Di dalam legenda tercatat akan ada tujuh buah legendaris yang akan tumbuh setiap kali ketika fenomena bulan merah tercipta.
Tidak ada yang mengetahui kapan itu terjadi, ada yang mengatakan bahwa fenomena itu akan terbentuk setiap 100 tahun sekali, ada yang menyebutkan bahwa ia akan terjadi setiap 300 tahun sekali dan ada juga yang bilang siklus tersebut akan terulang ketika 1000 tahun sekali.
Terlepas dari dugaan-dugaan tersebut, di salah satu era, tujuh buah legendaris itu benar-benar tumbuh di dunia persilatan dan menggemparkan banyak orang.
Tujuh buah legendaris itu disebut-sebut juga sebagai Tujuh Buah Surgawi, siapapun yang memakannya walau hanya salah satu dari ketujuhnya maka dia akan menjadi sosok pendekar yang kuat dan tak tertandingi jadi tidak mengherankan ketika buah itu tumbuh di dunia persilatan, perdamaian benar-benar diliputi banyak kekacauan.
Dalam sejarah, era tersebut adalah era paling mengerikan di dunia persilatan karena bukan hanya peperangan antara pendekar saja tetapi pemerintah juga ikut terlibat dalam memperebutkan Tujuh Buah Surgawi tersebut.
Tujuh Buah Surgawi tumbuh di lokasi berbeda-beda dan tak menentu arah, setiap satu pohon hanya menumbuhkan satu buah surgawi saja dan mereka berpencar di seluruh daratan Kekaisaran.
Membutuhkan waktu sekitar satu tahun untuk Buah Surgawi bisa dimakan dari pohonnya.
Pohon Buah Surgawi berbeda, mereka tampak mencolok dari segi fisik terutama warnanya, baik itu pohon atau buahnya mereka memiliki warna emas. Sekilas Tujuh Buah Surgawi seperti buah apel yang berwarna emas.
Setiap Tujuh Buah Surgawi memiliki nama-nama berbeda-beda, seperti buah kebijaksanaan, buah amarah, buah kecerdasan, buah kehidupan dan lain sebagainya.
Banyak kota telah hancur akibat banyaknya peperangan, ribuan manusia telah gugur menjadi korban atas saksi bisu adanya perebutan Buah Surgawi tersebut.
Salah satu korban dari adanya buah Surgawi itu adalah Zhou Yuan, seorang pendekar tingkat tinggi yang tidak dikenal namanya harus menjadi korban atas tragedi Buah Surgawi.
Zhou Yuan adalah pendekar yang berbakat, tubuhnya tampak lebih muda dari umurnya yang sebenarnya. Zhou Yuan tidak menduga di usianya yang keempat puluh tahun ia harus menghadapi keadaan hidup dan mati.
Zhou Yuan kini tengah di kepung oleh ribuan pendekar setelah diduga dirinya mempunyai salah satu dari Tujuh Buah Surgawi tersebut.
Dugaan itu tidak salah namun juga tidak sepenuhnya benar, Zhou Yuan mengerti bahwa buah yang dibawanya merupakan buah surgawi juga namun buah tersebut berbeda dari tujuh buah surgawi lainnya karena ia memiliki warna hitam pekat seperti bayangan bukan buah surgawi lainnya yang berwarna emas.
Buah Kematian, itu adalah Buah Surgawi ke delapan yang tidak diketahui oleh pendekar dunia persilatan.
Zhou Yuan tidak sengaja mendapatkannya tumbuh di halaman tempat tinggalnya berlatih, setelah mencari tahu tentang buah hitam pekat tersebut barulah Zhou Yuan mengerti buah di tangannya merupakan buah surgawi juga namun tidak dicatat dalam sejarah.
Suara teriakan saling sahut menyahut dari pendekar yang mengepungnya agar Zhou Yuan menyerahkan buah surgawi tersebut.
Beberapa dari mereka ada yang mengancam Zhou Yuan demi keselamatan nyawa sementara beberapa yang lain memberikan sebuah tawaran hadiah.
Zhou Yuan tidak menanggapi teriakan-teriakan mereka, perhatiannya tertuju ke arah buah surgawi hitam yang ia pegang.
"Buah Kematian, mendengarnya saja pasti membuat orang lain enggan memakanmu tetapi dibandingkan dengan menyerahkan pada mereka..." Zhou Yuan melihat sekitarnya. "Aku tidak akan sudi memberikannya."
Ada banyak hal yang Zhou Yuan pikirkan, ia sadar memberikan buah itu pada mereka tidak membuat nyawanya selamat.
Zhou Yuan memejamkan matanya beberapa saat, ia teringat perkataan gurunya dulu sebelum beliau meninggal. "Jika kau tidak mengambil keputusan dalam hidup maka hiduplah yang akan membuat keputusan untukmu, Oh guru... Mungkinkah ini yang anda maksud."
Sejak kecil, Zhou Yuan hanyalah pengemis sengsara yang tidak tahu siapa orang tuanya, hidup serba kekurangan bahkan makan seharipun belum tentu kepastiannya.
Kelaparan adalah hal biasa untuknya sampai ia bertemu dengan seorang pria sepuh yang membuat hidupnya berubah.
Pria sepuh itu yang tak lain adalah guru Zhou Yuan, seorang pendekar pedang tingkat tinggi yang sudah pensiun dari dunia persilatan.
Darinya Zhou Yuan mengetahui bahwa gurunya itu bukanlah pendekar biasa, dia adalah lagenda yang menggemparkan dunia persilatan puluhan tahun lalu namun menghilang karena ingin mengasingkan diri sekaligus untuk peristirahatan di akhir usianya yang sudah sepuh.
Zhou Yuan belajar dari gurunya tentang banyak hal, di mulai dari hal dasar seperti belajar membaca, menulis, berhitung sampai ia belajar teknik beladiri tingkat tinggi.
Hampir dua puluh tahun lamanya berlatih Zhou Yuan akhirnya menjadi pendekar yang kuat, setidaknya cukup untuk membuat namanya terkenal di dunia persilatan.
"Dulu aku memilih tidak ingin terlibat dalam dunia persilatan karena menghindari pertumpahan darah tapi sekarang justru aku yang melakukan banyak pembunuhan..." Zhou Yuan tersenyum getir, menatap para pendekar yang mengepungnya.
Para pendekar yang mengepung Zhou Yuan hampir semuanya memiliki seragam berwarna sama, mereka memang berasal dari organisasi kriminal ternama dan merupakan organisasi paling berbahaya di dunia persilatan.
Salah satu dari mereka tiba-tiba berjalan maju, seorang pria yang tampak sudah berumur dan memiliki kekuatan paling tinggi dari pendekar yang lain. Dia adalah Ketua dari organisasi itu.
"Pendekar, aku tidak tahu siapa namamu, kau sepertinya adalah pendekar yang tidak dikenal namun memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Aku tidak akan berbicara banyak, serahkan buah itu maka kau bisa hidup dari sini."
Zhou Yuan tersenyum tipis, dia bisa merasakan orang itu tidak akan mengampuninya walau memberikan buah surgawi sekalipun apalagi karena dirinya telah membunuh sepersepuluh anggota organisasinya.
Zhou Yuan tidak menjawab, dia melirik buah surgawi berwarna hitam pekat itu sebelum dengan cepat memakannya. Meski buah itu berbentuk seperti buah apel namun teksturnya berbeda, buah surgawi sangat empuk dan lembut sehingga membuatnya dapat mudah ditelan.
Aksi tersebut seketika membuat ketua organisasi itu murka dan langsung mengeluarkan senjatanya. Anggotanya tak jauh berbeda, mereka siap membunuh Zhou Yuan.
"Kau ingin buah surgawi, kau harus ambil dalam perutku..." Zhou Yuan tertawa lantang.
Zhou Yuan tidak mempunyai waktu untuk melihat perubahan di tubuhnya setelah menelan Buah Kematian itu, ia lebih memilih memfokuskan mengeluarkan pedangnya dan siap bertempur.
Ketua Organisasi itu tidak bisa menahan kemarahannya lagi. Ia mengangkat tangannya dan menyuruh pasukannya untuk bergerak maju menyerang Zhou Yuan.
Dengan sebilah pedang di tangan, Zhou Yuan menyambut ratusan organisasi itu tanpa gentar sedikitpun, pemainan pedangnya yang cepat dan memiliki gerakan rumit membuatnya bisa membunuh puluhan orang dalam waktu beberapa menit.
Melihat anggotanya terus dihabisi, Ketua organisasi itu tidak tinggal diam dan bergerak membantu bersama para Tetuanya.
Zhou Yuan tidak bisa mengalahkan mereka sekaligus, tidak membutuhkan waktu lama tubuhnya mulai dipenuhi luka yang cukup serius.
Zhou Yuan berhasil membunuh dua Tetua dari organisasi itu bersamaan dengan memutuskan tangan kiri Ketuanya.
"Kau..." Ketua organisasi itu semakin marah sambil menahan rasa sakit tangannya yang telah terputus.
Zhou Yuan berusaha tersenyum, nafasnya kini sudah tidak beraturan lagi apalagi darah telah mengucur dimana-mana. Pandangan Zhou Yuan mulai kabur dan ia menyadari hidupnya tidak lama lagi.
Zhou Yuan jatuh berlutut dengan pedang menahan tubuhnya, ia sudah tak sanggup bergerak lagi.
"Setidaknya di akhir hidupku ini aku sudah memutuskan pilihan apa yang aku buat guru..." Zhou Yuan memuntahkan darah di mulutnya. "Meski terlambat tetapi seandainya aku terlahir kembali, aku tidak akan membiarkan organisasi mereka hidup..."
Perlahan-lahan pandangan Zhou Yuan semakin gelap, di detik matanya tertutup ia mengembuskan nafas terakhirnya. Zhou Yuan meninggal dalam posisi berlutut.
Ketua organisasi yang sudah menyembuhkan pendarahan tangannya tak puas ketika Zhou Yuan mati sekalipun, ia mengepalkan tangannya keras lalu dengan terpaksa ia memerintahkan anggota lainnya untuk pergi dari sana. Mereka telah gagal menjalankan misi untuk mengambil buah surgawi itu.
Tubuh Zhou Yuan tetap berlutut di tempatnya, tanpa siapapun yang menyadari, Buah Kematian yang Zhou Yuan makan sebelumnya mulai bereaksi di dalam tubuhnya.
Zhou Yuan tidak mengetahui bahwa Buah Kematian yang merupakan buah surgawi ke delapan itu adalah buah yang paling kuat dari ketujuh buah surgawi lainnya, salah satu dari kemampuannya yaitu dapat mengubah takdir seseorang.
Setelah pandangan Zhou Yuan gelap, tidak lama setelahnya dia mendengar ada seseorang yang seperti bergumam.
Zhou Yuan perlahan membuka matanya, silau sesaat, dirinya kemudian menemukan seorang perempuan sedang memandangnya dari dekat. Perempuan itu cantik, muda, dilihat dari wajahnya ia berusia sekitar 20-an tahun.
"Ah, lihatlah Suamiku, dia akhirnya membuka mata lagi..." Perempuan itu berkata dengan antusias ketika menemukan Zhou Yuan tengah menatapnya.
Laki-laki yang merupakan suami perempuan tersebut tak lama datang lalu segera mendekat, wajahnya menjadi cerah saat melihat Zhou Yuan. Laki-laki itu mempunyai umur yang tidak jauh berbeda dengan perempuan tersebut, mereka sama-sama tampak muda.
Zhou Yuan melihat sepasang kekasih itu dengan tanda tanya, 'Apa yang terjadi? Bukankah aku sudah mati? Kenapa aku ada disini?'
Zhou Yuan ingin berbicara namun yang keluar dari bibirnya hanya kata "Bua!!" Atau kata "Wahh!!", Kedua suaranya terdengar seperti rengekan dan erangan yang terdengar kecil dan lucu.
Ada banyak pertanyaan di benak Zhou Yuan, ia bahkan terlambat menyadari saat ini dirinya sedang berbaring di tempat yang empuk.
"Selamat datang putraku..." Perempuan itu perlahan mengangkat tubuh Zhou Yuan ke atas. "Kau terlihat bingung, apa kau terkejut ibumu sangat cantik..." Perempuan itu tersenyum lembut, menatapnya dengan kasih sayang.
"Ibu?" Zhou Yuan jadi semakin kebingungan namun tetap saja kata yang keluar dari mulutnya hanya rengekan yang terdengar lucu.
"Istriku, biar aku yang gendong, kau sebaiknya tetap di tempat tidur. Baru kemarin kamu melahirkan jadi jangan terlalu banyak bergerak..." Ucap laki-laki di sebelahnya, sedikit khawatir.
"Tidak apa suamiku, aku hanya ingin melihat bayi kita lebih jelas. Aku tidak sabar dia membuka mata dan melihat ayah ibunya." Perempuan itu masih memandang Zhou Yuan, tampak dari matanya terpancar kebahagiaan yang tak terkira.
Saat itulah Zhou Yuan menyadari tubuhnya sudah berbeda, ketika ia mengangkat tangannya ia menemukan jari-jemarinya telah mengecil, dua tangannya juga berubah menjadi sangat pendek.
Bukan itu saja semua badannya juga menyusut lebih kecil dari seingatnya. Alasan yang sama juga menjelaskan kenapa perempuan itu bisa mengangkat Zhou Yuan dengan mudah padahal seharusnya ia sudah berusia empat puluh tahunan.
Pandangan Zhou Yuan kemudian jatuh ke arah cermin yang menghadap dirinya, matanya seketika melebar melihat sesosok bayi sedang di angkat oleh perempuan itu.
Bayi yang di angkat itu yang tak lain adalah dirinya, Zhou Yuan telah berubah menjadi seorang bayi.
Zhou Yuan tidak mengerti apa yang terjadi sebenarnya karena seingatnya ia terbunuh ketika bertarung melawan ratusan pendekar sekaligus.
'Apakah ini berarti aku terlahir kembali...' Zhou Yuan berkata dalam hatinya, ia sudah tak peduli tubuhnya yang kini sudah di gendong oleh perempuan itu.
Jika hal itu benar maka dugaannya tidak salah lagi kalau perempuan dan laki-laki di depannya adalah kedua orang tuanya di kehidupan ini.
Zhou Yuan tidak mengerti kenapa ini bisa terjadi namun satu hal, jika kehidupan kedua ini nyata maka hal tersebut adalah anugerah untuknya.
"Suamiku, bukankah sekarang sudah saatnya kita memberikan nama?" Perempuan itu bertanya, menimang-nimang Zhou Yuan di dalam gendongannya.
"Kau benar, aku hampir melupakan itu... Aku terlalu bahagia melihatnya." Laki-laki itu mengecup pipi istrinya sebelum pandangannya jatuh pada Zhou Yuan. "Bagaimana kalau kita namakan dia Yuan, Zhou Yuan."
"Yuan'er, itu nama yang bagus..." perempuan itu tersenyum senang. Kini ia bisa memanggil bayinya dengan sebutan khusus.
Disisi lain Zhou Yuan sedikit terkejut ketika nama yang diberikan ayahnya itu sesuai dengan nama di kehidupan dulu. Mata bayinya sedikit melebar.
'Mungkinkah sebenarnya ini adalah takdir atau kebetulan belaka?'
Zhou Yuan tak bisa berpikir lagi, mungkin untuk sekarang ia harus terbiasa untuk menerima semua yang terjadi padanya.
***
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, tanpa terasa sudah tiga tahun berlalu usai kelahirannya, sedikit demi sedikit Zhou Yuan mulai mengerti dirinya di kehidupan kedua ini.
Ayah Zhou Yuan bernama Zhou Yao yang merupakan putera dari Keluarga Zhou sekaligus calon pemimpin keluarga selanjutnya, sementara ibunya adalah Lin Ruyue yang berasal dari Keluarga Lin, kedua keluarga ini sama-sama berasal dari keluarga bangsawan.
Sejak kelahiran Zhou Yuan, pasangan Lin Ruyue dan Zhou Yao diliputi banyak kebahagiaan apalagi ketika melihat anaknya yang mulai tumbuh.
Lin Ruyue menyaksikan bagaimana anaknya itu begitu istimewa, setahunya dia tidak pernah melihat Zhou Yuan menangis sejak bayi, anak laki-lakinya itu tidak mau dimanja bahkan di usianya yang satu tahun, Zhou Yuan sudah mulai pandai berbicara dengan pasih.
Zhou Yuan sudah bisa berdiri di usia yang tidak seharusnya anak balita miliki, ia tidak banyak berbicara kecuali hal yang penting-penting saja, dari sorot matanya terpancar cahaya kedewasaan.
Keluarga Zhou menganggap Zhou Yuan sebagai anugerah besar, kepintaran tampak melekat di anak usia tiga tahun itu seiring dengan pertumbuhannya sementara Zhou Yuan selaku pelakunya tampak biasa saja karena ia mengetahui jiwanya yang sebenarnya sudah berusia 40 tahun.
Zhou Yuan tidak memberitahukan tentang ia lahir kembali pada siapapun termasuk orang tuanya, ia menutup rapat rahasia tersebut dan berpura-pura menjadi balita pada umumnya.
"Yuan'er, apa kau yakin ingin tidur sendiri?" Lin Ruyue mengerutkan dahinya ketika Zhou Yuan meminta pisah kamar pada suatu malam.
"Ibu, aku sekarang sudah besar, ibu bisa mempercayaiku kalau aku bisa tidur sendiri." Zhou Yuan memasang wajah memelas.
Lin Ruyue tersenyum tipis, jelas-jelas anaknya itu masih berusia 3 tahun. Lin Ruyue tidak terlebih dulu langsung setuju melainkan bertanya kembali, karena sejujurnya tidak mengapa untuk Zhou Yuan sekamar dengan orang tuanya.
Masalahnya Zhou Yuan selama ini menahan diri untuk ingin berpisah kamar, ia menunggu momen ini untuk mengutarakan keinginannya.
Biarpun ibunya sedikit tidak setuju namun berkat bujukan anaknya Lin Ruyue akhirnya mengalah. "Baiklah Yuan'er tapi kamu harus ingat, jika kamu kesepian atau takut, kamu boleh pindah kamar bersama ibu lagi."
"Baik Ibu, terimakasih..." Zhou Yuan tersenyum lebar.
Lin Ruyue tersenyum lembut sambil mengelus pucuk kepala anaknya, ia kemudian meminta seorang pelayan untuk menyiapkan satu kamar untuk Zhou Yuan.
"Ah, akhirnya aku bisa sendiri..."
Setelah sekian lama menunggu, Zhou Yuan akhirnya bisa mendapatkan ruangan privasi untuk dirinya sendiri.
Selama ini ia tak punya waktu menyendiri karena kemana ia berjalan selalu ada orang tuanya yang menemani, kalaupun ibunya sibuk maka ada pengasuh lain yang berada disisinya setiap waktu.
Bagaimanapun status Zhou Yuan sangat besar di keluarga ini, ia adalah putera dari Tuan muda keluarga Zhou.
Zhou Yuan baru merasakan bagaimana hidup menjadi salah satu anggota dari keluarga bangsawan, selama hidupnya disini ia hidup serba ada, serba mewah, apapun yang dirinya inginkan maka pelayan akan memberikan padanya dengan penuh hormat.
Kehidupan kedua ini jauh terbalik dengan kehidupan ia yang pertama, menjadi pengemis, dimana hanya untuk mendapatkan sesuap nasi saja hal itu sangat sulit.
Yang paling baru Zhou Yuan rasakan dari kehidupan kedua ini adalah ia merasakan namanya hubungan keluarga.
Perasaan itu terasa berbeda, ia merasa menjadi orang yang di cintai, di perhatikan, di sayangi oleh orang tuanya, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan di kehidupan pertama.
Zhou Yuan tidak mengerti namun perasaan ia pada orangtuanya merupakan ikatan yang sangat kuat dan Zhou Yuan baru pertama kali merasa dekat dengan seseorang seperti ini selain gurunya.
Mungkin itulah yang disebut ikatan keluarga, rasa kasih sayangnya begitu murni tanpa harus di minta terlebih dulu.
Keesokan harinya Zhou Yuan mulai mencoba melakukan sesuatu.
Zhou Yuan mulai mengelilingi kediaman Keluarga Zhou lebih jauh, misi ini belum selesai semenjak tiga hari terakhir karena kediaman keluarga bangsawan itu memiliki tempat tinggal yang sangat luas.
"Seberapa lama aku harus menggunakan kaki-kaki pendek ini..." Zhou Yuan tersenyum tipis ketika merasakan setiap langkah kakinya begitu kecil dan pendek.
Zhou Yuan tidak sendiri mengelilingi kediaman keluarga Zhou, di sampingnya ada dua pelayan yang menjaganya setiap saat.
"Bibi, tempat apa itu?" Zhou Yuan bertanya pada salah satu pelayan tersebut ketika melihat sebuah bangunan yang lebih besar dari bangunan yang lain.
"Oh itu adalah perpustakaan, Tuan Muda, di sana ada banyak buku yang terkumpul..." Jelas pelayan itu memberitahu.
Zhou Yuan tersenyum lebar, setelah sekian lama mencari akhirnya ia menemukan bangunan yang dirinya butuhkan. Zhou Yuan mungkin sadar telah lahir kembali namun ia tidak mengetahui persisnya kapan dan dimana ia terlahir sekarang.
Zhou Yuan memasuki perpustakaan tersebut, terlihat ketika ia masuk ada seorang perempuan yang berjaga di perpustakaan.
Melihat Tuan Muda besarnya mengunjungi, petugas perpustakaan itu segera membungkuk hormat pada Zhou Yuan.
"Tuan Muda, aku tidak tahu anda akan berkunjung kesini juga, jika aku mengetahuinya mungkin aku sudah menyambutmu di depan pintu..." Petugas itu meminta maaf.
"Bibi, itu berlebihan, aku hanya ingin berkunjung ke ruangan ini." Zhou Yuan melambaikan tangan, menyuruh agar petugas perempuan itu tidak memikirkannya lebih jauh.
Petugas perpustakaan tersenyum hangat, ia sudah mendengar dari petugas lain mengenai rumor keistimewaan putera dari Zhou Yao, selain terdengar dengan kedewasaannya di usia tiga tahun, Zhou Yuan juga terkenal karena sifatnya yang baik hati serta tidak tinggi hati.
Zhao Yuan kemudian menanyakan pada petugas perpustakaan tersebut mengenai tempat buku-buku sejarah diletakan, perpustakaan itu memiliki ruangan yang cukup besar sehingga terdapat ribuan buku didalamnya.
Setelah diberitahu Zhou Yuan mengambil salah satu buku dari rak, ketika ia hendak membacanya tiba-tiba telinganya bergetar saat mendengar bisik-bisik pelayan yang berbicara tak jauh darinya.
"Aku tidak mengetahui Tuan muda bisa membaca, apa dia sudah mempelajarinya?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu, justru aku baru mengetahui Tuan Muda bisa membaca hari ini."
"Hm, mungkin Nyonya telah mengajarinya secara diam-diam waktu kita tidak ada?"
"Entahlah, tapi aku merasa Nyonya tidak akan melakukan demikian, setidaknya kita akan tahu kalau Tuan muda waktu itu sedang belajar membaca."
Bisik-bisik dua pelayannya itu sukses membuat Zhou Yuan hampir menepuk jidatnya, ia lupa akan hal itu. Zhou Yuan boleh jadi sudah bisa membaca di usianya yang sekarang namun di kehidupan ini ia belum sama sekali diajarkan membaca oleh siapapun.
"Aku bisa saja membaca buku ini sekarang tapi mereka akan curiga ketika aku tiba-tiba bisa membaca begitu saja..." Zhou Yuan menghela nafas, dengan berat hati ia kembali meletakkan buku itu di raknya semula.
Sepertinya Zhou Yuan harus meminta pada ibunya agar ia diajarkan membaca lebih awal.
"Yuan'er, kenapa wajahmu begitu sedih, apakah ada sesuatu?" Zhou Yao tersenyum lembut ketika mendapati puteranya sedang ada di perpustakaan juga.
Zhou Yuan segera memberikan hormat pada ayahnya, dua pelayan serta petugas perpustakaan juga membungkukkan badannya ketika melihat Zhou Yao.
"Yuan'er apa yang membuatmu begitu sedih?" Zhou Yao mendekat sebelum menggendong puteranya itu.
Zhou Yuan tersenyum tipis, meski sudah kesekian kalinya ia masih merasa canggung ketika harus digendong seperti anak kecil, bagaimanapun untuk usianya yang sebenarnya hal itu terasa memalukan.
"Tuan Yao, sepertinya Tuan muda ingin melihat buku-buku di perpustakaan namun tidak bisa membaca isinya..." Salah satu pelayan sepertinya mengerti perasaan Tuan mudanya itu.
Zhou Yao tersenyum hangat lalu menoleh pada Zhou Yuan, "Apakah begitu Yuan'er?"
Zhou Yuan menggaruk hidungnya sambil tersenyum canggung, ia kemudian mengangguk pelan.
"Hm, Ayah sebenarnya berencana mengajarimu membaca ketika kamu berusia lima tahun tapi sepertinya mempercepat itu tidak ada salahnya. Nanti setelah ini aku akan memberitahu ibumu agar mengajarkanmu membaca, dia adalah wanita yang cerdas jika kamu mau tahu Yuan'er."
Zhou Yuan tersenyum lebar. Mengangguk. "Terimakasih, Ayah..."
Zhou Yao tertawa kecil, beberapa hari ini ia tidak bisa menemui anaknya karena sibuk mengurusi pemerintahan keluarga Zhou, sebagai seorang penerus keluarganya ia hanya memiliki sedikit waktu bersama Zhou Yuan atau istrinya.
Zhou Yuan kembali ke tempat kediaman ibunya berada setelah mengunjungi perpustakaan, Lin Ruyue tampak cemas ketika melihat Zhou Yuan bersama ayahnya, ia pikir puteranya itu pergi ke tempat kerja suaminya lalu mengganggunya.
"Dia tidak mengganguku Yue'er, kami hanya bertemu tidak sengaja di perpustakaan..." Zhao Yao tertawa kecil melihat ekspresi istrinya.
"Perpustakaan? Apa yang Yuan'er lakukan pergi ke sana?"
"Dia sepertinya tertarik pada buku-buku tetapi tidak bisa membacanya, kuharap kau bisa mengajarkan itu pada Yuan'er."
Lin Ruyue mengangguk, "Aku mengerti suamiku, aku akan mengajarkan dia besok hari."
Zhao Yao tersenyum hangat lalu mengelus pucuk kepala istrinya itu sebelum pindah ke anaknya, ia kemudian berpamitan pergi karena harus kembali ke tempat kerjanya.
"Yuan'er, Ibu belum pernah mengatakan ini sebelumnya tetapi jangan ganggu ayahmu ketika bekerja, dia sangat sibuk belakangan ini. Apa kau mengerti?" Lin Ruyue mengingatkan.
"Aku mengerti ibu, aku tidak akan melakukannya lagi..." Zhou Yuan menggaruk kepalanya, ia tidak mengetahui kalau ayahnya juga akan ada di perpustakaan waktu itu.
Keesokan harinya Zhou Yuan mulai belajar membaca, ia sengaja tidak langsung bisa begitu saja melainkan belajar dengan cara perlahan-lahan, setidaknya dia bisa membaca setelah dua bulan digurui ibunya.
"Yuan'er, seperti biasa, kau selalu membuat ibu terkejut..."
Lin Ruyue tersenyum tipis menyaksikan kepandaian anaknya hari demi hari, bukan hanya membaca tetapi ia juga mengajarkan anaknya berhitung tetapi semuanya bisa dilakukan anaknya itu hanya dalam waktu kurang lebih beberapa bulan saja.
Lin Ruyue tentu senang Zhou Yuan sangat cerdas seperti ini, ia hanya belum terbiasa menyaksikan kepandaian anaknya itu yang menurutnya di luar nalar.
Zhou Yuan sendiri tidak merasa bangga akan hal tersebut, dia tentu mengerti alasannya. Usai belajar membaca dari ibunya Zhou Yuan jadi sering pergi ke perpustakaan, ia mulai melanjutkan misinya untuk mencari informasi.
Hari-hari berikutnya Zhou Yuan banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, ia mulai membaca dari satu buku ke buku yang lain hingga suatu ketika ia mendapat jawabannya.
"Ini..." Zhou Yuan menatap buku di tangannya dengan pandangan tidak percaya, ia bahkan membaca ulang saking takut salahnya. "Ini berarti aku... Aku telah lahir kembali setelah seratus tahun kematianku?"
Dari buku itu tercatat ada era kehancuran dimana semua sebabnya terjadi karena perebutan buah legendaris. Zhou Yuan yakin buah yang dimaksud adalah 7 Buah Surgawi dan itu berarti era tersebut adalah waktu dimana ia meninggal.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!