"Aileen Belvina!" panggil sang wali kelas.
Sontak Gabino yang bertindak sebagai perwakilan dari Aileen pun berdiri dan maju menghampiri pak Sucipto, wali kelas Aileen.
Hari ini adalah hari pengambilan raport kenaikan kelas di sekolah perwira bangsa, dan Gabino sebagai sang kakak pun datang untuk mengambil raport tersebut.
"Eh eh, itu nama gue udah dipanggil. Gue masuk dulu ya guys?" ujar Aileen.
"Oke Aileen! Semoga nilai lu bagus-bagus ya!" ucap Shanum.
Aileen mengangguk kecil, lalu masuk ke dalam kelasnya dan duduk di samping sang kakak. Seperti biasa, saat pengambilan raport para murid memang diharuskan ikut mendampingi orang tua atau wali yang hadir disana.
"Ini dia raport Aileen, pak." Sucipto menyerahkan raport tersebut kepada Gabino.
"Gimana nilai saya pak? Bagus-bagus kan?" tanya Aileen spontan.
"Kamu bisa lihat sendiri bersama kakak kamu, apa itu sudah memuaskan atau tidak!" jawab Sucipto.
"Eee..." Aileen mendadak ketar-ketir mendengar jawaban Sucipto, ia khawatir nilainya kali ini tak sesuai ekspektasi.
Sementara Gabino di sebelahnya sudah membuka raport tersebut dan melihat nilai sang adik.
"Kak, nilai aku bagus kan?" tanya Aileen.
Gabino mendengus kesal, menutup raportnya begitu saja lalu menatap Aileen dengan mata tajam dan tangan terkepal.
"Kakak kenapa sih? Kaget ya karena nilai aku seratus semua?" ujar Aileen.
"Gak tahu lagi deh kakak harus bilang apa sama kamu, ini gimana caranya nilai kamu bisa turun drastis begini sih Aileen?! Ngapain aja kamu selama ini?" kesal Gabino.
"Hah? Nilaiku turun? Kok bisa sih kak?? Ini pasti gak bener nih, mungkin pak Cipto salah masukin nilai kali!" protes Aileen.
"Hus Aileen! Jangan nyalahin orang lain di atas kesalahan kamu sendiri! Harusnya kamu introspeksi diri, bukan malah kayak gini! Gimana sih kamu? Pacaran sama kepsek kok bukannya pintar malah jadi bodoh," ujar Gabino.
"Sabar kak! Jangan bawa-bawa mas Ardiaz dong! Ini semua murni kesalahan aku, aku yang malas belajar karena selalu kepikiran sama mas Ardiaz. Maaf ya kak!" ucap Aileen menunduk.
Gabino menggelengkan kepalanya, menatap heran ke wajah sang adik.
"Eee tenang dulu pak! Mungkin Aileen bisa dikasih tau secara baik-baik nanti di rumah, jangan terbawa emosi!" ucap Sucipto.
"Ah iya pak, maaf ya kalau tadi kata-kata saya terlalu keras! Saya gak habis pikir aja setelah lihat nilai adik saya ini, padahal sebelumnya dia gak pernah dapat nilai segini pak," ujar Gabino.
"Iya itu dia pak, saya selaku wali kelas juga kaget dengan nilai Aileen yang langsung anjlok pesat ini. Biasanya kan dia selalu ranking satu, tapi sekarang masuk lima besar aja enggak," ucap Sucipto.
"Tuh, dengerin kata guru kamu Aileen!" ucap Gabino adiknya.
"Iya kak iya.." Aileen hanya bisa pasrah menerima setiap ucapan dari kakaknya.
Setelah selesai, mereka pun keluar dari kelas dan suasana menjadi canggung. Aileen tak berani bicara karena khawatir kakaknya bertambah emosi.
•
•
Saat di tempat parkir, Ardiaz tiba-tiba muncul memanggil kekasihnya dari belakang. Sontak Aileen menoleh dan tersenyum begitu melihat Ardiaz ada disana.
"Aileen!" panggil Ardiaz dengan nada tinggi.
"Eh, mas Diaz?" ucap Aileen sambil tersenyum.
Kini Ardiaz berada di dekatnya, menatap wajah Aileen serta Gabino secara bergantian dan tak lupa menyapa calon iparnya itu.
"Siang Gab! Boleh saya bicara dengan Aileen sebentar?" ucap Ardiaz.
"Ya boleh, tapi jangan lama-lama ya! Aileen ini butuh nasehat panjang dari saya," ujar Gabino.
Ardiaz pun terlihat heran, dia menatap Aileen seakan bertanya-tanya terkait ucapan Gabino barusan.
"Len, kakak tunggu di mobil. Kamu jangan lupa samperin kakak kalau udah selesai!" ujar Gabino.
"I-i-iya kak," ucap Aileen terbata-bata.
Gabino pun memasuki mobilnya, meninggalkan adiknya berdua dengan Ardiaz.
Tentu Ardiaz langsung bergerak mendekati Aileen, meraih dua tangan gadis itu dan menatapnya.
"Sayang, ada apa?" tanya Ardiaz.
"Umm..."
"Apa ini terkait nilai raport kamu?" potong Ardiaz.
"Iya mas, ini gara-gara nilai aku yang turun. Kayaknya kak Gabi marah besar deh sama aku, soalnya kan ini kali pertama nilai aku turun. Makanya sekarang aku bingung banget mas, gimana ya caranya buat bujuk kak Gabi?" jelas Aileen.
"Duh, berat sih ini masalahnya! Lagian kamu kenapa bisa sampai dapat nilai kecil begitu? Emang kamu gak belajar pas ujian? Ingat loh Aileen, satu sekolah udah tau kalau kamu pacar saya! Apa kata mereka nanti, masa pacar kepsek dapat nilai jelek?" ujar Ardiaz.
"Ih kamu mah gak ngertiin aku! Aku begini juga gara-gara mikirin kamu tau! Aku gak sempat belajar, karena selalu cemas sama kamu!" ucap Aileen dengan wajah merengut.
"Hah? Ma-maksud kamu? Ngapain kamu mikirin saya Aileen? Emang saya ada lakuin salah apa?" tanya Ardiaz tak mengerti.
"Ya aku cemas lah, abisnya kamu jarang banget telpon aku buat kasih kabar. Aku kan takut kamu punya selingkuhan di luar sana, apalagi kamu itu tampan dan kaya, idaman cewek-cewek banget!" jawab Aileen.
"Ohh, jadi ini karena kecemburuan kamu yang tidak beralasan itu?" ucap Ardiaz geleng-geleng.
"Ish itu beralasan tau! Aku gak mau kamu diambil orang lain, makanya kamu itu setiap hari harus kabarin aku! Kalau gak bisa telpon, ya minimal kirim pesan lah gitu!" ucap Aileen.
"Loh kamu itu gimana sih? Saya kan setiap hari udah telpon dan kirim pesan ke kamu, emang kamu lupa?" ujar Ardiaz.
"Iya, tapi itu kurang tau. Aku maunya setiap satu jam sekali, kamu harus kasih kabar ke aku!" pinta Aileen.
"Apa??!"
•
•
Sementara itu, Shanum dengan wajah bahagianya menghampiri Nizar sang kekasih yang sedang duduk-duduk di kantin bersama teman-temannya.
Shanum pun menyapa Nizar sembari menepuk pundak kekasihnya itu, yang membuat sang lelaki terkejut lalu menoleh.
"Hai sayang!" sapa Shanum sambil tersenyum manis.
"Eh sayang, iya ada apa? Gimana sama raport kamu, aman kan?" ujar Nizar.
"Aman dong sayang, seperti biasa nilai aku stabil, gak naik gak turun," ucap Shanum.
"Baguslah! Yaudah, sini duduk dong sayang jangan berdiri aja nanti kamu pegel loh!" ucap Nizar.
Shanum mengangguk singkat, kemudian duduk di sebelah kekasihnya. Nizar langsung merangkul gadisnya itu, dan tak lupa menawarkan minuman miliknya.
"Kamu mau minum?" tanya Nizar.
"Boleh, kebetulan aku haus," jawab Shanum.
Shanum pun mengambil minuman itu dan tanpa ragu meminumnya sampai habis, membuat Nizar serta yang lainnya geleng-geleng kepala.
"Ahh enak! Eh ya, nilai kamu sendiri gimana? Gak ada masalah kan?" ujar Shanum.
"Gak kok, nilai aku baik-baik aja. Tapi ya gitu deh, aku tetap aja kena marah sama ibu," jawab Nizar.
"Hahaha, gapapa sayang itu mah wajar namanya juga orang tua. Jangan diambil hati!" ujar Shanum.
"Iya sayang, selagi ada kamu di dekat aku, aku gak mungkin sedih kok!" goda Nizar.
"Ah kamu bisa aja gombalnya!" Shanum tersipu dan wajahnya pun merona.
"Ehem ehem... dunia serasa milik berdua, kita mah cuma ngontrak," sindir Niko.
"Hahaha, wajarlah Ko namanya juga anak muda yang lagi kasmaran," sahut Dwiki.
"Iya dong, makanya kalian berdua tuh cari pacar! Jangan mau kalah sama bos kalian ini dong!" ucap Shanum dengan nada sombong.
Nizar terkekeh saja sembari mengusap bahu kekasihnya dan sesekali mencumbu leher Shanum di depan teman-temannya.
...~Bersambung~...
...KOMEN JUGA YA PLEASE, BIAR AUTHOR SEMANGAT NGETIKNYA!...
Sesuai dugaan, Aileen kini sedang diberi nasehat serta ceramah oleh Gabino begitu sampai di rumahnya.
Gadis itu terduduk diam dengan wajah menunduk di sofa ruang tamunya, dia merasa tidak nyaman karena kakaknya terus saja memarahinya.
"Kamu itu ngerti gak sih Aileen? Dengan nilai kamu yang turun, itu sama aja kamu bikin kepercayaan kakak sama pak Ardiaz jadi menurun! Kakak mungkin tidak akan merestui hubungan kalian lagi, apa itu yang kamu mau?!" tegas Gabino.
"Hah? Ih kok kakak bilang gitu? Jangan dong kak! Aku gak mau putus dari mas Diaz!" ujar Aileen.
"Ya kalo gitu harusnya kamu belajar yang giat dong sayang! Jangan malah bikin kakak kecewa dengan nilai jelek kamu ini!" sentak Gabino.
"Maaf kak! Tapi, nilaiku kan cuma satu yang dibawah sembilan puluh. Menurut aku, itu gak jelek-jelek banget kok. Malahan nilai temanku yang lain ada yang di bawah KKM," ucap Aileen.
"Hayo menjawab lagi kamu! Kebiasaan ya, kalau dikasih tau kakaknya gak pernah nurut! Kamu itu mau jadi apa sih, ha?!" kesal Gabino.
Aileen kembali menunduk dengan kedua tangan saling menyatu, sedangkan Gabino tak henti-hentinya memberi pencerahan pada sang adik terkait nilainya yang turun.
"Sekarang kamu ke kamar, kakak hukum kamu gak boleh keluar kamar seharian!" ujar Gabino.
"Apa kak? Duh, jangan dong!" ucap Aileen.
"Gak ada penolakan, ini hukuman untuk kamu! Selama tiga hari ke depan, kamu juga gak boleh berhubungan sama pak Ardiaz dulu! Kakak mau bikin kamu kapok Aileen!" ucap Gabino.
"Loh loh, jangan kayak gitu dong kak! Masa aku gak boleh ketemu pak Ardiaz? Aku gak bisa kak kalau itu mah," protes Aileen.
"Kakak gak perduli, intinya itu hukuman yang kamu dapatkan karena kamu gak mau nurut sama kakak!" tegas Gabino.
"Huft, kakak mah jahat banget sama aku!" cibir Aileen.
"Kakak begini kan karena kamu, coba kamu mau belajar pasti kakak gak akan hukum kamu kayak gini. Sekarang masuk kamar sana dan jangan keluar tanpa izin dari kakak!" ucap Gabino.
"Aku gak mau! Dan kakak juga gak bisa paksa aku, mending aku pergi keluar!" geram Aileen.
Aileen bangkit dari sofa dan hendak pergi, tetapi dengan cepat Gabino mencekal lengannya tak membiarkan sang adik pergi.
"Kamu gak bisa pergi kemana-mana, kamu harus dihukum sayang!" ujar Gabino.
"Apa sih kak, ih lepasin?!" Aileen meronta-ronta berusaha melepaskan diri.
"Ayo ikut kakak!" tegas Gabino yang langsung menarik paksa Aileen menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar Aileen, Gabino pun melepas tangannya dari lengan sang adik dan mendorong kasar tubuh gadis itu ke atas ranjang.
"Awhh sakit kak!" rintih Aileen.
"Kamu diam disini, jangan keluar atau kakak akan semakin marah sama kamu!" ancam Gabino.
"Ish kakak jahat!!" umpat Aileen.
Gabino tersenyum tipis, kemudian keluar dan menutup pintu. Tak lupa ia mengunci pintu tersebut agar Aileen tak bisa pergi.
Aileen pun terduduk lesu di ranjangnya, menggaruk kepala sambil celingak-celinguk mencari cara untuk bisa keluar dari sana.
"Duh, aku harus gimana ini? Gak mungkin aku diam terus disini kayak gini," gumam Aileen.
Tak lama, ponsel miliknya berdering membuat Aileen bergegas mengambilnya dan mengangkat telpon yang ternyata dari Ardiaz itu.
"Mas Diaz??" ujarnya tersenyum lebar.
📞"Halo mas pacar! Ada apa nih telpon? Kangen ya??" goda Aileen di dalam telpon.
📞"Bisa aja kamu, iya nih saya emang kangen sama kamu Aileen. Kamu lagi ngapain sekarang? Bisa kita ketemu?" ujar Ardiaz.
📞"Eee kayaknya gak bisa deh mas, soalnya aku lagi dihukum sama kak Gabi," ucap Aileen.
📞"Hah? Dihukum karena apa? Emang kamu lakuin kesalahan?" tanya Ardiaz terkejut.
📞"Iya mas, kak Gabi marah gara-gara nilaiku turun. Dia kunciin aku di kamar deh dan aku gak boleh kemana-mana," jelas Aileen.
📞"Yah berarti kita gak bisa ketemuan dong sekarang?" tanya Ardiaz terdengar kecewa.
📞"I-i-iya, maaf ya mas! Tapi, nanti aku coba bicara lagi deh sama kak Gabi. Biar gak kangen, gimana kalau kita video call sekarang?" usul Aileen.
📞"Boleh tuh, kebetulan saya kangen pengen lihat wajah cantik kamu Aileen," ucap Ardiaz setuju.
📞"Yaudah, aku matiin dulu ya mas? Abis itu nanti aku video call kamu," ujar Aileen.
📞"Oke sayang!" ucap Ardiaz singkat.
Aileen pun mematikan teleponnya, lalu bangkit dan berdiri di depan kaca untuk merapihkan tampilannya.
Setelah dirasa cukup, Aileen mengambil kembali ponselnya dan mulai menghubungi Ardiaz untuk melakukan video call.
Ya sepasang kekasih itu akhirnya hanya saling memandang wajah masing-masing melalui layar ponsel.
•
•
"Ahh mmhhh ini nikmat! Lebih cepat sayang!"
Suara aneh terdengar di telinga Aileen begitu melintasi depan kamar sang kakak.
Karena penasaran, Aileen coba mendekat ke pintu untuk mendengar lebih jelas.
"Ahh terusss!!"
Aileen langsung menutupi mulutnya dengan telapak tangan, ia yakin sekali kakaknya sedang melakukan tindakan tak senonoh di dalam sana.
"Wah ini gak bener, aku harus masuk dan hentikan kegiatan kak Gabi!" lirih Aileen.
Dengan perlahan Aileen menyentuh gagang pintu, membukanya lalu mengintip melalui celah yang terbuka.
"Gak dikunci ternyata, tuh kan bener kak Gabi sama kak Alana lagi anu anu! Ini gak bisa dibiarin!" ucap Aileen.
Ceklek.. braakkk!!
Gabino serta Alana yang tengah asyik berkuda dibuat kaget dengan suara pintu dibanting tersebut, sontak mereka menoleh secara bersamaan ke arah pintu.
"Kakak!! Kakak kenapa ngelakuin itu sih? Ini gak bener, aku bakal laporin kakak sama papa mama!" teriak Aileen dari dekat pintu.
"Aileen? Kamu ngapain sih masuk kamar orang sambil marah-marah kayak gitu?" ujar Gabino yang langsung menutupi tubuh polosnya dan Alana.
"Ih pake nanya lagi! Aku begini demi kakak juga, kalian itu gak boleh kayak gitu!" sentak Aileen.
"Kamu udah stress ya? Cepat keluar Aileen, jangan ganggu kakak!" kesal Gabino.
"Ish malah ngatain, kakak tuh yang stress! Bisa-bisanya kakak main kuda-kudaan sama kak Lana, dasar gak bener!" ujar Aileen.
"Kakak sama Alana udah nikah Aileen, apa salahnya kita ngelakuin hal tadi?!" ucap Gabino.
"Hah masa sih? Kakak jangan nipu deh, kapan kakak nikah coba?!" ujar Aileen tak percaya.
"Kamu aneh ya Aileen! Masa sama pernikahan kakaknya sendiri aja lupa? Waktu itu kan kamu hadir dan jadi bridesmaid disana," jelas Gabino.
Aileen terdiam, coba mengingat-ingat apa yang dikatakan Gabino.
Tak lama, gadis itu terkekeh dan merasa malu sendiri karena ternyata dia salah.
"Hehe, oh iya ya.. maafin aku kak, aku lupa! Maklumlah kak, belakangan ini kan aku pusing mikirin nilai aku yang turun. Kakak jangan marah ya!" kekeh Aileen.
Gabino menggeleng pelan, kemudian turun dari ranjangnya dan menghampiri Aileen tanpa mengenakan sehelai benangpun.
"Aaaaa kakak gila!!" Aileen reflek berteriak sembari menutupi kedua matanya, dia merasa ternodai setelah melihat sosis panjang milik sang kakak yang berdiri tegak itu.
"Halah lebay kamu, toh tadi kamu juga udah lihat kan? Sekarang kamu keluar, awas aja kamu ganggu kita lagi!" ujar Gabino seraya mendorong tubuh adiknya keluar dari kamarnya.
Gabino pun menutup pintu dan kembali menghampiri Alana untuk melanjutkan kegiatan panas mereka tadi.
Sementara Aileen masih tak percaya dengan apa yang dia alami barusan, sungguh ia merasa sangat malu dan menyesal telah melakukan itu.
"Haish, mataku ternodai!" ujarnya.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
"Mas Diaz!" panggil Aileen.
Aileen akhirnya datang ke restoran menemui Ardiaz sang kekasih, ia langsung memeluk lelaki itu dengan erat untuk melepaskan rasa rindunya setelah beberapa hari ini tak saling bertemu.
Ardiaz pun juga sangat menikmati momen berpelukan itu, dirinya sudah amat rindu pada Aileen karena belakangan ini mereka hanya bisa berkomunikasi lewat telpon.
"Yuk duduk!" Ardiaz menarik kursi dan mempersilahkan Aileen untuk duduk.
"Makasih mas!" ucap Aileen sambil tersenyum renyah, lalu duduk di sebelah kekasihnya.
"Kamu udah gak dihukum lagi kan sama kakak kamu?" tanya Ardiaz antusias.
"Iya dong mas, butiknya sekarang aku bisa kesini temuin kamu. Selama aku dihukum, kamu gak main sama cewek lain kan?" jawab Aileen.
"Ya enggak lah sayang, mana berani saya main di belakang kamu sih?!" elak Ardiaz.
"Masa sih? Yang bener?" Aileen menatap Ardiaz secara intens untuk memastikan apakah pria itu berbohong atau tidak.
Ardiaz memajukan tubuhnya lebih dekat dengan Aileen, meraih dua tangan gadis itu dan menggenggamnya kuat.
"Iya Aileen, saya kan udah bilang sama kamu, saya itu gak mudah jatuh cinta. Begitu saya jatuh cinta sama seorang perempuan, maka saya tidak akan menyakiti wanita yang saya cintai itu! Kamu bisa pegang kata-kata saya, Aileen!" tegas Ardiaz.
"Kamu emang paling bisa ya bikin hati aku meleleh? Aku masih gak nyangka, ternyata aku bisa bikin kamu yang dingin jadi romantis kayak gini," ucap Aileen sambil tersenyum manis.
"Itu yang dinamakan cinta sejati, terimakasih ya karena kamu sudah menunjukkan ke saya kalau kamu benar-benar mencintai saya!" ucap Ardiaz sembari mencium punggung tangan gadisnya.
"Makasih juga ya mas, karena kamu juga mau terima cinta aku!" balas Aileen.
"Sama-sama. Oh ya, kamu mau pesan apa? Kamu pesan aja yang banyak ya, gausah malu atau ragu!" ujar Ardiaz.
"Eee aku..." Aileen kebingungan begitu melihat daftar menu di meja.
"Ikan bakar mau?" sela Ardiaz menawarkan menu untuk Aileen.
"Umm, aku gak suka ikan mas. Aku juga belum pernah makan itu, kamu aja yang pesan itu mah!" ucap Aileen.
"Hah? Kamu gak suka ikan? Kok bisa sih??" tanya Ardiaz tak percaya.
"Iyalah bisa, dari kecil emang aku gak suka sama ikan. Dari baunya aja aku udah mual, lebih enak daging sapi atau ayam daripada ikan. Kayaknya aku mau pesan sate kambing deh," jelas Aileen.
"Terserah kamu deh, tapi nanti kalau kamu udah nikah sama saya, kamu harus mau makan ikan!" ucap Ardiaz melepas genggaman tangannya.
"Kenapa gitu ih?" tanya Aileen tampak tak suka.
"Ya iyalah, ikan itu kan makanan favorit saya. Jadi, kamu harus masakin saya ikan setiap hari dan kamu juga ikut makan!" jawab Ardiaz.
"Ih gak mau, aku masak aja tapi gak mau ikut makan!" elak Aileen.
"Pokoknya kamu juga harus ikut makan, kalau enggak nanti saya marah sama kamu!" tegas Ardiaz.
"Kok kamu maksa sih?" tanya Aileen.
"Ikan itu bagus buat kamu, jadi kamu harus makan ikan biar sehat!" jelas Ardiaz.
"Huft, yaudah terserah kamu aja! Tapi, sekarang aku maunya sate kambing," ucap Aileen.
"Ya ya ya, pesan gih!" ujar Ardiaz.
Aileen terkekeh geli, kemudian memanggil pelayan dan mengatakan pesanannya. Sementara Ardiaz mengamati saja gadisnya sambil tersenyum.
"Mas, kamu kenapa ngeliatin aku kayak gitu? Terpesona ya sama wajahku?" goda Aileen.
"Iya Aileen, gak tahu kenapa kamu kelihatan lebih segar aja gitu hari ini," ucap Ardiaz.
"Huh dasar gombal! Aku gak nyangka kalau pak kepsek ku yang tampan ini ternyata suka gombal juga, perasaan dulu kamu selalu cuek dan jutek sama aku," ledek Aileen.
"Gapapa lah, sekali-sekali saya yang gombalin kamu. Bosan dong kalau tiap kali ketemu, kamu terus yang gombalin saya?" ujar Ardiaz.
"Hehe, iya sih mas.." kekeh Aileen.
Mereka saling bertatapan, Aileen merasa sangat bahagia saat ini karena ia dapat mencairkan hati Ardiaz yang sempat beku itu.
"Rasanya aku senang banget, usahaku selama ini gak sia-sia! Akhirnya aku bisa bikin kamu tertawa ceria lagi mas, semoga hubungan kita bisa terus begini ya!" batin Aileen.
•
•
Malamnya, Ardiaz mengantar Aileen pulang ke rumah tepat pukul sembilan malam sesuai janjinya pada Gabino.
Mereka saling menatap sejenak dengan kedua tangan menyatu saat di dalam mobil, Ardiaz mendekati wajah Aileen kemudian membelai lembut rambut sang kekasih.
"Kamu cantik sekali! Saya jadi gak sanggup buat pisah sama kamu," ucap Ardiaz.
"Ah lebay deh kamu! Besok kan kita bisa ketemu lagi, atau nanti kita juga bisa video call, ya kan?" ujar Aileen.
"Beda sayang, saya maunya terus lihat wajah kamu secara langsung kayak gini. Entah kenapa rasanya hati saya terasa damai setiap kali ada di dekat kamu," ucap Ardiaz.
"Ohh, itu sih tandanya kamu udah mulai terkena virus cinta Aileen Belvina yang cantik ini. Makanya kamu gak bisa jauh-jauh dari aku," ujar Aileen.
"Ya mungkin begitu, gimana kalau kita nikah aja langsung? Jadi, saya gak perlu pisah sama kamu lagi dan kita bisa berduaan terus setiap detik. Kamu setuju gak?" ucap Ardiaz.
"Hah? Kamu ngaco aja ih! Aku gak mau nikah muda, apalagi aku belum lulus SMA!" tolak Aileen.
"Ayolah Aileen, bukannya kamu dulu ngebet banget jadian sama saya?!" ujar Ardiaz.
"Ya kan jadian sebagai pacar, bukan nikah. Aku kalau nikah mah belum siap dong mas, aku pengen sukses dulu gitu. Lagian buat apa sih nikah buru-buru mas?" ucap Aileen.
"Iya, saya gak maksa kamu deh. Saya tunggu sampai kamu benar-benar siap. Tapi sesuai janji saya waktu itu, saya tetap akan lamar kamu begitu kamu lulus SMA nanti!" ucap Ardiaz.
"Eee iya okay aku setuju kalau soal itu! Asalkan kamu bisa sabar nunggu sampai aku sukses nanti," ucap Aileen.
"Pasti saya sabar! Ya walau sebenarnya saya agak takut juga sih kehilangan kamu," ujar Ardiaz.
"Kenapa mikir gitu sih mas? Mana mungkin aku tinggalin kamu?! Kita kan udah sama-sama janji untuk saling melengkapi, kamu gausah khawatir kayak gitu dong!" ucap Aileen.
"Iya Aileen, saya kan cuma takut aja. Wajar dong kalau saya takut? Apalagi makin hari kan usia saya juga makin bertambah, sekarang aja udah menginjak kepala tiga. Kesannya saya sama kamu itu seperti bapak sama anak," ujar Ardiaz.
"Hahaha, iya juga ya? Kamu udah mau 33 ya tahun ini? Gapapa mas, aku kan udah bilang kalau aku gak permasalahin soal umur!" ucap Aileen.
"Saya percaya sama kamu, semoga aja kamu gak kecewakan saya ya Aileen!" ucap Ardiaz sembari mengusap puncak kepala gadisnya.
Aileen mengangguk saja menikmati sentuhan lembut yang diberikan sang kekasih, lalu menempelkan tangan Ardiaz di pipinya seraya memejamkan mata.
"Suka banget ya dielus-elus begini?" goda Ardiaz.
"Iya, udah lama aku gak diperlakukan begini sama cowok. Kamu orang pertama yang bisa bikin aku nyaman kayak gini mas," ucap Aileen.
"Emang kamu belum pernah pacaran sebelumnya?" tanya Ardiaz.
Aileen menggeleng sebagai jawaban.
"Kok bisa sih perempuan secantik kamu belum pacaran? Berarti, saya yang pertama dong buat kamu?" ujar Ardiaz.
"Iya mas, yang pertama dan yang terakhir," ucap Aileen.
"Aamiin! Saya juga maunya seperti itu, karena di usia saya yang sekarang, saya gak mau main-main lagi soal percintaan!" ucap Ardiaz.
"Yaudah, aku turun ya mas? Kamu mau ikut turun gak?" tanya Aileen.
"Enggak deh, kamu masuk aja abis itu istirahat!" jawab Ardiaz.
"Okay! Kamu hati-hati ya pulangnya, jangan ngebut loh!" ujar Aileen.
"Sip!" Ardiaz mengangkat jarinya membentuk huruf 'o' lalu mendaratkan kecupan di kening sang kekasih.
Cup!
"Good night honey, istirahat yang nyenyak!" lirih Ardiaz.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!