NovelToon NovelToon

THE VAMPIRE IS MINE

BAB 1: Anak Bangsawan

Swuussshhhh....

Angin berhembus menerpa wajah cantik seorang gadis berusia 18 tahun. Gadis yang begitu cantik, rambut hitam yang panjang sampai kepinggulnya. Tubuh yang tinggi menurun dari Ayahnya.

Mata hitam pekat menatap kesana sini, dan jika dipandang teliti. Akan terlihat warna emas dibalik netra hitamnya. Senyum mengambang dengan bibir ranum yang begitu merah natural, terukir begitu manis.

Tak...Tak..Tak....

Langkah kaki yang berlari itu menarik perhatian orang-orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya. Wajah yang diterpa angin begitu manis untuk dilewatkan.

“Malam!!!”ucapan keluar dari mulutnya. Yang mendengarnya langsung mengangguk-angguk menjawab ucapannya, bahkan ada yang mengeleng melihat tingkahnya.

“QARIYA!!!!”teriak wanita yang mengejar dirinya. Gadis yang bernama Qariya menghentikan langkahnya dan menatap wanita yang berhenti tepat didepannya.

Hosh!..hosh!!!

“Hei....Kamu ini sudah ku bilang jangan keluar malam-malam”cerewetnya mulai terdengar oleh Gadis yang kini tersenyum lebar.

“Hentikan senyummu itu Qariya..Ibu dan Ayahmu akan memarahiku jika Kamu seperti ini”ucap Tesha Ikha Tushti Indria,atau kerap disapa TITI.

“Hei Ayolah Titi, Kita tak akan dimarahin, lagian makan malam sudah selesai dan jadwalku juga sedang free sekarang”Qariya melanjutkan langkahnya dengan santai berjalan melewati gerbang.

Greb!

Titi mengenggam tangan Qariya, Ia menatap Qariya yang menghentikan langkahnya.

“Qariya, sudah cukup hentikan tingkah gilamu ini. Kalau kita keluar dari gerbang ini, bukan keindahan yang menanti kita,Tapi kematian”ucap Titi.

Titi adalah anak dari pekerja yang menjadi teman dekat Ayah Qariya. Titi menerima tugas untuk menjaga Qariya dari berbagai hal. Dan tugas ini akan mudah dilakukan jika yang dijaga bukan seorang gadis yang banyak bertingkah.

“Titi, please sekali saja ya..lagian kota ini luas loh, para pengawal tak akan mudah menemukan kita, lalu diriku hanya ingin kekota sebelah saja”ucap Qariya memohon dengan wajah manisnya.

Titi mengusap pelan wajahnya, ketika melihat wajah memohon dari gadis didepannya.“Ini sudah malam Qariya. Kamu sudah pergi begitu jauh dari Mansionmu, kita bisa terkena masalah nanti, Ayo kembali oke”bujuk Titi dengan menarik Qariya.

Tetapi,Qariya tak mendengarkan apa yang dikatakan Titi. Qariya malah menarik Titi untuk melewati pembatas kota.

“Hei Qariya!!!!”

Sshhhh

Qariya mengarahkan telunjuk miliknya dibibir, untuk membungkamkan Titi yang hampir berteriak. Jika teriakkan Titi terdengar oleh penjaga, dirinya akan tertangkap oleh Ayahnya.

“Ayolah Titi, Cuma sebentar saja. Kita kesana saja agar Kamu percaya dengan ucapanku ini”tunjuk Qariya dengan menarik Titi melewati pembatasan.

Titi yang ditarik hanya bisa meramalkan doa, semoga saja tak ada masalah yang datang, dan mereka bisa aman sampai esok harinya.

Sebuah tebing yang menjadi perbatasan kota. Di Kota tempat tinggal Qariya bernama Aelius. Kota Aelius kota terbesar yang penduduknya begitu banyak.

Dan pemimpin Kota Aelius adalah Qafiysa Hidkha, Ayah Qariya. Sedangkan Ibunya, Raiya Hidkha merupakan seorang mantan menteri dari Ayahnya. Jodoh yang luar biasa bukan?.

Dikota Aelius ini, ada dua kota yang berdekatan. Dan memiliki batasan. Tentu pemimpinya berbeda. Meski Ayah Qariya lah yang paling memimpin setiap kota. Kecuali Wilayah yang lain.

Kaki yang menginjak diatas tanah itu, berada di sebuah kota yang begitu indah,nama Kotanya adalah Kota Malam. Kenapa seperti itu, karena dimalam hari, Kota itu begitu diterangi oleh sinar bulan. Entah apa alasan bulan begitu meneranginya.

“Qariya, Ayo kita kembali, ini benar-benar lewat dari waktu malam”ucap Titi yang mulai tampak gelisah.

“Tenanglah Titi, lagian perbatasannya tak jauh kok, aku ingin melihat kota malam ini, sekali saja”Qariya mendudukkan dirinya diujung tebing yang tak tinggi dan tak curam. Namun mampu meremukkan tubuh jika jatuh dari sana. Karena turunan tebing terdapat ranting dan dahan pohon..

Untuk benar-benar tiba diKota Malam. Memperlukan waktu 3 jam berjalan kaki, namun jika kalian memiliki kendaraan, akan lebih cepat tiba dikota malam. Kota Aelius dan Kota Malam lebih dekat dari Kota Bulan.

Kota Bulan dan Kota malam memiliki kesamaan, sama-sama disukai oleh bulan.

Titi yang merasa cemas ingin segera menarik Nona Mudanya, anak bangsawan yang begitu keras kepala. Tetapi ia tak mungkin melakukan hal itu, karena dirinya menganggap Qariya sebagai adiknya sendiri.

“Qariya...Ayolah”ucap Titi membujuk. Namun gadis yang sudah melihat indahnya Kota malam tak mendengarkan ucapannya sama sekali.

Swussshhh!!!

Angin malam berhembus. Namun kali ini hembusannya lebih cepat. Titi yang mulai cemas bergegas mendekati Qariya.

Qariya juga tak tinggal diam, Ia menatap kesegala arah, karena hembusan angin makin menerpa wajahnya.

Swusshh!!

Shing!

Tang!!

Swussshh!!!

Suara angin dipadu dengan hentakkan senjata dan benturan pedang yang membuat Indra pendengaran Qariya menyelisik. Hingga matanya menatap hal yang tak pernah dilihatnya.

“Kamu..berani memasuki Wilayahku!”

“Justru Kamu yang menginjakkan kaki diwilayahku, pergilah sebelum Aku membunuhmu”

“Kamu yang pergi, jika tidak Aku akan membunuhmu”

Qariya menatap peperangan yang cepat didepannya. Beda dengan Titi yang kebingungan. Ia mendengar suara seseorang tapi tidak dapat melihat orang tersebut.

Greb!!

Titi mengenggam tangan Qariya, lalu menariknya menjauh karena Firasatnya mengatakan disini tidaklah baik.

Clang !!!

Bruk!!!

Ouch!

Asik menarik, hingga tak sadar bahwa yang ditarik lepas dari genggaman. Titi menatap kearah Nona Mudanya. Dan yang didapatinya..

“Nona!!”Pekik Titi melihat wujud seseorang yang melesat menjauh dari Qariya. Ia bergegas menarik Nonanya dan melangkah pergi meninggalkan tempat yang Titi bersumpah tak akan kesana. Meski suatu saat nanti, sumpah itu harus dilanggar karena dirinya mudah melupakan apa yang baru saja diucapkan.

-

Tiba di Mansion...

Titi mengendap-ngendap bersama Qariya yang berjalan dibelakangnya.

“Titi...Ibu dan Ayahku sudah tidur kan?”Qariya bertanya sambil menatap kekanan dan Kirinya. Ia begitu waspada karena takut jika Ayahnya tahu apa yang diperbuat olehnya.

“Tak tahu...”belum selesai Titi berbicara, suara lain menyambut kedatangan mereka.

“OH...DARI MANA DIRIMU QAILA RIHYA YAMNI atau QARIYA?”

Qariya dan Titi berhenti ditempat dan membalikkan tubuh melihat kearah seorang Pria tampan tetapi usianya sudah berkepala tiga.Dan juga sudah beristri, lalu anaknya berdiri didepannya.

Orang yang bertanya dengan nada tingginya, tak lain adalah Ayah Qariya.

Qariya tercengir mendengar pertanyaan Ayahnya. “Hm..Itu Ayah, Aku sedang menikmati waktu malam dijalanan”ucapnya menjawab apa yang ditanyakan oleh Ayahnya.

Ayahnya atau Tuan Qafiysa Hidkha, mengangkat alis seakan-akan ia terkejut dengan ucapan dari Qariya.

“Oh, benarkah itu Titi?”tanya Ayah Qariya yang langsung mengarah ke Titi.

Titi menghela nafas didalam hati. Ia tersenyum dengan otak yang berjalan dipikirannya. “Tuan Besar,Nona Qariya memang berjalan-jalan disekitar kota”ucap Titi dengan begitu serius.

“Titi, Aku tahu Kamu membela Putriku, bahkan Kamu selalu melindunginya. Namun bicaralah dengan jujur..karena Aku tak ingin putriku kenapa-napa”ucap Ayah Qariya yang tahu apa yang disembunyikan.

“Maaf Tuan, ini memang kesalahanku”Titi menundukkan kepalanya. Hal ini membuat Qariya bergegas mendekat kearah Titi.

“Tidak Ayah, bukan salah Titi..ini salahku karena memaksanya”ucap Qariya menghalangi pandangan Ayahnya dari Titi.

Ayah Qariya mengusap kepala Putrinya. “Ayah tahu, makanya Ayah menyuruh Titi bersamamu Qariya. Ayah takut Kamu kenapa-napa. Ayah tak memarahi Titi, hanya mengingatkan agar Titi lebih waspada nanti, dan Kamu..”Ayah Qariya menyentuh dagu Putrinya.

“Kamu harus belajar bela diri, agar Kamu tak tergantung kepada Titi, Titi sama sepertimu, ia juga ingin menghabiskan waktu dengan keluarganya”lanjut Ayahnya yang melangkah pergi meninggalkan Putrinya dan Titi sang penjaga Qariya.

“Titi, terimakasih, dan maafkan Aku yang begitu nakal ini”ucap Qariya setelah Ayahnya pergi. Keduanya melangkah menuju kekamar Qariya yang berada dilantai dua mansion.

“Tidak perlu berterimakasih Qariya, bahkan minta maaf sekalipun, itu tak perlu...karena Kamu anak bangsawan disini, tak pantas mengatakan itu” Titi berbicara dengan santai menanggapi apa yang baru saja diucapkan oleh Qariya.

Qariya yang mendengarnya cemberut, “Kamu ini..kita itu sama...jangan mengatakan anak bangsawan, aku tak suka mendengarnya”

“Baiklah, maafkan Aku..hm.ada apa denganmu?”Titi menatap Qariya yang senyum-senyum dengan semu merah dipipinya.

“Ah..tak ada, selamat malam Titi sampai jumpa esok pagi”Qariya berlari meninggalkan Titi yang mengerutkan alis.

“Apa yang terjadi padanya?”benak Titi mengingat wajah Qariya yang bersemu merah. Ia melangkah pergi meninggalkan Kamar Qariya.

BAB 2: Wajah Tampan

Bruk!!!

Mata saling bertatap, pandangan saling bertemu. Hingga tak terasa bahwa dirinya tertindih oleh seseorang.

Mata merah, hidung mancung, nafas yang memburu menerpa wajah Qariya yang menatap kepadanya. Rambut hitam yang teracak-acak akibat hembusan angin, tampak begitu tampan.

Qariya tak bisa berkedip melihat apa yang ada didepannya. Hingga orang tersebut bangun dari dirinya dan menghilang seperti ditelan bulan.

Bruk!!!

Qariya membaringkan tubuhnya dengan mengingat kejadian yang baru saja dialami olehnya. Ia memegang kedua pipi yang memanas.

“Siapa Dia, kenapa Dia begitu..begitu.Agh!!!”Pekik Qariya dengan menutup wajah dan berguling-guling dikasur besar miliknya.

“Wajah tampan itu, agh!!”jerit Qariya yang duduk dikasurnya. Ia memilih membangunkan diri menatap kearah cermin besar miliknya. Ia mendekati cermin tersebut dan menyentuh wajahnya yang ada dicermin.

“Mata merah”guman Qariya yang mengarahkan tangan yang dicermin menuju matanya.

“Wajah pucat, nafas memburu..dan..”

Deg!deg!deg!

Jantung Qariya berdetak hebat. Ia menyentuh dadanya. “Eh, apa ini?”benak Qariya.

Dengan degupan jantung itu, ia melangkah mundur dan menjatuhkan diri kembali dikasur besar yang begitu empuk.

Wajahnya merah bak tomat. Ia senyum-senyum dibalik itu semua. Mengingat pertemuan singkat dengan seseorang yang membuat hatinya menjadi berdugem seperti ini.

-

Pagi hari yang indah menyambut diri, kilauan cahaya memasuki celah-celah gorden, ingin membangunkan wanita yang tidur dibawah kasur.

Tuk...Tuk..Tuk!

“Nona Qariya”Titi membuka pintu kamar Qariya. Ia melangkah kesana sini hingga matanya memandang datar kearah gadis yang tidur dibawah kasur dengan mata yang mengerjab-gerjab.

“Ayolah..Aku menjaga seorang gadis atau anak-anak”benak Titi melihat tingkah Qariya.

“Qariya!,bangun!!!”Titi menepuk-nepuk pipi Qariya.

Wajah Qariya yang masih mengantuk begitu berat membuka mata. Ia bahkan mengangguk-angguk seperti menjawab pertanyaan Titi. Padahal Titi tak berbicara atau bertanya kepadanya.

Titi memilih untuk menyiapkan air mandi untuk Qariya yang baru bangun tidur itu.

Sedangkan Qariya dengan wajah mengantuk duduk diujung kasur, ia menyeret selimutnya untuk berada diatas paha putih miliknya. mata Qariya yang mengerjab-ngerjab kini tertahan dengan suara air yang tumpah.

“Titi!”Ucap Qariya dengan nada khas bangun tidur. Ia menatap kearah kamar mandi, dimana ada Titi yang baru saja keluar dari sana.

“Oh, Ada apa putri tidur, Kamu ingin tidur kembali...tidurlah dilantai..karena aku ingin membereskan kasurmu ini”ucap Titi dengan santai, menarik selimut yang dipegang Qariya.

Greb!

“Apa yang Kamu lakukan Qariya?”tanya Titi dengan mengerutkan alisnya. Karena selimut yang ditarik olehnya, ditarik kembali oleh Qariya.

“Titi, ketika jantung kita berdebar-debar, mengingat wajah tampan seseorang, apa maksudnya itu..apa kita memiliki penyakit jantung?,atau Kita sedang kelelahan, jadi jantung berdegup cepat?, oh atau karena kita terlalu semangat hingga..”

Tap!

Titi menempelkan telapak tangannya didahi Qariya. “Nona tidak demam, tubuh anda baik-baik saja”ucap Titi.

Swussh

Qariya menghempas tangan Titi yang menempel kepadanya. “Ah Titi, Aku serius loh”

Qariya melihat Titi menghela nafas setelah ucapannya keluar dari mulutnya.

“Ya, yang salah siapa, Kamu memberiku pertanyaan bertubi-tubi, Aku mengira Kamu sedang mengigau”ucap Titi duduk disamping Qariya.

“Ulangi pertanyaanmu, tapi satu-satu”Titi kembali berucap dengan menatap kearah Qariya.

Sebagai anak tunggal, Qariya merasa senang dengan ada Titi disampingnya. Ia merasa Titi sebagai seorang Kakak dan sekaligus sahabatnya. Karena setiap masalah Titi pasti ada untuknya.

“Hm..kemarin malam, dadaku berdegup-degup”Qariya menunjuk dadanya sendiri. ia memulai ceritanya dengan wajah serius.

Titi yang melihatnya menatap kearah dada Qariya, lalu kewajah Qariya. Menatap berulang kali, hingga pandangannya berhenti diwajah Qariya.

“Lalu, apa yang membuat dadamu itu berdegup-degup?”tanya Titi.

Qariya berpikir sejenak, “Hm, Aku memikirkan kejadian tadi malam, Kamu tahu..saat itu Aku”

Tuk...Tuk...

“Maaf menganggu, Nona Qariya dan Kak Titi..Tuan besar memanggil kalian untuk segera sarapan”ucap Pelayan yang menghentikan aktifitas Qariya dan Titi.

Titi yang mendengarnya ucapan Pelayan mengangguk, “Baiklah, terimakasih”

Pelayan tersebut pergi setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Titi.

Titi bangun dari duduknya, “Simpanlah pertanyaan itu, hari ini Kamu akan menghadiri sebuah acara besar, banyak yang hadir disana..mandi dan bersiaplah”ucap Titi.

Qariya yang mendengarnya mengangguk, “Oke.baiklah”

-

Sarapan pagi dimulai, Qariya duduk didekat Ibunya, ia mengambil roti yang sudah berselai dengan telur dadar yang begitu berprotein untuk mereka, jangan lupakan susu yang menjadi pelengkap segalanya.

“Ayah!”Qariya menatap Ayahnya yang menikmati sarapan pagi.

“Hm, kenapa?”perhatian Ayahnya kini tertuju kepada dirinya. Qariya tersenyum untuk mengubah suasana.

“Ayah, apa aku memang harus ikut keacara minum teh nanti?”tanya Qariya. Ia begitu malas menghadiri banyaknya acara. Acara-acara dihadirinya ini membuatnya bosan. Masa acara minum teh disiang hari harus dilakukan. Apa maksudnya itu semua.

Meski ia tahu acara itu bertujuan untuk mengeratkan hubungan antar bisnis seseorang. Dan itu bisa menjadi kemungkinan hadirnya acara jodoh menjodoh. Jujur Qariya tak menyukai hal ini. Jaman mereka sudah modern, meski masih mengikuti aturan jaman dahulu. namun tetap saja, perjodohan itu tak disetujui oleh Qariya.

“Kenapa, Kamu tak ingin kesana?”Tanya sang Ayah yang menatap Putrinya. Tatapan itu tenang namun bagi orang lain, tatapan itu mematikan.

“Iya Ayah, bosan..setiap hari aku harus menghadiri acara. Acara sarapan, acara makan,acara minum teh,acara kerabat dan acara perjamuan,itu semua merepotkan Ayah”ucap Qariya dengan nada akhirnya yang merengek.

Ibu Qariya yang ada disampingnya terkekeh, “Hahah...Suamiku, berilah Qariya waktu istirahat, ia begitu banyak menghadapi hal-hal yang membuatnya lelah”

“Aku tahu, tapi Usia Qariya tidak muda lagi, ia harus belajar berbisnis, perjamuan dan semacamnya..agar saat ia mengantikan diriku nanti, ia tak akan kebingungan”

Jawaban yang diberikan Ayah Qariya membuat Qariya terdiam. Ia memutuskan tak lagi berbicara. Ia tahu bahwa memang sudah saatnya belajar. Apa lagi dirinya wanita, ia tahu bahwa dirinya diremehkan. Tidak bisa memimpin atau semacamnya.

Namun Ayah dan Ibunya memberi tahu, jenis kelamin bukan menjadikan patokkan utama untuk membuat seseorang menjadi pemimpin. Tapi kemauan dan tekad seseorang. Ia akan bisa memimpin sebuah pasukan,karena dari kemauannya dan tekadnya.

Maka dari itulah, Qariya memutuskan untuk menguatkan diri agar ia bisa menjadi pemimpin yang layak nantinya.

“Sudahlah, kalau memang Kamu letih, Kamu bisa beristirahat Qariya..”keputusan akhir dari Ayahnya.

Qariya yang mendengarnya tersenyum, ia merasa sedikit senang dengan apa yang didapatnya. Ia bertekad didalam diri agar membuktikan ia bisa menjadi yang terbaik suatu saat nanti.

-

Karena tak ikut acara besar, Qariya melangkah kehalaman luas dibelakang mansion keluarganya.

Ada pohon apel yang berbuah lebat disana. Ia memutuskan untuk memetiknya. Jangan mengira dirinya akan memetik buah tersebut dengan alat pemetik. Ia lebih memilih memetiknya dengan memanjat pohon apel itu secara langsung.

“Hm..enaknya”belum merasakan rasa apel, Qariya sudah tahu bahwa rasa apel itu begitu enak. Karena tampak begitu merah didepan matanya.

Uhuk!

Qariya berhenti melangkah, ketika mendengar suara batuk seseorang. Ia menatap kesana sini, tapi yang didapatinya sebuah kehampaan.

Uhuk!

Mata Qariya berhenti tempat dipohon apel yang lebih besar, dengan bayangan yang begitu gelapnya. Ia melangkah mendekat kearah pohon tersebut.

“SI..Siapa?”ucap Qariya yang mengintip dibalik pohon. Ia menatap dengan perasaan yang penuh ketakutan.

Swussh!!

“Eh?”wajah datar tampak dipandangannya. Ketika melihat hanya sebuah kekosongan dari balik pohon apel yang membuatnya ketakutan.

“ku pikir ada seseorang yang bersembunyi”benak Qariya, ia memutuskan untuk segera mengambil apel sebelum Titi datang dan memarahi dirinya.

Dengan cepat, tangan kanan dan kiri mencari dahan untuk menjadi tumpuannya.

Greb!

“HUAAAAA!...KAKI SIAPA INI?

BAB 3: Pria Tampan

Qariya ingin menaiki pohon yang sudah ditetapkan olehnya, untuk dinaiki. Namun saat tangan itu mengapai dahannya. Yang dipegang bukanlah dahan, tapi kaki seseorang.

“HUAAAAA!...KAKI SIAPA INI?”Teriak Qariya hingga tubuh yang sudah memanjat itu harus tergoyang-goyang, membuat pegangan Qariya meleset.

Greb!

Mata Qariya tertutup, ia menutup mata dengan begitu kuatnya. Ia menyiapkan diri untuk menerima rasa sakit, karena dirinya tahu bahwa saat ini ia akan terjatuh ketanah.

Namun bukan rasa sakit yang didapat, tapi sebuah tangan menyentuh pungungnya dan bagian lekukkan lututnya. Dengan cepat ia membuka mata dan melihat mata merah yang menatap dirinya.

Qariya mengedipkan mata berkali-kali melihat wajah tampan yang malam tadi baru saja ditemui olehnya.

“Apa yang Kamu lihat, dasar manusia”suara dingin dengan nada yang tajam, membuat mata Qariya membelak melihatnya. Ia menatap dan mengerakkan tangannya menyentuh wajah Pria yang mengendong dirinya, dengan gendongan Ala bridal style.

“Pria Tampan?”ucap Qariya yang mengusap pelan wajah Pria yang ada didepannya.

Ucapan Qariya membawa Kerutan diwajah orang yang disebut Pria tampan, Qariya langsung diturunkan tanpa aba-aba.

Bruk!

“Agh!” Qariya menatap kesal kearah Pria yang menjatuhkan dirinya. Ia mengusap manis pantat yang telah tercium dengan tanah.

“Kenapa Kamu menjatuhkan diriku hah?”tanya Qariya dengan nada kesal, ia bangun dari terjatuhnya.

“hei...kalau orang bertanya itu dijawab,bukan dicuekin?”Qariya melangkah mendekati Pria yang kini berbaring santai dibawah bayangan pohon Apel miliknya

“Hei!!”Qariya memandang kesal melihat Pria tampan itu makin tak menghiraukan dirinya.

“Berisik....nih”

Swush!!

Apel merah terlempar dengan melambung kearahnya. Qariya dengan cepat menangkap Apel merah yang dilemparkan.

“Kamu ingin bukan?”

“Hallo, Pak pohon ini milikku, kenapa Kamu berbicara,seakan-akan pohon ini milikmu”ucap Qariya yang mengusap Apel dibajunya.

Qariya melangkah mendekati Pria bertubuh putih pucat. Layaknya bukan manusia.

Cruncchhh

“Siapa dirimu?”tanya Qariya sambil mengunyah Apel pemberian Pria tampan didepannya. Ia penasaran dengan pria yang berkulit putih, rambut acak-acakkan, jika dilihat sekilas seperti pria terlantar.

Pria pucat nan tampan itu menatap dirinya. Mata mereka bertemu. Dan hal inilah yang membuat Qariya berdegup-degup, Karena tatapan itu begitu mempesona untuk Qariya.

“Apa pentingnya Kamu tahu itu”Pria itu berdiri dan melangkah pergi meninggalkannya.

Qariya ingin melangkah menyusul pria yang melangkah pergi, namun seseorang menahan dirinya. “Hei, Kamu ingin kemana Qariya?”tanya Titi yang baru tiba.

Qariya menatap Titi dengan perasaan sedihnya. “Wow, apa yang terjadi, kenapa Kamu jadi sedih seperti ini hah?”tanya Titi yang merasa aneh melihat wajah Qariya.

“Kamu, Pria tampan pergi”jawab Qariya dengan nada sedihnya.

Titi bengong mendengar apa yang diucapkan oleh Qariya. Ia baru tiba dan matanya melihat Qariya berwajah sedih sambil berkata Pria tampan kepadanya.

“Siapa Pria tampan?”tanya Titi yang memutar ingatannya, apa mereka bertemu pria kemarin?. Ia merasa ada yang aneh dengan Nonanya ini.

“Pria yang malam tadi kita temui itu”ucap Qariya yang mendudukkan diri ditanah. Ia memakan apel yang sudah dimakan olehnya.

“Tunggu, Kamu dapat Apel itu dari mana?”tanya Titi dengan wajah herannya.

“Kan sudah ku bilang, Pria tampan kesini. Ia mengambilkanku apel, sekarang Ia sudah pergi, bahkan perginya sangat cepat”ucap Qariya menjawab pertanyaan Titi.

Titi dirundung kebingungan. Pasalnya siapa Pria tampan ini. Tapi karena ia terlalu lelah. Ia memutuskan untuk melupakan siapa pria tampan yang disebut oleh Nonanya ini.

“Sudahlah..Ayo petik apelnya”ajak Titi yang hanya dianggukkan oleh Qariya. Mereka berdua memetik apel yang berbuah lebat. Karena Qariya yang tak ingin mengikuti acara besar bersama orang tuanya. Ia harus berakhir bersama Titi dikebun belakang Mansion.

-

Malam hari tiba, kebosanan Qariya akhirnya berhenti. Tahu apa saja yang dikerjakan olehnya. Memetik buah dipagi hari, siang harinya belajar dan sore harinya melatih diri berkuda dihalaman.

Malam ini Ia memutuskan ketaman kecil yang ada disamping Mansion. Sekarang dirinya dilarang keluar dari mansion saat malam hari. jika keluar, Ia harus ditemani oleh bodyguard keluarganya. Hal yang begitu tak diinginkan oleh Qariya.

“Hoam!!!”menguaplah mulut manis Qariya. Ia menatap kearah indahnya taman kecil yang dihiasi oleh kunang-kunang.

“Kecil sekali taman ini”ucap seseorang.

“Hm...benar”jawab Qariya. Saat mulut itu selesai menjawab, Qariya menatap kearah atap gazebo yang memperlihatkan seseorang, yang tak lain adalah Pria tampan. Orang yang sudah dua kali ditemuinya.

“Kenapa Kamu ada disini?”tanya Qariya sambil berdiri dan menunjuk Pria yang tengah duduk tenang. Mata merah itu menatap dirinya dengan senyum sinis.

“Apa hak mu melarang diriku, lagian halaman luas ini sangat indah jika dilewatkan, karena orang tuamu membangun Mansion tepat dipertengahan kota”

Qariya terdiam mendengarnya. Memang ada benarnya, Mansion ini ditengah-tengah kota. Tapi ia tak tahu apa yang indah dibalik itu semua.

Swussh!!!

“Kamu gadis yang nakal”ucap Pria tampan yang mengagetkan Qariya. Ia terpenjat dengan melangkah mundur yang membuatnya tersandung.

“Ugh!” Qariya menatap kearah Pria yang menolongnya. Ini sudah kedua kalinya Qariya ditolong dengan perasaan yang berdebar-debar.

“Siapa namamu?”Tanya Qariya yang dibantu berdiri dengan benar. Pria tampan itu mendengus sesaat.

“Seharusnya, Kamu memanggil pengawal atau orang lain untuk melindungi Putri sepertimu itu”

Swussh!!

Mata Qariya kaget melihat perpindahan Pria yang tadi berdiri baik didepan mata.kini sudah berpindah tempat diatas atap. Ia melupakan bahwa waktu itu ia bisa melihat perkelahian seseorang, sedangkan Titi tak bisa melihatnya.

“Ba-Bagaimana bisa keatas?”kebingungan mulai tampak diwajahnya.

Pria bermata merah itu hanya memandangnya. Ia kemudian menatap kearah lain dan kembali menatap Qariya. Lalu kemudian..

“QARIYA!!”Teriak Titi yang menarik perhatian Qariya. Qariya menoleh kearah Titi yang berlari mendekat kearahnya.

“Hei!!..Ayolah”Qariya kesal ketika Pria tampan telah menghilang dari pandangannya. Baru saja menoleh sebentar,Pria itu sudah menghilang dengan begitu cepat.

“Kenapa Kamu disini?...Qariya, makan malam akan dimulai”ucap Titi yang menatap heran kearah Qariya.

“Hei Titi, Kamu tahu tidak seseorang yang pindah tempat dalam sekali kedip. Biasanya kekuatan manusia tak seperti itu kan?”tanya Qariya.

Pertanyaan itu berhasil membungkamkan Titi yang terdiam ditempat. Qariya mengerutkan alis ketika Titi menariknya masuk kembali kedalam Mansion.

“Apa yang terjadi Titi?”tanya Qariya yang melihat tingkah Titi. Ia dibawa keruang makan yang dimana sudah ada keluarganya disana.

“Oh...Titi, Qariya..kemarilah kita makan malam bersama”ucap Ayah Qariya yang menyambut kedatangan Putrinya.

“Maaf Tuan besar...ada yang ingin ku sampaikan”ucap Titi yang membuat suasana diruang makan itu berbeda. Hawa kebahagiaan menghilang dengan raut wajah Ayah Qariya yang tampak serius.

“Hei Titi, apa yang Kamu lakukan, ini diruang makan Kamu tahu itu kan?”bisik Qariya dengan menarik tangan Titi.

Namun percuma dengan apa yang dibisikkan oleh Qariya. Titi berisikeras untuk menundukkan kepalanya.Membuat Qariya menjadi tambah kebingungan.

“Titi, katakan apa yang terjadi kepada Putriku ini?”tanya Ayah Qariya yang langsung dijawab Titi.

“Tuan Besar, Qariya bertemu dengan mereka”ucapan Titi yang membuat semua orang menatap kearah Qariya yang bingung dengan apa yang terjadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!