Seorang pria tengah duduk di balkon hotel dengan wanita di sampingnya, wanita itu menyenderkan kepala ke pundak si Pria, "Aku pulang yah," ucap pria itu.
Pria itu bernama Yuda sementara wanitanya bernama Nadia.
Nadia menjauh dari Yuda, "Pulang lah."
Yuda menarik tubuh Nadia agar Nadia menatap ke arahnya, "Kau marah?"
"Tidak aku tidak marah, lagipula aku tidak berhak melarangmu untuk pulang menemui istrimu."
"Hey, kau sedang marah sekarang," Yuda tersenyum untuk membujuk Nadia.
"Tidak, kau mau pulang? Ya sudah pulang saja."
"Baiklah sampai jumpa besok," Yuda berdiri lalu mengambil jasnya, sebelum meninggalkan Nadia ia mencium kening Nadia terlebih dahulu.
"Dah," Yuda melambaikan tangan pada Nadia.
Wanita itu hanya tersenyum sambil menatap kepergian pria tersebut, setelah Yuda benar-benar pergi Nadia berjalan masuk ke kamar hotelnya ia menidurkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar.
"Ah....... Aku lelah saat ini," Nadia mulai memejamkan matanya.
Sementara itu Yuda telah sampai di rumahnya, seorang wanita tengah menunggu Yuda di depan pintu rumah. Saat melihat Yuda telah datang wanita itu dengan cepat menghampiri Yuda, "Kau tidak papah?" tanyanya dengan wajah cemas.
"Tidak, kita masuk saja," Yuda merangkul wanita itu lalu masuk ke rumah.
"Aku menelponmu dari tadi, mengapa kau tidak mengangkatnya? Aku khawatir kau kenapa-napa," wanita itu terus mengkhawatirkan Yuda.
"Nisa, tenang aja aku sudah pulang sekarang dan aku tidak papah. Sudahlah aku lelah aku ingin tidur sekarang," Yuda berjalan sendirian ke kamarnya, ia malas mendengar ocehan istrinya itu.
Nisa istrinya Yuda terdiam sambil menatap kepergian Yuda yang kini sedang berjalan di tangga, "Apakah kau masih belum mencintaiku sampai saat ini? Aku tidak pernah melihat cinta di matamu hingga hari ini," gumamnya dalam hati.
Jadi Nisa dan Yuda di jodohkan satu bulan yang lalu, orang tua mereka menjalin kesepakatan bahwa mereka akan kerja sama jika Nisa dan Yuda menikah, Nisa memang sudah mengagumi Yuda sejak dulu. Namun Yuda melakukan pernikahan ini hanya karena perusahaan dan keluarganya saja.
Cintanya masih murni untuk Nadia, orang yang sudah sejak lama ia cintai. Yang sayangnya mereka tidak bisa bersama untuk saat ini, Yuda selalu meyakinkan Nadia kalau suatu saat nanti mereka akan bersama.
Selesai mandi Yuda langsung tidur tanpa peduli dengan Nisa, Nisa naik ke kasurnya untuk ikut tidur. Saat Nisa ingin memeluk Yuda, pria itu entah mengapa selalu merasa tidak nyaman dan kemudian melepaskan pelukan Nisa dengan berbagai alasan.
_______
Paginya Yuda dan Nisa sedang sarapan, Yuda sudah siap-siap untuk pergi ke kantor, "Mas, hari ini pulang malam lagi?" tanya Nisa memecahkan keheningan.
"Entahlah," balas Yuda dingin.
"Aku harap hari ini kamu gak pulang malam yah, aku buatin masakan spesial kesukaan kamu deh nanti malam, atau nanti siang aku ke kantor bikinin makanan."
"Terserah."
"Oke," Nisa tersenyum bahagia, akhirnya ia di izinkan pergi ke kantor Yuda setelah sekian lama.
Selesai sarapan Yuda langsung pamit kerja, jadi Nadia adalah asisten pribadinya Yuda di kantor itulah mengapa Yuda agak melarang Nisa ke kantor, ia tidak mau membuat Nadia sedih olehnya. Namun hari ini ayahnya juga akan datang ke kantor, jika Nisa di larang maka ayahnya akan curiga dengan pernikahannya.
Saat sampai di kantor ia sudah melihat Nadia tengah duduk di kursinya, Yuda menatap Nadia lalu tersenyum pada Nadia sebelum akhirnya ia pun duduk di kursinya dan langsung kerja.
Nadia menghampiri Yuda, "Tuan ini hasil laporan keuangan kita bulan ini, bisa di cek lagi takutnya ada yang salah."
"Oke, kau simpan saja."
"Baik Tuan," setelah menyimpan berkas itu Nadia langsung pergi ke mejanya lagi, namun Yuda malah menarik tangannya membuat Nadia berhenti dan berbalik lagi menatap Yuda.
"Ada apa? Lepasin ini di kantor."
"Nanti istriku akan ke sini kamu gak papah kan?"
"Gak papah, udah lepasin nanti ada yang liat," Nadia langsung celingukan karena takut ada yang liat.
"Biarin saja, mereka akan tutup mulut kok."
"Ah..... Lepasin," Nadia menghempaskan tangan Yuda lalu berjalan ke kursinya dan mulai kerja lagi.
"Nanti sore ada rapat, jangan sampai lupa."
"Aku ingat, kau tidak usah mengingatkan ku," Nadia sedikit kesal dengan Yuda.
"Baiklah bu bos."
"Kau bosnya bukan aku."
"Tapi kau-"
"Berisik nanti ada yang dengar, mau ku lempar buku?"
Yuda tersenyum kecil, entah mengapa ia suka sekali ketika wajah Nadia memerah karena marah, menurutnya itu sangat lucu.
_______
Waktunya jam makan siang telah tiba, Nisa ternyata sudah datang di kantor Yuda. Nisa di antar oleh Angga teman Yuda sekaligus karyawan Yuda di kantor ini, sebelum membawa Nisa ke ruangan Yuda ia sempat menelpon Yuda terlebih dahulu untuk memberitahunya.
Karena Angga adalah teman lama Yuda jadi ia tau tentang perselingkuhan Yuda dengan Nadia. Sampailah mereka kini di depan ruangan Yuda, "Tuan, ada Istri Tuan," ujar Angga di depan pintu kantor.
"Masuklah," balas Yuda.
Ternyata di ruangan itu juga masih ada Nadia yang sedang fokus menatap layar laptopnya, Angga menatap Nadia ia tau betul Nadia pasti sedang kesal, Nisa langsung menghampiri Yuda dan menyapanya.
"Nih makan yah, aku udah masak makanan kesukaan mu," Nadia duduk di sofa di depan meja kerja Yuda, ia membuka bekal makanan yang ia ambil.
Nadia sempat curi-curi pandang untuk menatap Nisa, Yuda menatap Angga dan memberi kode untuk membawa Nadia pergi dari ruangan itu. Ia tidak mau membuat Nadia sakit hati, Angga menganggukkan kepalanya, ia langsung menghampiri Nadia.
"Makan siang di luar yuk? Udah jam makan siang ngapain sih masih fokus kerja, nanti aja kerjanya," ujar Angga.
Nadia menatap Angga dengan wajah kesal, "Ya udah yuk."
"Biasa aja kali liatin nya, yuk."
Nadia bangun dan keluar dari ruangan itu, ia akan makan di luar dengan Angga. Sementara itu Yuda menghampiri Nisa untuk makan masakan yang di buatkan Nisa, "Kata siapa aku suka iga bakar?" tanya Yuda.
"Kata mama mu, jadi aku sempat nanya beberapa hal yang kamu suka sama Mama mu, dan dia bilangnya kamu suka ini," Nisa tersenyum.
Yuda tersenyum kecut, ia mulai makan bersama Nisa untuk menghargai apa yang Nisa masak padahal makanan kesukaan ia bukanlah itu. Melainkan ayam kecap buatan Nadia, sepertinya Yuda menyukai semua makanan yang di masak wanita itu.
Di kafe Nadia makan sebuah spagetti carbonara, "Cemburu?" ledek Angga sambil tersenyum.
"Enggak," balas Nadia cemberut.
"Pucet banget muka lu? Sakit?" tanya Angga setelah melihat wajah Nadia yang begitu pucat.
"Gak papah."
"Ke klinik yuk? Atau mau ke rumah sakit? Kalau lu kenapa-napa nanti Yuda marah sama gue."
"Kenapa jadi harus marah sama lu?"
"Nanti nyangka di racun gue lagi, lu tau sendiri si Yuda gimana kalau udah emosi."
"Gue gak papah kok, cuman agak pusing aja dikit."
"Itu artinya lu kenapa-napa, udah ah nanti abis makan kita ke rumah sakit."
"Apaan sih lebay gue gak papah, nanti juga sembuh sendiri pusingnya."
Tiba-tiba saat setelah selesai makan siang Nadia Pingsan, Angga menggendong Nadia dan berlari kecil membawa Nadia masuk ke mobilnya yang masih berada di parkiran kantor. Tadi karena katanya dekat Angga dan Nadia memutuskan jalan kaki saja, saat hendak masuk mobil ternyata Yuda melihatnya.
Yuda mengantarkan Nisa ke luar kantor, saat melihat Angga membawa Nadia ia langsung menyusulnya, "Kau hati-hati di jalan," ujar Yuda pada Nisa yang langsung berlari ke arah mobil Yuda dengan wajah khawatir.
"Ada apa sih? Mengapa ia lari?" Nisa tidak melihat Nadia yang pingsan karena sudah dalam mobil.
"Wajahnya terlihat begitu khawatir," Nisa terus memperhatikan Yuda dari kejauhan.
Yuda berdiri di depan mobil Angga karena Angga sudah mulai memajukan mobilnya, Angga mendadak ngerem mobilnya, ia membuka kaca mobil, "Kau mau mati?" tanya Angga kesal.
"Ada apa? Mengapa Nadia pingsan?"
"Aku juga tidak tau, ini baru mau ku bawa ke rumah sakit jadi minggir lah."
"Jangan bilang kau memberikannya racun."
"Bodoh, tidak mungkin. Sudah minggir lah."
"Aku ikut," Yuda langsung masuk ke mobil Angga dan duduk di kursi belakang menjaga Nadia.
Nisa yang kebingungan lebih memilih masuk mobil saja saja dan pulang, ia akan bertanya nanti pada Yuda ketika sudah di rumah. Beberapa saat kemudian Nadia sudah di bawa ke ruang UGD, mereka berdua menunggu di luar dengan perasaan cemas.
"Istri lu gimana?" tanya Angga, ketika di luar kantor mereka berdua memang sangat akrab.
"Pulang."
"Oh bagus deh, bisa panjang kalau dia tau lu barusan."
"Tapi tadi Nisa pasti liat deh, cuman gak mungkin denger."
"Wah cari mati sih lu."
"Biarin lah."
Tidak lama kemudian dokter pun keluar dan mengatakan bahwa Nadia hanya kecapean dan Nadia sudah bisa pulang hari ini jika mau. Namun Yuda berkata kalau Nadia harus di rawat dulu sampai kondisinya membaik sepenuhnya.
"Kenapa sih? Aku padahal mau pulang aku baik-baik aja kok," jelas Nadia kesal.
"Sudah turuti saja apa yang ku mau."
"Dasar batu."
"Lalu rapat nanti?"
Yuda menatap Angga, "Lu wakilkan gue nanti, jangan di tolak."
Angga berdecak sebal, "Kebiasaan deh, ya udah iya. Kalau gitu gue balik lagi kekantor."
"Oke bey," Yuda melambaikan tangannya pada Angga sambil senyum-senyum.
Yuda kemudian duduk di sebelah Nadia, "Kamu ngapain aja sih sampai kecapean gitu? Di apartemen harus beres-beres? Mau aku carikan pembantu?"
"Gak usah."
"Nanti kecapean lagi kamu nya."
"Aku gak papah kok, lagian aku bukan capek soal itu kayaknya."
"Capek pikiran?" Yuda menggenggam tangan Nadia.
"Maafin aku yah? Pasti karena aku kamu jadi kayak gini," tambahnya.
Nadia terdiam menandakan apa yang di katakan Yuda adalah benar.
"Aku janji akan ada saatnya nanti kita bahagia bersama, aku akan pastikan itu."
"Sudahlah jangan membuatku kembali bersemangat untuk berharap."
"Tidak, aku benar-benar akan mewujudkannya. Aku janji."
Nadia menghela nafasnya dengan berat, "Yud, akan ada waktu dimana aku lelah dengan semua ini. Aku tidak mungkin dapat melakukan hal ini untuk waktu yang panjang."
"Sabar dulu yah, aku janji sama kamu aku benar-benar akan menikahimu suatu saat nanti."
"Terserah kau saja lah."
Di rumah Nisa kedatangan ibunya Yuda, ia membawakan buah-buahan, "Hay sayang," ibunya Yuda langsung memeluk Nisa.
Mereka duduk di sofa ruang tamu, "Gimana kabar kamu?" tanya ibunya Yuda yang bernama Linda.
"Baik Ma, Mama sendiri gimana?"
"Mama baik kok."
"Mau minum apa Ma, aku siapin."
"Enggak usah, nanti kalau Mama mau minum Mama pasti ambil sendiri."
"Ya udah kalau gitu."
"Gimana sama Yuda? Yuda mulai nerima kamu kan?"
"Aku sama Yuda baik-baik aja kok Ma, Yuda juga baik sama aku," jelas Nisa.
Yuda memang baik pada Nisa selama ini, Yuda tidak pernah membentak nya stau bahkan kasar padanya. Hanya saja Yuda belum bisa mencintainya saja.
"Bagus kalau begitu, Mama khawatir Yuda tidak bisa melupakan cinta pertamanya. Mama bahkan sempat khawatir saat Papanya memaksakan pernikahan ini, tapi untungnya Yuda baik sama kamu."
"Ma boleh aku tanya sesuatu?"
"Tanyakan saja."
"Memangnya seperti apa cinta pertama Yuda? Mama pernah bertemu dengannya?"
Linda tersenyum kecil, "Tidak, Mama tidak pernah bertemu dengannya. Namun Yuda sering kali menceritakan wanita itu pada Mama, ia tidak pernah membawa wanita itu ke rumah karena ia tau Papa nya pasti tidak akan setuju makannya ia menyembunyikan wanita itu. Kamu tau sendiri papa nya seperti apa."
"Beruntung yah wanita itu."
"Hey, kamu lebih beruntung karena sudah memilikinya. Mama yakin suatu hari Yuda akan mencintai kamu juga," Linda mengelus tangan Nisa.
Nisa tersenyum, "Iya Ma, aku juga selalu yakin tentang itu."
Kini Nisa malah penasaran wanita seperti apa yang jadi cinta pertama Yuda. Malam pun tiba Nisa kini tengah menyiapkan makan malam untuk Yuda dengan penuh semangat, ada begitu banyak pertanyaan di otaknya yang akan nanti ia tanyakan pada Yuda nanti.
Sementara Yuda masih di rumah sakit menemani Nadia, "Kau pulang saja aku benar-benar tidak papah di sini sendirian."
"Enggak, gimana kalau nanti ada hantu di sini?"
"Yah jangan di takut-takutin saya jadi takut beneran nanti ih, nyebelin deh."
Tiba-tiba Angga datang dengan membawa satu kresek makanan yang ia beli di supermarket, "Hay semuanya."
"Ngapain lu ke sini?" Yuda menatap sinis pada Angga.
"Gak boleh gue ke sini?" tanya Angga terdiam di ambang pintu.
"Gak boleh, gak bisa apa biarin gue bahagia gitu."
"Gak," Angga berjalan mendekati Nadia. "Nih gue bawain makanan ringan buat lu, pasti bosen kan makan-makanan rumah sakit."
"Makasih loh," Nadia menerima makanan itu dengan senang.
"Sok perhatian lu," sindir Yuda.
"Apaan sih? Lu juga boleh minta kok," balas Angga yang duduk di sofa pojok.
"Enggak, kalau mau gue bisa beli sama supermarket nya sekalian," sinis Yuda.
"Ngadi-ngadi lu, lu gak pulang? Gue sengaja ke sini buat nemenin Nadia padahal. Karena gue pikir lu bakalan pulang."
"Gak ada, gue malah lebih gak rela kalau Nadia di temenin lu."
"Apaan sih padahal gak bakalan lecet juga gue tungguin."
"Pokonya enggak."
"Ya udah iya."
Nadia mulai membuka makanan yang di berikan Angga untukmu, di dalamnya juga terdapat beberapa roti dan minuman. Sementara itu Nisa sudah menyelesaikan masakannya, kini tinggal menunggu kedatangan Yuda pulang.
Sebelum Yuda pulang ia pergi ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap-siap, ia ingin menggunakan dress yang paling indah agar Yuda setidaknya tertarik padanya. Selama menikah Yuda benar-benar belum pernah menyetubuhi dirinya.
Jadi ia harap malam ini ia mendapat apa yang ia inginkan dari Yuda selama ini.
Setelah cukup lama menunggu Nisa mulai kesal ia melempar High Heels yang ia kenakan ke atas meja makan, ia kesal dengan Yuda yang kembali tidak datang.
"Mba, buang aja semua makanannya," titah Nisa pada pembantu di rumahnya, ia mulai menangis dan berjalan ke kamarnya.
Nisa menghapus semua riasan di wajahnya, air matanya semakin deras, "Apa semua hal yang telah ku berikan padanya masih belum cukup? Apakah dia memang tidak bisa jatuh cinta lagi pada orang lain?" gumamnya kesal.
Kembali ke rumah sakit, Nadia sudah tertidur kini hanya tinggal Angga dan Yuda yang masih melek, "Lu kenapa gak mau pulang? Kasian Nisa di rumah," tanya Angga memecah keheningan malam.
"Gue gak mungkin ninggalin Nadia."
"Kan gue udah bilang biar gue yang jaga Nadia, kasian Nisa."
"Nadia lebih kasian."
"Lu gila yah? Nisa adalah korban paling menyakitkan dari keegoisan lo."
"Apaan sih? Udah ah jangan bahas itu," Yuda mulai malas dengan apa yang di omong kan Angga.
"Kenapa, lu gak terima? kalau ucapan gue bener?"
"Berisik, nanti Nadia bangun."
"Yud, jangan genggam dua tangan dalam waktu bersamaan. Lu harus lepasin salah satu atau lu akan nyakitin keduanya."
"Gue gak bisa."
"Lu bukan gak bisa, lu egois."
"Gue gak mungkin ninggalin Nadia, dia adalah orang yang gue cintai lebih dari diri gue sendiri. Dia butuh gue, gue gak tau gimana hidupnya nanti tanpa gue."
"Ya udah lu lepasin Nisa kalau gitu."
"Gue juga gak bisa lepasin Nisa, kalau gue ceraikan dia sekarang bokap gue bakal cabut semua fasilitas gue. Itu juga akan menyusahkan Nadia nantinya, gue butuh waktu yang pas buat udahin hubungan sama Nisa."
"Tapi kapan? Lu mau nunggu sampai kapan?"
Yuda terdiam tidak dapat berkata-kata, rasanya tenggorokannya tidak mau mengeluarkan kata-kata lagi.
"Yud, gue cuman pengen yang terbaik buat lu. Jangan sampai lu kehilangan mereka berdua suatu saat nanti karena keegoisan lu yang gak mau milih salah satu, manusia juga punya titik lemah dan cepek."
"Ga, gue bakal nikahin Nadia suatu saat nanti sebagai janji gue sama dia. Lu tau cinta gue udah terkuras abis sama dia, jadi kalau semisal kan gue gak sama dia gue gak akan bisa jatuh cinta lagi."
"Gue harap lu lepasin Nisa lebih cepat, dia wanita baik jadi gak pantas lu sakitin kayak sekarang."
Yuda kembali terdiam, apa yang Angga katakan itu benar. Nisa adalah wanita baik, namun entah mengapa Yuda benar-benar tidak bisa merasa suka bahkan cinta pada wanita itu.
__________
Paginya Nadia sudah hendak pulang ke apartemen, Yuda mengantarkan Nadia pulang ke apartemen. Apartemen yang Yuda beli untuk Nadia, Nadia tinggal sendiri di apartemen karena kedua orang tuanya sudah meninggal 2 tahun yang lalu karena kecelakaan mobil.
Sesampainya di apartemen Yuda langsung menyuruh Nadia istirahat, "Kau mau makan?" tanya Nadia.
"Kamu mau masak? Janganlah kalau mau makan Kita pesen gofood aja."
"Aku udah sehat kok, mau aku masakin?"
"Enggak kita pesan aja."
"Masakan ku gak enak yah? Ya udah deh terserah kamu," Nadia duduk di kursi samping kursi Yuda sambil memasang wajah kesal dan melipat kedua tangannya di dada.
"Apaan sih? Masakan kamu tuh masakan terenak di dunia. Aku mau, cuman kan kamu baru pulang dari rumah sakit, nanti kalau sakit lagi gimana," Yuda memegang lengan Nadia untuk membujuknya.
"Bohong kamu," Nadia menatap Yuda dengan wajah yang cemberut.
"Ya ampun, beneran sayang," Yuda merapihkan rambut Nadia.
"Tapi aku udah sehat, jadi boleh masak kan? Kamu gak kangen apa sama masakan aku?"
"Ya udah, tapi nanti aku bantu yah? Bantu potongin bahan-bahannya atau apalah pokoknya biar kamu gak terlalu capek."
"Enggak, kamu ingat! Terakhir kamu bantu aku masak, dapurnya hampir kebakaran karena kamu lupa taro plastik bekas bungkus mie instan di pinggir kompor."
"Ya maaf, tapikan sekarang aku udah lebih hati-hati."
"Udah duduk aja, daripada nanti ini dapurnya meledak gara-gara kamu."
Sementara itu di rumah Nisa bangun dari tidurnya dan merasa kesal karena Yuda ternyata masih belum pulang, ia sarapan sendiri dan sudah berusaha menghubungi Yuda beberapa kali. Namun Yuda sama sekali tidak mengangkat telponnya bahkan Yuda juga tidak membalas pesannya.
Akhirnya Nisa memutuskan belanja ke Mall bersama Gigi temannya.
"Gimana sama Yuda? Udah ada kemajuan?" tanya Gigi.
Mereka sudah berjalan-jalan di Mall, "Entahlah, Yuda bahkan gak pulang malam ini. Padahal dia udah janji tadi malam bakalan pulang cepat karena mau makan makan sama gue."
"Uhh....... Yang sabar yah temanku," Gigi merangkul Nisa sambil menyemangatinya.
"Menyedihkan banget yah hidup gue."
"Itu resiko elu sih sebenernya, siapa suruh maksa nikahin orang yang udah jelas punya pacar."
"Cinta akan hadir karena terbiasa, gue yakin nanti Yuda bakalan jatuh cinta juga sama gue."
"Gue kasih tau Yah, kalau lu ngejar orang yang lu cintai terus dia belum punya pacar, itu mungkin bener akan ada pase di mana dia jatuh cinta karena terbiasa. Tapi kalau dia udah punya pacar lebih tepatnya dia udah punya orang yang dia cintai, susah lah buta bikin dia cinta sama lu. Apalagi kalau ternyata mereka masih berhubungan deket."
"Gue jadi makin penasaran siapa ceweknya, kalau emang masih ada hubungan parah sih."
"Gue kasih tau satu hal lagi yah, katanya cowok hanya bakalan jatuh cinta sama satu orang aja. Selanjutnya ia melakukan hubungan hanya menjalankan kehidupannya aja."
"Udah, jangan bikin gue makin pusing."
"Oke maaf, ya udah sekarang kita seneng-seneng aja deh gak usah mikirin itu dulu, yah yang walaupun bakal tetap kepikiran sih," Gigi tertawa kecil.
"Lu ngetawain kehidupan gue."
"Iya dikit."
"Semesta emang gak asik bercandain hidup gue nya."
Kembali ke apartemen, Nadia sudah selesai membuatkan ayam kecap untuk Yuda, "Nih makan."
"Em..... Dari wanginya aja enak nih."
"Ya udah cepetan makan."
Yuda mencicipi masakan Nadia dan itu sangat enak, "Enak banget, masakan kamu emang gak pernah mengecewakan deh."
"Wah....Bisa aja kamu," mereka berdua makan bersama.
Selesai makan Yuda pamitan pulang karena tidak enak pada Nisa, ia juga baru ingat kalau kemarin ia mengiyakan ajakan makan malam Nisa. Pasti akan membuat Nisa sedih, ia kembali tidak hadir pada ajakan Nisa. Ia juga harus menyampaikan ucapan ayahnya pada Nisa, Yaitu untuk bersedia menghadiri acara pesta yang di lakukan kantornya dan juga kantor ayahnya Nisa.
Mereka mendapat untung yang besar akan keberhasilan kerjasama mereka, jadi minggu depan mereka akan melakukan pesta yang di hadiri para karyawan kantor dan yang lainnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!