NovelToon NovelToon

Ruler Of Night

PROLOG

Berawal dari perang besar yang terjadi sekitar 500 tahun yang lalu, antara ras iblis melawan ras angel bersama dengan sekutunya. Yaitu ras manusia, dragon, peri, elf dan juga ras lainnya.

Saat kekuatan para iblis berada pada puncaknya dan mulai menghancurkan tatanan alam di dunia, mereka semua bersatu melawan para iblis itu untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran.

Peperangan yang berlangsung selama 100 tahun itu sudah memakan banyak sekali korban dan merusak hampir seluruh penjuru dunia.

Sampai pada saat peperangan terakhir, dimana para iblis memiliki kesempatan untuk mengakhiri perang tersebut dan mengambil alih dunia dengan kekuatan mereka yang saat ini berada pada puncaknya.

Namun sebelum Raja iblis mengambil tindakan untuk menyerang, hal itu dapat diketahui lebih dulu oleh salah satu dari ke-empat Archangel yang bernama Shiel, yaitu pemimpin para ras angel yang memimpin seluruh pasukan.

Dengan keahliannya dalam strategi berperang dan instingnya yang tajam,

dia dapat mengetahui peluang dan ambisi para iblis.

Dia menyadari kalau dengan kekuatan para iblis yang sekarang dapat menghancurkan seluruh ras yang ada, dan berhasil menguasai dunia.

Para pemimpin dari berbagai ras pun berkumpul, termasuk maha dewi Aria yang merupakan pemimpin besar dari seluruh ras angel, mereka membicarakan tentang strategi yang akan digunakan dalam peperangan selanjutnya.

"Para iblis akan menyerang lebih dulu dengan kekuatan penuh mereka, Jika hal itu terjadi maka tamat sudah riwayat kita dan dunia ini," ucap Shiel dengan tegas.

"Benar, aku merasa kalau kekuatan para iblis saat ini jauh lebih kuat dari pada sebelumnya," sahut salah seorang pemimpin dari ras dragon.

"Lalu apa yang akan kita lakukan?" tanya seorang raja dari ras manusia.

Shiel tampak diam sejenak seraya memantapkan pikiran dan hatinya untuk mengambil keputusan.

"Siapkan seluruh pasukan kalian! Kita akan menyerang lebih dulu para iblis itu, dan melenyapkan mereka di kerajaannya sendiri," jawab Shiel lantang.

Dengan penuh ambisi yang kuat, ras angel dan seluruh ras lainnya pun memutuskan untuk datang langsung ke kerajaan iblis dengan kekuatan penuh mereka, dan melenyapkan para iblis itu di kerajaan mereka sendiri.

Ras angel bersama dengan seluruh pasukan dari ras lainnya pun mulai menyerbu kerajaan iblis, sementara para ras iblis terkejut dengan apa yang dilakukan oleh mereka yang berani menyerbu langsung kerajaan iblis.

Sang raja iblis yang tengah duduk di singgasana bersama dengan anak-anaknya, dan 10 iblis terkuat bersama mereka.

Tiba-tiba seorang pemimpin prajurit iblis masuk dan memberi info kepada raja iblis.

"Mohon maaf yang mulia raja iblis, ras angel bersama dengan ras lainya menyerang langsung kerajaan iblis dengan seluruh pasukan mereka," kata pemimpin prajurit iblis itu.

Mendengar kabar itu membuat mereka yang ada di sana terkejut dan marah.

"Jadi mereka lebih memilih untuk mengantarkan nyawa mereka sendiri? Haha, itu lebih baik dari pada aku harus menjemput mereka," ucap Raja iblis dengan angkuh.

"Baiklah, ayo kita sambut mereka," ucap sang Raja iblis kepada anak-anaknya dan 10 iblis terkuat lainnya.

Dengan segera mereka semua langsung saja keluar istana dan menghadapi seluruh pasukan angel dan ras lainnya.

Akhirnya perang besar itu pun terjadi, peperangan begitu sengit dengan kekuatan penuh mereka.

Namun setelah melakukan penyerangan yang begitu kuat, ras angel dan yang lainnya pun dapat menembus garis pertahanan para iblis.

Sampai seluruh pasukan maha dewi Aria pun berhadapan dengan raja iblis dan para pangeran iblis yang bernama Zelios, Azel, Diablo, dan Astora.

Mereka pun saling bertarung dengan kekuatan mereka yang sangat besar, namun Maha dewi Aria dan Sang Raja iblis Satan belum mengeluarkan kekuatan penuh mereka.

Pertarungan yang sangat sengit pun terjadi antara Arch angel Shiel dengan kekuatan mataharinya, melawan salah satu pangeran iblis bernama Zelios dengan kekuatan dosa besarnya yaitu Sin of Warth atau Dosa kemarahan.

Kekuatan besar milik Shiel memaksa Zelios untuk mengeluarkan kekuatan penuh yang dapat mengancam nyawanya.

Meskipun dengan kekuatan penuh, Zelios belum mampu untuk mengeluarkan kekuatan sesungguhnya dari Sin of Warth, dan hal itu membuatnya terpojok.

Adik nya yang bernama Azel menyadari hal itu, namun ia tidak bisa membantunya Karena Arch angel yang ia lawan saat itu sangat kuat.

Zelios pun kehabisan tenaganya dan mulai lepas kendali, ia termakan oleh amarahnya dan tidak bisa mengontrol kekuatan Sin of Warth nya sendiri.

Sementara Shiel yang menyadari hal itu langsung saja mengeluarkan bola matahari yang begitu besar, lebih besar dan lebih panas dari yang biasa ia buat.

"Kembalilah kau ke dalam api yang suci!" ucap Shiel dengan segenap kekuatannya.

Kemudian Shiel pun melemparkan bola matahari itu tepat ke arah Zelios, serangan itu adalah serangan ultimate dari Shiel yang menggunakan banyak sekali kekuatan sihir dan membuatnya lemas.

Sementara Zelios yang dalam keadaan lepas kendali, mencoba untuk menghentikan serangan tersebut.

Namun serangan itu terlalu kuat untuk Zelios, ia menggeram kesakitan dengan tubuhnya yang sedikit demi sedikit termakan oleh bola matahari tersebut.

"KAKAK!" Azel memanggil kakaknya dengan keras, mencoba untuk menyadarkannya.

Tetapi hal itu tidak berhasil untuk menyadarkannya, dengan panik Azel mencoba untuk pergi menyelamatkan kakaknya, namun dia terus-menerus dihadang oleh Arch angel yang menjadi lawannya.

Pangeran iblis yang lainnya juga tidak mampu untuk menyelamatkan Zelios, karena perlawanan yang diberikan Arch angel begitu kuat.

Begitu juga dengan Raja iblis Satan yang tengah berhadapan dengan Maha dewi Aria.

Zelios masih berusaha untuk menahan serangan itu dengan segenap kekuatannya sampai berteriak keras, namun hal itu juga hanyalah sia-sia, bola matahari itu malah semakin membesar seiring tubuh Zelios yang termakan olehnya.

Akhirnya, semua ras iblis harus menerima kalau Zelios sang pangeran iblis sekaligus pemegang kekuatan Sin of Warth harus terbunuh di medan perang.

Sejak saat itu, waktu pun terus berjalan. Kekuatan Sin of Warth menghilang bersamaan dengan kematian Zelios.

Perang besar yang hampir saja membuat dunia hancur itupun berakhir secara misterius, namun bukan berarti semua itu sudah berakhir.

Sang Raja iblis menghilang untuk memulihkan kekuatannya kembali dengan tidur yang sangat panjang.

Singgasana yang kosong pun diisi oleh anak tertua dari Raja iblis, yaitu Astora, bersama dengan kedua adiknya Diablo, dan Azel, mereka menjaga keutuhan kerajaan dan pasukan ras iblis.

Sudah lebih dari 500 tahun berlalu, namun peperangan antar berbagai ras masih terus berlanjut.

Mulai dari bangkitnya ras vampire yang memisahkan diri dari ras iblis dan mendirikan banyak kerajaan, juga ras angel yang tidak ingin ada kekuatan gelap berkuasa dengan bebas.

Suatu ketika, pertikaian antara ras manusia dan ras vampire pun terjadi, manusia memulai perang dengan salah satu kerajaan Vampire dan dibantu oleh para ras angel untuk memusnahkan seluruh kekuatan gelap.

Setelah hancurnya kerajaan Vampire, 20 tahun pun berlalu, dan kerajaan manusia berjaya dengan perlindungan yang diberikan oleh ras angel.

Kehidupan saat itu cukup damai dari yang sebelumnya penuh dengan peperangan besar, kini kehidupan antar ras mulai mendapatkan keseimbangannya kembali.

Setidaknya sampai sang Raja iblis bangun dari tidur panjangnya dan kebangkitan ras iblis setelah mendapatkan kekuatan penuhnya.

Di sebuah kerajaan manusia, hiduplah seorang anak bernama Yuuta Hajime, ia tidak bisa menggunakan kekuatan sihirnya sama sekali.

Namun saat kekuatan itu bangkit dari dalam dirinya, ia justru harus menerima kenyataan yang pahit dan harus pergi meninggalkan tanah kelahirannya.

Chap 1. Janji

Namaku adalah Hajime Yuuta, Aku adalah anak laki - laki dari seorang kesatria sihir hebat di kerajaan yang bernama Shimazu dan ibuku yang bernama Airi adalah seorang ahli sihir penyembuhan di desa tempatku tinggal.

Saat masih kecil Aku hidup di sebuah desa yang bernama desa Marle, di bawah kekuasan kerajaan Luxion bersama dengan ayah dan ibuku.

Aku memiliki dua orang sahabat di desa, yaitu Oda dan juga Rin, Oda adalah anak yang ceria dan kadang suka bertingkah konyol, sedangkan Rin adalah seorang anak perempuan yang manis dengan rambutnya yg panjang dan memiliki sifat yang lembut kepada sahabatnya, tapi juga ia pemalu jika berhadapan dengan orang lain, karena sifatnya yg lembut itulah Aku diam - diam menyukainya.

Sejak kecil kami selalu bermain bersama, berbagi canda dan tawa juga saling melindungi satu sama lain.

Ada suatu hari saat kami masih berusia 10 tahun, dimana kami sedang bermain bersama di bawah pohon besar di padang rumput dekat hutan tempat kami biasa bermain siang hari.

Aku dan Oda sedang asik mengejar se-ekor kelinci yang ada di tengah lapang padang rumput, dan juga Rin yang memperhatikan kami dari bawah pohon besar yang teduh sembari duduk di atas tikar dan disebelahnya terdapat bekal yang kami bawa.

"Hahaha.. ayo Oda kita tangkap kelinci itu!" ucapku sambil tertawa gembira.

"Kalian! Hati-Hati! Jangan terlalu jauh dari pandanganku!" Tegur Rin mengkhawatir kan Aku dan Oda yang berlarian kesana kemari tanpa memperdulikan sekeliling.

"Tenang saja Rin, aku akan menangkap kelinci itu untukmu ! Hahaha," jawab oda sambil terus berlarian mengejar kelinci.

"Apa maksudmu? Aku yang akan menangkap kelinci itu untuk Rin!" ujar ku tidak mau kalah dari Oda.

"Duuuh, Kalian ini... lebih baik aku menyiapkan bekal dulu untuk kita," ucap Rin.

Aku dan Oda pun masih terus mengejar kelinci itu kesana - kemari dengan senangnya tanpa ada yang mau mengalah, tapi kelinci itu sangat cepat, dia terus kabur menjauh sampai akhirnya berhasil lolos dan masuk ke dalam hutan.

Kemudian kami mulai menyadarinya kalau kami sudah mengejar kelinci itu terlalu jauh sampai mendekati hutan terlarang.

"Yuuta! Oda! Kemarilah, aku sudah menyiapkan bekalnya," Ajak Rin yang baru selesai menyiapkan bekal.

"Loh, kemana mereka?" Tanya Rin.

Rin yang merasa kebingungan terus menoleh ke kanan dan ke kiri memperhatikan sekeliling, namun yang ia lihat hanya hamparan rumput hijau yang terbentang luas dan beberapa tumbuhan juga serangga.

Kemudian dia berdiri dari tikar tempatnya duduk dan berjalan ke belakang pohon besar, namun ia juga tidak menemukan keberadaan ku dan Oda.

"Oooiiii... Yuuutaa! Oodaa!" Rin memanggil nama kami sekali lagi dengan suara yang keras karna dia tak melihat kami di sekitar pohon besar.

Rin yang kebingungan mulai merasa sedikit panik dan khawatir karena ia takut ditinggal sendirian, sampai akhirnya Rin memutuskanuntuk pergi mencari ku dan Oda.

"Sebaiknya aku cari mereka," Ucap Rin yang langsung pergi mencari kami.

Sementara itu, di dekat hutan.

"Ayo Oda! Kelinci itu masuk ke dalam sana!" Ajak ku dengan semangat sambil terus berlari.

Oda terus berlari di belakangku dengan nafas yang terengah-engah, namun saat melihat apa yang ada di depan kami, seketika ia mulai menyadari kalau kelinci itu masuk ke dalam hutan terlarang.

"Yuuta! Berhenti! jangan masuk ke sana!" teriak Oda sambil melambaikan kedua tangannya, meminta Ku untuk berhenti.

Aku yang mendengar teriakan Oda sedikit terkejut dan langsung menghentikan langkah ku.

"Eh, ada apa Oda? Kenapa kau menyuruh ku untuk berhenti?" tanyaku keheranan.

Tak lama Oda berhasil menghampiri ku, dia berhenti dan langsung membungkuk dengan menumpukan kedua tangannya di atas lutut, mencoba untuk mengatur nafasnya.

Setelah Oda merasa lebih baik, ia pun kembali berdiri sembari memegang sebelah pundak ku.

"Kelinci itu masuk ke dalam hutan terlarang, kita tidak boleh masuk ke sana " jelas Oda.

Aku kembali melihat ke arah kelinci itu berlari untuk memastikan apa yang dikatakan Oda, dan benar saja, ternyata kalau kelinci itu berlari menuju ke dalam hutan.

"Kau benar, tapi kalau begitu aku tidak bisa mendapatkan kelinci itu untuk Rin," jawabku sambil memandang ke hutan tempat kelinci itu kabur.

"Aku penasaran, memangnya ada apa di dalam hutan itu ? Sampai bisa disebut hutan terlarang," tanyaku yang merasa sangat penasaran.

"Entah lah, tapi yang aku dengar dari orang tua ku, katanya di dalam sana ada banyak sekali monster iblis yang mengerikan," jawab Oda.

"Hmmm iya, aku jadi ingat Ayah dan Ibu ku pernah bilang seperti itu," ujar ku.

"Ya, karena itu kita tidak boleh masuk ke sana," ucap Oda memperingatkan.

"Iya iya baiklah," jawabku yang sedikit merasa kecewa karena tidak berhasil mendapatkan kelinci itu.

Saat Aku dan Oda sedang asik membahas tentang hutan terlarang itu, kemudian Rin yang tampak sedikit lelah akhirnya menemukan kami.

"Ah, itu dia mereka," ujar Rin yang melihatku dan Oda dari kejauhan.

"Yuuta! Oda!" teriak Rin dari kejauhan sambil berlari menghampiri kami berdua.

"Rin?" tanya ku.

"Rin, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Oda kepada Rin yang menghampiri mereka.

"Apa? Harusnya aku yang menanyakan itu pada kalian!" jawab Rin dengan wajah yang terlihat kesal.

"Yuuta, Oda kenapa kalian bisa sampai ke sini? Bukankah berbahaya jika kita terlalu jauh dari desa?" lanjut Rin dengan rasa Khawatir.

"Eh, kami hanya mengejar kelinci itu dan secara tidak sadar ternyata kami sudah sampai sini, haha," jawabku dengan tawa kecil.

"Dasar kalian ini, aku mengkhawatirkan kalian karena kalian tiba-tiba menghilang begitu saja," ucap Rin dengan rasa kesal.

"Eeh' apa benar kau mengkhawatirkan kami, Rin? bukan kah karena kau takut kalau sendirian?" tanya Oda yang sedikit mengejek Rin.

"Apa katamu!?" ucap Rin dengan ekspresi kesal dan wajah yang memerah, karena Oda yang mengetahui alasan sebenarnya.

Melihat Rin yang seketika menjadi galak seperti perempuan yang sedang dalam masa pms itu membuat kami terkejut dan ketakutan.

Seolah merasa nyawa kami terancam, sontak kami langsung membungkukkan tubuh kepada Rin, dengan kedua telapak tangan yang menempel di atas kepala seraya meminta maaf.

"Ti-tidak Rin, Maafkan kami, sudah membuatmu khawatir karena meninggalkanmu di sana sendirian," Ucapku dengan sedikit terbata.

"I-iya Rin, kami minta maaf, kami tidak akan mengulanginya lagi" Oda pun ikut meminta maaf.

"Kenapa dengan kalian ini?" tanya Rin yang merasa heran dengan sikap kami yang terlihat berlebihan.

"Baiklah, kalau begitu aku ingin kita berjanji untuk tidak ada salah satupun dari kita yang pergi begitu saja meninggalkan yang lain lagi untuk selamanya," Ucap Rin.

Rin tidak ingin ditinggal sendirian lagi, lantas ia pun mengucapkan sebuah janji untuk kami bertiga.

"Baik Rin, Kami berjanji!" ucapku dan Oda dengan lantang dan senyuman yang lebar.

Akhirnya kami pun kembali tertawa dan gembira bersama.

Namun setelah itu tiba-tiba terdengar suara aneh.

*Krruuuuuukkk~

Mereka yang mendengarnya pun terkejut dan kebingungan dari mana suara itu berasal.

"Emmhh.. Maaf teman - teman, sepertinya perutku sudah mulai merasa lapar," ucap Oda dengan sedikit malu.

Ternyata suara itu berasal dari perut Oda yang sudah mulai kelaparan.

Mendengar hal itu membuatku dan Rin

tertawa.

"Dasar kau ini, bikin kaget saja. Ku kira tadi itu suara monster iblis yang ingin datang," ujarku sambil tertawa.

"Hehehe," Oda pun hanya tertawa.

Rin yang tertawa dengan malu pun membuat sisi manisnya terlihat.

"Baiklah ayo kita kembali ke pohon besar itu, aku sudah menyiapkan bekal untuk kita bertiga," ucap Rin mengajak kami kembali.

"Wah asik, kalau begitu ayo kita kembali sekarang juga!" Ucap Oda dengan semangat.

"Jika soal makanan kau selalu paling semangat ya, Oda," candaku mengejek Oda.

"Bukan aku, tapi perutku," jawab Oda.

Kami pun akhirnya pergi dari dekat hutan itu dan kembali ke pohon besar di padang rumput untuk bermain dan memakan bekal kami di sana.

Setelah kami sampai di pohon besar itu, kami pun memakan bekal bersama, dan yah tentu saja Oda yang selalu makan paling banyak diantara kami.

"Hey Oda, kau makan banyak sekali, Sisakan untukku juga dong," Ucapku mengingatkan Oda supaya tidak menghabiskan makanan.

"Aku harus makan yang banyak, karena saat besar nanti aku ingin menjadi kesatria terkuat di kerajaan" ucap Oda dengan semangat.

"Wah, jadi kamu ingin menjadi kesatria kuat seperti ayahmu ya, Oda?" tanya Rin dengan senang.

"Tidak, aku akan menjadi lebih kuat dari ayahku, hehehe," Ucap Oda dengan rasa percaya diri.

"Itu bagus, tapi meski begitu bukan berarti kau menghabiskan semua makanannya, Oda!" ujarku dengan ekspresi malas.

"Jika kau mau, kau boleh ambil yang ini, Yuuta?" ucap Rin menawarkan bagian makanannya kepadaku.

Mendengar tawaran itu, Aku pun menjadi sedikit gugup dan malu.

"Eh, tidak apa - apa Rin aku akan memakan bagian ku saja," jawabku.

Rin yang melihat ekspresi ku seperti itu pun merasa sedikit heran.

"Hmm.. baiklah kalau begitu, tapi ambil saja jika kau mau ya, Yuuta," Ucap Rin dengan senyum manis di wajah nya.

Aku yang melihat senyuman itu merasa kagum dan membuat pipiku sedikit memerah juga tak bisa berkata apa - apa, lalu aku memalingkan wajahku sambil memakan makanan ku.

Waktu terus berlalu dan kami masih asik bermain dan bercanda bersama, setelah beberapa lama kami bermain, akhirnya hari pun mulai senja dan matahari mulai terbenam.

"Hari sudah sore, sebaiknya kita pulang ke rumah," ucap Rin mengajak untuk pulang.

"Iya, ayo kita bereskan barang - barangnya sebelum pulang," jawabku.

"Baiklah kalau begitu, terimakasih makanannya Rin, hihihi," ucap Oda kepada Rin.

"Tidak masalah, Oda," jawab Rin dengan tawa kecilnya.

Setelah membereskan barang - barang yang kami bawa, kemudian kami pun pulang ke desa bersama - sama.

Di tengah perjalanan, kami melihat se-ekor kupu - kupu yang indah sedang melintas di hadapan kami.

"Hey, lihatlah kupu - kupu itu," ucap Oda.

"Wah cantik sekali kupu - kupu itu," ujar Rin terkagum.

"Hey Oda, bagaimana kalau kita tangkap kupu - kupu itu?" ajak ku.

"Baiklah, kalau begitu aku yang akan lebih dulu menangkap nya," jawab Oda dengan semangat.

Aku dan Oda pun mulai berlari mengejar kupu - kupu itu yang terbang lurus searah dengan jalan ke desa.

"Hey kalian berdua, Tunggu aku!" ucap Rin sambil berlari mengejar ku dan Oda.

Kami pun terus berlari sepanjang jalan sampai akhirnya sesuatu terjadi.

"Aduh!" Rin pun terjatuh karena berlari mengejar ku dan Oda.

"Hah? Rin!?" ucapku dan Oda yang melihat ke arah Rin dan langsung berlari menghampirinya.

"Rin apa kau baik - baik saja?" tanyaku dengan rasa Khawatir.

Aku dan Oda pun membantunya untuk duduk dan memperlihatkan kakinya yang terluka,

Rin hanya melihat lukanya sambil merasa kesakitan.

"Maafkan aku Rin, aku yang salah karena membuatmu harus ikut berlari mengejar kami," ucapku yang sedikit panik dan merasa bersalah.

"Tak apa, ini hanya luka kecil saja," jawab Rin dengan lembut.

"Apa kau mau ku antar ke rumahku dulu untuk disembuhkan oleh ibuku?" tanyaku menawarkan bantuan pada Rin.

"Tidak perlu Yuuta, aku baik-baik saja," jawab Rin.

"Lalu kita harus bagai mana, Yuuta?" tanya Oda kebingungan.

"Hmm.. begini saja," jawabku.

Aku pun memberikan punggungku pada Rin untuk menggendongnya.

"Ayo Rin, Naik lah ke punggung ku, aku akan menggendong mu sampai rumah," ajak ku.

"Eh.. apa kau yakin, Yuuta?" tanya Rin.

"Tentu saja, aku yang bersalah jadi aku yang harus bertanggung jawab," jawabku dengan tersenyum kepada Rin.

Rin pun akhirnya mau menerima tawaranku untuk digendong olehku.

Akhirnya kami bertiga melanjutkan perjalan kami yang sudah dekat dengan desa.

Tepat di depan desa kami pun berhenti sejenak.

"Rin, lihatlah itu," ucapku sembari memandang matahari terbenam dan disertai dengan angin yang berhembus pelan.

"Wah, indah sekali," ucap Rin yang begitu terkagum dengan keindahan pemandangan itu.

"Sungguh indah dan menyejukkan suasana desa saat sore hari," ucap Oda.

Tidak lama kami pun kembali berjalan pulang ke rumah masing - masing.

"Yuuta, Rin, kita berpisah di sini ya, aku duluan," ucap Oda.

"Baiklah, Sampai jumpa lagi," jawabku.

"Sampai jumpa Oda," lanjut Rin.

Aku pun mengantarkan Rin ke Rumah Rin, dan di tengah perjalanan Aku menanyakan keadaan Rin.

"Rin, apakah kau masih merasa sakit?" tanyaku mengkhawatirkan keadaan Rin.

"Tidak, sekarang sudah menjadi lebih baik, lagi pula ini hanya luka kecil, dengan sedikit diobatisaja besok juga akan sembuh," jawab Rin dengan lembut.

Dan tak lama kemudian kami pun sampai di Depan Rumah Rin.

"Sudah cukup Yuuta sampai sini saja, terimakasih ya," ucap Rin kepadaku dengan senyum manis di wajahnya.

"Baiklah Rin, kalau begitu aku pulang dulu ya," Jawabku yang sedikit gugup.

"Iya, hati - hatilah di jalan," ucap Rin.

"Ya.. sampai jumpa lagi, Rin," Pamit ku dengan senang.

"Sampai jumpa, Yuuta," jawab Rin tersenyum kepadaku.

Aku yang sekali lagi melihat senyum itu di wajah Rin membuatku terkagum dan langsung memalingkan wajahku yang sedikit memerah lalu bergegas pergi pulang ke rumah.

"Maafkan aku Rin, aku janji tidak akan meninggalkan kalian dan tumbuh menjadi kuat bersama kalian," Gumam ku sembari berjalan pergi.

Aku pun akhirnya berjalan pulang menuju rumahku yang berada agak jauh dari rumah Rin.

Sesampainya Aku di rumah.

"Aku pulang..." Salam ku.

"Yuuta, kau sudah pulang? Kenapa kau pulang lebih lambat dari biasanya?" Tanya Ibuku yang mengkhawatirkan ku.

"Maafkan aku bu, saat perjalanan pulang tadi, kaki Rin terluka karena terjatuh saat berlari mengejar ku dan Oda, jadi aku mengantarnya pulang sampai rumah," jelas ku.

Mendengar hal itu, membuat ibuku tersenyum lega karena ternyata tidak ada bahaya yang mengancam putranya.

"Ya sudah kalau begitu, sekarang bersihkanlah dirimu dan bersiap untuk makan malam," ucap Ibuku dengan lembut.

"Baik ibu," Jawabku dengan tersenyum senang.

Aku pun bergegas membersihkan diriku lalu bersiap untuk makan malam bersama keluarga ku.

Chap 2. Akademi latihan

Di umur yang ke 16, kami mulai mengikuti pelatihan sihir di kerajaan untuk menjadi kesatria kerajaan nantinya.

Hari itu adalah awal bagi kami memulai pelatihan sihir, dan kami memutuskan berkumpul di gerbang desa untuk berangkat bersama-sama.

Pagi hari di rumahku setelah sarapan pagi bersama ibuku, aedangkan Ayahku sedang berada di kerajaan.

"Ibu! Aku berangkat ya," salam ku kepada ibu.

Kemudian Ibu pun datang dari dapur dan menghampiri ku.

"Apa kau sudah membawa bekalmu yang Ibu taruh di atas meja?" tanya Ibu.

"Sudah bu," jawab ku sambil memakai sepatu.

"Baiklah, Aku berangkat sekarang," lanjut ku pamit.

"Hati-hatilah di jalan ya," Ucap Ibu.

"Baik bu!" Jawab ku dengan semangat.

Aku pun pergi menuju gerbang desa untuk berkumpul bersama Rin dan Oda.

Sesampainya di sana, sudah ada Rin yang lebih dulu tiba, berdiri di bawah sinar matahari pagi membuatnya terlihat begitu menawan.

"Selamat pagi Rin," aku menyapa Rin dengan perasaan senang dan semangat.

"Selamat pagi Yuuta," Rin pun menjawab dengan senyumnya yang manis.

"Wah sepertinya kau sangat bersemangat ya," ucap ku.

"Bukankah kau juga sangat bersemangat, Yuuta?" jawab Rin dengan tawa kecilnya.

"Tentu saja!" Ucap ku bersemangat.

"Oh iya, kenapa hanya kau sendiri di sini ? Dimana Oda?" lanjut ku menanyakan Oda.

"Dia belum datang, mungkin sebentar lagi akan sampai," jawab Rin.

"Baiklah, kita tunggu saja," ucap ku.

Setelah beberapa lama kami menunggu, kemudian Oda pun akhirnya datang sambil berlari dengan selapis roti di mulutnya.

"Maaf teman-teman aku terlambat," ucap Oda yang sedikit terengah-engah karena berlari dan lanjut menghabiskan roti yang ia makan.

"Kenapa kau berlari sambil memakan roti, Oda?" tanya Rin.

"Eeh, maaf Rin tadi aku bangun kesiangan, hehe," jawab Oda.

"Kau ini, setidaknya habiskan dulu makananmu sebelum berangkat," ucap ku menasehati Oda.

"Hehehe," Oda hanya tertawa sembari mengelus kepalanya.

"Ya sudah, ayo kita berangkat sebelum terlambat," Ucap ku.

Setelah kami berkumpul, kami pun mulai berjalan menuju kerajaan, untuk sampai ke kerajaan, kami harus menempuh jarak yang cukup jauh.

Dan setelah melakukan perjalanan yang cukup untuk membuat kami sedikit lelah, akhirnya kami tiba di kerajaan Luxion, tempat kami melakukan pelatihan sihir.

Di sana terdapat banyak sekali orang yang juga mengikuti pelatihan sihir, ada yang dari desa-desa lain dan ada juga yang dari kerajaan atau seorang bangsawan.

Kami semua yang baru saja mengikuti pelatihan sihir memakai seragam berwarna putih yang sama dan terlihat bersemangat.

"Wah, ramai sekali ya," ujar ku kagum dengan suasana ramai di kerajaan.

"Iya, mereka semua terlihat begitu bersemangat," ucap Rin.

"Tentu saja, ini kan kerajaan pasti ada banyak orang di sini," ucap Oda mengejek ku.

"Baiklah ayo kita masuk," ucap ku.

Kami pun masuk ke dalam kerajaan, melihat lihat sekeliling dan mencari ruangan tempat kami akan belajar dan berlatih.

"Besar dan luas sekali tempat ini, di mana kita akan berlatih?" ujar Oda.

Kami kebingungan tidak tahu harus kemana karena ini adalah pertama kalinya bagi kami datang ke kerajaan.

Saat melihat sekeliling mencari jalan, Aku melihat tiga anak laki-laki yang sedang berkumpul dan Aku ingin bertanya pada mereka.

"Ah, ayo coba kita tanyakan pada mereka," Ucap ku.

Aku, Rin dan Oda pun menghampiri tiga orang anak laki-laki itu dan mulai bertanya pada mereka.

"Maaf, apa kalian tahu dimana ruangan dilaksanakannya pelatihan sihir?" tanya ku.

Tiga anak laki-laki itu pun melihat kami dengan tatapan yang sinis.

"Kalian pasti dari desa ya? Cih! Jauh-jauh lah dariku dasar sampah!" ucap salah seorang di tengah dari mereka dengan angkuh.

Mendengar jawaban yang seperti itu sontak membuat ku sangat kesal.

"Apa maksud dari perkataan mu itu? Aku hanya bertanya pada kalian!" tanya ku dengan perasaan kesal namun aku mencoba untuk menahan emosi ku.

"Kalian juga baru akan mengikuti pelatihan sihir seperti kami kan?" tanya Oda pada tiga orang anak laki-laki itu.

"Jangan asal samakan kami dengan kalian, kalian itu hanya bocah dari desa sedangkan kami adalah seorang bangsawan!" Ucap salah seorang lain yang bertubuh gemuk.

Dan ternyata ketiga anak itu adalah seorang bangsawan dari kerajaan, kami pun terkejut mendengar hal itu, namun juga merasa heran dengan sikap dan perlakuan bangsawan seperti mereka.

"Apakah kalian tidak diajarkan sopan santun dan cara menghargai orang lain?!" ucap ku dengan sedikit emosi.

"Emmh.. Yuuta, tenanglah," Rin yang panik dan tidak tahu harus berbuat apa mencoba untuk menenangkan ku yang mulai tidak bisa menahan emosi.

"Aku hanya bertanya secara baik-baik pada mereka tapi mereka malah berkata seperti itu, bagaimana aku bisa tenang?" jawab ku.

Rin hanya bisa terdiam karena tidak biasa dengan suasana yang memanas seperti itu.

Melihat adanya keributan seorang anak yang berambut pirang datang menghampiri kami semua dan bertanya.

"Apa yang sedang terjadi di sini?" tanya anak laki-laki itu dengan sikap yang tenang dan nada bicara yang halus.

Kami semua pun mengalihkan perhatian kepada seseorang yang bertanya itu, dan sontak membuat ketiga anak laki-laki itu terkejut saat melihatnya.

"Shira? tidak ada yang terjadi di sini, semua baik-baik saja," jawab salah seorang di tengah dari ketiga anak laki-laki tersebut.

"Apa kau bilang? Tidak ada? barusan kalian mengejek dan menghina kami! padahal kami hanya bertanya pada kalian," ucap ku yang merasa semakin kesal karena kebohongan mereka.

Anak laki-laki berambut pirang yang bernama Shira itu pun mulai bisa membaca dan memahami apa yang sedang terjadi dan menyuruh tiga anak laki-laki itu pergi.

"Kalian bertiga sebaiknya pergi dari sini," Ucap Shira menyuruh tiga anak laki-laki itu pergi.

"Cih! Ayo kita pergi," ucap anak yang ditengah.

Tiga anak laki-laki itu pun akhirnya pergi dan meninggalkan kami.

"Maafkan sikap mereka yang seperti itu," ucap Shira meminta maaf atas perlakuan ketiga anak laki-laki tadi.

"Perkenalkan, namaku adalah Shira, apa ada yang bisa ku bantu?" lanjutnya memperkenalkan diri kepada ku, Rin dan Oda.

"Terimakasih karena sudah membantu kami, nama ku Yuuta, dia Oda, dan ini adalah Rin," Ucap ku berterimakasih juga memperkenalkan diri.

"Kami dari desa Marle, dan kami baru saja sampai di sini untuk mengikuti pelatihan sihir namun kami kesulitan untuk menemukan ruangannya," lanjut ku menjelaskan.

"Oh kebetulan aku juga ingin ke sana, kalau begitu mari kita berjalan bersama," jawab Shira.

"Wah syukurlah, jadi kita tidak perlu mengelilingi seluruh kerajaan ini," ujar Oda dengan perasaan lega.

Mendengar perkataan Oda yang konyol itu membuat kami tertawa, keadaan pun mulai membaik dan Aku pun sudah memenangkan emosi.

Setelah itu Aku, Oda, Rin dan juga Shira berjalan bersama-sama menuju ruang pelatihan sihir.

"Tiga anak laki-laki itu, apa kau mengenal mereka?" tanya ku kepada Shira.

"Mereka adalah anak bangsawan dari kerajaan, yang di tengah tadi adalah anak dari perdana mentri namanya Kirei, yang gemuk itu namanya Higatsu, dan yang satunya lagi adalah yoe," Jelas Shira memperkenalkan ketiga anak tadi.

Tak lama kemudian kami pun akhirnya sampai di ruangan itu dan ada beberapa anak yang sudah hadir di sana.

"Nah ini dia ruangannya," ucap Shira menunjukan ruangan tempat pelatihan sihir.

"Akhirnya ketemu juga" ucap Oda dengan senang.

"Terimakasih sudah menunjukkan jalannya pada kami Shira," ucap ku.

"Tidak apa-apa, lagi pula aku juga akan mengikuti pelatihan di sini," jawab Shira.

"Wah! bagus kalau begitu," ucap Oda dengan semangat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!