.
" Baik lah, tolong kamu taroh saja semua nya di atas meja pojok, nanti biar saya saja yang beres kan. " ujur Khalifah memberi perintah pada sang bawahan.
" Siap laksanakan." dengan sigap sang prajurit pun melaksana kan perintah.
Seperti yang di ketahui Khalifah adalah seorang perwira dengan berpangkat kan lettu ( letnan satu ), satu tingkat di bawah kapten dan satu tingkat di atas letda ( letnan dua ). maka di sini Khalifah adalah seorang pemimpin atau atasan.
Setelah semua tumpukan kerdus berada di atas meja. Khalifah pun membuka satu persatu kerdus yang ada di atas meja dan mengeluar kan semua isi di dalam nya dan mencek ulang apa kah betul- betul sesuai dengan yang di minta nya dua hari yang lalu, serta menyusun nya dengan rapi di dalam rak yang sudah tersedia. agar lebih mudah ketika akan di gunakan dengan di bantu oleh Radit.
Sambil menyusun obat-obatan Radit pun membuka suara nya. " bu letnan, apa benar setelah satgas di sini, bu letnan akan kembali mengajukan diri sebagai relawan di palestina ? karna saya denger, kalo ibu akan menjadi relawan di salah satu rumah sakit di palestina ?. "
Diam beberapa saat. " huhh ... Entah lah dit, sebenar nya saya memang sempat berniat mengajukan diri untuk ke palestina setelah masa tugas di sini berakhir, tapi sekarang saya jadi bingung."
Sebenar nya Khalifah memang ingin menjadi dokter relawan di salah satu Rumah sakit di palestina dan itu sudah di rencana kan nya satu bulan yang lalu. karna mengingat masa tugas nya di sini akan segera berakhir tiga bulan ke depan. hanya saja saat ini Khalifah menjadi bingung apa lagi sang bunda kembali mengingat kan nya untuk segera menikah.
Radit pun hanya terdiam, ketika di lihat nya raut muka sang atasan yang seperti nya sedang bingung bahkan terlihat jelas saat helaan nafas terdengar begitu berat sebelum menjawab pertanyaan yang tadi di ajukan nya. seperti ada kegelisahan dan beban di dalam diri sang atasan, sungkan untuk kembali bertanya Radit pun memilih untuk diam dan melanjutkan kegiatan nya.
Tak terasa hari pun sudah berganti menjadi malam hari. dan para prajurit pun berkumpul di base camp masih - masing ada yang sedang mengobrol santai ada juga yang beristirahat setelah lelah melakukan beberapa kegiatan. selama di sini base camp tempat para prajurit yaitu di rumah warga yang tidak terpakai dan ada pula yang di balai desa.
Begitu pula dengan Khalifah setelah selesai melakukan kewajiban nya sebagai umat muslim, saat ini Khalifah sedang kembali memikirkan perihal tentang permintaan sang bunda. Khalifah hanya mampu berdoa dan berserah diri meminta petunjuk sang khaliq untuk segala beban dan kebingungan yang di rasa kan nya dan sambil beristirahat dengan tasbih yang tak lepas dari tangan dan bibir yang selalu berzikir.
" Tolong ... tolong .. tolong .. " suara teriakan salah satu warga desa yang berlari menuju base camp kesehatan. karna cuaca yang buruk dengan deras nya hujan serta angin yang kencang dan bahkan sekekali kilat pun menyambar hingga suara teriakan pun hanya terdengar samar-samar.
Para warga tahu bahwa ada pusat kesehatan militer di desa mereka dan ada beberapa dokter juga yang bertugas di sana. karena selama ini para dokter militer yang bertugas tidak hanya melayani pasien para prajurit TNI saja, akan tetapi para dokter juga melayani para warga sipil yang ingin berobat di base camp kesehatan dan itu secara suka rela.
Setelah sampai teras rumah dengan keadaan badan yang basah kuyup karna hujan warga itu pun langsung di sambut oleh salah satu prajurit yang berjaga. " ada apa pak, ada yang bisa saya bantu ?." tanya sang prajurit sambil melihat keadaan si bapak yang terlihat bingung dan kuatir.
" Maaf pak, bu dokter nya ada ? saya mau minta tolong istri saya pendarahan, dan sekarang dalam keadaan pingsan.
" Terus sekarang istri bapak di mana ?." tanya prajurit itu lagi karna di lihat nya bapak itu sendiri bahkan hanya berlari tanpa payung dan alas kaki.
" Istri saya di rumah pak ." jawab si bapak. bahkan dengan tubuh yang basah mungkin saja si bapak kedinginan sudah tak lagi di rasa kan. bahkan kaki yang berlari tanpa alas kaki bisa saja tertancap duri sudah tak lagi di pedulikan. keadaan nya yang betul- betul bingung dan kuatir.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa si bapak justru berlari ke base camp kesehatan bukan nya langsung membawa sang istri ke rumah sakit ? penjelasan nya adalah desa di mana tempat Khalifah bertugas merupakan desa pedalaman.
Sebuah desa yang masih dikelilingi hutan alami dan perbukitan. sarana dan prasarana yang minim dan seadanya membuat warga desa kesulitan untuk menuju perkota'an. jangan kan untuk menuju ke kabupaten kota menuju ke daerah kacamatan saja jarak tempuh nya mencapai dua jam lebih dengan kendaraan bermotor.
Dengan keadaan cuaca cerah karna kondisi jalanan yang masih tanah dan sedikit berbatu. jadi, bisa di bayangkan apa bila dalam kondisi hujan itu sudah pasti memakan waktu dua kali lipat karna kondisi jalanan yang licin dan berlumpur.
" Baik pak, tunggu sebentar, saya panggil kan dokter dulu." prajurit jaga itu pun bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung mengetok pintu kamar di mana sang dokter beristirahat.
" Tok ... tok ... bu letnan, tok ... tok ... bu letnan, tok ... " terdengar bunyi ketokan pada pintu kamar dan panggilan dari luar pintu kamar.
"Cklek" pintu kamar pun terbuka.
" Ada apa ?. " sebenar nya ketokan pertama pada pintu kamar sudah membuat Khalifah terbangun. hanya saja Khalifah masih membetul kan hijab yang di kenakan nya sebelum membuka kan pintu kamar.
" Maaf bu, di depan ada bapak-bapak meminta bantuan ibu. kata nya, istri si bapak sedang pendarahan, terus sekarang dalam keadaan pingsan di rumah nya ." sang bawahan pun langsung menjelaskan perihal kenapa di jam dua dini hari mengganggu istirahat sang atasan.
Mendengar hal itu Khalifah pun langsung begegas keluar untuk menemui langsung si bapak, dan bertanya lebih rinci tentang keada'an sang istri saat ini
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!