"Livia kamu harus fokus pada sekolah mu, jangan malah bolos terus," Bentak ibu Laila.
"Cukup bu, aku udah capek tiap hari harus di marahin terus dengan hal yang sama," Sentak Livia yang tak mau kalah dari ibu nya.
"Kamu ni ya, Bisanya membangkang terus, Apa kamu mau di jodohkan sama Juragan Samir hah," Ancam ibu Laila sambil mengangkat jemuran di samping rumahnya.
Ibu Laila tak pernah setuju jika anak nya di jodohkan dengan juragan Samir yang sudah paruh baya itu, setiap Juragan Samir mendatangi rumah Bu Laila, ia langsung menyembunyikan Livia ke Gudang Rumah nya.
"Aku tau kok, ibu gak pernah setuju kalau aku di jodohkan sama juragan Samir, itu kan hanya keinginan Bapak saja, Jadi aku gak takut kalau ibu ngancam aku dengan hal itu," ujar Livia sambil memasuki rumah.
"Nak ini bener bener ya," ketus bu Laila sambil menggelengkan kepala nya.
Bu Laila pun masuk ke rumah nya dan mulai memasak untuk makan malam, Livia biasanya selalu membantu ibu ya untuk memasak, tapi hari ini ia belum juga keluar dari kamarnya.
"Livia ayok bantu ibu masak, sebentar lagi bapak kamu datang, bakal di amuk kalau kita belum masak," Panggil Bu Laila sambil mengetuk pintu kamar Livia.
"Iya bu sebentar, Livia lagi ngerjain tugas dulu, udah hampir selesai," Sahut Livia dari dalam kamar.
"Ya udah jangan lama lama ya," Titah Bu Laila, lalu kembali ke dapur.
Livia pun akhirnya menghampiri Bu Laila yang sedang sibuk memotong sayuran, Hingga tak menyadari kalau Livia sudah ada di belakangnya.
"Astagfirullah," Sentak bu Laila yang terkejut dengan keberadaan Livia di belakangnya
"Kenapa bu" Tanya Livia santai
"Kamu ini ngagetin ibu saja," Pekik Bu Laila sambil mengelus dada nya
"Aku gak ngagetin ibu ko," Ujar Livia sambil menyala kan kompor untuk menggoreng tempe.
"Kamu goreng tempe dulu, setelah itu baru ikan nya ya," titah Bu Laila sambil mengeluarkan Empat ekor ikan dari dalam lemari es.
"Iya bu," jawab Livia malas
"Gimana sekolah kamu hari ini," tanya bu Laila sambil meletakkan ikan di wastafel .
"Lancar bu, minggu depan udah mulai ujian," Jelas Livia sambil fokus memasukan tempe ke dalam wajan yang sudah di tuang minyak.
"setelah lulus nanti kamu mau kerja atau menikah ?" Tanya Bu Laila serius.
"Aku pengennya kerja sambil kuliah bu, tapi bapak pasti bakal ngelarang," keluh Livia.
"Kamu tenang aja, ibu bakal cari cara agar kamu bisa bebas dari bapak," ucap bu Laila meyakinkan Livia.
Livia hanya tersenyum kecil saat mendengar ibunya berkata demikian, Ia merasa senang karna ibu nya masih memilihi hati yang lembut terhadap nya.
"Aku tau ibu ini sayang sama aku, jadi udah dong setiap hari jangan marah marahin aku terus bu" rengek Livia sambil memeluk ibunya dari belakang.
"Kamu ini" ujar bu Laila sambil memukul ringan tangan Livia yang melingkar di pinggang nya.
"Laila!!" teriak Pak Rudi dari ruang makan
"Bu, bapak udah pulang, ayo cepet cepet kita siapin makanannya," Ucap Livia sambil terburu buru mengangkat tempe yang sudah matang, lalu menggoreng ikan.
"Iya ibu samperin bapak dulu ya," Bu Laila pun pergi meninggalkan Livia yang masih menggoreng ikan.
"Ia pak ada apa" jawab bu Laila sambil menghampiri suami nya,
"Dimana Livia?" Tanya pak Rudi dengan nada tinggi.
"Ya allah pak, jangan teriak teriak gitu dong, Pelan pelan juga ibu bisa dengar ko," protes bu Laila sambil menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Dimana Livia?" lagi lagi pak Rudi Menanyakan Livia dengan suara Lantang nya.
"Ada di dapur sedang menggoreng ikan," jawab bu Laila
"Panggil" Titah pak Rudi.
"Iya tunggu," bu Laila pun pergi ke dapur untuk memanggil Livia.
"Livia, bapak manggil kamu, ayok," ujar bu Laila
"Iya bu, bentar aku mau angkat ikannya dulu," tutur Livia sambil mengangkat ikan goreng yang sudah matang.
Livia pun berjalan menghampiri pak Rudi di ruang makan, Sebenar nya ia malas untuk menemui bapak nya, kara sudah pasti yang akan di bahas adalah perjodohannya dengan juragan Samir .
"Ada apa pak," Tanya Livia malas.
"Nanti sore kamu dandan yang cantik, Juragan Samir mau kesini melamar kamu, awas kamu kalau sampai kabur lagi, bapak bakal potong kaki kamu, paham " sentak pak Rudi sambil melototi Livia.
"Iya pak" lirih Livia sambil menggenggam tangan ibu nya.
"Ya sudah , bapak mau mandi dulu, setelah itu siapin apa yang harus di siapkan," titah pak Rudi lalu pergi meninggalkan ruang makan.
"Bu gimana ini," rengek Livia sambil memeluk ibu nya.
"Kamu tenang dulu jangan panik," Ucap bu Laila sambil mengelus punggung Livia.
"Gimana aku bisa tenang bu, nanti sore Juragan Samir bakal kesini, aku harus gimana," Ujar Livia sambil meneteskan air matanya.
"Liv, Nanti jam 4 sore ada mobil sayuran yang akan pergi ke kota, sekarang kamu siap siap bawa barang barang kamu, dan ibu akan mengantar kamu kesana," Titah bu Laila sambil mendorong pelan Livia untuk masuk ke kamar nya.
" Tapi bapak gimana bu, ibu bakal abis di hajar bapak kalau tau aku kabur lagi," Ucap Livia khawatir pada ibu nya.
"Udah kamu jangan mikirin ibu dulu, mending cepetan berkemas," Bu Laila pun pergi ke kamarnya.
Livia memasukan beberapa pakaian ke dalam tas ranselnya, ia masih ragu untuk kabur.
"Livia ini untuk bekal kamu selama di kota, jangan boros boros ya," Bu Laila memberikan amplop yang berisi uang tabungannya..
"Ibu," Livia pun langsung memeluk ibu nya karna terharu.
"Sudah jangan berpelukan terus, nanti bapak keburu keluar," titah bu Laila sambil menarik Livia keluar.
Saat mereka sampai di halaman rumah tiba tiba pak Rudi keluar melihat Bu Laila dan Livia sedang lari membawa tas ransel.
"Kalian mau kemana " teriak pak Rudi sambil mengejar mereka.
"Bu gimana ini," Livia semakin ketakutan saat melihat Pak Rudi mengejar nya, ia takut tertangkap oleh bapaknya lalu di hajar habis habisan.
"Udah kamu cepetan lari dan naik ke mobil, ibu bakal cegah Bapak," teriak bu Laila sambil merangkul suaminya agar tidak bisa mengejar Livia.
"Lepasin " pekik Pak Rudi lalu mendorong bu Laila dengan kasar, bu Laila pun terjatuh dan terbentur di gorong gorong jalan, Livia yang melihat ibunya jatuh hampir ingin kembali lagi, tapi tangan bu Laila menyuruhnya untuk tetap pergi, akhirnya Livia pun Berhasil naik ke mobil sayuran, sebelumnya bu Laila sudah menyuruh supir mobil itu untuk menunggu Livia, jadi hal yang mudah bagi Livia untuk segera menaiki mobil tersebut.
Di sepanjang perjalanan Livia hanya diam sambil melihat ke arah jendela, ia masih memikirkan ibu nya yang jatuh tadi, ia takut ibu nya kenapa Napa.
"Neng Livia, Akang sudah tau masalah yang sedang kamu hadapi, ibu kamu sudah cerita sama akang, ini keputusan yang terbaik neng, Lebih baik kamu meninggalkan kampung demi masa depan kamu," Ucap Kang Amin supir mobil sayuran yang Livia tumpangi.
"Iya kang, Tapi kasian ibu, gimana kalo ibu di hajar sama bapak habis habisan," ujar Livia
"Enggak mungkin neng, sekarang udah negara hukum, Bapak kamu gak akan berani ngapa ngapain Ibu mu," kang amin pun berhenti di pasar tempat ia menurunkan sayuran.
"Tunggu di sini dulu ya neng, Akang mau antar sayuran ke dalam dulu, setelah itu baru antar ke tempat tujuan kamu," Titah kang amin sambil keluar dari dalam mobil lalu mengangkat sayuran yang ada di bak belakang mobil.
"Iya kang, jangan lama lama," sahut Livia.
Livia masih bingung sebenarnya ia akan kemana, karna di kota ia benar benar belum ada kenalan sama sekali.
"Duh mau kemana ya,"Gumam Livia sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ayok neng kamu mau kemana, akang antar sekarang," Tanya kang Amin setelah kembali memasuki mobil nya.
"Sebenarnya Livia Gak tau harus kemana Kang, Livia gak punya kenalan di kota," jelas Livia malu.
"Ya ampun neng kenapa gak bilang dari tadi," ucap kang amin sambil menepuk kening nya sendiri.
"Maaf Kang" Lirih Livia.
"Yasudah gini aja, kamu akang Antar ke kontrakan Anak akang aja ya, Gak jauh dari pasar ini kok, nanti sekalian kamu minta Carikan kerjaan sama dia," Saran kang amin.
Livia pun menyetujuinya dan mereka langsung menuju ke kontrakan anak kang amin.
"Nah udah sampai," Ucap Kang amin sambil membantu Livia membawakan ransel nya.
"Assalamualaikum," Salam kang amin sambil mengetuk pintu rumah yang lumayan besar.
"Waalaikum'Sallam , eh bapak," Sahut wanita muda yang keluar dari dalam rumah tersebut.
"Fina, ini Livia, anak Bu Laila kamu inget gak?," kang amin pun meletakkan ransel milik Livia di kursi teras.
"Iya inget pak, kenapa emang nya" Tanya Fina terus terang.
"Dia ingin menumpang disini, selama belum mendapat pekerjaan, nanti setelah dapat pekerjaan Neng Livia bakal cari kontrakannya sendiri,", Jelas kang amin pada anak nya.
"Oh gitu, yaudah masuk dulu yuk," Ajak Fina sambil meraih tangan Livia.
Livia masih malu malu dan hanya diam saja tanpa kata, sebenarnya pikirannya masih tertuju pada keadaan ibu nya di kampung, ia masih belum bisa melepaskan ibu nya.
"Yasudah kalau gitu Bapak pulang dulu ya Fin, " Pamit kang amin pada anak nya.
"Iya pak hati hati ya, salam sama ibu di kampung," Ujar Fina sambil mencium Tangan kang Amin.
"Yasudah neng Livia baik baik ya di sini," kang amin pun langsung menaiki kendaraannya lalu meninggalkan rumah itu.
"Livia kamu tidur di kamar ini ya," titah Fina sambil menunjuk ke kamar yang dekat ruang tamu.
"Iya Teh, terima kasih banyak ya," ucap Livia sambil tersenyum tipis.
"Iya jangan sungkan sungkan ya, anggap saja rumah sendiri," tutur Fina sambil mengusap lengan Livia.
Fina pun mengajak Livia makan malam, setelah makan malam Livia duduk di depan tv bersama Fina, mereka pun asik mengobrol dan sesekali bercanda, tertawa.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu dari depan.
"Sepertinya Suami teteh sudah pulang Liv, tunggu sebentar ya" Ucap Fina lalu meninggalkan Livia.
"Eh mas sudah pulang, tumben masih sore udah pulang," Fina pun mencium tangan suami nya.
"Lagi gak lembur," Ketus suami Fina. lalu berjalan ke arah ruang tv ia heran kenapa ada orang lain di dalam rumah nya.
"Siapa kamu," tanya pria itu kepada Livia.
Sontak Livia agak kaget saat mendengar suara laki laki itu.
"Mas dia anak tetangga Bapak," jelas Fina sambil menghampiri Livia.
"Livia, ini suami teteh Namanya Mas Bram," tutur Fina memperkenalkan suami nya kepada Livia.
"Kenapa dia di sini" tanya Bram sambil menaikkan sebelah alis nya.
"Dia mau cari kerja mas, dan selama belum mendapatkan pekerjaan Livia numpang dulu di sini, kamu Gak keberatan kan," Tanya Fina sambil meraih tangan suami nya.
"Terserah kamu," ketus Bram lalu meninggalkan Fina Dan Livia.
"Maaf ya Liv, suami teteh emang gitu orang nya," Bisik Fina , ia merasa tak enak hati kepada Livia karna sikap suami nya.
"Iya teh gak papa, Livia juga ngerti ko," timpal Livia
"Yasudah kamu istirahat ya, besok baru cari pekerjaan," Titah Fina sambil memberikan selimut kepada Livia
"Iya teh, selamat malam teh," Tutur Livia.
Fina pun meninggalkannya dan Livia langsung masuk ke kamar.
"Bu, gimana keadaan ibu sekarang " Lirih Livia sambil membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Tak lama kemudian karna Livia kelelahan ia langsung tertidur tanpa mengganti pakaiannya dahulu.
Keesokan pagi nya setelah Livia membantu Fina menyiapkan sarapan, Mereka pun sarapan bersama.
"Livia kamu mau cari pekerjaan apa?" Tanya Bram sambil mengunyah nasi goreng.
"Aku belum tau, " jawab Livia canggung.
"Ada ijazah apa?" Tanya Bram lagi.
"Yang Livia bawa hanya Ijazah SMP, Karena Livia belum lulus SMA," Jelas Livia semakin canggung.
Bram pun hanya Mangut Mangut sambil terus menikmati sarapannya.
"yasudah kalau gitu Livia pamit dulu ya teh, kang, Livia mau cari pekerjaan dulu," Pamit Livia.
"Oh iya Liv, hati hati ya," sahut Fina
"Ia teh, Assalamualaikum,"
"Waalikum'Sallam "
Di siang hari Livia masih belum mendapatkan pekerjaan, ia hampir putus asa, Akhirnya Livia pun memutuskan untuk istirahat sejenak di taman, Ia pun meneguk minuman dingin yang baru ia beli dari penjual keliling di sekitaran taman.
"Ya allah lelah banget ya, Setiap mau ngelamar kerjaan kenapa harus ijazah tinggi yang di tanyain, kenapa gak liat Skil nya dulu, " gumam Livia sambil menyeka keringat nya.
"Eh brosur apaan nih," Livia langsung mengambil Brosur yang ada di sebelah tempat duduk nya.
"Lowongan kerja di toko bunga, membutuhkan satu karyawan yang pandai merangkai bunga," Ucap Livia membaca isi Brosur tersebut.
"Wah boleh di coba nih, kesana ah," Gumam Livia sambil melipat Kertas Brosur dan menyimpannya di dalam tas.
Saat Livia mendatangi Toko bunga tersebut Ia langsung masuk ke dalam dan bertemu dengan pemilik toko nya langsung.
"Selamat siang oak, saya Livia ingin melamar kerja disini," ucap Livia tanpa ragu ragu.
"Kamu bisa merangkai bunga?" tanya pemilik toko bunga.
"Bisa pak, kebetulan saat sekolah saya sering mempraktekan cara merangkai bunga" Ujar raisa.
"Kalau begitu, mari ikut saya, kita tes dulu, saya mau lihat," ajak pemilik toko itu
"Baik pak," Livia pun mengekor di belakang pemilik toko bunga.
"Nih coba Kamu rangkai yang ini," titah pemilik toko sambil menunjukan bunga bunga yang harus Livia Rangkai.
Setelah beberapa kali merangkai bunga, pemilik toko sangat puas dengan hasil Rangkaian Livia.
Ia pun di terima bekerja oleh pemilik toko itu.
"Terima kasih banyak pak," Raisa pun meraih tangan bos nya untuk bersalaman.
"Iya sama sama, jadi mulai besok kamu boleh langsung bekerja ya, sekarang pulang dulu gak papa," Ujar pemilik toko bunga itu.
"Iya pak, saya pamit dulu ya," Livia pun meninggalkan toko bunga nya, dan membeli beberapa makanan untuk di bawa pulang ke kontrakan Fina.
Sesampai nya di kontrakan ia melihat Fina sedang di marahi oleh Seorang wanita, dan sesekali ia di dorong oleh wanita itu.
"Ada apa ini,?" tanya Livia sambil memapah Fina untuk bangun.
"Dia udah jatuh tempo belum bayar kontrakan, Di suruh pergi dari sini malah gak mau, dasar gak tau diri," pekik wanita itu.
"Emang berapa bu," Tanya Livia lagi.
"1juta, " ucap wanita itu sinis.
Livia pun merogoh isi tas nya dan mengambil uang di dalam dompet nya, kemudian ia memberikan uang itu kepada si pemilik kontrakan.
"Ini bu 1juta rupiah, udah ya bu jangan maen kasar lagi," Umpat Livia
"Hem Oke kalo gitu, saya permisi," Pemilik kontrakan pun akhirnya pergi setelah di beri uang oleh Livia.
"Ya ampun Livia, Teteh jadi merepotkan kamu," Ucap Fina sambil meraih tangan Livia.
"Enggak apa teh, Livia kan tinggal disini juga," sahut Livia.
"Oh iya teh, ini Livia tadi beli makanan banyak, kita buka dan siapin di meja yuk, nanti kita makan bersama," Ucap Livia sembari memberikan bungkusan makanan itu kepada Fina.
"Ya allah Livia banyak sekali makanannya," Tutur Fina sambil meraih bungkusan makan yg diberikan Livia.
"Iya Teh, Anggap saja ini merayakan karna Livia udah dapet pekerjaan, besok Livia mulai kerja teh" sahut Livia lagi.
"alhamdulilah kalau sudah dapet kerjaan Liv" Fina pun menaruh semua makanan ke dalam piring.
Tak lama kemudian Bram suami Fina pun pulang, dan langsung duduk di meja makan dengan ekspresi wajah yang kesal.
"Ada apa lagi mas, kenapa muka nya di tekuk gitu," Tanya Fina sambil menuangkan segelas air untuk suami nya.
"Biasa masalah kerjaan," Jawabnya ketus.
Livia hanya menggelengkan kepala nya, dan melanjutkan aktifitasnya yg sedang memindahkan makanan yg ia beli tadi ke dalam piring.
"Ini kamu punya uang dari mana, ko bisa beli makanan sebanyak ini," Tanya Bram kepada istrinya.
"Ini bukan aku yg beli mas, Livia yang beli, Dia udah dapet pekerjaan besok udah mulai kerja," jelas Fina sambil tersenyum ke arah Livia.
"Bagus deh kalo udah dapet kerjaan, Fin tadi mas ketemu ibu kontrakan tumben dia gak marah marah di jalan pas ketemu mas, Biasanya kalo udah jatuh tempo marah marah mulu kalo ketemu," Ujar Bram sambil nyomot udang goreng.
"Tadi kesini mas, dia marah marah sama aku, tapi gak lama Livia datang, dan Livia yang bayarin" Jelas Fina
Bram pun langsung terdiam, selama Livia tinggal di rumah nya, Bram selalu menunjukan rasa Tak suka dengan adanya Livia, tapi kini ia merasa tak enak hati karna ternyata Livia anak yg baik, Rupanya ia sudah salah menyangka Bram mengira Livia gadis brutal Seperti anak anak gadis yg suka nongkrong di Bawah jembatan layang yang sering ia lewati.
"Yasudah teh ayok kita makan," Ajak Livia.
Mereka pun akhirnya makan bersama sama, setelah selesai makan Livia membantu Fina untuk membereskan bekas makan mereka tadi.
"Teh hidup di kota ternyata gak semudah yang di bayangin ya," Ucap Livia sambil mencuci piring.
"Ya begitu lah Liv, Teteh juga pas pertama kali ke kota ngerasa gak betah, tapi lama kelamaan malah enakan hidup di kota Liv, gak selalu di kekang mau apa apa nya," Jelas Fina sambil mengelap meja makannya.
"Emang pas di kampung teteh selalu di kekang?" Tanya Livia penasaran.
"Iya Liv, makanya pas lulus sekolah teteh memutuskan untuk nyari kerja di Kota, untungnya bapak ngizinin," tutur Fina.
"Enak ya teh bapak teteh selalu ngedukung apa yang menjadi pilihan teteh," Livia pun mengingat kedua orang tua nya yang selalu mengekang diri nya.
"Enak gak enak sih Liv," ucap Fina.
"Loh kenapa teh," tanya Livia penasaran.
"Enggak Liv hehe," Fina enggan untuk menceritakan kepahitan hidup nya kepada Livia.
Livia pun hanya menyunggingkan senyuman, ia tak ingin melanjutkan pertanyaannya, karna ia merasa Fina tak ingin menceritakan masalah kehidupannya kepada Livia.
"Ya sudah teh, Livia ke kamar dulu ya," Pamit Livia lalu pergi meninggalkan Fina.
Keesokan pagi nya, Livia terburu buru untuk pergi bekerja, Ia kesiangan karna Fina lupa membangunkannya, Livia pun tak sempat sarapan, setelah bersiap siap ia langsung Berangkat kerja.
"Pak cepet ya pak," Titah Livia kepada tukang ojek.
"Iya neng ini sebentar lagi sampai," sahut Tukang Ojek.
Akhirnya Livia Pun sampai, setelah ia membayar ongkos Livia langsung berlalu masuk kedalam Toko bunga tersebut.
"Anak baru, tapi hebat ya datang nya siang," Cibir salah satu karyawan toko bunga itu, setelah melihat Livia baru memasuki Toko.
"Maaf kak," ucap Livia sambil menaruh tas nya di laci.
Livia bekerja di toko itu tidak sendirian, disitu sudah ada 2 karyawan yang sudah agak lama bekerja di toko, tapi saat Livia masuk, Satu karyawan sedang cuti, sehingga hanya tersisa 1, karyawan itu bernama Mita, usianya lebih tua dari Livia, sifatnya sangat sombong dan Blak blakan.
"Eh nanti sore kamu antar Buket Bunga itu ke Hotel Garden Gold ya,", titah Mita, sambil menunjuk ke salah satu Buket bunga mawar putih yang sangat indah.
"Tapi kak, Saya kan baru masuk hari ini, dan lagi pula saya baru pertama kali datang ke kota ini, saya belum menghafal jalan di sini," Timpal Livia
"Makanya itu saya nyuruh kamu, biar kamu tau jalan disini, lagi pula kamu kan punya mulut, ya kalo gak tau bisa nanya kan sama orang orang, gimana sih" Ketus Mita sambil meninggalkan Livia.
"Ih nyebelin banget sih, kalo bukan senior aja udah gue kasih pelajaran ni orang," gerutu Livia dalam hati.
Livia pun mulai melakukan pekerjaannya, mulai dari merangkai bunga, memindahkan bunga bunga yang hampir layu, lalu membersihkan kaca depan toko tersebut.
"Mentang mentang gue anak baru, kenapa semua kerjaan di Kasih ke gue semua, walaupun dia udah lama disini tapi kan sama aja, statusnya sebagai Karyawan," Gumam Livia dalam hati sambil menyapu lantai dengan asal.
"Eh kalo nyapu yang bener dong, gak liat apa ada orang di sini," Protes Mita.
"Oh kakak orang ya" ledek Livia sengaja
"Ih kurang ajar banget sih," Mita pun semakin kesal pada Livia, ia pun tak menghiraukan Livia dan meninggalkannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!