Alina Cassandra adalah seorang wanita yang berusia 25 tahun. Dia merupakan wanita yang hidup dalam kesederhanaan. Alina adalah wanita yatim piatu, karena orangtuanya baru saja berpulang ke pangkuan sang pencipta.
Beberapa bulan yang lalu, Alina baru saja di terima bekerja sebagai office girl di salah satu perusahaan ternama di kotanya.
Belum lama berkerja sebagai office girl, Alina diam-diam sudah dekat dengan seorang pria yang bernama Arkan.
Arkan sendiri adalah seorang pria yang berusia 27 tahun. Dia adalah CEO di perusahaan tersebut. Dirinya baru saja menjadi CEO karena permintaan dari sang ayah yang sudah tidak mampu lagi.
Alina dan Arkan begitu sangat dekat tanpa ada seorang pun yang tahu. Alina juga merasa sangat nyaman sehingga ia terbawa perasaan saat Arkan memperlakukannya dengan sangat baik.
Hari terus berlalu, karena terus diperlakukan dengan nyaman, Alina pun mulai salah mengartikannya. Dia mulai menaruh benih-benih cinta terhadap Arkan.
Alina pikir Arkan juga mempunyai perasaan yang sama terhadap dirinya.
Namun satu hal yang tidak Alina ketahui adalah sebenarnya Arkan sudah mempunyai seorang istri.
Hanya saja Alina tak pernah tahu bahkan Arkan sendiri juga tidak pernah memberitahu Alina.
Arkan memiliki seorang istri yang bernama Alice. Mereka baru saja menikah sekitar enam bulan yang lalu. Arkan terpaksa menikah dengan Alice karena sebuah perjodohan. Perjodohan itu malah membuat Arkan sama sekali tidak mencintai Alice. Begitu juga sebaliknya dengan Alice, dia sebenarnya juga tidak mencintai Arkan.
Alice Berdine, seorang wanita berusia 25 tahun. Dia adalah anak pertama dari keluarga konglomerat yang cukup terkenal di kotanya.
Alice adalah wanita yang berparas cantik. Memiliki badan Tinggi, berkulit putih dan bodi bahenol. Membuat Alice banyak disukai oleh kaum adam. Bahkan banyak pria di luaran sana yang menunggu janda nya Alice.
Kecuali Arkan yang merupakan suaminya. Arkan selama enam bulan menikah, dia sama sekali tidak pernah terkesima melihat Alice.
Meskipun begitu, Sisi buruk Alice sangatlah menakutkan. Dia bisa melakukan apa saja yang dia mau meskipun harus membuat orang itu kehilangan nyawa.
Sudah dua minggu lamanya Alice berada di luar negeri. Hal itu dikarenakan Alice memliki beberapa urusan yang harus diselesaikan.
❤️❤️❤️
Sore ini hujan turun dengan begitu derasnya membasahi permukaan bumi. Suara petir yang menggelegar terdengar susul menyusul, angin kencang berhembus dengan ganasnya. Udara terasa lembab dan dingin.
Sudah hampir satu jam Alina berdiri sambil memeluk dirinya sendiri. Berharap hujan cepat reda agar ia bisa pulang ke kontrakannya.
Tiba-tiba sentuhan tangan yang memegang pundaknya membuat Alina begitu kaget. Dia langsung saja menoleh ke belakang dan melihat sosok Arkan yang berdiri tersenyum.
"Astaga kau mengagetkanku saja!" Ucap Alina.
"Biarkan aku mengantarmu pulang." Kata Arkan.
"Ti-tidak usah, aku tidak mau merepotkan mu." Tolak Alina.
"Tidak apa, lagian hujan ini sangat deras dan pastinya lama untuk reda. Jadi biarkan aku mengantarmu."
Alina menatap derasnya hujan, sepertinya ucapan Arkan benar juga. Hujan seperti ini akan lama redanya. Akhirnya Alina pun mau diantarkan pulang oleh Arkan.
Sepanjang perjalanan pulang, Arkan hanya diam saja dengan tatapan fokus ke kemudinya.
Jalanan terasa licin, hujan yang begitu lebat sehingga hampir menutupi jalan membuat Arkan mengendari mobil dengan sangat pelan dan hati-hati.
"Kenapa kau selalu bersikap baik padaku?" Tanya Alina memberanikan diri.
"Karena itu sudah tugasku sebagai seorang manusia." Jawab Arkan singkat.
Lagi-lagi jawaban yang sama keluar dari mulut Arkan. Sudah puluhan bahkan ratusan kali setiap Alina bertanya pasti jawabannya akan sama terus.
Mendengar jawaban itu, Alina pun hanya bisa menghela nafas panjang.
Beberapa saat kemudian, mobil yang di kendari pun telah sampai di depan kontrakan Alina. Sesampainya mereka di kontrakan, hujan pun mulai mereda.
"Apa kau tidak mampir dulu?" Tawar Alina.
Arkan mengangguk, lalu mereka langsung masuk ke dalam.
Kontrakan yang disewa Alina ini tidak begitu besar dan tidak begitu kecil pula. Tapi sangat nyaman bagi Alina walaupun sederhana.
"Duduklah, aku akan membuatkan mu minuman." Kata Alina sambil mengayunkan kaki ke dapur.
Arkan yang duduk di sofa terus saja memandangi setiap sudut-sudut kontrakan yang Alina tinggali.
Bagi Arkan meskipun kontrakan namun tempat ini terasa sangat hangat dan damai. Tidak seperti rumahnya. Meski rumahnya bak seperti istana, tapi Arkan sangat-sangat merasa tertekan.
Tidak lama Alina pun datang menghampiri dengan membawa segelas minuman untuk Arkan.
"Minumlah," Alina menyodorkannya minuman ke atas meja.
Tak terasa hari sudah malam. Hujan yang tadinya sudah mereda kini kembali lagi menjadi deras.
"Aku ingin pulang, tapi hujannya semakin deras." Kata Arkan.
"Tunggu saja dulu sampai hujannya reda. Bahaya kalau kau pulang sekarang karena jalanan pasti sangat licin dan gelap." Ujar Alina.
"Kau benar, aku harus menunggunya sampai reda."
"Duduk saja dulu, aku ingin membersihkan diriku." Kata Alina mengayunkan kakinya masuk ke dalam kamar.
Malam semakin larut tapi hujan tak kunjung reda, malah semakin lebat.
Arkan yang menunggu dari tadi pun mulai merasa mengantuk.
"Kau mengantuk?" Tanya Alina yang baru saja keluar dari kamarnya.
Arkan begitu tercengang ketika melihat Alina yang hanya mengenakan pakaian tidur. Pakaian tidur yang Alina kenakan hanya sampai lutut saja sehingga Arkan bisa melihat kaki jenjang putih mulus milik Alina. ****** Alina yang juga begitu menonjol membuat Arkan seketika menelan salivanya.
Alina keheranan saat Arkan menatap dirinya seperti itu.
"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Alina.
"Ah....tidak apa-apa!" Arkan bangun dari duduknya. Mata yang tadinya sayu kini berubah menjadi segar bugar ketika melihat Alina. Tidak bisa di pungkiri bahwa sekarang Arkan sangat nafsu kepada Alina.
Arkan melangkah mendekati Alina sampai jarak keduanya sangat begitu dekat. Wajah tampan bersih dan hidung mancung dengan rahang yang tegas kini terlihat jelas di hadapan Alina.
"Kau sungguh cantik, Alina!" Puji Arkan sambil membelai wajah Alina.
Mendengar itu, rona wajah Alina seketika berubah menjadi memerah.
Tanpa banyak cingcong, Arkan pun langsung mengendong tubuh Alina dan membawanya masuk ke dalam kamar.
"Arkan, apa yang kau lakukan?" Tanya Alina.
"Shut......diam saja!" Jawab Arkan.
"Bukankah kita saling mencintai, Alina?" Tanya Arkan.
Alina pun mengangguk pelan.
"Tentu saja, kita saling mencintai."
Arkan menghempaskan tubuh Alina ke atas tempat tidur lalu perlahan Arkan mulai menindih tubuh Alina. Alina seperti yang sudah tahu bahwa Arkan akan melakukan sesuatu padanya.
"Kau mau apa, Arkan?" Tanya lagi Alina.
"Aku tidak tahan melihatmu, Alina!" Jawab Arkan sambil membelai manja wajah Alina.
Rasa suka dan rasa tegang kini berkecamuk di dalam diri Alina. Dia merasa nafasnya sesak dan lidahnya Kelu hingga membuat tubuhnya mematung tak bisa bergerak.
"Kau begitu menggoda, ingin sekali rasanya aku menanamkan benih ku kepadamu." Arkan tanpa rasa malu berkata seperti itu.
"Ta-tapi Arkan?"
"Apa kau mau?" Tanya Arkan dengan lembut.
"Kalau aku hamil bagaimana?" Tanya balik Alina.
"Tentu saja, aku akan langsung menikahi mu!" Jawab Arkan.
Alina masih diam mematung.
Entah kenapa Alina marasa tak kala dia melihat senyuman manis Arkan, benar-benar begitu memikat dan menundukkan jiwanya.
Dari lirikan mata, Alina melihat ada api birahi dari sorot mata Arkan.
Awalnya Alina sempat ragu dengan perkataan Arkan. Namun karena terus di yakinkan oleh kata-kata dan janji manis, Alina pun akhirnya mau bercocok tanam dengan Arkan.
Sambil tersenyum tak berkata apa-apa, Arkan mulai mengelus-elus pangkal paha Alina. Elusan- elusan Arkan membawa suasana lain yang Alina rasakan. Setiap sentuhan telapak tangan Arkan membuat sekujur tubuh Alina menggeliat meminta tindakan lebih.
Perlahan baju tidur yang Alina gunakan pun Arkan buka dengan ganasnya lalu membuangnya dengan sembarang.
Arkan begitu terperanjat dan tanpa ia sadari air liur nya menetes sedikit ketika melihat ada dua gundukan kembar yang putih mulus besar dan padat.
Arkan tak berhentinya terus mengusap gundukan kembar itu. Rangsangan dari sentuhan Arkan benar-benar membangkitkan hasrat liar Alina.
Perlahan Arkan mulai membuka kancing baju dan celananya. Saat Arkan sudah membuka celananya, Alina begitu tercengang menatap ke arah kejantan*n Arkan yang berdiri tegak bak menara tinggi. Dan entah kenapa begitu melihat benda pusaka milik Arkan, nafsu liar Alina semakin menggebu-gebu.
Tangan Alina gemetaran tak kala Arkan mulai membuka paksa celana tidur yang Alina kenakan. Alina pun hanya bisa pasrah.
Tiba-tiba Mata Arkan melotot ketika melihat lembah pengunungan yang begitu indah terpampang jelas di hadapannya meskipun sangat rimbun.
Langsung saja, Arkan dan Alina mulai bercumbu mesra. Alina seperti di bawa terbang ke awang-awang menikmati setiap kecupan dan sentuhan Arkan. Perasaan yang ia rasakan begitu berbeda dari biasanya.
Alina meringis kesakitan ketika benda pusaka Arkan menembus dinding pertahannya. Alina merasa ukuran pusaka Arkan itu sangat besar dan Alina betul-betul merasa sakit tapi juga nikmat yang teramat sangat dalam sampai-sampai membuat Alina lupa diri.
"Sempit sekali punyamu....."
"Aakhhh.....pelan-pelan, Arkan!" Pinta Alina.
Lenguhan demi lenguhan manja terus saja keluar dari mulut keduanya.
Arkan pun begitu semangatnya menghujam pusakanya sedalam mungkin karena dia merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Entah berapa lama Arkan dan Alina bergumul begitu mesranya. Tetesan-tetesan keringat cinta membanjiri tubuh mereka dan entah sudah berapa kali Alina di buat kejang oleh Arkan.
Sampai beberapa saat kemudian, tenaga mereka pun sudah habis dan saking lelahnya Arkan dan Alina pun tertidur bersama.
Pagi mulai menyapa. Cahaya matahari perlahan masuk memenuhi sudut-sudut kamar. Tebalnya gorden bewarna putih nyatanya tak bisa menghalangi cahaya itu masuk ke dalam ruangan.
Kedua pasangan yang semalam asik bercocok tanam kini belum bangun juga meskipun jam sudah menunjukan pukul tujuh lewat.
Tapi suara deringan ponsel yang berulang kali membuat Alina seketika terbangun dari tidurnya.
Sementara Arkan masih tertidur pulas dengan memeluk tubuh Alina yang dimana keduanya sama-sama tidak menggunakan sehelai benang pun.
Alina langsung mengguncang tubuh Arkan untuk menyuruhnya bangun. Namun Arkan sangat sulit untuk di bangunkan, sehingga akhirnya setalah di bangunkan oleh Alina berulang kali, Arkan pun mulai terbangun dari tidurnya.
"Ada apa, aku masih ngantuk!" Kata Arkan.
"Sudah siang, ponsel mu terus saja berdering dari tadi!" Ucap Alina.
Mendengar itu Arkan lalu meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Melihat ada beberapa kali panggilan tak terjawab dari Alice, Arkan pun langsung beranjak dari tempat tidur.
"Kenapa dia meneleponku?" Tanya Arkan sambil melirik ke arah Alina yang menatapnya.
Tiba-tiba Alice meneleponnya kembali dan Arkan pun segera mengangkatnya.
"Hallo....." Seru Alice.
"Ada apa meneleponku?" Tanya Arkan.
"Aku dengar kau tidak pulang kerumah dari kemarin, dimana kau sekarang?" Tanya Alice.
Arkan menghela nafas panjang, lalu menghembuskan nya dengan pelan. Entah alasan apa yang akan ia berikan kepada Alice.
"Kenapa hanya diam?" Tanya Alice.
"Aku sedang ada urusan di luar kota. Jadi aku tidak sempat untuk pulang ke rumah!" Bisik Arkan berbohong.
"Benarkah? baiklah kalau begitu. Aku tutup teleponnya!"
Telepon pun berkahir. Arkan kembali berbalik badan dan menghampiri Alina yang duduk di tepi ranjang. Dia mendudukkan pantatnya tepat di samping Alina, lalu ia mengangkat satu tangannya untuk mengelus rambut Alina.
"Siapa, kelihatan serius sekali?" Tanya Alina.
Arkan tersenyum tipis. "Bukan siapa-siapa!"
"Bagaimana, apakah kemarin rasanya enak?" Tanya Arkan.
Alina tersipu malu tak kala mendengar pertanyaan dari Arkan.
"Aku harus pergi sekarang!" Kata Arkan.
Dia lalu bangun dari duduknya dan langsung melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
Tak lama Arkan pun keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kembali pakaiannya. Setelah berpamitan pada Alina, Arkan kemudian berlalu begitu saja.
Melihat Arkan yang sudah pergi, Alina pun mulai tersenyum-senyum sendiri mengingat-ingat kembali kejadian dahsyat yang terjadi tadi malam.
Dan sekarang Alina juga merasakan bagian intimnya terasa sedikit sakit karena gesekan yang dilakukan oleh pusaka Arkan.
Beberapa saat kemudian, Alina pun sudah terlihat berpenampilan rapi karena ia hendak pergi bekerja.
Sesampainya di kantor, Alina segera mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja. Setelah itu ia pun mulai melakukan pekerjaannya seperti biasa.
****
Sementara saat ini di luar ngeri.
Alice sedang duduk santai di kursi dengan kaki menyilang. Satu tangannya memegang sebuah gelas berisi wine.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi. Seorang suruhan Alice baru saja mengirimkan sebuah pesan dan beberapa foto kepadanya.
Alice membuka pesan tersebut dan melihat beberapa foto yang dikirimkan. Dia tak begitu terkejut saat melihat foto itu yang ternyata adalah foto suaminya yang sedang bersama dengan wanita lain.
Rupanya selama Alice berada di luar negeri, Alice telah memerintahkan orang kepercayaannya untuk mengawasi suaminya, Arkan. Dan hari ini Alice baru mengetahui bahwa Arkan juga telah berselingkuh darinya.
Alice pun hanya bisa menunjukan senyuman menyeringai nya.
"Arkan....Arkan, kau pikir aku bodoh!" Ucap Alice lalu meminum segelas wine yang ia pegang.
Sebenarnya Alice pun juga sama, bahwa selama ini dia diam-diam lebih dulu main api di belakang Arkan. Hanya saja Alice main rapi jadi tidak ada yang tahu bahkan curiga padanya.
***
Siang harinya. Arkan sedang duduk santai di ruangannya sendiri. Tiba-tiba pintu terbuka dan masuklah Raka sahabat kecil Arkan yang bekerja di perusahaannya.
Melihat Arkan yang termenung dan tidak menyadari kedatangannya, Raka pun langsung menegurnya.
"Kenapa kau melamun?" Tanya Raka membuyarkan lamunan Arkan.
"Eh....kau mengagetkanku saja!' Jawab Arkan.
"Apa yang terjadi, kenapa kau melamun sambil tersenyum-senyum?"
"Tidak apa-apa!"
"Kau sedang kasmaran kan?"
Arkan kaget ketika mendengar ucapan dari Raka.
"Apa kau bilang?"
"Cih.....Arkan...Arkan.....aku tahu bahwa akhir-akhir ini kau sedang dekatkan dengan seorang karyawan di perusahaan ini!" Jelas Raka sambil menyulut api rokok.
"Shut......diam, bagaimana jika ada orang yang mendengar!" Ucap Arkan.
"Aku hanya mengingatkanmu Arkan, hati-hati. Jika Alice sampai tahu semuanya, maka kau akan dalam bahaya. Tak hanya itu, mungkin wanita yang dekat denganmu pun akan terancam bahaya juga!" Kata Raka.
Arkan menghembuskan nafas kasarnya, ketika mendengar perkataan dari Raka.
"Kau tahu sendiri bukan, sifat Alice bagaimana?"
"Iya...iya aku tahu ini semua salah. Tapi perasaan tidak dapat di bohongi, Rak. Sejak pertama aku bertemu dengan Alina entah kenapa aku langsung jatuh hati padanya." Ujar Arkan.
"Itu terserah padamu Arkan, aku hanya memperingatkan mu saja." Kata Raka.
"Baiklah, tapi aku minta tolong padamu. Jangan beritahu kepada siapapun tentang hubunganku dengan Alina." Pinta Arkan.
"Tenang saja kalau masalah itu, aku tidak akan memberitahu siapapun."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!