Virlie tumbuh menjadi gadis yang sombong, angkuh, judes, dan juga dingin. Sifat Virlie memang menurun dari Dion, tidak ada sedikit pun sifat Valerie yang nurun kepada diri Virlie.
Sudah berapa puluh sopir mau pun asistennya yang memilih mengundurkan diri karena tidak tahan dengan sifat Virlie.
Virlie mempunyai seorang adik laki-laki yang saat ini masih berusia 7 tahun, bernama Vero Halbert. Usia mereka berdua terpaut sangat jauh dengan Virlie, Vero mempunyai sifat yang menurun dari Mommynya.
Vero tumbuh menjadi anak yang ceria, jahil, dan juga energik. Vero paling suka menjahili Kakaknya yang galak itu membuat Virlie sangat jengkel dibuatnya.
"Elsaaaaaa......"
Elsa merupakan asisten Virlie yang selalu menyiapkan keperluan Virlie.
"Iya Nona," sahut Elsa dengan napas yang ngos-ngosan karena berlari.
"Kenapa kamu menyiapkan sepatu ini? Aku kan sudah bilang, aku mau pakai sepatu kate yang warna merah yang Daddy belikan dari Perancis," bentak Virlie.
"Maaf Nona, saya sudah mencari sepatu itu tapi saya sama sekali tidak menemukannya."
"Apa? Bukanya waktu itu kamu sendiri yang menyimpannya? Kenapa bisa tidak ada?" bentak Virlie.
"Saya menyimpannya di tempat biasa Nona, tapi aneh sekali di saat saya cari tidak ada di sana."
"Kamu ya, memang tidak becus bekerja."
Virlie pun dengan amarahnya yang memuncak keluar dari kamarnya kemudian duduk bergabung dengan yang lainnya untuk sarapan.
"Kenapa lagi sih sayang? Tidak bisakah satu pagi saja tidak teriak-teriak," seru Mommy Valerie.
"Habisnya si Elsa tidak becus bekerja, masa sepatu kate punya Virlie hilang sih," kesal Virlie.
"Sepatu yang mana? Kalau hilang ya sudah, tinggal beli lagi kan, gampang," seru Daddy Dion dengan santainya.
"Daddy, jangan mengajari anak untuk boros. Sepatu kamu kan banyak sayang, pakai yang mana saja," sahut Mommy Valerie.
"Tidak mau, itu sepatu mahal yang Daddy beli di Perancis gak ada di sini sepatu kaya gitu," kesal Virlie.
"Kakak kerjaannya marah-marah terus, nanti cepat tua loh," ledek Vero.
"Diam kamu bocah, ikut-ikutan saja."
"Sudah-sudah, makan dulu nanti biar Mommy yang cari sepatu itu."
"Tunggu, apa sepatu yang warna merah?" tanya Vero.
"Iya, kok kamu tahu?"
"Oh, kalau sepatu yang merah itu kemarin Vero kasih ke Salma sebagai kado ulang tahunnya," sahut Vero santai.
"Apa? Dasar bocah tengil, itu sepatu kesayangan Kakak, Vero. Ngapain kamu kasih ke teman kamu?" bentak Virlie.
"Habisnya Vero mau beli hadiah, kata Mommy beli aja barang yang murah, Vero kan malu kalau kasih barang murahan jadi Vero ambil sepatu Kak Virlie saja."
Virlie mengepalkan kedua tangannya, dia benar-benar kesal dengan adik satu-satunya itu.
"Awas kamu bocah, kamu selalu saja membuat Kakak marah, bisa tidak sehari saja kamu tidak membuat masalah dan jadi anak yang kalem!" sentak Virlie.
Mommy Valerie dan Daddy Dion hanya geleng-geleng kepala, mereka punya anak hanya dua tapi di rumah itu seperti punya sepuluh anak, selalu saja rame dan berisik.
Valerie sebenarnya sempat beberapa kali hamil dan mengalami keguguran sampai dua kali karena Valerie di saat hamil memang tidak bisa diam.
Membuat Dion trauma dan memutuskan untuk menunda dulu punya anak, hingga akhirnya di saat Virlie berusia 15 tahun, Valerie pun kembali mengandung dan Dion sangat menjaga Valerie supaya bed rest dan tidak banyak beraktivitas.
Di saat Virlie mau masuk SMA, Virlie memutuskan untuk melanjutkannya di Amerika dan tinggal bersama Uncle Petra dan Onty Rossa bahkan Virlie pun sempat kuliah di sana selama 1 tahun, tapi saat ini Virlie memilih melanjutkan kuliah di Indonesia saja.
"Kampus Virlie bagus kan, Dad?" seru Virlie.
"Bagus dong, Daddy sudah mencarikan kampus terbagus dan terbaik untukmu," sahut Daddy Dion.
"Virlie sayang, Mommy harap kamu jangan terlalu galak dan angkuh ya, nanti tidak ada yang mau berteman denganmu," seru Mommy Valerie.
"Tidak apa-apa, lagipula Virlie tidak butuh teman," sahut Virlie dengan santainya.
"Ya ampun Dad, putrimu kok seperti itu sih sifatnya nurun banget sama kamu. Mommy takut kalau Virlie bersikap angkuh terus seperti itu akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri," seru Mommy Valerie.
"Ya mau bagaimana lagi Mom, sifatnya memang seperti itu? Kita berdo'a sajalah, mudah-mudahan Virlie bertemu dengan orang yang akan merubah sifatnya. Seperti Daddy dulu, Daddy kan kaya Virlie sifatnya dan sekarang sudah banyak berubah karena bertemu dengan orang yang tepat," seru Dion mencolek dagu Valerie.
"Ah, Daddy bisa saja," sahut Mommy Valerie dengan memukul manja Daddy Dion.
Virlie dan Vero saling pandang satu sama lain, hingga keduanya memutar bola matanya jengah karena kedua orangtuanya selalu bersikap lebay melebihi Abg yang sedang masa puber.
"Mom, Dad, Virlie berangkat dulu," seru Virlie.
"Oke, hati-hati sayang."
Virlie pun mencium punggung tangan kedua orangtuanya, kemudian segera keluar.
"Kak, tunggu!" teriak Vero.
"Apaan?" ketus Virlie.
"Kakak ke kampus mau nyeker, gak pakai sepatu?"
Virlie melihat kakinya dan ternyata dia baru sadar belum memakai sepatu.
"Elsaaaaaaa!"
"Iya Nona."
"Ambilkan sepatu yang warna putih saja yang ada talinya."
"Baik Nona, sebentar."
Elsa pun segera berlari untuk mengambil sepatu yang diminta oleh Virlie, Virlie duduk di kursi dengan memainkan ponselnya.
Elsa pun datang dan segera memakaikan sepatunya ke kaki Virlie.
"Astaga Virlie, bisa tidak kamu memakai sepatu sendiri!" sentak Mommy Valerie.
"Tidak bisa Mommy, sudahlah biarin saja Elsa kan, bekerja di sini di gaji mana Daddy ngasih gajinya besar lagi," sahut Virlie.
"Tapi tidak seperti itu juga Virlie, itu namanya keterlaluan."
"Vero yakin Mommy, Kak Virlie gak bisa taliin sepatu. Dasar anak manja," ledek Vero.
"Diam kamu bocah, kamu selalu ikut nyamber kaya petir saja. Lagipula kalau Kakak gak bisa taliin sepatu memangnya kenapa? Gak bakalan ada penghargaan buat yang bisa taliin sepatu kok," ketus Virlie.
Setelah selesai Virlie pun bangkit dan segera masuk ke dalam mobilnya.
"Mom, Dad, Vero berangkat sekolah dulu."
"Kamu hati-hati ya, sayang."
"Oke Mom."
Vero pun segera masuk ke dalam mobilnya juga, Dion memang memberikan mobil masing-masing dan sopir masing-masing juga jadi tidak akan ada yang sirik satu sama lain.
Cuma bedanya, kalau Vero masih awet dengan sopirnya sedangkan Virlie baru pulang ke Indonesia setengah tahun juga, sudah berapa puluh sopir yang dia pecat.
"Itulah akibatnya kalau Daddy terlalu memanjakan Virlie, jadi begitulah sifatnya sangat manja," keluh Mommy Valerie.
Dion hanya diam saja, dia sadar dan mengakui kalau dia sudah terlalu memanjakan Virlie bahkan bukan Dion saja, Oma dan Opanya pun sangat memanjakan Virlie.
🌺
🌺
🌺
Hallo ketemu lagi dengan karya terbaru Author, maaf ya kalau di sini Author buat pemeran wanitanya seperti itu karena Author ingin membuat cerita yang sedikit berbeda saja.
Author sudah bosan kalau yang arrogant, dingin, dan kejam itu si pemeran pria karena itu sudah biasa dan sekarang Author mau pemeran wanitanya yang kejam jadi komennya jangan yang pedas-pedas ya🤭🤭
Virlie segera menuju kampusnya, dia kuliah di tempat yang sama dengan Lisa, putri dari Julian dan Vanessa. Cuma bedanya, Lisa ambil jurusan kedokteran, sedangkan Virlie bisnis.
Mobil mewah milik Virlie memasuki pelataran kampus membuat semua orang menoleh melihat mobil mewah itu.
Pak Agus yang merupakan sopir Virlie pun lansung turun dan membukakan pintu mobil untuk Virlie, semua orang langsung melotot melihat Virlie.
"Nanti aku hubungi Pak Agus kalau mau pulang, ingat jangan sampai telat soalnya aku paling tidak suka menunggu," seru Virlie dingin.
"Baik Nona."
Pak Agus merupakan sopir baru yang kesekian kalinya, Pak Agus baru sebulan ini bekerja sebagai sopir Virlie.
"Apaan sih pada ngelihatin aku kaya gitu, kaya baru pertama kali aja lihat cewek cantik," gumam Virlie dengan kesalnya.
Virlie baru saja akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba terdengar teriakan memanggil namanya.
"Virlie!"
Virlie pun membalikan tubuhnya, dan Lisa langsung memeluk Virlie dengan bahagianya.
"Ya ampun Virlie, akhirnya kamu masuk juga ke kampus ini," seru Lisa dengan antusiasnya.
"Hai, gak usah kegirangan kaya gitu norak banget," ketus Virlie dengan melangkahkan kakinya meninggalkan Lisa.
"Ishh..ishh..ishh..si Virlie masih saja jutek, jangan jutek-jutek Vir, nanti gak ada cowok yang mau deketin kamu."
"Bodo amat, aku gak butuh dideketin sama cowok."
Lisa hanya geleng-geleng kepala, Lisa memang sudah tahu dan paham akan sifat Virlie, jadi walaupun Virlie selalu bersikap jutek kepadanya, Lisa tidak pernah sakit hati karena selama ini hanya sikapnya saja yang jutek padahal hatinya baik banget dan selalu membantu Lisa.
Lisa merangkul pundak Virlie dan keduanya pun berjalan beriringan, banyak Mahasiswa cowok yang menatap Virlie tanpa berkedip. Bagaimana tidak, wanita cantik itu memiliki body goal, kulit putih bersih, dan juga seksi.
"Vir, ini kelasmu nanti jam istirahat aku ke sini lagi ya," seru Lisa.
"Oke."
Lisa pun berjalan meninggalkan Virlie, perlahan Virlie pun masuk ke kelas dan memperhatikan setiap sudut kelas barunya itu.
Semua Mahasiswa dan Mahasiswi yang awalnya sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing langsung terdiam dan menatap Virlie.
"Wow, siapa cewek cantik itu?" seru Kevin.
Kevin Patterson merupakan anak seorang Pengusaha kaya, bahkan kedua orangtuanya merupakan donatur tetap di kampus itu. Siapa yang tidak mengenal Kevin, pria bule itu sangat tampan dan banyak digilai para wanita.
Apalagi Kevin merupakan anak orang kaya, sudah jelas semua wanita banyak yang mencari perhatian kepada Kevin namun sayang saat ini Kevin mempunyai fans fanatik yang sangat posesif kepadanya dan bahkan kalau ada wanita yang mendekati Kevin, Amara akan membullynya.
Kevin datang menghampiri Virlie membuat Amara merasa marah.
"Hallo cantik, kamu Mahasiswi baru ya? Kenalkan nama aku Kevin Patterson, anak dari Hendri Patterson seorang Pengusaha real estage terkenal di Indonesia ini," seru Kevin dengan bangganya sembari mengulurkan tangannya.
Virlie melihat tangan Kevin kemudian menatap Kevin dengan senyuman sinisnya.
"Aku tidak pernah sembarangan bersalaman dengan orang asing," seru Virlie sinis.
Virlie pun melewati Kevin dan duduk di meja yang kosong, sedangkan Kevin merasa malu karena baru pertama kali ini ada wanita yang tidak tergoda dengan ketampanannya.
"Sial, sombong banget tuh cewek," seru Amara.
"Mana mengacuhkan Kevin begitu saja lagi, dia belum tahu siapa Kevin?" sahut Fatma yang merupakan sahabat Amara.
Kevin tidak mau menyerah, dia pun kembali menghampiri Virlie dan mengambil kursi dan duduk di hadapan Virlie tapi Virlie sibuk dengan ponsel pintar yang ada di tangannya.
Merasa diacuhkan, Kevin pun mengambil ponsel Virlie membuat Virlie geram.
"Apa-apaan sih? Berani sekali kamu mengambil ponselku!" bentak Virlie dengan bangkit dari duduknya.
Amara berlari dan menghampiri Virlie, kemudian mendorong baru Virlie membuat Virlie semakin geram.
"Berani sekali kamu membentak pangeran kami di sini, asalkan kamu tahu Kevin itu pria paling ditakuti di kampus ini bahkan fansnya pun banyak jadi kalau kamu berani sama Kevin, kamu pun harus siap-siap menghadapi kami para fansnya," sentak Amara.
Virlie mengusap pundaknya. "Aku tekankan sekali lagi ya, jangan pernah menyentuhku karena aku tidak suka orang asing menyentuhku sembarangan!" bentak Virlie.
Amara melipat kedua tangannya di atas dada dan melangkah mendekati Virlie begitu pun dengan Fatma. Amara kembali mendorong pundak Virlie bahkan sekarang sampai beberapa kali membuat emosi Virlie semakin memuncak.
"Memangnya kamu siapa, sampai-sampai tidak mau kami sentuh? Sombong sekali kamu," seru Amara.
Virlie langsung menjambak rambut Amara membuatnya semuanya melotot.
"Apa kamu tidak dengar, aku bilang, aku tidak suka disentuh oleh sembarangan orang jadi menjauhlah dariku!" bentak Virlie.
"Lepaskan aku, sakit tahu!" teriak Amara.
"Lepaskan Amara, kamu kurang ajar sekali," seru Fatma.
Virlie pun menghempaskan Amara, sampai-sampai Amara tersungkur ke lantai. Kevin yang melihat itu, bukanya marah kepada Virlie malah dia menyunggingkan senyumannya.
"Menarik juga, cewek ini begitu menantang dan aku suka sama cewek galak seperti ini," batin Kevin.
Amara pun berdiri dibantu oleh Fatma, kemudian memilih pergi dan kembali duduk di kursinya.
"Sialan tuh cewek, ganas juga ternyata," seru Amara.
"Sakit ya, Ra?"
"Sakit bodoh, memangnya kamu pikir jambakan dia pelan apa? Untung saja rambutku tidak tercabut juga," kesal Amara.
"Kembalikan ponselku," seru Virlie dengan tatapan tajamnya.
"Kalau mau, ambil saja sini," goda Kevin.
Virlie maju mendekati Kevin, di saat Virlie akan mengambil ponselnya, Kevin mengangkat tangannya. Virlie tahu kalau Kevin ingin main-main dengannya dan Virlie sangat malas kalau sudah berhadapan dengan orang yang seperti ini.
Di saat yang bersamaan, seorang pria tampan pun masuk dan langsung duduk di kursi yang tadi di duduki Virlie karena memang itu adalah mejanya. Dia tidak memperdulikan interaksi antara Kevin dan Virlie karena itu sudah biasa.
Virlie merasa kesal, dia malas kalau meladeni cowok seperti itu. Akhirnya Virlie pun memundurkan langkahnya dan langsung duduk tapi sayang Virlie duduk dipangkuan pria tampan itu.
Sehingga seketika keduanya saling pandang satu sama lain, cukup lama keduanya saling pandang hingga akhirnya Virlie bangun.
"Ngapain kamu duduk di kursi aku? Kamu mau cari-cari kesempatan untuk menyentuhku ya?" bentak Virlie.
"Allahuakbar, ini kursi aku, kamu yang tiba-tiba duduk di pangkuan aku," sahut pria tampan yang bernama Ibrahim itu.
"Hai Ibra, lebih baik kamu pindah sana," seru Kevin.
Ibrahim yang memang tidak mau ribet, akhirnya memilih untuk pindah dan duduk di belakang meja Virlie. Virlie melihat Kevin lengah dan dengan cepat merebut ponselnya.
Kevin hendak membuka mulutnya tapi dosen pun keburu datang, jadi Kevin langsung pergi dan duduk di kursinya.
"Sial, kenapa orang-orang di sini begitu menyebalkan," gumam Virlie.
Walaupun pelan tapi Ibra bisa mendengarnya..
"Ternyata dia Mahasiswi baru," batin Ibra.
Semuanya salah Daddy Dion yang terlalu possesif kepada putrinya, bahkan Dion dulu sangat melarang siapa pun untuk menyentuh putrinya dan hasilnya, Virlie tumbuh menjadi orang yang tidak suka di sentuh oleh orang asing kecuali keluarganya sendiri.
Virlie dan Lisa adalah dua wanita yang cantik karena mereka lahir dari bibit yang bagus, banyak pria yang mendekati keduanya hanya bedanya kalau Lisa selalu bersikap ramah sedangkan Virlie sebaliknya dia selalu bersikap judes kepada siapa pun.
Saat ini waktunya istirahat, Lisa sudah menunggu di depan kelas Virlie. Virlie hendak keluar tapi Kevin lagi-lagi menghalangi jalan Virlie.
"Apaan sih? Minggir!"
"Jangan galak-galak dong cantik, nanti kamu balik jatuh cinta kepadaku, baru tahu rasa," goda Kevin.
"Percaya diri sekali anda, memangnya siapa kamu? Sampai-sampai aku harus jatuh cinta kepadamu?" sinis Virlie.
"Kamu tidak tahu siapa aku? Aku adalah anak dari Hendrik Patterson pengusaha terkaya di kota ini."
Virlie tersenyum sinis kemudian menabrak tubuh Kevin dan pergi meninggalkan Kevin.
"Ayo, kita ke kantin!" ajak Virlie dengan merangkul pundak Lisa.
"Cih, sombong banget cewek itu," seru Amara.
Ibrahim tampak menyunggingkan senyumannya, Ibra memang tampan tapi tidak ada yang mau mendekati Ibra soalnya Ibra anak orang biasa-biasa dan kebanyakan wanita milenial zaman sekarang tidak memandang wajah yang penting kaya raya.
Ibra tersenyum ke arah Kevin yang saat ini wajahnya terlihat sangat kesal.
"Ngapain lo senyum-senyum," kesal Kevin.
"Tidak."
Ibra pun melangkahkan kakinya meninggalkan kelas menuju kantin.
"Kamu mau makan apa, Vir?" tanya Lisa.
"Enggak ah, aku gak selera makan, aku minum jus mangga saja."
"Oke, sebentar ya, aku pesankan dulu."
Lisa pun segera memesankan minuman yang Virlie mau, Ibra datang dan langsung duduk di meja yang berada di belakang Virlie.
Virlie yang asyik main ponsel, tiba-tiba tidak sengaja tangannya menyentuh sisa saus yang ada di atas meja itu.
"Iyuh, astaga jijik sekali," gerutu Virlie.
Virlie celingukan ke sana ke mari, hingga dia pun tanpa menoleh langsung mengusap tangannya ke meja belakang dan ternyata ke tas ransel milik Ibra.
"Hai, kenapa kamu mengusapnya ke atas aku!" sentak Ibra.
"Oops, sorry habisnya aku lupa bawa tisu," sahut Virlie dengan santainya.
Ibra pun merasa kesal dan menghampiri Virlie kemudian duduk di samping Virlie membuat Virlie kaget dan menggeser duduk.
"Ngapain kamu duduk di situ? Minggir sana, aku gak bisa ya duduk di dekat pria asing," ketus Virlie.
"Memangnya kamu pikir aku virus apa? Sampai gak mau dekat-dekat denganku?" seru Ibra.
"Pokoknya kamu jangan dekat-dekat, sana pergi."
"Kamu harus bertanggung jawab, lihat tasku jadi kotor seperti ini, memangnya kamu pikir tas aku itu lap kotor apa?"
"Alah, tasnya juga sudah kotor gitu, tinggal cuci kan, beres."
"Bukan masalah dicucinya, kamu itu kalau mau ngelakuin apa-apa itu harus lihat dulu jangan sembarangan main lap-lap aja."
"Astaga, aku malas ya berdebat dengan orang jadi lebih baik sekarang kamu pergi dan nanti sebagai ucapan permintaan maafku, aku bayar makanan yang kamu makan," seru Virlie.
"Oke, awas kalau kamu kabur," kesal Ibra.
"Kabur apaan sih, cuma bayarin makan kamu palingan seberapa sih? Bahkan kalau aku mau semua makanan di kantin ini pun aku beli," seru Virlie dengan sombongnya.
"Ckckck...sombong sekali anda."
"Sudah sana pergi."
Ibra pun yang kesal langsung pindah dan duduk kembali di mejanya.
"Ini, jus pesanan kamu."
"Thank's Lis."
"It's oke."
Tidak lama kemudian Kevin, Amara, dan Fatma masuk kantin membuat semua wanita di sana berteriak tak karuan. Kevin adalah pria idaman semua wanita, dan Amara yang mengaku fans fanatik Kevin, selalu mengikuti ke mana pun Kevin pergi.
Kevin melihat Virlie dan Lisa sedang makan, dia tidak akan pernah menyerah sebelum bisa mendapatkan Virlie maka dari itu, Kevin kembali menghampiri Virlie.
"Hallo cantik, boleh aku gabung di sini?"
"Gak boleh."
"Kenapa? Mejanya kan, kosong," seru Kevin.
Tanpa menunggu jawaban dari Virlie, Kevin pun langsung duduk di samping Virlie.
"Kamu mau makan apa? Pesan saja yang kamu mau, nanti biar aku yang bayar," seru Kevin dengan bangganya.
"Aku masih mampu bayar, jadi lebih baik sekarang kamu pergi dari sini," ketus Virlie.
"Sombong banget sih jadi cewek, kita tahu kamu pura-pura jutek sama Kevin karena kamu ingin lebih diperhatikan lagi kan, sama Kevin? pakai pura-pura sok jual mahal lagi, padahal dalam hatimu pasti merasa senang kan, karena Kevin sudah mau mengejar-ngejar kamu," sindir Amara.
Virlie lagi-lagi mengangkat sudut bibirnya. "Kamu bilang aku senang dikejar-kejar dia? Hallo, aku bukan anak alay seperti kalian ya yang sangat memuja-muja pria ini. Kalau mau, aku bisa mendapatkan seratus pria kaya dia jadi jangan berkata lelucon kepadaku karena itu sama sekali tidak lucu," sahut Virlie.
Amara dan Fatma sampai menganga mendengar ucapan Virlie, sedangkan Kevin terlihat sudah mengepalkan tangannya.
"Lis, ayo kita pergi!" ajak Virlie.
Virlie pun langsung bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan semuanya begitu pun dengan Lisa yang segera berlari menyusul Virlie.
Sementara itu, Ibra yang sedang fokus makan mie ayamnya mendongakan kepala dan betapa terkejutnya Ibra saat melihat Virlie pergi tanpa membayar dulu.
Ibra pun bangkit dan mengejar Virlie, hingga Ibra pun menarik tangan Virlie membuat Virlie semakin kesal.
"Lepaskan!"
"Sudah ku duga, pasti kamu mau kabur kan? Makanya kalau gak punya uang jangan sok-sokan mau membayar makananku, pakai bilang mau bayar semua makanan di kantin ini lagi, penampilanmu saja yang seperti orang kaya ternyata kere," seru Ibra dengan kesalnya.
Virlie menghempaskan tangan Ibra. "Aku bilang, aku gak suka disentuh orang asing."
Virlie merogoh tasnya dan mengambil beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan dan memberikannya kepada Ibra.
"Bayar tuh semua makananmu!" sentak Virlie.
Virlie pun segera pergi dari kantin itu, sungguh hari pertama kuliah membuatnya kesal dan emosi.
"Astaga, cantik-cantik kok menyebalkan," batin Ibra.
"Sial, kenapa semua orang di sini begitu sangat menyebalkan sih?" gerutu Virlie.
"Sabar Vir."
"Kamu masih ada kuliah atau sudah selesai?" tanya Virlie.
"Aku masih lama Vir, aku selesai nanti sore."
"Ya sudah, aku pulang duluan ya."
"Oke, hati-hati."
Virlie pun segera melangkahkan kakinya menuju parkiran kampus, dan di sana Pak Agus sudah stand by menunggu. Selama berjalan, tidak ada satu orang pun yang tidak melihat ke arah Virlie.
"Silakan Nona."
"Kita ke butik, Pak."
"Baik Nona."
Pak Agus pun segera melajukan mobilnya menuju butik milik Virlie. Virlie adalah wanita sempurna yang multitalenta, selain cantik, pinter, dia juga sudah mempunyai butik sendiri dan semua gaun yang ada di butiknya adalah hasil design dirinya sendiri.
Virlie sudah mulai menyukai dunia fashion sejak kecil dan di saat SMA, Virlie mencoba membuat butik dengan semua gaun buatannya yang di pajang di sana, karena Virlie sekolah di Amerika, dia mempercayakan Mommynya sendiri yang menjaga butiknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!